Professional Documents
Culture Documents
Maternity Care (FCMC) Postnatal Education Model Through Family Centered Maternity Care (FCMC)
Maternity Care (FCMC) Postnatal Education Model Through Family Centered Maternity Care (FCMC)
ABSTRAK
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali
ke keadaan normal sebelum hamil. Metode yang digunakan pada penelitian ini ada 2 tahapan yaitu: (1)
pendekatan partisipatif, (2) Participatory Action Research (PRA). Penentuan sampel dengan tehnik purposive
sampling. Jumlah sampel 50 orang di RSD Dr. Soebandi Jember dan 50 sampel ibu postpartum dan keluarga
di Wilayah Kecamatan Kaliwates, jumlah total 100 responden. Pengolahan data dianalisis secara kualitatif.
Pelaksanaan edukasi postnatal bagi ibu nifas dengan pendekatan FCMC sesuai persepsi yang muncul dari
ibu post partum, tetapi hal ini belum dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan informasi sesuai
tahapan dari masa nifas. Edukasi postnatal ini menjadi alternative pilihan yang tepat bagi petugas kesehatan
untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugas-tugas perkembangan yang akan dijalaninya.
Kata Kunci: Model Edukasi Postnatal, FCMC (Family Centered Maternity Care)
ABSTRACT
Post partum period is a period of six weeks after the baby is born until the reproductive organs
return to normal pre-pregnancy state. There are two methods used in this study split into two stages,
namely: (1) Participatory Approach, (2) Participatory Action Research (PRA). The samples used is
purposive sampling technique. The number of samples taken 50 people in RSD Dr. Soebandi Jember and
50 samples of postpartum mothers and families in Kaliwates District, the total of 100 respondents in all.
Processing of the data is analyzed qualitatively. Implementation of postnatal education model through
family centered maternity care come from perception of maternal postpartum, but this has not been done
by looking at the information according to the stages of the puerperium. Postnatal education model is an
alternative option which is appropriate for health workers to prepare puerperal women in adapting to
run the development tasks to be through.
melakukan perkembangan dan tugas-tugas dengan masa perawatan nifas ini maka upaya
perawatan bagi diri serta bayinya. peningkatan persepsi ibu dalam mengemban
Pendidikan postnatal merupakan suatu tugas fungsi sebagai orangtua belum optimal
proses pembelajaran yang diberikan petugas dilaksanakan, dimana fenomena ini juga
kesehatan kepada ibu dan keluarga selama ditemukan di rumah sakit-rumah sakit lain.
masa nifas guna meningkatkan pengetahuan Data menyebutkan dari hasil pengkajian
ibu dalam beradaptasi terhadap perubahan bahwa dari 28 pasien terdapat 85,71%
maternal yang terjadi selama masa nifas baik merupakan pasien dengan rujukan yang tidak
perubahan fisik, psikologis, serta melakukan ANC di rumah sakit dr. Soebandi
meningkatkan pengetahuan ibu dalam Jember. Untuk pasien yang melakukan ANC
merawat bayi (Sulistyawati, 2009). Penelitian dan melahirkan di rumah sakit dr. Soebandi
yang dilakukan terhadap 30 petugas Jember hanya 14, 29%. Karena hal ini berarti
kesehatan gabungan antara dokter bidan dan petugas kesehatan bukan melakukan review
perawat di Yordania dengan menggunakan dan follow up pada periode intranatal dan
focus group discussion (FGD) tentang postnatal, melainkan baru memulai penerapan
persepsi perawatan yang diberikan pada ibu Family Centered Maternity Care (FCMC)
post partum didapatkan hasil bahwa lebih dengan intervensi berupa pendidikan atau
menekankan pentingnya pemanfaatan edukasi postnatal (Ecenrod & Zwelling,
pelayanan (Khalaf et al., 2009). Kondisi ini 2000; Zwelling & Phillips, 2001). Salah satu
akan meningkatkan kemampuan ibu post penelitian terkait edukasi postnatal yang telah
partum (competent mothering) dalam dilakukan oleh Indriyani (2006) dengan sampel
melakukan pemeriksaan dan menggunakan ibu postpartum dengan sectio caesarea
pelayanan yang diberikan oleh petugas didapatkan hasil bahwa menyusui ASI secara
kesehatan (Khalaf et al., 2009). dini dan teratur dapat mengoptimalkan
Salah satu jembatan untuk produksi ASI pada ibu postpartum dengan
mengoptimalkan upaya edukasi postnatal sectio caesaria.
adalah melalui pendidikan prenatal atau saat Ibu dengan dukungan keluarga melalui
ibu berada pada perawatan nifas . Seperti pendekatan FCMC diharapkan memiliki
fenomena yang tergambar di RSD dr. kemampuan yang optimal dalam beradaptasi
Soebandi Jember yang telah melaksanakan secara maternal pada masa nifas, juga
rawat gabung dan kelas prenatal, namun kemampuan dalam mengasuh bayi (Clay &
dalam pelaksanaannya masih belum optimal Parsh, 2014; Gasparini, Champagne,
dalam mencapai peningkatan pemahaman ibu Stephany, Hudson, & Fuchs, 2015).
dalam optimalisasi competent mothering. Mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih
Kelas prenatal merupakan bagian dari cukup tinggi dibandingkan dengan negara
pendekatan family cantered maternity care ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI)
(FCMC) yang bertujuan agar ibu yang telah dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
mengikuti kelas prenatal ini salah satu indikator penting dalam menilai
dapatmengaplikasikan pengetahuan yang tingkat derajat kesehatan masyarakat disuatu
telah didapat pada ar ea postnatal. negara (Depkes RI, 2009). Oleh karena itu
Kenyataannya dalam pelaksanaan masih pemerintah memerlukan upaya yang sinergis
terdapat beberapa masalah dan kendala. dan terpadu untuk mempercepat penurunan
Permasalahan tersebut yaitu pertama adanya AKI dan AKB di Indonesia khususnya dalam
ibu hamil yang melakukan Antenatal Care mencapai target Millenium Development
(ANC) di rumah sakit dr. Soebandi Jember, Goals (MDGs) pada tahun 2015.
namun pada waktu intranatal tidak bersalin Berkaitan dengan permasalahan
di rumah sakit tersebut dan sebaliknya. tersebut di atas sangat perlu dipecahkan dan
Karena terputusnya pendidikan antenatal
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 129
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Nifas dan Suami sebagai Responden Di RSD Dr.
Soebandi Jember Tahun 2014.
Pada tabel 1 terlihat bahwa pendidikan yaitu 20 orang (80 %), sedangkan suami
responden ibu nifas di RSD dr. Soebandi jumlah terbanyak juga berpendidikan rendah
Jember mayoritas adalah pendidikan rendah yaitu sebanyak 14 orang (56 %).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Nifas dan Suami sebagai Responden Di Wilayah
Puskesmas Kaliwates Jember Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Ibu Nifas Tingkat Pendidikan Suami
Pendidikan Jumlah (%) Pendidikan Jumlah (%)
1 Rendah 12 48.0 Rendah 4 16.0
2 Menengah 12 48.0 Menengah 19 76.0
3 Tinggi 1 4.0 Tinggi 2 8.0
Total 25 100 25 100
Kondisi pendidikan ibu nifas di wilayah sebanyak 12 orang untuk masing-masing
Puskesmas Kaliwates Jember untuk (48%). Sedangkan pendidikan suami sebagian
pendidikan rendah dan menengah sama, yaitu besar adalah pendidikan menengah yaitu
sebanyak 19 orang (76%).
130 Juli 2014: 128 - 141
Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2342
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Pendidikan Kesehatan yang pernah diterima Saat Hamil pada Ibu
nifas sebagai Responden di RSD Dr. Soebandi Jember dan Wilayah Puskesmas Kaliwates
Jember Tahun 2014
No Penkes saat hamil saya diterima Ibu Nifas Penkes saat hamil saya diterima Ibu Nifas
di RSD Dr. Soebandi di Wilayah Puskesmas Kaliwates
Usia Jumlah (%) Usia Jumlah (%)
1 Gizi Kehamilan 1 4.0 Nutrisi Kehamilan 12 48.0
2 Tidak Pernah 24 96.0 Tidak Pernah 13 52.0
Total 25 100 25 100
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keikutsertaan dalam Kelas Prenatal pada Ibu nifas sebagai Responden
di RSD Dr. Soebandi Jember dan Wilayah Puskesmas Kaliwates Jember Tahun 2014
No Keikutsertaan kelas prenatal Keikutsertaan kelas prenatal
Ibu Nifas di RSD Dr. Soebandi Ibu Nifas di Wilayah Puskesmas Kaliwates
Keikutsertaan Jumlah (%) Keikutsertaan Jumlah (%)
1 Ya 1 4.0 Ya 0 0
2 Tidak 24 96.0 Tidak 25 100
Total 25 100 25 100
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 131
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
dan k) merasa kasihan bila meninggalkan bayi langsung pasang pembalut tanpa dikeringkan;
sendirian hanya untuk bepergian. e) mengganti pembalut bila sudah penuh; f)
Respon kurang tepat dalam mengatasi membersihkan kemaluan dengan sabun; g)
masalah nyeri yang sudah dilakukan habis cebok mengeringkan kemaluan pakai
responden antara lain: a) tidak banyak waslap atau handuk; dan h) cara
bergerak karena nyeri meningkat; b) bergerak membersihkan kemaluan diguyur air dan yang
lebih hati-hati karena tidak tahan dengan dibersihkan bagian pinggir saja, bagian yang
nyeri; c) akan bergerak takut jahitan robek sakit sama sekali tidak disentuh karena nyeri
dan semakin tidak nyaman; d) karena nyeri dan takut.
perawatan bayi pada 1 minggu pertama minta Tanggapan lain yang sudah diberikan
bantuan keluarga. Selain itu juga terdapat oleh ibu nifas yaitu tentang perawatan
responden yang memberikan tanggapan yang payudara masa menyusui. . Ternyata bahwa
tepat tentang management nyeri ini, hal pemahaman dan perilaku ibu nifas untuk
tersebut ditanggapi antara lain: a) meskipun optimalisasi produksi ASI dalam bentuk
terasa nyeri tetap berusaha bergerak; b) tetap perawatan payudara secara umum masih
mencoba bergerak hati-hati; c) meskipun belum dilakukan. Hal ini karena
nyeri tetap bergerak dan merasakan nyerinya mengungkapkan belum tahu cara melakukan
cepat berkurang dan menjadi biasa. perawatan payudara. Topik lain tentang nutrisi
Hal lain yang juga disampaikan oleh ibu masa menyusui. Tanggapan yang tepat
nifas berhubungan dengan personal higiene tentang nutrisi masa menyusui antara lain
dan perawatan daerah perineum pada masa adalah: a) makan sayuran yang berwarna
nifas. Secara umum personal hygiene dan hijau dan merah (daun katuk, bayam, wortel);
perawatan daerah perineum yang b) makan ikan karena banyak protein dan bayi
diungkapkan oleh ibu nifas dan sudah tepat agar sehat; c) makan makanan bergizi seperti
antara lain adalah: a) membersihkan alat susu, ikan, sayur, buah; d) makan jagung dan
kelamin sesering mungkin; b) mengganti kacang goreng (kacang-kacangan); dan e)
pembalut; c) menggunakan daun sirih untuk minum air putih yang banyak; f) makan 4
cebok dan dalam keadaan hangat; d) sering sehat 5 sempurna. Adapun tanggapan yang
ganti celana dalam; e) menggunakan air kurang tepat tentang nutrisi masa menyusui
hangat untuk mandi, biar darah mudah antara lain adalah: a) minum jamu majakan;
dibersihkan; f) daerah luka di kamaluan diberi b) minum jamu racik sewu; c) pantang makan
betadine; g) menjaga kebersihan badan; h) telur karena lukanya takut tidak sembuh; d)
mengganti pembalut tiap kencing karena selama luka operasi belum sembuh pantang
basah; i) membersihkan daerah kemaluan makan ikan dan telor; e) pantang makan telor
(cebok) dari atas ke bawah; j) luka jahitan di dan ikan takut tali pusat bayi tidak cepat
kemaluan dibersihkan; k) celana dalam pakai sembuh, setelah tali pusat bayi sembuh boleh
bahan yang halus dan lembut bukan bahan makan ikan dan telor; f) pantang makan
nylon; l) pembalut diganti sesuai kebutuhan; sambal takut bayi diare; g) pantang makan
m) ganti pembalut 3 jam sekali (tidak sampai ketan; h) bila operasi tidak pantang makan,
pembalut penuh darah). Adapun ungkapan tapi bila persalinan normal justru pantang
tentang personal hygiene dan perawatan makan ikan dan telor, makan “mutih” (hanya
daerah perineum yang masih belum tepat, dengan lauk tahu dan tempe); i) pantang
diungkapkan sebagai berikut: a) daerah makan telor karena ASI berbau amis; dan j)
kemaluan diberi alkohol; b) makan rebung dan pantang makan buah salak karena bayi tidak
mentimun supaya darah kotor/darah putih bisa BAB.
(lochea alba) cepat keluar; c) tidak tahu Berkaitan dengan perilaku menyusui
caranya; d) bila buang air kecil dibersihkan bayi yang sudah disampaikan oleh ibu nifas
antara lain: a) semua ibu berkeinginan ibu nifas dalam hal memandikan bayi masih
menyusui bayinya; b) pengalaman menyusui sangat kurang. Selur uh responden
sebelumnya 2 tahun, untuk anak kedua juga mengatakan tidak ada yang berani
ingin menyusui; c) bayi dberikan ASI saja memandikan bayi sebelum tali pusat lepas,
sampai 6 bulan; d) menyusui sekitar 2-3 jam bahkan didapatkan kondisi tidak pernah
sekali; e) bila bayi tidur terus dibangunkan memandikan bayi karena perannya sudah
untuk disusui; f) menyusui bayi sewaktu- diambil alih oleh keluarga. Kondisi tidak
waktu bila bayi menangis; g) meneteki pada kompetennya ibu dalam memandikan bayi ini
payudara kiri dan kanan, dimulai dari terdapat baik ibu primipara maupun multipara.
payudara yang keras; h) menyusui sejak bayi Meskipun ibu nifas tidak memandkan
lahir sampai ASI lancar; dan i) minum pil sendiri bayinya sejak awal dan tidak merawat
pelancar ASI. Selain hal tersebut juga tali pusat bayinya sendiri, namun saat
didapatkan ungkapan ibu yang masih kurang dieksplorasi persepsinya tentang perawatan
tepat dalam memberikan nutrisi bagi bayi. Hal tali pusat didapatkan gambaran sebagai
tersebut menurut ibu nifas antara lain: a) selain berikut: a) tali pusat dirawat dengan kassa
ASI kalau bayi masih lapar, rewel dan dan betadine; b) tali pusat tidak usah dibungkus
menangis terus bisa diberi pisang; c) bila bayi tapi langsung ditutup gurita; c) merawat tali
tidur dibiarkan saja meskipun tidurnya sudah pusat dengan kassa dan alkohol; d) dirawat
lama dan waktunya minum ASI karena hanya dengan kassa kering. Namun juga
kasihan bila dibangunkan; d) karena puting didapatkan responden yang persepsinya
susu pecah tidak boleh diminumkan (pantang); masih kurang tentang perawatan tali pusat.
e) yang dihisap bayi saat menetek hanya Hal tersebut dikatakan bahwa: a) belum bisa
putingnya saja; f) bila puting susu kecil yang merawat tali pusat dan tidak pernah
dihisap bayi saat menetek sampai bagian melakukan; b) belum tahu cara merawat tali
hitam dari payudara (areola mamae), tapi bila pusat; c) tidak perhatian saat bayinya dirawat
puting susunya besar yang dhisap hanya tali pusatnya.
puting susu saja; g) puting susu lecet saat Selanjutnya berkaitan dengan mengganti
meneteki bayi, dan meneteki sampai popok, mengganti baju, membersihkan bayi
menangis; h) teman menyarankan bayi umur setelah BAB, mayoritas ibu nifas sudah
3 hari supaya diberi bubur sun; i) sejak lahir kompeten melakukan. Semua repsonden
sudah diberi susu formula, sampai sekarang mengungkapkan bahwa meskipun tali pusat
diberi bantuan susu formula karena ASI bayi belum lepas untuk aktifitas tersebut di
merasa kurang; j) bila bayi mau tidur diberi atas sudah bisa melakukan sendiri. Karena
susu botol supaya bayi mudah tidur dan bila tindakan tersebut tidak sampai menyentuh tali
tidak sedang akan tidur minum ASI; k) pusat yang masih belum lepas. Namun
kadang diberi ASI dengan cara dipompa meskipun demikian mayoritas ibu
supaya ASI keluar sedikit-sedikit, dan kadang mengungkapkan bahwa dalam perawatan
bayi diberi susu formula; m) karena puting bayi baru lahir tersebut dibantu oleh keluarga
susu tenggelam bayi diberi susu formula, baru terutama nenek, baik dari pihak ibu nifas
setelah 2 minggu bayi minum ASI karena maupun suami.
puting susu sudah keluar dan ibu sudah Berkaitan dengan peranan suami bagi
terampil menyusui. ibu nifas dalam hal perawatan diri masa nifas
Kompetensi ibu dalam hal memandikan maupun perawatan bayi baru lahir didapatkan
bayi juga dieksplorasi oleh tim peneliti. gambaran bahwa peranan tersebut masih
Berbagai ragam ungkapan telah disampaikan kurang. Rata-rata suami lebih mendukung
oleh ibu nifas. Secara umum peneliti dalam hal aktifitas sehari-hari suatu rumah
mendapatkan gambaran bahwa kompetensi tangga dan bukan pada perawatan bayi baru
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 133
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
lahir. Kondisi tersebut sebagai berikut: a) telah ditetapkan dalam SK Direktur Rumah
membantu mengganti popok; b) membantu Sakit Dr. Soebandi Jember. Dalam
memandikan istri; c) membantu cuci piring pelaksnaannya ibu postpartum dengan kondisi
dan cuci pakaian; d) membantu memandikan bayi sehat dan ibu sehat, dimana syarat rawat
bayi; e) mengingatkan dan mengantar periksa gabung terpenuhi maka ruangan melakukan
atau kontrol sehabis melahirkan; f) membantu perawatan gabung ibu-bayi. Adapun pada ibu
memasak; g) mengkondisikan istri menjadi postpartum dengan riwayat persalinan sectio
senang dan tidak stress; h) membersihkan caesaria (SC), kebijakan rumah sakit untuk
BAB bayi memakai tissue basah kadang menggabung ibu dan bayi adalah pada hari
kapas yang dibasahi air dingin; i) kedua pasca persalinan. Namun kontinuitas
memperhatikan makanan ibu nifas supaya rawat gabung ibu-bayi pada pasca persalinan
bergizi; j) menyiapkan air hangat untuk SC tidak rutin dilaksanakan sesuai kebijakan,
memandikan bayi, hangatnya mencontoh saat waktu pelaksanaan rawat gabung biasanya
bidan menyiapkan air mandi bayi saat memanjang. Kondisi ini berdampak pada
perawatan di Puskesmas; k) keluarga suami optimalisasi produksi ASI pada ibu nifas
sangat kental dengan perilaku budaya pada menjadi terhambat.
masa nifas, makanya memutuskan tetap Selain hal tersebut di atas petugas
tinggal dirumah sendiri guna menghindari kesehatan mengatakan ada kendala untuk
konflik bila tidak taat; l) menggendong bayi rawat gabung yaitu : a) bahwa bila keluarga
setelah usianya 2 minggu. ikut berinteaksi dalam perawatan ibu dan
Dukungan suami yang masih kurang bayi, rumah sakit masih belum memiliki schort
tepat dan juga kurang. Hal tersebut antara untuk keluarga guna menurunkan risiko
lain: a) urusan bayi tidak ikut merawat; b) infeksi nosokomial; b) jumlah petugas
suami tidak tidur sekamar dengan ibu nifas; kesehatan kurang karena dengan kapasitas
c) tidak pernah menggendong waktu masih 14 bed ibu dan bayi hanya dilayani oleh 5
kecil karena menunggu leher bayi kokoh; d) bidan yang yang bertanggungjawab dengan
pengalaman anak pertama menggendong bayi pembagian shift 3 orang pagi dan shift sore
saat bayi sudah bisa duduk, hal ini karena serta malam 1 bidan, sehingga dalam
takut; e) membantu membuat susu formula; pendampingan aktifitas Rawat Gabung ibu-
f) tidak bisa mengganti popok bayi; g) tidak bayi belum optimal.
bisa membantu saat bayi BAB; h) Berkaitan dengan program edukasi
menggunakan alkohol dalam membersihkan postnatal, petugas kesehatan mengatakan
BAB bayi; i) jadwal kontrol ibu nifas yang bahwa di ruang Dahlia (ruang nifas) sudah
mengingatkan orangtua (nenek), dan sudah dilaksanakan. Rumah sakit juga telah memiliki
ditandai tanggalnya; k) urusan merawat bayi fasilitas ruang edukasi yang menjadi double
diserahkan sama nenek; l) tidak bisa fungsi dengan ruang senam ibu hamil yang
memandikan bayi; m) nenek membantu posisi ruangannya melekat dengan ruang
semua kebutuhan perawatan bayi baru lahir, Dahlia. Namun keberadaan ruang edukasi ini
namun saat nenek sudah pulang semua masih belum kondusif. Hal ini karena untuk
dikerjakan sendiri oleh ibu nifas. saat ini ruang edukasi postnatal juga memiliki
pintu luar dan menjadi akses lalu lalang bagi
Petugas Kesehatan petugas rumah sakit menuju ke tempat lain.
Kondisi pelaksanaan edukasi postnatal di
Pelaksanaan program rawat gabung di ruang Dahlia memiliki gambaran antara lain:
rumah sakit menurut Kepala Ruang dan a) edukasi postnatal dilaksanakan 2 kali dalam
Ketua Tim sudah dilaksanakan. Hal ini seminggu yaitu pada hari Rabo dan Kamis;
mengacu pada kebijakan rumah sakit yang b) rencana edukasi dibantu oleh petugas
PKMRS 1 kali dalam seminggu namun dalam antara lain: a) menambah SDM; b)
pelaksanaannya hal tersebut blm terlaksana, melengkapi sarana prasarana; c) memiliki
karena petugas PKMRS masih merangkap jadwal yang secara konsisten edukasi dapat
dengan tugas layanan lain; c) jumlah SDM dijalankan, karena sudah dijadwal petugas
belum mencukupi untuk pelaksanaan edukasi kesehatan kadang belum konsisten
postnatal; d) sarana prasarana edukasi melaksanakan dengan alasan keterbatasan
postnatal masih kurang; e) saat edukasi SDM.
postnatal secara kelompok lebih banyak Berikutnya di Wilayah Kaliwates.
menggunakan temapat langsung di bed pasien Menurut petugas kesehatan di Puskesmas
dan untuk keluarga ditambahkan kursi duduk Kaliwates selama ini program rawat gabung
di antara bed pasien; d) edukasi sering ibu-bayi sudah dilaksanakan bila bayi dan ibu
dilaksanakan dari bed ke bed; e) kadang memenuhi syarat untuk rawat gabung.
pasien kurang antusias saat edukasi postnatal, Selama ini sesuai dengan kebijakan yang
dimana keluarga mendengarkan tapi kadang ditetapkan bahwa untuk ibu-ibu yang risiko
pasien justru tidur pula, dan f) pelaksanaan akan dirujuk ke RS untuk mendapatkan
edukasi postnatal secara kelompok dan pelayanan lebih lengkap, demikian juga dengan
melibatkan keluarga dilaksanakan saat jam bayi yang bermasalah dan tidak sehat.
kunjungan pasien, sehingga yang menjadi Kendala dalam pelaksanaan rawat gabung
peserta edukasi pasien, keluarga dan kerabat adalah keluarga kadang mengambil
serta teman klien yang kebelutan berkunjung. keputusan yang kurang tepat dalam
Hal ini dirasakan petugas kesehatan memang perawatan bayi baru lahir, seperti memberi
kurang fokus dan kurang konsentrasi, karena susu formila atau madu seblum ASI ibu
situasinya sangat ramai. Selain hal itu topik banyak.
edukasi postnatal yang diberikan belum Berkenaan dengan program edukasi
mengacu pada urutan berdasarkan kebutuhan postnatal bagi ibu nifas sudah dijalankan. Hal
pada masa nifas. ini juga dengan melibatkan keluarga. Namun
Untuk kegiatan keterlibatan keluarga topik yang disampaikan belum mengacu pada
dalam pelaksanaan edukasi postnatal, langkah kebutuhan berdasarkan tahapan
menurut petugas kesehatan di ruang Dahlia masa nifas.
kondisinya adalah: a) edukasi postnatal Berkaitan dengan pelaksanaan eduaksi,
bersama keluarga belum dapat dilaksnakan petugas kesehatan masih belum
setiap hari; b) karena pelaksanaan edukasi menggunakan sarana dan media yang
kelompok pada hari Rabo dan Jumat maka lengkap, informasi disampaikan secara
bagi pasien yang pulang hari Selasa tidak langsung dengan pendekatan demonstrasi
sempat mendapatkan edukasi; c) edukasi langsung ke ibu maupun bayi. Media seperti
perorangan dilakukan saat pemeriksaan ibu leaflet ataupun booklet masih belum
nifas, tapi keluarga tidak ikut terlibat; d) tersedia. Puskesmas juga belum memiliki
edukasi postnatal kelompok dan melibatkan ruang edukasi. Selama ini edukasi dilakukan
keluarga dilaksanakan pada jam kunjung, langsung ditempat ibu nifas dirawat. Karena
padahal yang jadi sasaran kadang bukan jumlah ibu bersalin masih tergolong rendah
keluarga inti atau keluarga yang tinggal (10 persalinan perbulan), maka kegiatan
serumah dengan ibu nifas, melainkan kadang edukasi kelompok juga belum pernah
hanya kerabat atau tetangga. dijalankan. Cakupan persalinan dan ibu nifas
Saat dikonfirmasi tentang perencanaan di Puskesmas rendah karena masyarakat
ke depan dalam upaya optimalisasi program banyak yang melahirkan di BPS wilayah
edukasi postnatal dengan melibatkan keluarga Kaliwates dibandingkan di Puskesmas.
(pendekatan FCMC), dikatakan harapannya Petugas kesehatan juga mengungkapkan
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 135
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
bahwa waktu pelaksanaan edukasi postnatal tersebut yaitu bahwa pemberian edukasi
selain dilakukan di Puskesmas juga dilakukan postnatal di ruang Dahlia hendaknya
di Posyandu saat ibu nifas kontrol. Namun dilaksanakan 3 kali dalam seminggu dan setiap
pelaksanaan edukasi ini masih cenderung hari untuk edukasi individu. Adapun untuk
bersifat perorangan, dan edukasi kelompok pelaksanaan edukasi kelompok, hal ini
dengan melibatkan keluarga langsung saat ditetapkan dengan dibantu oleh petugas
kontrol belum dilakukan. Berdasarkan PKMRS, petugas Gizi, PKBRS.
informasi juga dikatakan bahwa masyarakat Kendala dalam pelaksanaan edukasi
di wilayah Puskesmas Kaliwates masih secara kontinue ini antara lan menurut kepala
sangat kuat keyakinan budayanya terkait Peristi adalah: a) jumlah SDM terbatas; b)
masa nifas dan perawatan bayi baru lahir. media edukasi belum optimal dan terbatas;
c) ruangan untuk edukasi masih belum optimal
Kepala Peristi dan Penanggungjawab kondisi dan fasilitasnya (karena ruang
KIA tersebut masih digunakan juga untuk jalan
umum bagi petugas RS); d) medialefleat
Adapun hal yag telah diungkapkan oleh belum secara ruguler tersedia; e) petugas
kepala Peristi tentang kebijakan program PKMRS merupakan unit tersendiri dengan
rawat gabung bahwa rumah sakit memiliki jumlah SDM 3 orang, namun SDM nya
kebijakan supaya ibu nifas dilakukan rawat merupakan SDM dari tempat lain seperti poli
gabung dengan bayi bila persyar atan hamil dan poli KB sehingga kontribusinya
memenuhi.Bila pada kasus persalinan spontan untuk ruang Dahlia belum optimal; e) petugas
dan tidak ada komplikasi persalinan baik ibu PKMRS masih mengutamakan edukasi bagi
maupun bayi, maka ibu-bayi akan langsung pasien rawat jalan, karena harapannya
dilakukan rawat gabung di runag nifas (ruang edukasi untuk ruang rawat Dahlia bisa
Dahlia). Namun khusus untuk persalinan dilaksanakan oleh petugas kesehatan
dengan SC rumah sakit membuat kebijakan langsung di ruang tersebut, namun jumlah
menggabungkan ibu-bayi setelah 1 hari, SDM di ruangan juga belum memadai.
meskipun ibu-bayi memenuhi syarat untuk Selanjutnya kondisi yang ada dalam hal
segera digabung. program edukasi postnatal pada ibu nifas di
Selain hal tersebut menurut kepala wilayah Puskesmas Kaliwates dipaparkan
Peristi tentang pelaksanaan pendekatan oleh penanggungjawab pemegang program
FCMC pada program rawat gabung, rumah KIA (kesehatan ibu dan anak). Hasil
sakit memiliki kebijakan yaitu keluarga wawancara diungkapkan bahwa untuk
diijinkan mendampingi ibu nifas hanya 1 orang pelaksanaan rawat gabung ibu-bayi di
saja. Pendampingan keluarga 24 jam masih Puskesmas telah dilaksanakan, dan kebijakan
belum dilaksanakan. Pendampingan keluarga tersebut juga telah ditetapkan. Bila ibu dan
ini terutama pada sore dan malam hari yaitu bayi memenuhi syarat rawat gabung, maka
mulai jam 17.00 WIB sampai 07.00 WIB. Hal rawat gabung akan disegerakan.
ini karena kalau pagi hari ruangan memiliki Selanjutnya menurut penanggungjawab
kegiatan rutin seperti visite dokter, rawat luka, program KIA bahwa program edukasi
injeksi, pemeriksaan laboratorium dan lain- postnatal secara individu ada, namun edukasi
lain. Rungan akan penuh sesak bila pagi hari secara kelompok masih belum ada.
keluarga juga ada di dalam. Pemegang program KIA juga menguraikan
Sehubungan dengan kebijakan bahwa selama ini belum membuat Discharge
pelaksanaan edukasi postnatal menurut Planning terkait paket edukasi yang harus
kepala Peristi sebenarnya hal ini sudah diberikan kepada ibu nifas. Edukasi biasanya
memiliki ketetapan kebijakan. Ketetapan sudah diberikan saat ibu hamil di trimester 1,
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 137
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
terintegrasi; d) ibu melahirkan bukan ditempat mandi yang bersih, sedangkan untuk
biasanya melakukan ANC; d) keterbatasan perawatan daerah perineum diungkapkan
SDM untuk menjalankan system edukasi dengan cara ganti pembalut bila penuh atau
antenatal secara terintegrasi; e) latar belakang sesuai keadaan, cebok dari arah depan ke
budaya yang sangat kuat di masyarakat; f) belakang, setelah buang air kecil cara
latar belakang pendidikan msyarakat; g) ibu mengganti pembalut tanpa mengeringkan
kadang masih memiliki persepsi bahwa tujuan daerah kemaluan, cebok dengan air hangat
ANC hanya untuk mengetahui kondisi ibu dan dari rebusan daun sirih, menggunakan betadin
janin, bukan termasuk untuk belajar; h) dan setelah cebok, menggunakan alkohol saat
belajar menyiapkan diri menjadi ibu beserta merawat dan mengkonsumsi jamu. Berkaitan
tanggungjawabnya masih belum menjadi dengan nutrisi masa menyusui ibu nifas
suatu kebutuhan (Gross, Alba, Glass, mengungkapkan sudah benar bahwa
Schellenberg, & Obrist, 2012; Koºum & mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna,
Yurdakul, 2013; Oladapo & Osiberu, 2009). tidak ada pantangan makanan. Namun masih
Beberapa kondisi dan factor kendala didapatkan ungkapan dari ibu nifas dan
dalam pelaksanaan edukasi postnatal tersebut keluarga yang melakukan budaya pantang
di atas akan membuat ibu menjadi kesulitan makan telor dan ikan laut, makanan pedas
untuk beradaptasi dalam melalui periode (sambal), makanan yang dikonsumsi
selanjutnya termasuk masa nifas. Kondisi ini cenderung tanpa kuah dan membatasi
akan mempengaruhi perilaku ibu yang kurang konsumsi air. Untuk mengoptimalkan produksi
tepat dalam adaptasi masa nifas serta ASI ibu nifas mengungkapkan bahwa dengan
perawatan bayi baru lahir. Situasi inilah yang cara makan kacang-kacangan, sayuran yang
memrlukan langkah strategi yang tepat dalam berwarna hijau (daun katuk) dan
mengurangi masalah yang terjadi. Strategi mengkonsumsi jamu. Persepsi tentang
yang dimaksud adalah dengan menggunakan perawatan bayi baru lahir yang diungkapkan
langkah yang telah digambarkan dalam Model oleh ibu nifas bahwa perawatan bayi terutama
Edukasi Postnatal melalui pendekatan dalam hal memandikan dilakukan oleh
FCMC. orangtua (ibu), dukun, petugas kesehatan.
Tidak ada satupun ibu yang pernah
KESIMPULAN DAN SARAN memandikan bayinya sejak usia 1 hari, ibu
pertama kali memandikan mulai bayi berusia
Berkaitan dengan persepsi ibu nifas 1 minggu-3 bulan. Hal ini dengan alasan takut
tentang adaptasi maternal fisik, ibu nifas karena tali pusat belum lepas, bayi masih
secara umum mengungkapkan bahwa lemes, tidak bisa, dan kepala bayi belum
adaptasi fisik pada masa nifas lebih kokoh. Perawatan bayi yang dilakukan hanya
ditekankan hanya pada ukuran perut yang dalam hal mengganti popok, merawat bayi
berubah menjad besar, berat badan saat BAB dan BAK serta menyusui. Adapun
bertambah, payudara menjadi lebih besar dalam perawatan tali pusat pada bayi ibu
karena menyusui dan wajah berubah setelah mempersepsikan dengan cara memakai kasa
melahirkan. Adapun adaptasi fisik pada sistem dan alkohol, hanya memakai kasa saja,
yang lain belum optimal diungkapkan. memaka kasa dan betadin, serta tidak tahu
Persepsi ibu nifas tentang adaptasi maternal caranya.
psikologis lebih cenderung diungkapkan Persepsi ibu dan keluarga dalam hal
dengan kondisi perasaan senang telah nutrisi bagi bayi baru lahir antara lain
melahirkan dan bersyukur karena dapat diungkapkan bahwa bayi baru lahir diberikan
melahirkan dengan selamat. Persepsi ibu ASI sampai 6 bulan, ASI diberikan bila bayi
nifas tentang personal hygiene di masa nifas menangis dan kalau tidur bayi dibangunkan
secara umum diungkapkan yaitu dengan cara
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 139
Asmuji1 & Diyan Indriyani 2 JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071
untuk menetek. Namun juga didapatkan nifas dan perawatan bayi baru lahir dengan
persepsi ibu dan keluarga bahwa bila bayi cara aktif mengikuti kegiatan penyuluhan
menangis terus bisa dibantu dengan memberi sejak masa kehamilan. Selain itu diupayakan
pisang yang dilumatkan, karena hal tersebut untuk memulai peran secara aktif sebagai
dimaknai lapar. Selain itu didapatkan perilaku orangtua sejak bayi baru lahir, dan memiliki
bahwa ibu dan keluarga memberikan bantuan keyakinan bahwa ibu merupakan perawat
susu formula, kadang air dan madu saat ASI terbaik bagi bayi yang dilahirkannya.
ibu masih sedikit (kolostrum) atau saat Keluarga disarankan memiliki peran optimal
kolostrum belum keluar, karena hal ini dalam membantu perawatan ibu nifas dan
dipersepsikan bahwa bayi lapar. Dukungan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan
yang diberikan keluarga terutama suami anjuran petugas kesehatan. Petugas
adalah dalam bentuk membantu istri dalam Kesehatan, menerapkan model edukasi
kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan postnatal dengan melibatkan keluarga secara
mencuci. Adapun dukungan dalam perawatan lebih optimal. Rumah Sakit dapat menguatkan
bayi baru lahir sebatas mengganti popok, sistem integrasi edukasi pada periode
merawat bayi setelah BAB dan BAK, perinatal dengan adanya kebijakan kerjasama
menggendong setelah kepala bayi kokoh lintas unit antara pelayanan rawat jalan (poli
untuk tegak. Sedangkan dukungan yang hamil), ruang bersalin dan pelayanan bagi ibu
diberikan oleh keluarga yaitu orangtua (ibu nifas. Selain itu guna mengoptimalkan
maupun ibu mertua) terutama dalam hal program edukasi postnatal. Dinas Kesehatan
perawatan bayi baru lahir seperti hendaknya memfasilitasi sarana penunjang
memandikan, perawatan bayi sehari-hari, media edukasi postnatal secara reguler dan
membantu menyiapkan makanan ibu nifas kontinue, juga memfasilitasi sistem edukasi
dan ikut menemani tidur ibu nifas agar mudah selama periode perinatal secara terintegrasi
dalam membantu merawat bayi. Ibu atau dengan langkah yang lebih terkoorninatif.
mertua akan tinggal bersama-sama ibu nifas Peneliti selanjutnya, melakukan ujicoba model
mulai sejak bayi lahir sampai kadang edukasi postnatal dengan pendekatan FCMC
berlangsung selama 1 bulan. Pelaksanaan secara komprehensif guna mengetahui
rawat gabung dalam menunjang pelaksanaan efektifitas model dalam mengoptimalkan
edukasi postnatal baik di RSD Dr. Soebandi kemampuan ibu dalam perawatan diri masa
maupun di Puskesmas Kaliwates Jember nifas juga perawatan bayi baru lahir.
sudah dilaksanakan dengan segera saat ibu
dan bayi memenuhi syarat rawat gabung, DAFTAR PUSTAKA
adapun ibu dengan post SC dilaksanaan
rawat gabung pada hari kedua post SC. Azwar, 2003, Sikap Manusia Teori skala dan
Namun untuk rawat gabung dengan Pengukur annya, Edisi 2, Jakarta;
pendekatan FCMC d RS masih dilaksanakan Pustaka Pelajar
secara partial. Pelaksanaan edukasi postnatal Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen,
bagi ibu nifas dengan pendekatan FCMC M.D., (2005). (Alih Bahasa * Wijayarini,
untuk di RSD Dr. Soebandi Jember maupun M.A).Buku Ajar Keperawatn
di Puskesmas Kaliwates Jember sudah Maternitas.Edisi 4.Jakarta : EGC
dilaksanakan. Namun hal ini belum Bowman, M. A., & Neale, A. V. (2014).
dilaksanakan dengan memperhatikan Investigating patient-centered care.
kebutuhan informasi sesuai tahapan dari masa Journal Of The American Board Of
nifas. Family Medicine: JABFM, 27(2), 169-
Ibu nifas dapat meningkatkan 171. doi: 10.3122/jabfm.2014.02.140009
pemahaman tentang perawatan diri masa
Clay, A., & Parsh, B. (2014). Patient- and 440-446. doi: 10.1016/
family-centered care: not just for kids. j.midw.2012.02.008
Nursing, 44(5), 57-58. doi: 10.1097/ Notoatmojo Soekidjo, (2003), Pendidikan
01.NURSE.0000445764.18817.d2 dan Perilaku Kesehatan, Jakarta :
Depkes RI, (2009). Indikator Indonesia Rineka Cipta
Sehat dan Pedoman Penetapan Notoatmojo Soekidjo, (2005), Metodologi
Indikator Propinsi Sehat dan Pendidikan Kesehatan, Jakar ta :
Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta : Rineka Cipta
Depkes Notoatmojo Soekidjo, (2010), Ilmu Perilaku
Ecenrod, D., & Zwelling, E. (2000). A journey Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
to family-centered maternity care. Oladapo, O. T., & Osiberu, M. O. (2009).
MCN. The American Journal Of Do sociodemographic characteristics of
Maternal Child Nursing, 25(4), 178- pregnant women determine their
185. perception of antenatal care quality?
Gasparini, R., Champagne, M., Stephany, A., Maternal And Child Health Journal,
Hudson, J., & Fuchs, M. A. (2015). 13(4), 505-511. doi: 10.1007/s10995-
Policy to practice: increased family 008-0389-2
presence and the impact on patient- and Sharma, A., Norton, L., Gage, S., Ren, B.,
family-centered care adoption. The Quesnell, A., Zimmanck, K., . . .
Journal Of Nursing Administration, Weisgerber, M. (2014). A quality
45(1), 28-34. doi: 10.1097/ improvement initiative to achieve high
nna.0000000000000152 nursing presence during patient- and
Gross, K., Alba, S., Glass, T. R., Schellenberg, family-center ed rounds. Hospital
J. A., & Obrist, B. (2012). Timing of Pediatrics, 4(1), 1-5. doi: 10.1542/
antenatal care for adolescent and adult hpeds.2013-0055
pregnant women in south-eastern Sulistyawati. (2009). Asuhan Kebidanan pada
Tanzania. BMC Pregnancy And Masa kehamilan. Jakarta : Salemba
Childbirth, 12, 16-16. doi: 10.1186/ Medika.
1471-2393-12-16 Zwelling, E., & Phillips, C. R. (2001). Family-
Indriyani, D (2013).Keperawatan Maternitas centered maternity care in the new
Pada Area Perawatan Antenatal. millennium: is it real or is it imagined?
Yogyakarta: Graha Ilmu. The Journal Of Perinatal & Neonatal
Janssen, P. A., Klein, M. C., Harris, S. J., Nursing, 15(3), 1-12.
Soolsma, J., & Seymour, L. C. (2000).
Single room maternity care and client
satisfaction. Birth (Berkeley, Calif.),
27(4), 235-243.
Khalaf, I. A., Abu-Moghli, F. A., Callister, L.
C., Mahadeen, A. I., Kaawa, K., &
Zomot, A. F. (2009). Jordanian health
care providers’ perceptions of post-
partum health care. International
Nursing Review, 56(4), 442-449. doi:
10.1111/j.1466-7657.2009.00733.x
Koºum, Z., & Yurdakul, M. (2013). Factors
affecting the use of emergency obstetric
care among pregnant women with
antenatal bleeding. Midwifery, 29(5),
Model Edukasi Postnatal Melalui Pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC) 141