Professional Documents
Culture Documents
Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal Di Kabupaten Flores Timur
Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal Di Kabupaten Flores Timur
Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal Di Kabupaten Flores Timur
2/ September 2020
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
ABSTRAK
Flores Timur berpotensi memiliki bahan dasar pembuatan garam dan termasuk dalam sentra produksi garam Indonesia. Secara fisik,
6 lokasi sampel garam lokal di Kabupaten Flores Timur belum memenuhi syarat mutu garam konsumsi beryodium. Tujuan
penelitian mendata sentra produksi garam, mengkaji permasalahan produksi dan pemasaran garam lokal, dan mengetahui
kadar NaCl. Metode untuk mendata sentra produksi garam yaitu mengambil contoh garam yang dihasilkan oleh petani
garam di Flores Daratan dan di pulau Adonara. Garam yang dijadikan contoh adalah garam yang dihasilkan oleh
petani tradisional/lokal menggunakan tanah sebagai meja kristalisasinya. Kandungan NaCl dianalisa di laboratorium
Kimia Universitas Nusa Cendana dengan cara Kohman. Data dianalisa dengan metode deskriptif. Garam masih dikemas
menggunakan wadah kemas tradisional. Kadar NaCl dari 6 lokasi sampel garam belum memenuhi SNI 3556:2010 dan perlu
ditingkatkan kualitas garam dengan melakukan pengujian fisik dan kimia.
71
Yosephina Margaretha Jawa Batafor : Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal di Kabupaten Flores Timur
adalah natrium klorida (NaCl) dan pengotor yaitu Tujuan penelitian ini untuk mendata sentra
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4), produksi garam, mengetahui permasalahan produksi
dan magnesium klorida (MgCl2). garam lokal, dan melakukan pengujian kadar NaCl.
Garam tergantung pada kandungan NaClnya, Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk
kandungan NaCl tergantung pada lokasi dimana air meningkatkan kualiatas garam lokal di Kabupaten Flores
laut yang diambil, dan jenis dasar tambak/meja garam Timur, khususnya peneliti bisa menginformasikan
akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan. kandungan dalam garam lokal yang dipasarkan pada pasar
Meja garam adalah lahan yang digunakan untuk tradisional di Kabupaten Flores Timur. Penelitian ini juga
pembuatan garam atau yang sering disebut tempat merupakan indikator capaian yang terukur dan merujuk
pengkristalan. Meja garam yang dipakai oleh petani pada syarat mutu garam konsumsi beriodium (SNI
garam sejak dahulu adalah meja garam tanah 3556:2010).
(Oktavian, 2013). Indonesia masih harus mengimpor
garam dari negara lain, sementara kebutuhan garam METODE
nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perkembangan Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
industri di Indonesia. Kualitas garam yang dikelola sampai September 2019, di 6 lokasi pengambilan
secara tradisional, menghasilkan garam yang belum sampel di wilayah Flores Timur dengan
memenuhi syarat, hingga saat ini belum ada menggunakan wadah penampung garam. Secara
pengujian mengenai kualitas garam dan pada umum, sebaran sentra produksi garam di
umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam Indonesia ditunjukkan pada Gambar 1. Metode
konsumsi maupun garam industri. Salah satu budaya yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah
masyarakat setempat adalah memproduksi garam lokal metode survei. Sampel yang digunakan yaitu
untuk dimanfaatkan sebagai konsumsi sendiri maupun garam yang dihasilkan oleh petani garam di Flores
untuk di jual. Daratan dan di pulau Adonara. Garam yang
Indikator yang dipersyaratkan oleh pembeli dijadikan contoh adalah garam yang dihasilkan
adalah kandungan NaCl yang menjadi syarat dalam oleh petani tradisional/lokal menggunakan tanah
pemasaran. Petani garam tidak pernah mendapatkan sebagai meja kristalisasinya. Data dianalisa dengan
kepastian tentang kandungan NaCl dari garam yang metode deskriptif, yaitu dengan menyajikan data
dihasilkannya. Pembeli tidak pernah menguji dalam bentuk gambar dan tabel. Penentuan lokasi
kandungan NaCl dari garam yang dibeli dari petani pengambilan sampel berdasarkan hasil survei
garam sehingga petani garam selalu dirugikan hanya pemasaran garam lokal di pasar tradisional
karena penetapan sepihak dari pembeli. Kabupaten Flores Timur.
Lokasi pengambilan sampel di Flores kemudian dititrasi (Sudarmadji et al., 1997). Sampel
Daratan diberi kode KL, LL, KD, AP, L, dan di yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 g,
pulau Adonara diberi kode M (Tabel 1). Semua diekstrak menggunakan aquades panas 10-20 ml,
sampel dianalisa di laboratorium Kimia Universitas ditunggu beberapa lama sehingga semua garam (NaCl)
Nusa Cendana untuk kandungan NaCl dengan cara larut dan terpisah dengan lemak, ekstraksi diulang
Kohman. Prinsip metode Kohman yaitu mengekstraksi beberapa kali (8-10). Cairan hasil ekstraksi ditampung
sampel sehingga garam NaCl dipisah dengan lemak dalam wadah kemudian ditambah 3 ml kalium khromat
72
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 5 No. 2/ September 2020
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
5% dan dititrasi dengan Ag NO3 0,1 N secara perlahan- yang cukup baik, bisa menghasilkan produksi non
lahan sampai warna menjadi merah bata (Rinto et al., tangkap seperti garam lokal yang diproduksi oleh
2009). petani garam yang ada di Kabupaten Flores Timur.
Garam lokal yang dihasilkan di Kabupaten Flores
Tabel 1 Lokasi pengambilan sampel penelitian Timur disajikan dalam Gambar 2.
Kode Sampel Lokasi Kode dan keterangan sampel dapat dilihat
KL Desa Sinar Hading pada Gambar 2 diatas. Kode 1 – 5 adalah gambar
LL Desa Lewolaga garam yang diambil di Flores Daratan, sedangkan
KD Desa Kolaka (Dusun kode 6 adalah gambar garam yang diambil di pulau
Kolidatang) Adonara. Secara umum proses pembuatan garam
AP Desa Mokantarak untuk 6 lokasi menggunakan penguapan air laut
L Desa Kolaka (Dusun Laka) meliputi: persiapan lahan dengan cara menggembur
M Desa Pledo (Dusun Mekko) dan menjemur tanah sampai kering; tanah yang
sudah kering di pindahkan kedalam wadah para-
HASIL DAN PEMBAHASAN para; tanah di siram dengan air laut; air hasil tirisan
(air tua) di tampung pada ember; air tua dimasak
Sentra Produksi Garam Lokal pada wadah yang sudah disiapkan dengan suhu
Produksi garam dilakukan secara individual 84,8°C; setelah berapa jam kemudian terjadilah
oleh petani garam sehingga produksi garam kristal garam; dan pengeringan garam. Faktor cuaca
mempunyai produktivitas yang rendah dan kualitas yang dikombinasikan dengan teknik pengolahan
garam yang relatif rendah pula sehingga tidak yang relatif sederhana/tradisional mengakibatkan
memenuhi spesifikasi yang disyaratkan oleh industri produktivitas garam di Indonesia tergolong rendah.
di dalam negeri (Efendy et al., 2016). Apabila Sistem teknologi yang digunakan dalam
dibandingkan antara kebutuhan nasional dan pembuatan garam di Indonesia mayoritas masih
kemampuan produksi, maka produksi garam nasional mengandalkan penguapan air laut menggunakan
hanya mampu memenuhi kebutuhan dari sisi konsumsi sinar matahari pada areal tambak/di atas tanah
saja, sementara untuk kebutuhan bahan baku industri (Aditya P & Alhayat, 2016). Garam dikemas
masih bergantung pada impor. Garam untuk menggunakan wadah kemas tradisional berbahan
konsumsi telah dipenuhi oleh produksi dalam negeri, dasar anyaman daun lontar dan dipasarkan dipasar
ternyata sebagian besar produksi garam rakyat tradisional (Gambar 3). Ampas hasil penyaringan
tersebut masih membutuhkan proses pengolahan lebih garam berupa garam batu yang akan dijadikan
lanjut untuk dapat memenuhi standar yang pakan ternak. Pembuatan garam melalui penguapan
dibutuhkan hingga layak dikonsumsi oleh masyarakat air laut dengan menggunakan sumber panas
(Efendy et al., 2014). matahari, sangat tergantung pada kondisi iklim dan
Perairan Flores Timur memiliki kondisi cuaca suatu daerah (Rusiyanto et al., 2013).
kualitas perairan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari Kualitas garam yang dikelola secara tradisional
survei yang dilakukan di beberapa stasiun pengamatan pada umumnya harus diolah kembali untuk
yang mencakup seluruh perairan di Kabupaten Flores dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam
Timur (Setiawan., 2013). Kondisi kualitas perairan industri (Rositawati et al., 2013).
73
Yosephina Margaretha Jawa Batafor : Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal di Kabupaten Flores Timur
Pemasaran Garam Lokal yaitu luas tambak, masa dan waktu panen, kualitas,
Informasi yang disajikan dari Gambar 3 dan model pemasaran (Kurniawan et al., 2014).
sebagai berikut: garam dikemas menggunakan wadah Semakin luas areal tambak yang dimiliki petani,
kemas tradisional berbahan dasar anyaman daun umumnya juga akan memperoleh pendapatan yang
lontar dan dipasarkan dipasar tradisional di Kabupaten lebih besar. Luas lahan garam juga menjadi suatu
Flores Timur; setiap kemasan dijual dengan harga Rp indikator kemampuan ekonomi dan status sosial
10.000,00. Petani garam dalam hal ini adalah ibu-ibu petani tambak. Penghasilan petani garam rakyat di
yang melakukan proses pemasakan garam dan yang Indonesia tidak menentu karena sangat tergantung dari
terjun langsung ke pasar tradisional untuk melakukan faktor alam. Apabila musim kemarau Panjang maka
proses jual beli garam tersebut. Berlangsungnya potensi penghasilan petani semakin tinggi karena
transaksi jual beli di pasar, pembeli tidak frekuensi panen garam semakin banyak, sinar
mendapatkan informasi mengenai kandungan garam matahari yang cukup merupakan salah satu prasyarat
tersebut, pembeli sebatas mendapatkan garam untuk untuk menghasilkan garam yang berkualitas (Aditya
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Setiap kemasan P & Alhayat, 2016).
yang dijual tidak disertakan berapa jumlah gram
garam yang dijual dengan harga Rp 10.000,00 Kadar NaCl Garam Lokal
tersebut. Penentuan karakteristik garam sangat
bermanfaat untuk mengetahui besar pengotor yang
ada dan kadar NaCl sebelum dimurnikan sehingga
dapat diketahui layak tidaknya garam tersebut untuk
di konsumsi. Kadar NaCl garam lokal di Kabupaten
Flores Timur disajikan dalam Tabel 2.
74
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 5 No. 2/ September 2020
ISSN 2528-052X ; eISSN 2621-7252
94,7% untuk garam yang tidak beriodium mampu ditutupi oleh hasil penjualan saat panen
(Nitimihardja, 2005). (Aditya P & Alhayat, 2016).
Zainuri et al. (2016) mengatakan penentu
utama rasa asin dari garam adalah konsentrasi NaCl SIMPULAN
yang terkandung di dalam butiran garam. Air laut
disetiap lokasi mempunyai salinitas yang berbeda Kendala yang dihadapi petani garam diantaranya
mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya, produksi garam masih banyak dilakukan secara
diantaranya adalah perbedaan intensitas cahaya tradisional, bergantung pada faktor cuaca, serta kualitas
matahari, suhu, kelembaban, curah hujan, dan garam yang belum memenuhi standar industri. Lahan
kontribusi air tawar dari darat. Widayat (2009) penggaraman yang terpisah-pisah menyebabkan skala
menyatakan, proses pembuatan garam dengan metode keekonomian produksi garam tidak tercapai. Terdapat 6
penguapan air laut dengan memanfaatkan energi sinar lokasi pengambilan sampel dengan kualitas subjektif
matahari dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu berbeda-beda dikarenakan cara produksinya
kecepatan penguapan yang berkaitan dengan menggunakan cara tradisional. Kualitas garam rakyat
banyaknya garam yang diperoleh dan konsentrasi air yang di produksi disetiap lokasi masih tergolong
laut yang berkaitan dengan jumlah garam yang rendah dari segi kandungan NaCl untuk sesuai dengan
terlarut. Wilayah laut di Flores Timur sebesar 69%, hal SNI 3556:2010.
ini menjadikan potensi sumberdaya hayati lautnya
sangat besar. Produksi perikanan laut berjumlah SARAN
13.766 ton lebih mendominasi dan menjadi salah satu
sektor utama pembangunan (BPS Kabupaten Flores Perlu dilakukan pengujian lanjut secara fisik dan
Timur, 2014). Produksi perairan umum, tambak, dan kimia untuk meningkatkan kualitas garam yang
kolam tidak tersedianya data produksi sehingga diproduksi di Kabupaten Flores Timur, sehingga pada
produktivitas perikanan tersebut perlu dikelola dengan saat transaksi jual beli garam di pasar tradisional bisa
baik sehingga pemanfaatan dalam bentuk disertakan informasi kandungan NaCl pada garam lokal
pengembangan perikanan dapat berlanjut. tersebut.
Banyak faktor yang diperkirakan berkontribusi
terhadap rendahnya produktivitas garam di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA
Pertama, teknik produksi dan peralatan yang
digunakan masih sangat tradisional serta produksi Aditya P & Alhayat. (2016). Peluang dan Tantangan
garam yang sangat bergantung pada cuaca yang secara Komoditas Garam di Indonesia – Info
umum hanya memungkinkan memproduksi garam Komoditi Garam. Jakarta: Badan Pengkajian
hanya dalam waktu 4 bulan (KKP, 2014). Produksi dan Pengembangan Perdagangan
garam di Indonesia sebagian besar juga merupakan Kementerian Perdagangan Republik
produksi garam rakyat dengan luas areal rata-rata Indonesia Bekerja sama dengan Al Mawardi
sebesar 0,5-3 hektar dengan letak yang terpencar- Prima Anggota IKAPI DKI Jaya.
pencar. Kondisi ini menyulitkan pengembangan garam Arwiyah, Zainuri M, Efendy M. (2015). Studi
dalam skala besar yang terintegrasi dan efisien yang Kandungan NaCl di dalam Air Baku dan
membutuhkan kesatuan lahan datar yang cukup luas Garam yang dihasilkan serta Produktivitas
yaitu antara 4.000 hingga 6.000 hektar sehingga Lahan Garam menggunakan Media Meja
mendapat manfaat dari skala ekonomi (Puska PDN, Garam yang Berbeda. Jurnal Kelautan, 8, (1),
2012). Faktor lain dari usaha garam hanyalah 1-9.
merupakan mata pencaharian musiman, di mana [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Flores Timur.
petani garam seringkali hanya memanfaatkan waktu (2014). Flores Timur dalam Angka 2014.
jeda pada usaha tambak udang sehingga usaha garam Larantuka: Badan Pusat Statistik Kabupaten
rakyat belum dilakukan secara optimal. Dampak iklim Flores Timur.
terhadap produksi garam bukan hanya berdampak Bramawanto R dan Abida RF. (2017). Tinjauan Aspek
pada penurunan kuantitas produksi garam, tetapi juga Klimatologi (ENSO dan IOD) terhadap
mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana Produksi Garam Indonesia. Pusat Riset
produksi garam yang pada akhirnya dapat turut Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya
mempengaruhi kesejahteraan petambak garam Manusia KP – KKP. Jurnal Kelautan
(Bramawanto & Abida, 2017). Nasional, 12, (2), 91-99.
Kondisi cuaca yang terkadang tidak menentu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Flores Timur.
dan sulit diprediksi menyebabkan petambak harus (2007). Laporan Implementasi Kebijakan
meresponnya melalui strategi adaptasi tertentu. Perikanan Berkelanjutan Daerah Flores Timur.
Dengan demikian, petambak tetap akan memperoleh Flores Timur: DKP Flores Timur.
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Efendy M, Heryanto A, Sidik RF & Muhsoni FF.
Saat curah hujan tinggi, petani cenderung lebih (2016). Perencanaan Usaha Korporatisasi
memilih untuk menunda atau berhenti produksi (tidak Usaha Garam Rakyat. Jakarta: Sekretariat
melakukan adaptasi), karena bila proses produksi tetap Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut,
dilanjutkan maka hasil produksi tidak maksimal Kementerian Kelautan dan Perikanan.
bahkan biaya produksi yang telah dikeluarkan tidak Efendy M, Zainuri M & Hafiluddin. (2014).
75
Yosephina Margaretha Jawa Batafor : Identifikasi Permasalahan Produksi Garam Lokal di Kabupaten Flores Timur
76