Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Journal of Humanity

& Social Justice


Journal Homepage:
http://ojs.isjn.or.id/index.php/journalhsj Volume 2 Issue 2, 2020

POLICY AND PRACTICE

Peranan Kebijakan Fiskal dalam Meningkatkan Program Pengurangan Stunting


Di Indonesia: Studi Kasus Kota Balikpapan

Mahpud Sujai

Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance Indonesia


Correspondence: msujai@kemenkeu.go.id; msujai@gmail,com; Tel.: +62-811-1118237

ARTICLE INFO ABSTRACT

Key words: Stunting; Health problems remain a formidable challenge in all over the world.
Fiscal Policy; Local Currently, millions of young children do not reach their full potential because
Government; Health of inadequate nutrition. Another challenge is the problem of poverty, where
more than 700 million people still live on less than $ 1.90 per day. The
Kata kunci: Stunting, current health condition based on stunting indicator of Indonesia is still
Kebijakan Fiskal, lagging behind compare to those countries similar to Indonesia at the upper
Pemerintah Daerah; middle income country level. This can be seen from the Human Capital Index
Kesehatan (HCI) score issued by the World Bank. Of the 157 countries surveyed,
Indonesia is ranked 87th with a value of 0.53. Related to the issue of stunting,
How to cite: Indonesia's score of 0.664 is still far below the average score of upper middle
Sujai, M. (2020). income countries with a score of 0.867. These conditions need to be analysed
Peranan Kebijakan more depth on the factors that cause the high stunting rate in Indonesia. The
Fiskal dalam problem is Government of Indonesia has took several actions and allocated
Meningkatkan plenty of budget in the health sector including reducing stunting program,
Program but the results still have not been encouraging. However, there are many
Pengurangan cities that have been successfully reduced the stunting rate and Balikpapan
Stunting di City is one of the examples. This study aims to analyse the role of fiscal policy
Indonesia: Studi to promote stunting reduction program in Indonesia, case study Balikpapan
Kasus Kota City. Methodology uses in this study is a qualitative approach with
Balikpapan. Journal descriptive analytical methods. The study was conducted by analysing
of Humanity and secondary data and conducting a literature review. This article will discuss
Social Justice, 2(2), 99- about how the local government can achieve successful indicators of reducing
stunting by promoting effective fiscal policy as well as others supporting
112.
policies.

Abstrak
. Masalah kesehatan tetap menjadi tantangan berat di seluruh dunia. Saat ini,
jutaan anak kecil tidak dapat mencapai potensi penuh mereka karena gizi
yang tidak memadai. Tantangan lain adalah masalah kemiskinan, di mana
lebih dari 700 juta orang masih hidup dengan kurang dari $ 1,90 per hari.
Kondisi kesehatan berdasarkan indikator stunting di Indonesia, saat ini
masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan
menengah ke atas yang setingkat dengan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
skor Indeks Modal Manusia (HCI) yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Dari
157 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat ke-87 dengan nilai

99
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

0,53. Terkait dengan masalah stunting, skor Indonesia sebesar 0,664 masih
jauh di bawah skor rata-rata negara berpendapatan menengah ke atas dengan
skor 0,867. Kondisi ini perlu dianalisis lebih mendalam pada faktor-faktor
yang menyebabkan tingginya angka stunting di Indonesia. Masalahnya
adalah Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa tindakan dan
mengalokasikan banyak anggaran di sektor kesehatan termasuk program
pengurangan stunting, tetapi hasilnya masih belum menggembirakan.
Namun, ada banyak kota yang telah berhasil mengurangi tingkat stunting
dan Kota Balikpapan adalah salah satu contohnya. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis peran kebijakan fiskal untuk mempromosikan program
pengurangan stunting di Indonesia, studi kasus Kota Balikpapan. Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
metode analisis deskriptif. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data
sekunder dan melakukan tinjauan literatur. Artikel ini akan membahas
tentang bagaimana pemerintah daerah dapat mencapai indikator keberhasilan
pengurangan stunting dengan mempromosikan kebijakan fiskal yang efektif
serta kebijakan pendukung lainnya.

1. PENDAHULUAN
Dalam kondisi perekonomian global yang penuh dengan persaingan,
kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Namun kondisi sumber daya manusia di dunia saat ini masih mengalami
ketimpangan dan ketidak merataan. Terjadi gap yang sangat tinggi antara kualitas
SDM di negara-negara maju dengan negara-negara berkembang dan miskin.
Kondisi SDM di berbagai belahan dunia saat ini sangat penuh dengan
tantangan. Permasalahan pendidikan dan kesehatan masih menjadi tantangan yang
berat. Sebagai contoh, saat ini jutaan anak kecil tidak mencapai potensi penuh
mereka karena nutrisi yang tidak memadai, kurangnya stimulasi dan pembelajaran
dini, dan paparan stres. Sekitar 60 persen anak sekolah dasar di negara berkembang
gagal mencapai kemahiran minimum dalam membaca, menulis, dan matematika
dasar. Di Afrika Selatan misalnya, 4 dari 100 anak meninggal sebelum usia lima
tahun, dan rata-rata 32% anak berusia 15 tahun tidak akan bertahan hidup sampai
usia 60 tahun (Bank Dunia, 2018). Tantangan lainnya antara lain adalah
permasalahan wabah penyakit pandemik, tantangan yang muncul seperti penuaan
dan dorongan penyakit kronis menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi.
Tantangan yang tak kalah berat adalah permasalahan kemiskinan, dimana lebih dari
700 juta orang masih hidup dengan kurang dari $ 1,90 per hari (Bank Dunia, 2018).
Berbagai permasalahan global tersebut, membuat berbagai negara dan
lembaga multilateral terutama Bank Dunia mengambil inisiatif dan menyampaikan
komitmen untuk mengatasi berbagai permasalahan sumber daya manusia tersebut.
Komitmen yang diberikan dalam bentuk memberikan investasi yang kuat terhadap
human capital investment yang merupakan prioritas pembangunan dunia saat ini.
Dalam mendukung hal tersebut, Pada IMF-WB Annual Meetings 2018 di
Nusa Dua, Bali. Bank Dunia meluncurkan The Human Capital Index (HCI) untuk
mengukur kontribusi kesehatan dan pendidikan untuk produktivitas generasi
pekerja berikutnya. Negara-negara dapat menggunakannya untuk menilai berapa
banyak pendapatan yang mereka miliki sebelumnya karena kesenjangan modal

100
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

manusia, dan seberapa cepat mereka dapat mengubah kerugian ini menjadi
keuntungan jika mereka bertindak sekarang.
Komitmen terhadap human capital tersebut sejalan dengan visi misi dan
program pemerintah Indonesia saat ini yang lebih menekankan prioritas
pembangunan pada pengembangan sumber daya manusia. Presiden telah
berkomitmen untuk membangun sumber daya manusia yang sehat, inovatif dan
mampu bersaing dalam menghadapi persaingan perekonomian global di era digital.
Dalam rangka mencapai prioritas pengembangan SDM tersebut, investasi dalam
human capital menjadi sangat penting untuk terus di dorong. Hal ini yang
menyebabkan Indonesia turut mengambil inisiatif untuk menjadi negara early
adaptor country terhadap HCI.
The Human Capital Index merupakan suatu metode pengukuran yang
mengukur modal manusia (human capital) yang dapat diperoleh seorang anak yang
lahir hari ini pada usia 18 tahun mendatang, mengingat risiko terhadap kesehatan
yang buruk dan pendidikan yang buruk yang berlaku di negara tempat dia tinggal.
HCI mengikuti riwayat sejak lahir hingga dewasa dari anak yang lahir hari ini. HCI
secara kuantitatif menggambarkan tahapan kunci dalam riwayat ini dan
konsekuensi mereka terhadap produktivitas generasi pekerja berikutnya (World
Bank, 2018).
Terdapat tiga komponen penting yang menjadi dasar pengukuran HCI,
antara lain:
• Komponen 1: Survival. Komponen indeks ini mencerminkan kenyataan
yang tidak menguntungkan bahwa tidak semua anak yang lahir hari ini
akan bertahan hingga usia ketika proses akumulasi modal manusia
melalui pendidikan formal dimulai.
• Komponen 2: School. Komponen indeks ini menggabungkan informasi
pada kuantitas dan kualitas pendidikan.
• Komponen 3: Health. Dua proxy yang digunakan untuk kesehatan adalah
(i) Adult survival rates dan (ii) Healthy growth among children under age
5
Secara keseluruhan, The Human Capital Index merangkum seberapa
produktif anak-anak yang lahir hari ini akan menjadi anggota angkatan kerja masa
depan, mengingat risiko terhadap akses pendidikan dan kesehatan di dalam
komponen. HCI adalah diukur dalam satuan produktivitas relatif terhadap tolok
ukur yang sesuai dengan pendidikan dan kesehatan (Bank Dunia, 2018).
Human Capital Index sangat erat kaitannya dengan modal sumber daya
manusia di suatu negara. Salah satu yang menjadi komponen pembentuk HCI
adalah kondisi kesehatan dan pendidikan. Tingkat dan kualitas pendidikan menjadi
penting karena merupakan indikator keberhasilan modal sumber daya manusia di
suatu negara. Miller et al., (2006) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara
modal sosial dengan kesehatan di Indonesia terutama dalam kondisi kesehatan
masyarakat. Semakin tinggi modal sosial seseorang, maka akan semakin memiliki
kondisi kesehatan yang baik.

101
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

Modal sumber daya manusia di Indonesia pasca reformasi juga sangat


ditentukan oleh keberhasilan pemerintah daerah dalam menangani sektor kesehatan
dan pendidikan. Desentralisasi telah menyebabkan pelimpahan beberapa
kewenangan dari pusat ke daerah salah satunya adalah sektor kesehatan dan
pendidikan. Aritonang (2008) menyatakan bahwa kebijakan desentralisasi yang
terjadi di Indonesia telah meningatkan disparitas dan kesenjangan antara wilayah
termasuk dalam hal pelayanan pendidikan dan kesehatan. Disparitas tersebut pada
akhirnya akan berpengaruh pula terhadap tingkat kemiskinan di suatu daerah.
Rustiadi dan Nasution (2017) menyatakan bahwa investasi modal sosial
seperti dalam sector kesehatan dan kemiskinan secara langsung akan mengurangi
tingkat kemiskinan di Indonesia terutama di wilayah-wilayah perkotaan. Hal ini
terjadi karena lapangan pekerjaan di perkotaan akan semakin membutuhkan tenaga
kerja dengan skills dan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan di wilayah
pedesaan. Peranan sektor kesehatan dan pendidikan terhadap kualitas sumber daya
manusia dimulai bahkan ketika seorang anak memulai pendidikannya di tingkat
pendidikan usia dini (early childhood). Hariyani et al. (2019) menyatakan bahwa
tingkat stunting di Indonesia masih cukup tinggi sehingga mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat di Indonesia. Sementara itu, pendidikan usia dini akan sangat
mempengaruhi tingkat pendidikan dan modal sumber daya manusia Indonesia di
masa depan (Formen dan Nutfall, 2014).

2. KONDISI HUMAN CAPITAL INDONESIA SAAT INI


Kondisi SDM Indonesia saat ini masih tertinggal disbanding dengan negara-
negara yang selevel dengan Indonesia di level upper middle income country.
Bahkan Indonesia masih tertinggal di antara negara-negara se-kawasan ASEAN. Hal
ini terlihat dari skor Human Capital Index (HCI) yang dikeluarkan Bank Dunia
beberapa waktu lalu. Dari 157 negara yang disurvei, Indonesia berada pada
peringkat ke-87 dengan nilai 0.53. Hal ini memiliki arti bahwa seorang anak
Indonesia hanya akan memiliki potensi produktivitas sebesar 53 persen sebagai
pekerja di masa mendatang. Dengan kata lain, bagi anak yang dilahirkan hari ini
ada potensi produktivitas yang hilang sebesar 47 persen.
Tujuan utama dikeluarkan indeks ini untuk memberikan informasi perihal
kondisi kesehatan dan kualitas pendidikan saat ini dengan tingkat produktivitas
mereka sebagai generasi masa depan. Semakin tinggi skor suatu Negara berarti
tingkat produktivitas penduduknya dalam performa yang sangat baik. Dalam
konteks ini, factor pendidikan dan kesehatan sangat berpengaruh terhadap
kapabilitas dan kualitas penduduk untuk bersaing dalam kompetisi bursa kerja dan
mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Trihono et al. (2015)
menyatakan bahwa kondisi stunting yang merupakan kondisi terganggunya
tumbuh kembang akibat kerdil sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat
Indonesia kedepan.
Rata-rata capaian skor Indonesia jika dibandingkan dengan skor
negara upper middle income masih tergolong rendah yakni 0,53 dibandingkan
dengan 0,58. Skor tersebut terdiri dari penilaian empat indikator. Pertama,

102
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

kemungkinan bertahan hidup seiring bertambahnya usia 5 (0,974<0,980). Kedua,


skor tes yang diharmonisasikan (403<430). Ketiga, Tingkat kelangsungan hidup
orang dewasa (0,828<0,855). Keempat, angka stunting (0,664<0,867) dan kelima
Learning adjusted (7,9) (Bank Dunia, 2018).
Kondisi tersebut perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam
terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya skor HCI
Indonesia. Sementara itu, pemerintah telah memfokuskan dan mengalokasikan
cukup banyak anggaran untuk berbagai program HCI terutama pendidikan dan
kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran pemerintah untuk
kesejahteraan sosial yang mencapai 35 persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), yang terdiri dari 20 persen untuk sektor pendidikan, 5
persen untuk sektor kesehatan dan 10 persen untuk anggaran sosial lainnya
(Kemenkeu, 2019).
Permasalahan modal sumber daya manusia merupakan tanggung jawab
bersama, tidak hanya pemerintah pusat saja namun berbagai stakeholders lain
seperti pemerintah daerah, pihak swasta dan warga masyarakat perlu sinergi yang
lebih baik untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pemerintah daerah memiliki
peran sentral karena merupakan eksekutor berbagai program peningkatan human
capital yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Dalam kasus Balikpapan,
studi Langi dan Regina (2020) dan Nofiarsyah (2019) menyatakan bahwa Pemerintah
Kota Balikpapan cukup berhasil dalam mengurangi angka stunting warganya.
Kondisi human capital di berbagai daerah di Indonesia masih belum merata
dan terjadi kesenjangan yang cukup lebar. Terdapat gap yang sangat lebar antara
indeks pembangunan manusia di wilayah barat khususnya Jawa dengan wilayah
timur Indonesia, khususnya Papua. Skor HCI tertinggi di Indonesia saat ini berada
di kota Yogyakarta dengan skor 0,672, sementara HCI terendah berada di
Kabupaten Puncak Papua dengan skor 0,289. Demikian pula dengan 10 besar HCI
tertinggi semua berada di Kabupaten/Kota di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan 10
besar HCI terendah semua berada di Kabupaten di Propinsi Papua.
Berdasarkan analisis sementara yang dilakukan, pengeluaran pemerintah
(government spending) di tingkat kabupaten/kota sangat kecil korelasinya dengan
nilai HCI. Ada banyak daerah yang APBD nya besar namun nilai HCI nya rendah,
demikian pula sebaliknya. Sehingga perlu dielaborasi lebih lanjut melalui kajian
yang lebih mendalam tingkat efektivitas alokasi anggaran atau ada faktor lain yang
mempengaruhi. Karena berdasarkan temuan sementara, partisipasi masyarakat di
lapangan sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan program HCI di daerah.

3. HASIL ANALISIS
Berdasarkan temuan dari kondisi di Kota Balikpapan yang memiliki angka
stunting yang sangat rendah dapat diketahui berbagai kebijakan unggulan kota
Balikpapan telah berhasil mengurangi level stunting ke tingkat yang lebih rendah.
Temuan tersebut secara garis besar dapat diklasifikasikan kedalam beberapa faktor
utama. Faktor-faktor utama yang terbukti sangat berpengaruh signifikan terhadap
keberhasilan berbagai program HCI di daerah, antara lain faktor kepemimpinan di

103
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

daerah, koordinasi dan sinergi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD),


harmonisasi regulasi dan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, hubungan
dengan stakeholders lain seperti organisasi masyarakat dan swasta serta faktor
geografis dan kondisi alam. Beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan
kota Balikpapan dalam mengurangi angka stunting di wilayahnya antara lain adalah
sebagai berikut.
3.1. Peran Leadership Daerah
Program pemberantasan stunting di Kota Balikpapan langsung dipimpin oleh
Walikota Balikpapan dengan Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggungjawab
adalah Bappeda dan Dinas Kesehatan Kota. Walikota langsung memimpin berbagai
upaya pemberantasan stunting sehingga lebih efektif dan sinergis. Kepemimpinan
Ketua PKK Kota Balikpapan yaitu Ibu Walikota juga sangat penting dalam
menggerakkan kader dan ibu-ibu warga masyarakat untuk mensukseskan program
pemberantasan stunting.
3.2. Peraturan yang dikeluarkan
Pemerintah kotta Balikpapan sangat peduli dengan program stunting bahkan
sebelum Pemerintah Pusat menjadikan ini sebagai prioritas. Pemerintah Kota
Balikpapan telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 tahun 2015
tentang Kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak (Kibbla). Perda Kibbla Balikpapan
tersebut juga menjadi juara kedua tingkat nasional nasional sebagai perda terbaik
yang mendukung prioritas nasional (Bappeda Balikpapan, 2019). Selain Perda
tersebut, kesehatan dan Gizi Ibu hamil juga ada di dalam prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang dijadikan sebagai dasar
upaya penurunan stunting di Kota Balikpapan.
3.4. Sinergi Antar Institusi
Setiap institusi di Kota Balikpapan bersinergi sangat baik untuk menangani
stunting, tidak hanya pemertintah namun juga sektor swasta dan masyarakat.
Pemerintah dibawah koordinasi Bappeda dan Dinas Kesehatan terus
mengkoordinasikan berbagai kebijakan dan implementasi program dengan
melibatkan berbagai pihak termasuk swasta dan Masyarakat. Peran swasta juga
sangat penting dalam berbagai bentuk, antara lain program Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk poenanganan stunting baik penyediaan obat Tablet
Tambah Darah, program sanitasi maupun pendampingan masyarakat. Selain itu
organisasi masyarakat seperti persatuan istri dokter, Persatuan Istri Polri
(Bhayangkari) dan Persatuan Istri Tentara (Persit) juga berperan penting dengan
menjadi orang tua asuh anak stunting dan pendampingan para kader bagi orang tua
dengan anak stunting.
3.5. Inovasi dan Capaian
Berbagai inovasi dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui program Cerita
Stunting. Cerita Stunting singkatan dari Cegah, Jaring dan Tangani. Kegiatan Cerita
Stunting meliputi:
• Kegiatan CEGAH antara lain: Penguatan Regulasi, Pemberian Tablet
Tambah Darah, Gizi Seimbang Remaja, Pemeriksaan HB, Penyuluhan

104
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

Kesehatan Reproduksi pada Remaja, Penyuhan dan KIE pada Calon


Pengantin, Melaksanakan Germas pada Remaja dan Ibu Hamil, Program
Air Susu Ibu berkualitas dan Program Pemberian Makanan Tambahan
pada Ibu Hamil, Pembentukan Kader Ibu dan Anak Gizi, Promosi
Kesehatan, Menjalin Kerjasama dengan CSR untuk PMT, Promosi Air
Susu Ibu Eksklusif dan Pelatihan Kader Pemberian Makanan bagi Bayi
dan Anak (PMBA).
• Kegiatan JARING antara lain adalah Melakukan Penjaringan di Posyandu
dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Pengukutan Tinggi
badan berdasarkan Umur,
• Kegiatan TANGANI antara lain adalah Penanganan Status Stunting
dengan penyuluhan dan Pemberian makanan yang tepat bagi bayi dan
Anak (PMBA), Memberikan PMT Pemulihan (terutama jika disertai
dengan gizi kurang), Merujuk kasus stunting ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan Perawatan
di rumah sakit bila ada penyakit penyerta
Jumlah penduduk di kota Balikpapan yang mencapai 645.727 jiwa
menciptakan kompleksitas permasalahan terutama dalam menangani
berbagai kasus stunting (BPS, 2019). Jumlah penduduk yang terus tumbuh
setiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan sekitar 9.000 jiwa
menyebabkan penanganan stunting secara komprehensif menjadi penting
(Bappeda Balikpapan, 2019). Kota Balikpapan terdiri dari 34 Kelurahan,
dari total kelurahan tersebut terdapat 5 kelurahan yang mengalami
tingkat stunting yang cukup tinggi (di atas 10 persen), yaitu diantaranya
Kelurahan Manggar Baru, Kelurahan Lamaru, Kelurahan Teritip,
Kelurahan Karang Rejo, dan Kelurahan Kariangau.
Beberapa program telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Balikpapan dalam
rangka menurunkan stunting dan terangkum sebagai program intervensi
percepatan penurunan stunting. Diantara program-program tersebut
terdapat 3 komponen/program yang statusnya masih merah dan masih
menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Balikpapan, yaitu:
• Cakupan remaja puti yang mendapatkan TTD (tablet zat besi). Pemberian
tablet zat besi kepada remaja putri sangat membantu penyiapan calon-
calon Ibu dari sedini mungkin agar meiliki gizi yang baik. Karena salah
satu penyebab terjadinya stunting di Indonesia adalah Ibu yang
mengalami anemia. Pada saat ini, pendistribusian TTD dilakukan oleh
puskesmas melalui sekolah-sekolah. Hal tersebut dilakukan karena
pemkot berpandangan bahwa sekolah memiliki power yang lebih kuat
untuk mendorong dan mewajibkan siswa untuk mengkonsumsi TTD
tersebut.
• Komponen Parenting. Komponen tersebut dilihat dari rendahnya
partisipasi keluarga yang mengikuti program Bina Keluarga Balita dan
rendahnya tingkat edukasi para Ibu terkait gizi dan kesehatan Ibu serta
anak. Dalam rangka meningkatkan nilai atas komponen tersebut,

105
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

pemerintah kota melakukan program Bina Keluarga Balita yang


terintegrasi di posyandu dan PAUD. PAUD dirasa menjadi media yang
lebih efektif untuk melakukan edukasi kepada orang tua karena pada saat
ini lebih banyak anak-anak yang pergi ke PAUD dibandingkan ke
posyandu. Pada saat anak-anak datang ke PAUD, umumnya anak-anak
juga diantarkan oleh orang tuanya. Sehingga sebulan sekali di PAUD
dilakukan sosialisasi untuk menyampaikan program-progam intervensi
dalam rangka mengurangi dan mencegah terjadinya stunting.
• Penerapan rumah pangan lestari di setiap kelurahan. Pada saat ini dari
total 34 kelurahan yang ada, baru ada 3 kelurahan yang menerapkan
rumah pangan lestari. Adapun penyebab dari hal tersebut adalah karena
sedikitnya ketersediaan lahan untuk dijadikan sebagai rumah pangan
lestari terutama di daerah perkotaan.

4. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Dalam rangka menurunkan program stunting, Pemerintah Kota Balikpapan
memiliki program dan kegiatan melalui upaya-upaya yang dilakukan yang
dilakukan dalam dua intervensi, yaitu:
1. Intervensi gizi spesifik
Merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti
asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan
lingkungan. Intervensi gizi spesifik ini dilakuka oleh Dinas Kesehatan. Program
intervensi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Intervensi Gizi Spesifik Kota Balikpapan


No Kelompok Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung
Sasaran
Kelompok Sasaran 1000 HPK
1 Ibu Hamil  Pemberian makanan  Suplementasi kalsium
tambahan bagi ibu hamil  Pemeriksaan
dari kelompok miskin (KEK) kehamilan
 Suplementasi TTD
2 Ibu  Promosi dan konseling  Suplementasi kapsul
Menyusui menyusui Vitamin A
 Promosi dan konseling  Suplementasi Taburia
PMBA  Imunisasi
 Tatalaksana Gizi Buruk  Suplementasi zink
 Pemberian Makanan untuk pengobatan
tambahan pemulihan bagi diare
anak kurus  Manajemen terpadu
 Pemantauan dan promosi balita sakit (MTBS)
pertumbuhan

106
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

No Kelompok Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung


Sasaran
Kelompok Sasaran Usia lainnya
3 Remaja  Suplementasi TTD
Putri dan
Wanita Usia
Subur
4 Anak 24-59  Tatalaksana gizi buruk  Suplementasi kapsul
bulan  Pemberian makanan Vitamin A
tambahan pemulihan bagi  Suplementasi Taburia
anak kurus  Imunisasi
 Pemantauan dan promosi  Suplementasi zink
pertumbuhan untuk pengobatan
diare
 Manajemen terpadu
balita sakit (MTBS)
Sumber: Pemerintah Kota Balikpapan, 2019

2. Intervensi Gizi Sensitif


Merupakan kegiatan yang sangat mendukung dalam pengentasan stunting di
luar sektor kesehatan dan berkontribusi 70 % dalam penurunan Stunting. Dalam
upaya penurunan stunting, Pemerintah Kota Balikpapan membuat satu program
Inovasi yang diberi nama Cerita Stunting singkatan dari Cegah, Jaring dan Tangani.
Kegiatan Cerita Stunting meliputi Penguatan Regulasi, Pemberian Tablet Tambah
Darah, Gizi Seimbang Remaja, Pemeriksaan HB, Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
pada Remaja, Penyuhan dan KIE pada Calon Pengantin, Melaksanakan Germas
pada Remaja dan Ibu Hamil, ANC berkualitas dan PMT pada Ibu Hamil,
Pembentukan Kader KIA Gizi, Promosi Kesehatan, Menjalin Kerjasama dengan CSR
untuk PMT, Promosi ASI Eksklusif dan Pelatihan Kader PMBA.
Sementara itu, kegiatan jaring meliputi penjaringan di Posyandu dan PAUD
dengan Pengukutan Tinggi badan berdasarkan Umur. Sedangkan kegiatan tangani
meliputi Penanganan Status Stunting dengan penyuluhan dan Pemberian makanan
ang tepat bagi bayi dan Anak (PMBA), Memberikan PMT Pemulihan (terutama jika
disertai dengan gizi kurang), Merujuk kasus stunting ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan Perawatan di rumah sakit
bila ada penyakit penyerta.
Adapun yang menjadi sasaran dari program inovasi Cerita Stunting beserta
rangkaian program yang dilaksanakan antara lain adalah: Remaja dan calon
pengantin (calon pengantin). Kegiatan tersebut meliputi Pendataan Remaja Putri
(tidak bersekolah), Distribusi Tablet Tambah Darah pada karang taruna dan Catin,
Sosialisasi ASI Eksklusif dan buku KIA pada catin (Konselor) dan Konseling KB oleh
kader DP3AKB. Sementara itu kelompok lain yang menjadi sasaran penanganan
adalah kelompok Ibu hamil dan ibu menyusui. Program yang dilaksanakan antara
lain adalah Pendataan Ibu Hamil melalui Dasawisma, Distribusi PMT (Biskuit)

107
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

bersama tenaga Kesehatan (Puskesmas), Pendampingan ibu hamil (Resti),


Membentuk KP Ibu Menyusui, Distribusi Vitamin A pada ibu Nifas, Penyuluhan
PMBA dan Membentuk Kelompok Kader KIA Gizi, tiap kader menggendong 1
balita stunting. khusus. Setiap kader wajib bertanggung jawab memantau satu anak
stunting (memantau, menimbang, dan menjaga pada saat sakit).
Kelompok lain yang menjadi sasaran kebijakan pemerintah adalah kelompok
bayi dua tahun. Kegiatan yang dilakukan untuk kelompok ini antara lain adalah
Pendataan Baduta, Distribusi PMT (Biskuit) bersama tenaga Kesehatan
(Puskesmas), Pemantauan tumbuh kembang dan imunisasi, Melaksanakan PMBA
(Pemberian Makan Bayi dan Anak) di Posyandu, Distribusi Vitamin A pada balita
dan Penyuluhan tentang balita stunting.
Pemerintah Kota Balikpapan dapat melakukan segala upaya dalam rangka
menurunkan stunting karena sudah ada Peraturan daerah Kota Balikpapan yang
telah dibuat pada tahun 2015 mengenai kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak
(Kibbla), yaitu perda nomor 9 tahun 2015. Sehingga pada saat kasus stunting
menjadi fokus pemerintah pusat dan masuk ke dalam program prioritas pemerintah,
Kota Balikpapan sudah memiliki dasar hukum yang dapat digunakan untuk
mendukung prioritas pemerintah dalam menanggulangi stunting. Perda Kibbla
Balikpapan tersebut juga menjadi juara kedua tingkat nasional nasional sebagai
perda terbaik yang mendukung prioritas nasional. Selain perda tersebut, kesehatan
dan Gizi Ibu hamil juga ada di dalam prioritas RPJMD yang dijadikan sebagai dasar
upaya penurunan stunting di Kota Balikpapan.
Dukungan dalam penurunan angka stunting tersebut selain dilakukan oleh
Pemerintah Kota juga dilakukan dalam bentuk kerja sama dengan beberapa mitra
kerja Dinas Kesehatan, seperti:
• MoU antara Ikatan Istri Dokter Indonesia dengan Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan dan TP PKK Kota Balikpapan tentang Bantuan Dana Untuk
PMBA tahun 2016
• MoU antara BPJS Kesehatan dengan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan
dan TP PKK Kota Balikpapan tentang Promosi Prevebtif Spesifik Daerah
dengan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Tahun 2017
• MoU antara PT Kimia Farma Apotek dengan Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan dan TP PKK Kota Balikpapan tentang Bantuan Dana untuk
Pemberian Makan Bayi dan Anak Tahun 2017
• MoU antara Ikatan Istri Dokter Indonesia dengan Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan dan TP PKK Kota Balikpapan tentang Pencegahan dan
Penanganan Stunting 1000 HPK tahun 2018
• MoU antara Gabungan Organisasi Wanita dengan Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan dan TP PKK Kota Balikpapan tentang Pencegahan dan
Penanganan Stunting di Posyandu Tahun 2018
• MoU antara Ikatan Dokter Indonesia dengan Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan dan Tim Penggerak Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (TP
PKK) Kota Balikpapan tentang Penanganan Baduta Stunting di Kota

108
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

Balikpapan Tahun 2019. Pada saat ini terdapat 115 anak stunting di
Balikpapan yang merupakan anak asuh dari Dokter. Tugas dari dokter
sebagai orang tua asuh adalah melakukan donasi pemberian PMT. Dari
puskesmas akan memantau tumbuh kembang dan penyembuhan
infeksinya.
Dalam memantau jumlah anak stunting yang ada di Kota Balikpapan,
pemerintah menggunakan aplikasi berbasis online yang bernama e-PPGBM atau
Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara elektronik. Melalui
aplikasi tersebut dapat dilihat data anak-anak yang mengalami stunting per
wilayah. Data pada aplikasi tersebut di input oleh puskesmas berdasarkan data
yang diperoleh dari posyandu setiap bulannya. Apabila anak sudah di atas 5 tahun
atau sudah tidak mengalami stunting, secara otomatis akan keluar dari daftar
lonceng stunting tersebut. Data anak stunting akan lebih valid apabla menggunakan
data bulan Februari dan Bulan Agustus. Hal tersebut dikarenakan pada kedua bulan
dimaksud dilaksanakan program pemberian vitamin A di posyandu. Sehingga lebih
banyak bayi/baduta/balita yang hadir di posyandu yang berimplikasi kepada
ketersediaaan data yang lebih lengkap.
Hal lain yang dilakukan pemerintah Balikpapan dalam rangka menurunkan
angka stunting antara lain adalah:
• Selain melalui beberapa program yang telah disampaikan di atas,
Pemerintah Kota Balikpapan juga melakukan promosi melalui beberapa
media seperti tali name tag, banner, poster, media cetak lokal, dan radio.
• Penyediaan konseling dengan psikolog untuk para Ibu.
• Kerja sama dengan dokter spesialis kandungan dalam membuat voucher
periksa kandungan gratis bagi para ibu hamli untuk memeriksakan
kandungan di tempat-tempat praktek dokter kandungan dimaksud.
• Mewajibkan setiap rumah sakit untuk melakukan atau menyediakan
program inisiasi menyusu setelah proses persalinan yang dijadikan
sebagai syarat dalam pemberian akreditasi kepada Rumah Sakit.
Dalam pelaksanaan kerja sama dengan beberapa mitra dalam bentuk CSR,
Bappeda berperan sebagai sekretariat yang membantu mengelola pelaksanaan
program CSR di kota Balikpapan. Bappeda menyediakan data base mengenai
program di Balikpapan yang bisa terbiayai oleh APBD dan yg belum ada
pembiayaannya. Yang belum terbiayai APBD, oleh Bappeda disampaikan kepada
perusahaan yang ingin membantu lewat CSR dan mereka akan memilih program
pada sektor mana yang akan dibantu.
Di Balikpapan walaupun terdapat beragam suku (terdapat 110 paguyuban),
namun hal tersebut tidak menjadi hambatan. Pemerintah juga melakukan
pendekatan secara budaya. Salah satu contohnya seperti melakukan program mitra
dukun pada saat proses persalinan. Karena di Balikpapan telah ditemui beberapa
kasus bahwa ada para ibu hamil yang telah melakukan kontrol kandungan di
Rumah Sakit, namun pada saat proses bersalin, mereka masih memilih untuk
melahirkan di dukun beranak. Maka dari itu dilakukan pendekatan mitra dukun

109
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

dimana dukun beranak dapat masuk ke dalam ruang bersalin namun hanya sebatas
mendampingi.
Akses internet dipandang dapat memberikan kemudahan akses kepada
pendidikan, namun di sisi lain akses internet juga dapat membawa pengaruh negatif
bagi anak apabila tidak ada pembatasan konten (dua sisi mata pisau). Fakta
lapangan yang terjadi di Balikpapan, banyak terjadi kasus Berat Bayi Baru Lahir
Rendah (BBLR) yang disebabkan oleh kelahiran bayi dari orang tua usia muda yang
merupakan salah satu akibat dari kebebasan mengakses konten diinternet (yang
sifatnya negatif). Terkait dengan hal tersebut, perwakilan dari dinas pendidikan
menyampaikan bahawa telah dilakukan pembatasan konten-konten dan waktu
akses internet di sekolah. Yang menjadi tantangan adalah pemantauan pada saat
anak mengakses internet di rumah. Harus diberikan edukasi kepada org tua untuk
dapat memantau dan juga dilakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja putri.
Pemerintah Kota Balikpapan telah memberikan sekolah gratis untuk para
siswa di tingkat sekolah dasar. Selain menerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
dari pemerintah pusat, para siswa juga menerima BOS dari pemerintah kota. BOS
pemerintah kota diberikan untuk seluruh siswa di jenjang SD sampai dengan SMP
baik sekolah negeri maupun swasta. Apabila melihat tren preferensi sekolah dari
para siswa, tahun 2020 terlihat bahwa kecenderungan para siswa akan lebih banyak
memilih untuk bersekolah di sekolah negeri, karena ada kekhawatiran apabila
sekolah di sekolah swata akan ada biaya tambahan yang mereka keluarkan (biaya
gedung). Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, Di tahun 2020, berapapun jumlah
siswa yang diterima di sekolah swasta, pemerintah kota akan memberikan subsidi
sarana dan prasarana sehinga subsidi tersebut akan menutupi kebutuhan untuk
uang gedung.
Tantangan yang dihadapi pemerintah kota terkait dengan pemberian bantuan
atau beasiswa untuk siswa sekolah adalah tidak adanya database siswa yang
memperoleh bantuan pemerintah melalui porgram Kartu Indonesia Pintar (KIP),
sehingga khawatir dapat terjadi duplikasi. Pemerintah Kota sudah menyurati
Kemendikbud, namun sampai saat ini data tersebut belum juga dierima. Pesan yang
disampaikan oleh Pemerintah Kota adalah agar Pemerintah pusat dapat
menembuskan data penerima program banuan kepada level daerah agar kebijakan
yang dilakukan daerah dapat tepat sasaran dan tidak menduplikasi program
pemerintah pusat.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Program-program inovatif dari berbagai daerah yang berhasil, bisa menjadi
percontohan bagi daerah lain yang memiliki capaian HCI yang cukup rendah.
BPS dan K/L terkait perlu mempertimbangkan pendekatan lain untuk
perhitungan indikator kemiskinan yang selama ini sangat general. Karakteristik
wilayah dan budaya di beberapa daerah bisa dijadikan sebuah contoh perlunya
pertimbangan tersebut. Indikator pengeluaran yang selama ini dijadikan acuan
menjadi perdebatan bertahun tahun untuk menilai fakta kemiskinan di daerah.

110
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

Program-program pusat seperti PKH selayaknya mendapat dukungan yang


optimal mengingat fakta di lapangan menunjukkan efektivitas dari sisi target
pencapaiannya. Dukungan mekanisme transfer ke daerah terutama melalui DAK
yang lebih fleksibel sangat membantu daerah unttuk memenuhi ruang kebutuhan
yang menjadi prioritas termasuk pemenuhan tenaga lapangan.
Dukungan pemerintah pusat terutama anggaran sangat dibutuhkan bagi
Pemerintah daerah dalam mengimplementasikan berbagai program intervensi
penanganan stunting
Inovasi pemerintah daerah untuk terus mengawal program stunting sangat
menentukan kerberhasilan program pemerintah dalam pemberantasan stunting.
Inovasi tersebut perlu diberikan apresiasi oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk
penghargaan dan rewards
Sinergi antar institusi pemerintah dan pihak swasta serta masyarakat harus
terus ditingkatkan, karena program penanganan stunting tidak akan pernah berhasil
jika tidak ada sinergi antar pihak
Aspek regulasi dan peraturan akan membuat langkah pemerintah dan para
pihak menjadi lebih cepat. Koordinasi data dan informasi dengan pemerintah pusat
terutama Kementerian Kesehatan menjadi sangat poenting dan perlu ditingkatkan.

Acknowledgments: Terimakasih saya sampaikan kepada Kepala Pusat Kebijakan


Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan, terutama teman-teman di Bidang Multilateral dan Anggota Tim Human
Capital Index serta rekan-rekan peneliti. Terimakasih yang sebesar-besarnya juga
saya sampaikan kepada Pemerintahan Kota Balikpapan dan jajarannya terutama
dari bappeda, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan atas dukungan dan
asistensinya.

REFERENSI

Aritonang, Adiwan, 2008. "A study on Indonesia regions disparity: post


decentralization." Available at SSRN 1737977.
Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan, 2019. Kota Balikpapan Dalam Angka,
Balikpapan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Balikpapan, 2019. Laporan Tahunan
Pencapaian Pembangunan Kota Balikpapan.
Bank Dunia, 2018. Laporan Perkembangan Human Capital Index di Indonesia,
World Bank, Jakarta.
Formen, Ali, and Joce Nuttall, 2014. "Tensions between discourses of development,
religion, and human capital in early childhood education policy texts: The case
of Indonesia." International Journal of Early Childhood 46.1 (2014): 15-31.

111
Journal of Humanity and Social Justice – Policy and Practice.
Volume 2 Issue 2, 2020, (99-112). Mahpud Sujai: Peranan Kebijakan Fiskal …

Hariyani, Faridah, Nino Adib Chifdillah, Ridha Wahyuni, Nurhayati Nurhayati, Siti
Nuryanti, Sonya Yulia, Frana Andrianur et al. 2019. "Prosiding Seminar
Nasional & Call For Papers Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim “Cegah
Stunting, Mempersiapkan Generasi Berkualitas”." “Cegah Stunting,
Mempersiapkan Generasi Berkualitas”.
Kementerian Keuangan Republika Indonesia, 2019. Nota Keuangan dan RAPBN
Republik Indonesia Tahun 2019.
Kompas Online, 2018. https://sains.kompas.com/read/2019/10/18/180700523/6-
tahun-terakhir-angka-stunting-di-indonesia-turun-10-persen
Langi, Louisa A., dan Regina, Agape C. Toding, 2020. "Hubungan Pemberian Asi
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Puskesmas
Manggar Baru, Balikpapan Periode Juli-Agustus 2019." Pro-Life 7, no. 1: 71-86.
Miller, Douglas L., et al. 2006. "Social capital and health in Indonesia." World
Development 34.6: 1084-1098.
Nofiarsyah, Nofiarsyah. 2019. "Pemetaan Sumberdaya Aparatur Desa Di Provinsi
Kalimantan Timur." Jurnal Riset Pembangunan 2, no. 1: 47-66.
Rustiadi, Ernan, and Ahmadriswan Nasution, 2017. "Can Social Capital Investment
Reduce Poverty in Rural Indonesia?." International Journal of Economics and
Financial Issues 7.2: 109-117.
Trihono, Trihono, Atmarita Atmarita, Dwi Hapsari Tjandrarini, Anies Irawati, Iin
Nurlinawati, Nur Handayani Utami, and Teti Tejayanti, 2015. "Pendek
(stunting) di Indonesia, masalah dan solusinya." Badan Litbang Kementerian
Kesehatan, Jakarta.

112

You might also like