Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGEMBANGAN KAPASITAS KEMAMPUAN ANGGOTA

DI KEPOLISIAN RESOR (POLRES) PALU SULAWESI TENGAH


La Ode Inga
laode72@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study aims to identify and analyze the development of the capacity of members of the
police capability. This research uses descriptive qualitative, measure capacity-building capability
of using opinion of Michael McGuire et.al, (in Harsono (2006) consists of: the development of the
ability level of the individual, the development level of the organization, and the development level
of the system. The data collected through observation, interview and documentation, analyzed
through the stages of data reduction, data display, and conclusion, concluded that the development
of capacity undertaken at the individual level, the application is not maximized. Resources
organizers of the training do not yet have the capacity that is required according to the needs and
academic requirements. Development of capacity at the organizational level have problems in
structuring, preparation of facilities and infrastructure as a result of the expansion of the districts.
Development of the system is less than the maximum level for the design of frameworks related to
policy settings and basic conditions that support the achievement of specific policy objectivity, does
not run properly. In turn, the purpose of capacity building within the ability of police officers Palu
Police in order to improve the professionalism and performance of the organization mainly
maintaining Kamtibmas, be less than optimal.
Keywords: Capacity of Individuals, Organizations and Systems

Dalam rangka mengembalikan dan Dalam perspektif manajemen publik,


meningkatkan kepercayaan masyarakat pengembangan kapasitas kemampuan
terhadap Kepolisian terutama menyangkut anggota Kepolisian berkaitan dengan
kesadaran akan pentingnya faktor keamanan pemantapan tugas dan fungsi polisi, yang
dalam negeri, diperlukan polisi yang aktivitasnya tidak terlepas dari kegiatan
memiliki selain fisik dan mental yang kuat policing (perpolisian/pemolisian),yakni suatu
serta tangguh, terutama integritas moral dan hal yang lebih mengarah pada bentuk
profesionalitas. Secara konseptual anggota aktivitas penertiban (verb) yang bisa
Kepolisian adalah sumber daya manusia ditemukan dimana saja (Loader & Walker,
organisasi, yang perlu mendapatkan 2000:9-13).Policing pada dasarnya
perhatian.Purwoko (2008:5) menekankan berhubungan dengan suatu tindakan atau aksi
bahwa dalam konsep manajemen SDM, menjaga, mengamankan diri, serta hak milik
diperlukan proses pengelolaan yang lebih (policing basically is concerned with acts
memperhatikan manusia sebagai aset against the safety person or property). Secara
potensial dari pada hanya sebagai variabel umum, pemolisian adalah segala usaha,
biaya. Manajemen SDM melibatkan semua program atau upaya untuk memelihara
keputusan dan tindakan manajemen yang keamanan, mencegah dan menanggulangi
mempengaruhi sifat hubungan antara kejahatan melalui pengawasan atau
organisasi dan karyawan sebagai sumber penjagaan dan tindakan untuk memberikan
daya organisasi. sanksi atau ancaman hukuman. Sehingga

82
83 e-Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

pemolisian bisa dilakukan dengan upaya dan tanggung jawab anggota Kepolisian yang
paksa atau tanpa upaya paksa. harus dihadapi sehingga pengembangan
Praktek Policing di Indonesia diatur kapasitaskemampuan setiap anggota
dalam Undang-undang Republik Kepolisian menjadi penting.
IndonesiaNomor 2 Tahun 2002,tentang Hasil jajak pendapat yang dilakukan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Bab oleh Harian Kompas misalnya, selama
III pasal 13,yang secara tegas menyatakan beberapa periode terutama pada tahun 2003-
bahwa, tugas dan wewenang Kepolisian 2005, dan tahun 2009. Pada tahun 2003-2005
adalah, memelihara keamanan dan ketertiban misalnya, seolah membenarkan bahwa citra
masyarakat, menegakkan hukumdan Polri di mata masyarakat memang belum
memberikan perlindungan,pengayoman,dan begitu baik. Sekalipun secara umum hasil
pelayanan kepada masyarakat.Pasal 2 jajak pendapat Kompas tahun 2005
menyatakan bahwa, fungsi kepolisian memperlihatkan bahwa citra Polri pada
merupakan salah satu fungsi pemerintahan usianya yang ke-60 tahun menunjukkan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan peningkatan yang kian positif (51%) bila
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
perlindungan, pengayoman dan pelayanan hanya mencapai 40%, namun dalam hal
kepada masyarakat. Sedangkan pasal 4 penegakan supremasi hukum tampaknya citra
menyatakan bahwa, Kepolisian bertujuan Polri masih terpuruk di mata masyarakat.
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri Dalam pengusutan kasus-kasus korupsi,
yang meliputi terpeliharanya keamanan dan misalnya, tercatat sekitar 73,8% responden
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya masih memendam kekecewaan terhadap
hukum, terselenggaranya perlindungan, kinerja Polri karena kekurangtegasannya
pengayoman dan pelayanan kepada dalam mengungkap dan memproses kasus
masyarakat serta terbinanya ketenteraman korupsi(Sultani, 2006). Dilanjutkan dalam
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak jajak pendapat Kompas, pada 30 November
asasi manusia. 2009 dapat dibaca bahwa, prosentase rakyat
Realitas, masih banyak kasus yang tidak puas terhadap Polri 76,2% (Kompas, 30
dijumpai berkaitan dengan gangguan November 2009).
keamanan, ketertiban, kenyamanan dan Dalam koran Tempo 19 Mei 2010
keselamatan masyarakat. Selain itu masih menjelaskan bahwa, “PPATK Curiga
merebaknya kejahatan dalam bentuk Terhadap Puluhan Rekening Polisi”, karena
pencurian kenderaan bermotor hampir terjadi banyak rekening mencurigakan, misalnya ada
di setiap daerah, kecelakaan lalu lintas yang yang memiliki rekening senilai Rp. 95 miliar
cukup tinggi, perampokan dan kejahatan karena dinilai tidak sebanding dengan
tradisional lainnya yang masih mewarnai penghasilan (Tempo 19 Mei
kehidupan masyarakat Indonesia. Fenomena 2010).Kemerosotan citra Polri itu juga
yang sedang merebak dan belum tuntas tampak dalam penanganan kasus-kasus HAM
dapat diselesaikan berupa gonjang ganjing yang dinilai cenderung mengabaikan rasa
korupsi, traffiking, illegal loging, street keadilan masyarakat.
crime, konflik di tengah masyarakat yang Kelemahan itu menunjukkan
dibalut dengan issu suku, agama, ras dan pentingnya pengembangan kapasitas
antar kepentingan daerah dan sekelompok kemampuan sumber daya manusia
orang sering timbul seiring maraknya Kepolisian, mengingat manusia memiliki
otonomi daerah dan persaingan akses ke banyak kelemahan dan kekurangan selain
perekonomian, dan lain-lain. Fenomena ini kelebihan. Secara konseptual, menurut Milen
merupakan fakta-fakta betapa beratnya tugas dalam Imawan, et.el (2006), pengembangan
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….84

kapasitas kemampuan dimaknai sebagai anggota di Kepolisian Resor (Polres) Palu


proses internal, tetapi dapat distimulan oleh Sulawesi Tengah. Dengan tujuan membuat
aktor eksternal, memiliki karakteristik yang pencandraan/lukasian/deskripsi mengenai
dinamis dan kontinyu dan meliputi jangka fakta - fakta dan sifat-sifat suatu populasi
waktu yang panjang sehingga menjadi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual
dimand driven. Tujuannya, dalam rangka dan teliti (Subyantoro & Suwarto, 2009:28).
peningkatan efektifitas dan efisiensi Demikian pula menurut Nawawi
manajemen publik menuju realisasi tujuan (2007:67) “metode deskriptif dapat diartikan
yang diharapkan. sebagai prosedur pemecahan masalah yang
Pemahaman itu mengindikasikan diselidiki dengan menggambarkan/
bahwa, pengembangan kapasitas kemampuan melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian
anggota Kepolisian merupakan persoalan (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-
internal menyangkut kapasitas kemampuan lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-
pada tingkatan individu, tingkatan organisasi, fakta yang tampak, atau sebagaimana
dan tingkatan sistem yang adanya”. Pendekatan kualitatif, menurut
berkesinambungam. Pada tingkatan individu Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3),
menurut Michael McGuire et.al, (dalam sebagai prosedur penelitian yang
Harsono (2006), pengembangan kapasitas menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kemampuan menyangkut peningkatan kata tertulis atau lisan dari orang-orang dari
pengetahuan keterampilan kemampuan perilaku yang diamati. Kirk dan Miller
pengelompokan. Pada tingkatan organisasi, (Moleong, 2000:3), mendefenisikan
pengembangan kapasitas kemampuan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
menyangkut kerangka kerja format yang dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
mendukung kebijakan - kebijakan fundamental bergantung pada pengamatan
pengembangan. Sedang pada tingkatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
sistem, pengembangan kapasitas kemampuan berhubungan dengan orang-orang tersebut
menyangkut kerangka pengambilan dalam bahasanya dan dalam perisitilahannya.
keputusan sumber - sumber prosedur Teknik penentuan informan dilakukan
institusi. Secara internal, pembinaan menggunakan tehnik pourposive sampling.
profesionalisme anggota Kepolisian Menurut Sugiyono (2011:301) tehnik
menyangkut ketiga tingkatan yang purposive sampling adalah tehnik
dikemukakan diatas, sehingga dijadikan pengambilan sampel sumber data dengan
sebagai fokus dalam kajian penelitian pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
initentang pengembangan kapasitas yaitu,orang yang dianggap paling mengetahui
kemampuan anggota Kepolisian, baik pada permasalahan pengembangan kapasitas
tingkatan individu, tingkatan organisasi, kemampuan anggota Kepolisian Resor
maupun pada tingkatan sistem, khususnya di (Polres) Palu Sulawesi Tengah yaitu: (1)
Kepolisian Resor (Polres) Palu. Kapolres Palu, (2) Kepala Bagian Sumber
Daya; (3) Kepala Sub Bagian Personel; (4)
METODE Anggota Polisi yang sudah pernah mengikuti
Penelitian ini dipusatkan di Kepolisian Diklat sebanyak 3 (tiga) orang.
Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama
kurang lebih 3 (tiga) bulan. Jenis penelitian
ini menggunakan analisis deskriptif
(decriptive research), untuk mengetahui
pengembangan kapasitas kemampuan
85 e-Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat dan penegakkkan hukum secara


adil terutama dalam cara berpikir, sikap dan
1. Pengembangan Kapasitas Anggota perilaku, yang dilandasi fungsi teknis
Pada Tingkatan Individu Kepolisian. Pembentukan Polisi profesional
Pengembangan Kapasitas Kemampuan melalui Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Anggota di Kepolisian Resor (Polres) Palu Kepolisian Negara Republik Indonesia di
Sulawesi Tengah adalah aktivitas organisasi singkat Lemdiklat Polri, sebagai unsur
dalam rangka meningkatkan kemampuan pelaksana pendidikan yangberada dibawah
personal baik secara individu, organisasi, Kapolri yang bertugas membina dan
maupun sebagai sistem untuk mewujudkan menyelenggarakan pendidikan pembentukan
dan membentuk anggota Kepolisian yang dan pelatihan serta pendidikan
profesional. Berdasarkan pengumpulan data pengembangan teknis dan pengembangan
melalui wawancara mendalam dan observasi, umum tingkat manajemen operasional dalam
hasilnya diuraikan sebagai berikut. lingkunganPolri” (wawancara tgl. 9 Oktober
Pengembangan kapasitas pada tingkatan 2015).
individu meliputi pengembangan ketrampilan Berdasarkan pengamatan,
pengetahuan, tingkah laku, pengelompokan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
pekerjaan dan pemberian motivasi dari secara individu anggota Polri belum
pekerjaan yang dilaksanakan di organisasi. maksimal terutama pembentukan
Pengembangan kapasitas secara individu profesionalisme yang memiliki tiga dimensi
anggota Kepolisian menekankan pada yakni, dimensi karir, dimensi pekerjaan, dan
kemampuan profesional yaitu kemampuan dimensi penguasaan pengetahuan. Dimensi
yang hanya dapat dikuasai melalui karir dimaksud merupakan karir yang dibina
serangkaian proses mempelajari berbagai secara organisatoris meliputi, keterikatan
pengetahuan dasar, pengetahuan teoritik, dalam suatu organisasi profesional, memiliki
teknik profesional, dan keterampilan otonomi jabatan, memiliki kode etik jabatan,
profesional yang secara terpadu terjalin dan merupakan karya bakti seumur hidup.
dalam suatu kemampuan yang utuh dan Tidak maksimal peningkatan kapasitas secara
penerapannya memerlukan kemampuan profesional selain terbentur ketersediaan
mensintesakan segala pengetahuan dan anggaran, sumber daya penyelenggara diklat
teknik secara imajinatif, kreatif, dan inovatif belum memiliki kapasitas yaang disyaratkan.
untuk pemecahan masalah secara profesional. Hal itu diakui pula oleh informan AKBP
Menurut AKBP Basya Radyananda, S.IK, Basya Radyananda, S.IK, Kapolres Palu,
Kapolres Palu, berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa:
menyatakan sebagai berikut: “Salah satu aspek-aspek diklat yang masih
“Peningkatan kapasitas anggota Kepolisian harus memperoleh perbaikan adalah kualitas
dalam rangka menjalankan amanat Undang - instruktur yang relatif masih belum sesuai
Undang Nomor 2 Tahun 2002tentang dengan kebutuhan dan persyaratan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, pasal akademis. Masih banyak instruktur yang
2 menyatakan bahwa, fungsi Kepolisian belum berpendidikansarjana dan belum
adalah salah satu fungsi pemerintahan melalui uji kompetensi. Kapasitas anggota
negara dibidang pemeliharaan keamanan Kepolisian adalah kemampuan individual
dan ketertiban masyarakat, penegakan dalam organisasi disetiap unit kerja untuk
hukum, perlindungan, pengayoman, dan dapat melakukan fungsifungsinya secara
pelayanan kepada masyarakat. Kapasitas efektif, efisien dan berkelanjutan.Tuntutan
anggota Kepolisian secara profesional peningkatan kapasitas anggota Kepolisian
mampu memelihara keamanan, ketertiban mengingat, tugas dan pekerjaan polisi
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….86

sehari-hari terlampau sering bergaul dengan Sekolah Calon Perwira/Sekolah Staf


dunia kejahatan dan pejahat, sehingga Pimpinan Pertama (Selapa/Sespimma),
secara tidak disadari polisi menjadi sangat Akademi Kepolisian (Akpol), Sekolah
akrab dan tak asing lagi dengan kejahatan” Perwira/Pendidikan Perwira Sumber Sarjana
(wawancara tgl. 9 Oktober 2015). (Sepa/PPSS), Sekolah Calon Perwira/Sekolah
Berdasarkan pengamatan, pembinaan Untuk Perwira/Sekolah Inspektur Polisi/
terhadap anggota Kepolisian yang tidak Sekolah Alih Golongan (Secapa/
berkelanjutan atau jarang mengikuti Setukpa/SIP/Sag), Sekolah Calon Bintara
pendidikan dan pelatihan, mengakibatkan (Secaba), Sekolah Bintara Reguler (Seba
keakraban anggota Polri dengan kejahatan Reg), dan Bintara Sekolah Alih Golongan
akan berdampak negatif. Dampak negatif (Ba SAG), dan yang diselenggarakan
yang sering tak disadari adalah oknum Polri eksternal seperti pengiriman personel ke
telah berada dalam lintasan kritis, seakan- berbagai lembaga pendidikan, baik di dalam
akan ia tengah berdiri pada sebuah maupun luar negeri. Pembinaan profesi yang
perbatasan yang sangat rawan antara dilakukan melalui pelatihan ditujukan untuk
tugasnya sebagai penegak hukum dan penguasaan teknis bidang reserse, lantas,
terhadap kejahatan yang tengah ditanganinya. intel, Binmas, Sabhara, dan pengelolaan
Hal tersebut diutarkan pula oleh informan sumber daya manusia (SDM) Kepolisian
Brigadir Andi Faisal, salah seorang anggota (pendidikan ini bertujuan untuk bagaimana
yang pernah mengikuti diklat menyatakan menyediakan personel, menyelenggarakan
sebagai berikut: diklat, penggunaan, perawatan dan
“Jika anggota Polri jarang mengikuti Diklat pengakhiran tugas personel). Pembinaan
(pendidikan dan pelatihan) untuk melalui pendidikan pelatihan secara
peningkatan kapasitas profesionalisme, berkelanjutan juga diungkapkan oleh
paling tidak ada empat hal yang secara informan Kompol Palulun Sesa, selaku
individu dapat mempengaruhi sikap dan Kepala Bagian Sumber Daya Polres Palu,
kepribadiannya sebagai penegak hukum menyatakan sebagai berikut:
sehingga berperilaku menyimpang.Empat hal “Polisi adalah manusia biasa yang penuh
tersebut yaitu, akan mengalami tekanan dengan kekurangan dan kelemahan.
mental yang tidak seimbang,selalu merasa Tugasnya yang hampir setiap saat
kurang bersalah, sehingga ada keberanian berhadapan dengan kejahatan, kekerasan,
mengambil resiko. Akibat selanjutnya dan berbagai perbuatan kriminal, perlu
anggota mengalami kesulitanmenjalankan pembinaan berkelanjutan melalui pendidikan
tugas secara profesional dan pada gilirannya dan pelatihan teknis. Tidak mengherankan
kurang mendapatkan pengakuan dari jika selama ini perilaku polisi mendapat
lingkungan” (wawancara tgl.10 Oktober kritikan dari masyarakat. Disisi lain,
2015). Kepolisian RIsetiap tahun menyediakan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 anggaran untuk kegiatan diklat, namun
Tahun 2002, pasal 13, menyatakan bahwa belum memadai untuk menyelenggarakan
pejabat Kepolisian Negara Republik pembinaan profesi secara menyeluruh.
Indonesia dalam melaksanakan tugas dan Strategi pembinaan kapasitas yang dilakukan
wewenangnya harus memiliki kemampuan selama ini yaitu, setiap apel kerja dan
profesi. Pembinaan kemampuan profesi menjelang selesai menjalankan tugas-tugas
dilakukan melalui pendidikan formal sehari-hari, pimpinan memberi pembinaan
umumnya diperoleh melalui Sekolah Staf dan penegasan serta motivasi untuk
Pimpinan Menengah (Sespimmen), mengantisipasi perilaku anggota Polri agar
Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), dalam menjalankan tugas lebih profesional
87 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

dan tidak cenderung melakukan kesalahan” Namun, bukan berarti tidak ada
(wawancara, tgl. 10 Oktober 2015). permasalahan yang perlu mendapatkan
Berdasarkan pengamatan, perhatian oleh pimpinan Kepolisian Negara
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Republik Indonesia, terutama menyangkut
(Diklat) dalam rangka peningkatan kapasitas penyediaan anggaran yang memadai baik
kemampuan anggota, selalu diarahkan pada untuk penyelenggaraan diklat maupun untuk
masalah moralitas penegak hukum. Masalah peningkatan kesejahteraan anggota.
moralitas tersebut dari waktu ke waktu masih Minimnya anggaran Diklat dapat dilihat dari
merupakan persoalan yang relevan dan selalu jumlah anggota Polres Palu yang sudah
menjadi perhatian utama mengingat, mengikuti Diklatdari 920 (sembilan ratus dua
banyaknya kritikan baik melalui media massa puluh) anggota yang ada baik yang bertugas
maupun media elektronik. Persoalan di Polres Palu maupun yang tersebar di
penegakkan hukum, merupakan isu yang Polsek-Polsek di wilayah Kota Palu, baru
selalu disuarakandi era reformasi dewasa ini. 174 (seratus tujuh puluh empat) anggota
Anggota Kepolisian dalam menjalankan yang telah mengikuti pendidikan kejuruan.
tugas dituntut dapat menjalankan amanat
undang-undang yang berujung pada 2. Pengembangan Kapasitas Anggota
pemberian putusan dengan substansi berupa Pada Tingkatan Organisasi
keadilan bagi para pihak pencari keadilan. Pengembangan kapasitas anggota di
Hasil wawancara dengan informanIpda Kepolisian Resor Palu pada tingkat
Musa,S.Sos, selaku anggota Polisi yang organisasi meliputi pengembangan melalui
pernah mengikuti diklat menyatakansebagai proses pengambilan keputusan di dalam
berikut: organisasi, prosedur dan mekanisme
“Saya sudah pernah mengikuti Diklat pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana,
profesi, ternyata belum menjadi jaminan hubungan-hubungan dan jaringan organisasi.
bahwa kapasitas individu dalam Sebagai upaya untuk mengembangkan suatu
menjalankan tugas dapat diandalkan secara ragam strategi peningkatan efisiensi,
profesional. Banyak faktor yang perlu efektivitas, dan responsivitas kinerja Polri,
mendapatkan perhatian dari pimpinan peningkatan kapasitas anggota Kepolisian
terutama menyangkut kesejahteraan. secara organisatoris dilakukan secara
Menurut pengalaman selama ini, masalah terstruktur dan prosedural, agar kinerja Polri
kesejahteraan ini umumnya sangat dapat diandalkan setiap saat siap menghadapi
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku berbagai kemungkinan ancaman keamanan
para anggota kepolisian dalam menjalankan dalam negeri. Hasil wawancara dengan
tugas. Walaupun telah mengikuti Diklat dan informan AKBP Basya Radyananda, S.IK,
setiap hari kerja memperoleh pembinaan Kapolres Palu menyatakan sebagai berikut:
mental dari pimpinan, namun masih saja ada “Secara organisatoris, peningkatan
di antara anggota yang dijumpai justru kapasitas anggota Polri semua tingkatan,
melakukan kejahatan yang ujung-ujungnya dibenahi dengan melakukan penataan ulang
menyebabkan citra lembaga penegak hukum sistem pendidikannya, mulai dari mengubah
khusunya Kepolisian terpuruk di tengah- lulusan Akademi Kepolisian menjadi setara
tengah arus perubahan jaman” (wawancara S1 atau D-IV (akademi), kemudian penataan
tgl. 10 Oktober 2015). ulang peran lembaga pendidikan terutama
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Akpol dan STIK berkaitan dengan perubahan
diatas, pengembangan kapasitas anggota di pendidikan Akpol. Masalah penataan ulang
Kepolisian Resor Palu secara individu sudah dan integrasi kurikulum juga menjadi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. pembahasan, karena dirasa perlu dilakukan
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….88

modernisasi. Juga penataan ulang kapasitas aparat dalam menangani gangguan


daya tampung lembaga pendidikan, Kamtibmas, memelihara Kamtibmas dengan
berkaitan dengan banyaknya personel Polri menangkal setiap ancaman nyata, mencegah
(sekitar 387.470 orang) dan semuanya tentu potensi ancaman dan mendeteksi setiap
harus mendapatkan pendidikan secara gerakan yang akan membahayakan
berkala, terutama pendidikan lanjutan” Kamtibmas” (wawancara tgl. 9 Oktober
(Wawancara tgl. 9 Oktober 2015). 2015).
Berdasarkan pengamatan, peningkatan Berdasarkan pengamatan, kapasitas
kapasitas kemampuan anggota Polri secara anggota Polri secara organisatoris
organisatoris masih dalam persiapan disesuaikan dengan paradigma baru polisi
penataan struktur, penyiapan sarana dan sipil yang dibekali oleh kode etik profesi
prasarana terutama sebagai konsekuensi dari Polri, berupaya menyesuaikan dengan
adanya pemekaran wilayah pemerintahan.Era reformasi birokrasi Polri yang bertumpu pada
globalisasi dan reformasi yang penuh dengan strategi QTAP (quick response,
tantangan, memacu Polri untuk melakukan transparancy, accountability, dan
pembenahan, penataan, dan pembaruan professional), yaitu tindakan cepat dengan
sehingga diharapkan dapat menjawab mengedepankan transparansi,
tantangan jaman, tuntutan tugas, kebutuhan pertanggungjawaban, dan profesionalisme.
organisasi, dan ancaman Kamtibmas. Hasil wawancara dengan informan Iptu
Maraknya kejahatan, mulai dari kejahatan Siane, Kasubbag Personel, menyatakan
konvensional, kejahatan transnasional, bahwa:
kejahatan terhadap kekayaan negara, dan “Kebijakan organisasi dalam rangka
kejahatan yang berimplikasi kontijensi, telah meningkatkan kapasitas kemampuan anggota
mendorong Polri untuk meningkatkan Polri, selain menjalankan tugas dan
kualitas, kemampuan, dan kompetensi wewenang Kepolisian, juga dalam rangka
sehingga mampu menangani berbagai jenis menjalankan Peraturan Nomor 7 Tahun
dan modus kejahatan yang marak belakangan 2008, tentang Pedoman Dasar Strategi dan
ini. Hasil wawancara dengan informan Implementasi Pemolisian masyarakat. Tugas
Kompol Palulun Sesa, Kepala Bagian tersebut membuat para anggota Kepolisian
Sumber Daya, menyatakan sebagai berikut: perlu diberdayakan melalui penyelenggaraan
“Secara organisatoris, peningkatan Diklat di setiap satuan Polres hingga Polsek.
kapasitas anggota Polri, dilakukan melalui Diklat juga bertujuan untuk membentuk
proses pengambilan keputusan mutasi kepemimpinan yang visioner ditingkat Polres
sebagai konsekuensi daripengembangan dan Polsek, agar mampu melakukan
wilayah otonomi sejajar dengan garis optimalisasi manajemen bidang operasional
administrasi pemerintahan, khususnya di baik pada fungsi teknis Intelkam, fungsi
wilayah Kota Palu. Penempatan satuan teknis Lantas, fungsi teknis Reskrim, fungsi
Polres pada posisi penting dalam teknis Sabhara, dan fungsi teknis Binmas
melaksanakan tugas pokok, terutama dalam dengan sumber daya organisasi Polres
menegakkan hukum, memelihara kamtibmas, sehingga akan dapat meningkatkan
melayani, melindungi, dan mengayomi profesionalisme dan kinerja organisasi
masyarakat, dan prosedur serta mekanisme dalam rangka memelihara Kamtibmas.
pekerjaan, pengaturan sarana dan Optimalisasi manajemen bidang operasional
prasarana, hubungan-hubungan dan yang dilakukan secara teliti, transparan,
jaringan organisasi kemasyarakatan. Secafa akuntabel, dan profesional akan dapat
organisatoris, penempatan tersebut membawa organisasi Polres menjadi lebih
merupakan pembinaan profesionalisme baik” (Wawancara tgl. 9 Oktober 2015).
89 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

Berdasarkan pengamatan, masih termasuk terorisme yang membutuhkan


terdapat kelemahan dalam proses penangan secara profesional.
pengambilan kebijakan organisasi, khususnya Disisi lain, perkembangan ilmu
menyangkut penempatan pada posisi yang pengetahuan dan teknologi seiring dengan
sangat strategis dalam mengemban amanat datangnya globalisasi memberikan peluang
melaksanakan reformasi Polri dan untuk menciptakan modus operandi yang
mengejawantahkan kebijakan pimpinan Polri canggih dalam melaksanakan aksi
pada tingkat masyarakat. Hal itu dsebabkan kriminalitas. Kondisi itu harus disikapi
ketidakseimbangan jumlah anggota ditingkat dengan strategi peningkatan kapasitas
Polsek sebagai garda terdepan dengan jumlah kemampuan anggota di semua jajaran hingga
penduduk untuk memberikan rasa aman dan ketingkat Polsek. Pengembangan kapasitas
nyaman dalam melakukan aktifitas sehari- anggota di Kepolisian Resor Palu pada
hari. Hasil wawancara dengan informan tingkat organisasi sebagaimana telah
AKBP Basya Radyananda, S.IK, Kapolres diuraikan di atas,pada realitasnya belum
Palu menyatakan bahwa: maksimal baik melalui proses pengambilan
“Pimpinan Polres mengalami kesulitan keputusan di dalam organisasi, prosedur dan
menyesuaikan kebijakan Pemerintah Kota mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan
melakukan pemekaran wilayah dengan prasarana, hingga menciptakan hubungan-
membentuk Polsek. Kebijakan tersebut harus hubungan dan jaringan organisasi. Minimnya
melalui proses perencanaan secara jumlah anggota dengan tingkat pendidikan
menyeluruh di tingkat Polda dan Polri. Itu dan keterampilan yang belum memadai,
sebabnya dalam proses pengembangan ketersediaan anggaran operasional, sehingga
kapasitas secara organisatoris mengalami profesionalsme tugas menjadi permasalahan
kesulitan terutama untuk penempatan utama di Polres Palu. Modus operandi
anggota di Polsek. Kecamatan di Kota Palu kejahatan yang diterapkan saat ini sudah jauh
yang saat ini mencapai 8 (delapan) berbeda dengan modus operandi kejahatan
kecamatan, sedang Polsek yang sudah masa lalu. Dengan memanfaatkan
terbentuk baru 5 (lima) Polsek, berarti kecanggihan teknologi di era globalisasi,
kekurangan 3 (tiga) Polsek. Penempatan praktek kejahatan sudah sangat kompleks dan
anggota rata-rata setiap Polsek antara 30 – sulit untuk dideteksi dengan sistem
40 anggota, idealnya 48 (empat puluh penanganan kejahatan yang konvensional.
delapan) anggota setiap Polsek” Dari segi sarana dan prasarana,
(wawancara tgl.9 Oktober 2015). pengembangan kapasitas anggota di Polres
Berdasarkan pengamatan, akibat arus Palu, membutuhkan sistem penanganan
globalisasi yang telah mempengaruhi sendi- kejahatan yang moderen, canggih dan akurat
sendi dasar kehidupan manusia memberikan yang mampu menangani kejahatan di era
dampak negatif terhadap keamanan dan globalisasi. Sistem penanganan kejahatan
ketertiban masyarakat, dimana mobilitas dengan pola-pola lama sudah tidak sesuai
manusia, barang dan jasa yang melintas batas lagi dengan perkembangan arus globalisasi.
antar wilayah, yang sulit dikendalikan oleh Peralatan yangdiperlukan untuk pembuktian
pemerintah sehingga memberikan peluang dan pendalaman yang mampu menunjukkan
kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan kemampuan sistem penanganan kejahatan
praktek kejahatan. Kota Palu, merupakan yang dilakukan oleh setiap oknum anggota
perlintasan Trans Sulawesidan melalui Polri. Fakta, data dan informasi yang
lautsehingga tidak mengherankan Kota Palu diperlukan yang dapat menggambarkan
menjadi lumbung kejahatan transnasional adanya keterkaitan dan keterhubungan antara
variabel arus globalisasi terhadap sistem
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….90

penanganan kejahatan, belum memadai. ditugaskan di lingkungan pendidikan, maka


Artinya, peningkatan kapasitas kemampuan dia dianggap “terbuang”, “diparkir
anggota di Polres Palu belum maksimal sementara”, dan sebagainya. Sehingga
dilihat dari proses pengambilan kebijakan mereka umumnya tidak memiliki motivasi
organisasi, terutama menyangkut penyediaan tinggi ketika bertugas dilingkungan
fasilitas pendidikan praktis sesuai dengan pendidikan. Oleh karena itu, pimpinan Polri
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan sedang memikirkan untuk mengubah sistem,
dan teknologi. dimana hanya mereka yang terbaiklah yang
bisa bertugas sebagai pendidik, dan
3. Pengembangan Kapasitas Anggota penugasan sebagai pendidik adalah suatu
Pada Tingkatan Sistem percepatan dalam jalur karir sebagai
Pengembangan kapasitas anggota di Anggota. Nah, semua sistem itu sudah harus
Kepolisian Resor Palu pada tingkatan sistem dikembangkan termasuk dalam sistem
meliputi pengembangan kerangka kerja perekrutan anggota yang akan mengikuti
berhubungan dengan pengaturan kebijakan Diklat. Kebijakan itu sudah dalam proses
dan kondisi dasar yang mendukung sehingga Polres Palu sebagai salah satu
pencapaian objektivitas kebijakan tertentu. institusi ditingkat daerah, hanya menunggu
Sistem Pendidikan Polri secara menyeluruh keputusan pimpinandi tingkat
dan komprehensif, dan harus diselaraskan atas”(Wawancara tgl. 9 Oktober 2015).
dengan sistem pembinaan karir di lingkungan Berdasarkan pengamatan, kebijakan
Polri, termasuk dalam hal ini adalah jabatan pimpinan Polri dalam penerapan sistem
fungsional sebagai pendidik (dosen, pengembangan kapasitas anggota Kepolisian,
widyaiswara, instruktur, dan sebagainya). bahwa tahun2013 Polri menerima calon
Polri berkomitmen untuk memberikan rasa bintara dantamtama yang lebih banyak dari
aman dan nyaman kepada seluruh sebelumnya yaitu sebanyak 20.000 anggota
masyarakat sehingga masyarakat menjadi baru. Kebijakan ini merupakan percepatan
percaya dan puas terhadap pelayanan Polri. yang dilakukan pemerintah untuk menambah
Citra Polri di tengah masyarakat sangat jumlah personel Polri, karena berdasarkan
bergantung pada bagaimana perilaku, sikap, analisis yang pernah dilakukan, ternyata
dan tindakan anggota Polri dalam Indonesia kekurangan sekitar 200.000 polisi
melaksanakan tugas pokok Polri. Visi Polri supaya mampu mencapai rasio polisi dan
untuk menjadikan postur dan sosok anggota masyarakat yang cukup menurut standar
Polri yang professional, bermoral dan PBB. Hasil wawancara dengan informan
modern harus terus diupayakan sehingga Kompol Palulun Sesa, Kabag Sumber Daya
Polri benar-benar mampu menjadi aparat menyatakan bahwa:
Kamtibmas yang dicintai, disayangi, dan “Dalam rangka percepatan pengembangan
disegani oleh masyarakat. Sinergitas kapasitas anggota Polri, dewasa ini telah
kemitraan antara Polri dengan masyarakat strategi diklat melalui penggunaan sistem e-
sangat penting sebagai modal bagi Polri learning untuk pembelajaran jarak jauh,
dalam memelihara Kamtibmas.Hasil serta sistem pendidikan berbasis kompetensi.
wawancara dengan informan AKBP Basya Ini juga pekerjaan yang tidak mudah, karena
Radyananda, S.IK, Kapolres menyatakan masih muncul kesan bahwa personel Polri
bahwa: yang dimutasi ke lembaga pendidikan
“Pengembangan kapasitas anggota merasa mereka mendapatkan “hukuman”
Kepolisian secara menyeluruh memang sehingga proses pendidikan ini memang
masih mengalami dilema. Masih ada salah masih belum optimal akhirnya. Termasuk
persepsi bahwa jika seorang anggota Polri dalam sistem ini pengembangan kemampuan
91 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

polisi dalam pemolisian universal (universal maupun institusi (organisatoris) dapat


policing principles), yaitu community mengikuti perkembangan zaman”
policing atau pemolisian masyarakat yang (wawancara tgl. 9 Oktober 2015).
mengkedepankan represif dan preventif, Berdasarkan pengamatan, mental, sikap
lebih banyak melibatkan masyarakat, dan perilaku polisi secara individu dewasa ini
memberdayakan pengawasan internal, masih diawarnai sistem pemerintahan rezim
membangun kesetaraan polisi dan Orde Baru, dimana Polri dan TNI disatukan
masyarakat, dan membantu masyarakat dalam satu payung yaitu ABRI. Kewenangan
meningkatkan kualitas hidup” (wawancara secara otoritas terhaadap tugas yang
tgl. 9 Oktober 2015). diberikan, cenderung memiliki mental
Berdasarkan pengamatan, keterkaitan militeristik dibanding civilism. Kasus
pengembangan kapasitas anggota Polri secara penembakan dan penyalahgunaan senjata
sistem sangat mendesak mengingat, yang sering terjadi dilingkungan anggota
Kepolisian di negara manapun di dunia ini Kepolisian merupakan indikasi mental
(tidak hanya di Indonesia), sekarang militerisme yang melekat pada diri anggota
menghadapi berbagai macam tekanan secara individu. Pemisahan Polri dengan TNI
(pressure) dari berbagai pihak dalam sebagaimana yang diamanatkan dalam Tap
menjalankan tugas-tugasnya. Tekanan- MPR RI No. VII Tahun 2000 dan UU No. 2
tekanan itu antara lain, tekanan politik Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
negara, tekanan para politisi, tekanan pihak Republik Indonesia, belum maksimal
militer, tekanan ahli-ahli hukum, tekanan memposisikan Polri sebagai pelindung dan
penegak hukum lainnya, tekanan media pengayom masyarakat. Pemeliharaan
massa, dan tekanan masyarakat. Sehubungan keamanan dan ketertiban masyarakat,
denganm itu, informan AKBP Basya penegakan hukum, perlindungan,
Radyananda, S.IK, Kapolres berdasarkan pengayoman, dan pelayanan kepada
hasil wawancara menyatakan bahwa: masyarakat, belum sepenuhnya menjadi misi
“Tekanan-tekanan yang selama ini anggota Polisi di Polres Palu. Keterbatasan
diahadapi Polri memaksa organisasi pengetahuan dan keterampilan, dukungan
Kepolisian mengubah dan menerapkan sarana prasarana serta anggaran operasional
prinsip democratic policing dengan tetap yang kurang memadai masih menjadi
berpegang kepada koridor hukum dan permasalahan utama dihadapi organisasi
menjaga keamanan dan ketertiban Polres Palu. Hasil wawancara dengan
masyarakat. Polisi dituntut harus cerdas dan informan Ipda Sihombing, SH, salah seorang
mampu berdebat dengan pengacara dalam anggota yang pernah mengikuti Diklat teknis,
persidangan. Polisi juga harus cerdas menyatakan bahwa:
mampu menjaga ketertiban umum tanpa “Seorang anggota tidak bisa hanya sekedar
melanggar HAM. Banyak lagi hal-hal yang diberi pengetahui formal dan teknis
memaksa polisi itu harus cerdas, dan operasional dalam menjalankan kewenangan
memang secara prinsip seorang polisi itu penuh atas keamanan dan ketertiban umum
adalah knowledge worker. Kondisi ini di tingkatan sipil. Dukungan sarana dan
membuat organiasi Kepolisian Resor Palu prasarana serta anggaran sangat dominan
membenahi hal-hal mendasar dalam mempengaruhi sikap dan mental anggota
pengembangan kapasitas kemampuan walaupun telahdibekali dengan keterampilan
profesionalisme anggota Kepolisian dengan yang memadai. Tugas Polri yang semakin
memodernisasi sistem dan prosedur, dirasakan berat dan kompleks, seiring
terutama menyangkut mental dan perilaku dengan kemajuan teknologi, perkembangan
aparat, agaranggota polisisecara individu jaman di era reformasi dan globalisasi, serta
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….92

tuntutan masyarakat agar Polri mampu terutama anggaran tidak sesuai dengan
menampilkan dirinya sebagai aparat kasus yang disidik, maka penyelesaian
pelindung, pengayom dan pelayan kasusnya berlarut-larut” (wawancara tgl. 9
masyarakat serta penegak hukum yang Oktober 2015).
handal serta dekat dengan masyarakat, sulit Berdasarkan pengamatan, peningkatan
diwujudkan jika semua komponen pendukung kapasitas anggota penyidik, tolak ukur
tidak memadai. Anggota Polisi sebagai penyidik berkualitas dapat ditentukan dari
manusia biasa bukannya dijadikan alasan pengalaman kerja, pengetahuan dibidang
karena memiliki kelemahan dan kekurangan, hukum, ketetapan pembuktian, pengetahuan
tetapi optimalisasi tugas dan fungsi sedara dibidang Tipikor serta informasi pendukung
organisatoris menjadi kewajiban utama lainnya, dalam hal ini pemanfaatan alat
pimpinan untuk mendapatkan perhatian. digital dalam pengungkapan bukti.
Apapun sistem yang diterapkan di Kemampuan tersebut, bukan hanya dimiliki
organisasi, tetap akan mengalami hambatan oleh anggota Polri tetapi juga partner
jika tidak didukung kebijakan sumber daya penyidik Polri yaitu Jaksa. Pengembangan
yang memadai” (wawancara tgl. 11Oktober kapasitas kemampuan anggota Polri dengan
2015). demikian harus pula sinergi dalam setiap
Berdasarkan pengamatan, instruksi penanganan kasus yang dapat dipenuhi
Kapolri kepada aparat Kepolisian sebagai dengan keterpaduan kinerja aparat Gakkum
aparat hukum dalam penanganan kasus dengan instansi terkait. Selain itu, ada
korupsi ditingkat Polres, agar dapat memberi penguatan pengembangan kapasitas aparat
efek jera kepada tersangka atau calon pelaku Kepolisian secara individu dan kelompok,
korupsinamun, jika tidak ada kebijakan melalui pelatihan terpadu antara Polri,
pendukung selain pengetahuan teknis Kejaksaan dan KPK, koordinasi kerja sama
penyelidikan,dan anggaran serta sarana yang yang intens (gelar/ekspose perkara serta
baik, maka penanganan kasus Tipikor belum transparansi penanganan perkara) serta
dapat memberi rasa keadilan kepada kerjasama dengan seluruh stakeholder.
masyarakat. Hasil wawancara dengan Kondisi demikian membuat penanganan
informan AKBP Basya Radyananda, S.IK, kasus-kasus konflik horizontal dan juga
menyatakan bahwa: tipikor di Kota Palu belum dapat diwujudkan
“Setiap penanganan kasus korupsi, sempat secara maksimal.
diwacanakan perhitungananggarannya per-
kasus korupsi sebesar Rp 208 Juta. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Anggaran tersebut tidak hanya digunakan
sendiri oleh Polri, tetapi dalam rangka Kesimpulan
kerjasama dengan pihak Kejaksaan, KPK, Berdasarkan uraian hasil penelitian dan
serta Instansi terkait dan masyarakat sebagai pembahasan tentang pengembangan
partner kerja dalam penegakkan hukum kapasitas kemampuan anggota di Kepolisian
(Gakkum). Keberhasilan penanganan kasus Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah, maka
secara efektif, memerlukan penyidik dengan peneiliti menyimpulkan sebagai berikut:
kualitas yang memadai dan bertindak secara 1. Pengembangan kapasitas yang dilakukan
profesional. Penyidik yang berkualitas dalam pada tingkatan individu, dalam
hal ini memiliki integritas, jujur, iklas, tegas penerapannya belum maksimal karena
tapi tidak arogan, tangguh, tidak ada terbenturpada minimnya anggaran. Dari
kepentingan, memahami penegakkan hukum 906 (sembilan ratus enam) anggota yang
untuk kepentingan masyarakat. Disinilah ada baik yang bertugas di Polres Palu
taruhannya jika salah satu pendukung maupun yang tersebar di Polsek-Polsek di
93 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019

wilayah Kota Palu, baru 174 (seratus tujuh instrukur/tenaga pendidik/dosen yang
puluh empat) anggota yang telah memenuhi persyaratan pendidikan, dan
mengikuti pendidikan kejuruan.Selain itu, penyediaan sarana dan prasarana yang
sumber daya penyelenggara Diklat belum memadai.
memiliki kapasitas yang disyaratkan yaitu, 2. Perlunya pimpinan Polri dalam proses
kualitas instruktur/Dosen/tenaga pendidik pengambilan kebijakan pengembangan
yang relatif belum sesuai dengan kapasitas anggota Polri, memberdayakan
kebutuhan dan persyaratan akademis. seluruh anggota dengan mengoptimalkan
2. Pengembangan kapasitas pada tingkatan manajemen bidang operasional secara
organisasi mengalami hambatanpada teliti, transparan, akuntabel, dan
penataan struktur, penyiapan sarana dan profesional.
prasarana sebagai akibat pemekaran
wilayah kecamatan. Proses pengambilan UCAPAN TERIMA KASIH
keputusan di dalam organisasi, prosedur
dan mekanisme pekerjaan, pengaturan Dalam kesempatan ini, penulis ingin
sarana dan prasarana, hubungan-hubungan mengaturkan banyak terima kasih yang
dan jaringan organisasibelum berjalan setinggi-tingginya dan setulus-tulusnya
lancar. kepada yang terhormat Bapak Dr. Hasbullah,
3. Pengembangan pada tingkatan sistem M.Si., selaku Ketua Tim Pembimbing dan
menjadi kurang maksimal karena desain Bapak Dr. Nawawi Natsir, M.Si., selaku
kerangka kerja berhubungan dengan Anggota Tim Pembimbing, yang telah
pengaturan kebijakan dan kondisi dasar banyak mencurahkan perhatian, bimbingan
yang mendukung pencapaian objektifitas dan arahan kepada penulis dalam penulisan
kebijakan tertentu, tidak berjalan tesis di mana artikel ini diambil.
sebagaimana mestinya. Demikian pula
pembentukan kepemimpinan yang DAFTAR PUSTAKA
visioner di tingkat Polsek, menjadi kurang
maksimal dalam mengoptimalkan Harsono, Widi. 2006. Pengembangan
manajemen bidang operasional baik pada Sumber Daya Aparatur Dalam
fungsi teknis Intelkam, fungsi teknis Menunjang Pelaksanaan Otonomi
Lantas, fungsi teknis Reskrim, fungsi Daerah Suatu Kajian Tentang
teknis Sabhara, dan fungsi teknis Binmas Persiapan, Bentuk dan Proses
dengan sumber daya organisasi di Polres Pengembangan Sumber Daya Aparatur
Palu. Pada gilirannya tujuan di lingkungan Pemerintah Kabupaten
pengembangan kapasitas kemampuan Banyuwangi. Disertasi Prorgam Doktor
anggota Kepolisian dilingkungan Polres Ilmu Administrasi, Malang: Universitas
Palu dalam rangka meningkatkan Brawijaya.
profesionalisme dan kinerja organisasi Imawan, Riswanda., et.al. 2006.
terutama memelihara Kamtibmas, menjadi Pengembangan Model Instrumen
belum optimal. Peningkatan Kapasitas Pemerintah
Daerah untuk mendukung
Rekomendasi Desentralisasi, Final Report
Berdasarkan uraian kesimpulan hasil Kerjasama DEPDAGRI dengan
penelitian dan pembahasan tersebut di atas, POLOKDA, Yogyakarta:Universitas
peneliti menyarankan sebagai berikut: Gadjah Mada
1. Perlunya impinan Polri memaksimalkan Loader, Lan and Neil Walker., 2000, "Plural
penyediaan anggaran Diklat, penyiapan Policing and Democratic Governance",
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….94

Social & Legal Studies, Vol.9(3),


London: SAGE Publication
Moleong, Lexy J.,2000, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Cet.Kedua,
Bandung : PT.Remadja Rosdakarya
Nawawi, Hadari dan M.Martini.,2006,
Kepemimpinan Yang Efektif, Cetakan
kelima, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Purwoko, Bambang.,2008, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Materi
Diklatpim Tk.II Badan Diklat Provinsi
Jawa Timur, Yogyakarta : Program S2
Politik Lokal dan Otonomi Daerah
UGM
Sultani. 2006, Profesionalitas Polri di
Tengah Membaiknya Pamor, Artikel
Harian Kompas, 03 Juli 2006.
Subyantoro, Arief., & Suwarto, FX,2009,
Metode & Teknik Penelitian Sosial,
Cetakan Kesepuluh, Yogyakarta :
Penerbit Andi
Sugiyono.,2005, Metode Penelitian
Administrasi, Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri)

You might also like