Professional Documents
Culture Documents
Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah
Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah
Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah
Abstract
This study aims to identify and analyze the development of the capacity of members of the
police capability. This research uses descriptive qualitative, measure capacity-building capability
of using opinion of Michael McGuire et.al, (in Harsono (2006) consists of: the development of the
ability level of the individual, the development level of the organization, and the development level
of the system. The data collected through observation, interview and documentation, analyzed
through the stages of data reduction, data display, and conclusion, concluded that the development
of capacity undertaken at the individual level, the application is not maximized. Resources
organizers of the training do not yet have the capacity that is required according to the needs and
academic requirements. Development of capacity at the organizational level have problems in
structuring, preparation of facilities and infrastructure as a result of the expansion of the districts.
Development of the system is less than the maximum level for the design of frameworks related to
policy settings and basic conditions that support the achievement of specific policy objectivity, does
not run properly. In turn, the purpose of capacity building within the ability of police officers Palu
Police in order to improve the professionalism and performance of the organization mainly
maintaining Kamtibmas, be less than optimal.
Keywords: Capacity of Individuals, Organizations and Systems
82
83 e-Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019
pemolisian bisa dilakukan dengan upaya dan tanggung jawab anggota Kepolisian yang
paksa atau tanpa upaya paksa. harus dihadapi sehingga pengembangan
Praktek Policing di Indonesia diatur kapasitaskemampuan setiap anggota
dalam Undang-undang Republik Kepolisian menjadi penting.
IndonesiaNomor 2 Tahun 2002,tentang Hasil jajak pendapat yang dilakukan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Bab oleh Harian Kompas misalnya, selama
III pasal 13,yang secara tegas menyatakan beberapa periode terutama pada tahun 2003-
bahwa, tugas dan wewenang Kepolisian 2005, dan tahun 2009. Pada tahun 2003-2005
adalah, memelihara keamanan dan ketertiban misalnya, seolah membenarkan bahwa citra
masyarakat, menegakkan hukumdan Polri di mata masyarakat memang belum
memberikan perlindungan,pengayoman,dan begitu baik. Sekalipun secara umum hasil
pelayanan kepada masyarakat.Pasal 2 jajak pendapat Kompas tahun 2005
menyatakan bahwa, fungsi kepolisian memperlihatkan bahwa citra Polri pada
merupakan salah satu fungsi pemerintahan usianya yang ke-60 tahun menunjukkan
negara di bidang pemeliharaan keamanan dan peningkatan yang kian positif (51%) bila
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
perlindungan, pengayoman dan pelayanan hanya mencapai 40%, namun dalam hal
kepada masyarakat. Sedangkan pasal 4 penegakan supremasi hukum tampaknya citra
menyatakan bahwa, Kepolisian bertujuan Polri masih terpuruk di mata masyarakat.
untuk mewujudkan keamanan dalam negeri Dalam pengusutan kasus-kasus korupsi,
yang meliputi terpeliharanya keamanan dan misalnya, tercatat sekitar 73,8% responden
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya masih memendam kekecewaan terhadap
hukum, terselenggaranya perlindungan, kinerja Polri karena kekurangtegasannya
pengayoman dan pelayanan kepada dalam mengungkap dan memproses kasus
masyarakat serta terbinanya ketenteraman korupsi(Sultani, 2006). Dilanjutkan dalam
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak jajak pendapat Kompas, pada 30 November
asasi manusia. 2009 dapat dibaca bahwa, prosentase rakyat
Realitas, masih banyak kasus yang tidak puas terhadap Polri 76,2% (Kompas, 30
dijumpai berkaitan dengan gangguan November 2009).
keamanan, ketertiban, kenyamanan dan Dalam koran Tempo 19 Mei 2010
keselamatan masyarakat. Selain itu masih menjelaskan bahwa, “PPATK Curiga
merebaknya kejahatan dalam bentuk Terhadap Puluhan Rekening Polisi”, karena
pencurian kenderaan bermotor hampir terjadi banyak rekening mencurigakan, misalnya ada
di setiap daerah, kecelakaan lalu lintas yang yang memiliki rekening senilai Rp. 95 miliar
cukup tinggi, perampokan dan kejahatan karena dinilai tidak sebanding dengan
tradisional lainnya yang masih mewarnai penghasilan (Tempo 19 Mei
kehidupan masyarakat Indonesia. Fenomena 2010).Kemerosotan citra Polri itu juga
yang sedang merebak dan belum tuntas tampak dalam penanganan kasus-kasus HAM
dapat diselesaikan berupa gonjang ganjing yang dinilai cenderung mengabaikan rasa
korupsi, traffiking, illegal loging, street keadilan masyarakat.
crime, konflik di tengah masyarakat yang Kelemahan itu menunjukkan
dibalut dengan issu suku, agama, ras dan pentingnya pengembangan kapasitas
antar kepentingan daerah dan sekelompok kemampuan sumber daya manusia
orang sering timbul seiring maraknya Kepolisian, mengingat manusia memiliki
otonomi daerah dan persaingan akses ke banyak kelemahan dan kekurangan selain
perekonomian, dan lain-lain. Fenomena ini kelebihan. Secara konseptual, menurut Milen
merupakan fakta-fakta betapa beratnya tugas dalam Imawan, et.el (2006), pengembangan
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….84
dan tidak cenderung melakukan kesalahan” Namun, bukan berarti tidak ada
(wawancara, tgl. 10 Oktober 2015). permasalahan yang perlu mendapatkan
Berdasarkan pengamatan, perhatian oleh pimpinan Kepolisian Negara
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Republik Indonesia, terutama menyangkut
(Diklat) dalam rangka peningkatan kapasitas penyediaan anggaran yang memadai baik
kemampuan anggota, selalu diarahkan pada untuk penyelenggaraan diklat maupun untuk
masalah moralitas penegak hukum. Masalah peningkatan kesejahteraan anggota.
moralitas tersebut dari waktu ke waktu masih Minimnya anggaran Diklat dapat dilihat dari
merupakan persoalan yang relevan dan selalu jumlah anggota Polres Palu yang sudah
menjadi perhatian utama mengingat, mengikuti Diklatdari 920 (sembilan ratus dua
banyaknya kritikan baik melalui media massa puluh) anggota yang ada baik yang bertugas
maupun media elektronik. Persoalan di Polres Palu maupun yang tersebar di
penegakkan hukum, merupakan isu yang Polsek-Polsek di wilayah Kota Palu, baru
selalu disuarakandi era reformasi dewasa ini. 174 (seratus tujuh puluh empat) anggota
Anggota Kepolisian dalam menjalankan yang telah mengikuti pendidikan kejuruan.
tugas dituntut dapat menjalankan amanat
undang-undang yang berujung pada 2. Pengembangan Kapasitas Anggota
pemberian putusan dengan substansi berupa Pada Tingkatan Organisasi
keadilan bagi para pihak pencari keadilan. Pengembangan kapasitas anggota di
Hasil wawancara dengan informanIpda Kepolisian Resor Palu pada tingkat
Musa,S.Sos, selaku anggota Polisi yang organisasi meliputi pengembangan melalui
pernah mengikuti diklat menyatakansebagai proses pengambilan keputusan di dalam
berikut: organisasi, prosedur dan mekanisme
“Saya sudah pernah mengikuti Diklat pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana,
profesi, ternyata belum menjadi jaminan hubungan-hubungan dan jaringan organisasi.
bahwa kapasitas individu dalam Sebagai upaya untuk mengembangkan suatu
menjalankan tugas dapat diandalkan secara ragam strategi peningkatan efisiensi,
profesional. Banyak faktor yang perlu efektivitas, dan responsivitas kinerja Polri,
mendapatkan perhatian dari pimpinan peningkatan kapasitas anggota Kepolisian
terutama menyangkut kesejahteraan. secara organisatoris dilakukan secara
Menurut pengalaman selama ini, masalah terstruktur dan prosedural, agar kinerja Polri
kesejahteraan ini umumnya sangat dapat diandalkan setiap saat siap menghadapi
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku berbagai kemungkinan ancaman keamanan
para anggota kepolisian dalam menjalankan dalam negeri. Hasil wawancara dengan
tugas. Walaupun telah mengikuti Diklat dan informan AKBP Basya Radyananda, S.IK,
setiap hari kerja memperoleh pembinaan Kapolres Palu menyatakan sebagai berikut:
mental dari pimpinan, namun masih saja ada “Secara organisatoris, peningkatan
di antara anggota yang dijumpai justru kapasitas anggota Polri semua tingkatan,
melakukan kejahatan yang ujung-ujungnya dibenahi dengan melakukan penataan ulang
menyebabkan citra lembaga penegak hukum sistem pendidikannya, mulai dari mengubah
khusunya Kepolisian terpuruk di tengah- lulusan Akademi Kepolisian menjadi setara
tengah arus perubahan jaman” (wawancara S1 atau D-IV (akademi), kemudian penataan
tgl. 10 Oktober 2015). ulang peran lembaga pendidikan terutama
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Akpol dan STIK berkaitan dengan perubahan
diatas, pengembangan kapasitas anggota di pendidikan Akpol. Masalah penataan ulang
Kepolisian Resor Palu secara individu sudah dan integrasi kurikulum juga menjadi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. pembahasan, karena dirasa perlu dilakukan
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….88
tuntutan masyarakat agar Polri mampu terutama anggaran tidak sesuai dengan
menampilkan dirinya sebagai aparat kasus yang disidik, maka penyelesaian
pelindung, pengayom dan pelayan kasusnya berlarut-larut” (wawancara tgl. 9
masyarakat serta penegak hukum yang Oktober 2015).
handal serta dekat dengan masyarakat, sulit Berdasarkan pengamatan, peningkatan
diwujudkan jika semua komponen pendukung kapasitas anggota penyidik, tolak ukur
tidak memadai. Anggota Polisi sebagai penyidik berkualitas dapat ditentukan dari
manusia biasa bukannya dijadikan alasan pengalaman kerja, pengetahuan dibidang
karena memiliki kelemahan dan kekurangan, hukum, ketetapan pembuktian, pengetahuan
tetapi optimalisasi tugas dan fungsi sedara dibidang Tipikor serta informasi pendukung
organisatoris menjadi kewajiban utama lainnya, dalam hal ini pemanfaatan alat
pimpinan untuk mendapatkan perhatian. digital dalam pengungkapan bukti.
Apapun sistem yang diterapkan di Kemampuan tersebut, bukan hanya dimiliki
organisasi, tetap akan mengalami hambatan oleh anggota Polri tetapi juga partner
jika tidak didukung kebijakan sumber daya penyidik Polri yaitu Jaksa. Pengembangan
yang memadai” (wawancara tgl. 11Oktober kapasitas kemampuan anggota Polri dengan
2015). demikian harus pula sinergi dalam setiap
Berdasarkan pengamatan, instruksi penanganan kasus yang dapat dipenuhi
Kapolri kepada aparat Kepolisian sebagai dengan keterpaduan kinerja aparat Gakkum
aparat hukum dalam penanganan kasus dengan instansi terkait. Selain itu, ada
korupsi ditingkat Polres, agar dapat memberi penguatan pengembangan kapasitas aparat
efek jera kepada tersangka atau calon pelaku Kepolisian secara individu dan kelompok,
korupsinamun, jika tidak ada kebijakan melalui pelatihan terpadu antara Polri,
pendukung selain pengetahuan teknis Kejaksaan dan KPK, koordinasi kerja sama
penyelidikan,dan anggaran serta sarana yang yang intens (gelar/ekspose perkara serta
baik, maka penanganan kasus Tipikor belum transparansi penanganan perkara) serta
dapat memberi rasa keadilan kepada kerjasama dengan seluruh stakeholder.
masyarakat. Hasil wawancara dengan Kondisi demikian membuat penanganan
informan AKBP Basya Radyananda, S.IK, kasus-kasus konflik horizontal dan juga
menyatakan bahwa: tipikor di Kota Palu belum dapat diwujudkan
“Setiap penanganan kasus korupsi, sempat secara maksimal.
diwacanakan perhitungananggarannya per-
kasus korupsi sebesar Rp 208 Juta. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Anggaran tersebut tidak hanya digunakan
sendiri oleh Polri, tetapi dalam rangka Kesimpulan
kerjasama dengan pihak Kejaksaan, KPK, Berdasarkan uraian hasil penelitian dan
serta Instansi terkait dan masyarakat sebagai pembahasan tentang pengembangan
partner kerja dalam penegakkan hukum kapasitas kemampuan anggota di Kepolisian
(Gakkum). Keberhasilan penanganan kasus Resor (Polres) Palu Sulawesi Tengah, maka
secara efektif, memerlukan penyidik dengan peneiliti menyimpulkan sebagai berikut:
kualitas yang memadai dan bertindak secara 1. Pengembangan kapasitas yang dilakukan
profesional. Penyidik yang berkualitas dalam pada tingkatan individu, dalam
hal ini memiliki integritas, jujur, iklas, tegas penerapannya belum maksimal karena
tapi tidak arogan, tangguh, tidak ada terbenturpada minimnya anggaran. Dari
kepentingan, memahami penegakkan hukum 906 (sembilan ratus enam) anggota yang
untuk kepentingan masyarakat. Disinilah ada baik yang bertugas di Polres Palu
taruhannya jika salah satu pendukung maupun yang tersebar di Polsek-Polsek di
93 e-Jurnal Katalogis, Volume 4Nomor 1, Januari 2016 hlm 82-94 ISSN: 2302-2019
wilayah Kota Palu, baru 174 (seratus tujuh instrukur/tenaga pendidik/dosen yang
puluh empat) anggota yang telah memenuhi persyaratan pendidikan, dan
mengikuti pendidikan kejuruan.Selain itu, penyediaan sarana dan prasarana yang
sumber daya penyelenggara Diklat belum memadai.
memiliki kapasitas yang disyaratkan yaitu, 2. Perlunya pimpinan Polri dalam proses
kualitas instruktur/Dosen/tenaga pendidik pengambilan kebijakan pengembangan
yang relatif belum sesuai dengan kapasitas anggota Polri, memberdayakan
kebutuhan dan persyaratan akademis. seluruh anggota dengan mengoptimalkan
2. Pengembangan kapasitas pada tingkatan manajemen bidang operasional secara
organisasi mengalami hambatanpada teliti, transparan, akuntabel, dan
penataan struktur, penyiapan sarana dan profesional.
prasarana sebagai akibat pemekaran
wilayah kecamatan. Proses pengambilan UCAPAN TERIMA KASIH
keputusan di dalam organisasi, prosedur
dan mekanisme pekerjaan, pengaturan Dalam kesempatan ini, penulis ingin
sarana dan prasarana, hubungan-hubungan mengaturkan banyak terima kasih yang
dan jaringan organisasibelum berjalan setinggi-tingginya dan setulus-tulusnya
lancar. kepada yang terhormat Bapak Dr. Hasbullah,
3. Pengembangan pada tingkatan sistem M.Si., selaku Ketua Tim Pembimbing dan
menjadi kurang maksimal karena desain Bapak Dr. Nawawi Natsir, M.Si., selaku
kerangka kerja berhubungan dengan Anggota Tim Pembimbing, yang telah
pengaturan kebijakan dan kondisi dasar banyak mencurahkan perhatian, bimbingan
yang mendukung pencapaian objektifitas dan arahan kepada penulis dalam penulisan
kebijakan tertentu, tidak berjalan tesis di mana artikel ini diambil.
sebagaimana mestinya. Demikian pula
pembentukan kepemimpinan yang DAFTAR PUSTAKA
visioner di tingkat Polsek, menjadi kurang
maksimal dalam mengoptimalkan Harsono, Widi. 2006. Pengembangan
manajemen bidang operasional baik pada Sumber Daya Aparatur Dalam
fungsi teknis Intelkam, fungsi teknis Menunjang Pelaksanaan Otonomi
Lantas, fungsi teknis Reskrim, fungsi Daerah Suatu Kajian Tentang
teknis Sabhara, dan fungsi teknis Binmas Persiapan, Bentuk dan Proses
dengan sumber daya organisasi di Polres Pengembangan Sumber Daya Aparatur
Palu. Pada gilirannya tujuan di lingkungan Pemerintah Kabupaten
pengembangan kapasitas kemampuan Banyuwangi. Disertasi Prorgam Doktor
anggota Kepolisian dilingkungan Polres Ilmu Administrasi, Malang: Universitas
Palu dalam rangka meningkatkan Brawijaya.
profesionalisme dan kinerja organisasi Imawan, Riswanda., et.al. 2006.
terutama memelihara Kamtibmas, menjadi Pengembangan Model Instrumen
belum optimal. Peningkatan Kapasitas Pemerintah
Daerah untuk mendukung
Rekomendasi Desentralisasi, Final Report
Berdasarkan uraian kesimpulan hasil Kerjasama DEPDAGRI dengan
penelitian dan pembahasan tersebut di atas, POLOKDA, Yogyakarta:Universitas
peneliti menyarankan sebagai berikut: Gadjah Mada
1. Perlunya impinan Polri memaksimalkan Loader, Lan and Neil Walker., 2000, "Plural
penyediaan anggaran Diklat, penyiapan Policing and Democratic Governance",
La Ode Inga, Pengembangan Kapasitas Kemampuan Anggota Di Kepolisian Resor…………………………………….94