Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

0

JURNAL

IDENTIFIKASI JENIS KEPITING YANG TERTANGKAP


DI EKOSISTEM MANGROVE KAMPUNG MADONG, KELURAHAN
KAMPUNG BUGIS, KOTA TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

OLEH

LASRI SUSANTI
1504112391
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1

Crabs Identification in the Mangrove Ecosystem, Kampung Madong, Kampung


Bugis Village, Tanjungpinang City, Riau Islands

Lasri Susanti1) Eddiwan2) Ridwan Manda Putra2)

Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau


Campus Bina Widya Km 12,5, Tampan, Pekanbaru, Riau
Email: lasri.susantilasri@student.unri.ac.id

ABSTRACK

The mangrove ecosystem condition in Kampung Madong waters has been damaged.
Mangrove ecosystems are widely used by local communities as fishing areas. In the
mangrove ecosystem inhabited by aquatic organisms such as crabs. Scientific
information on crabs living in that area, however, is almost none. To understand the
crabs present in that mangrove ecosystem, a study has been conducted from March-
April 2019. The crabs was captured using bento. Morphological and morphometric
characteristics on the crabs captured were described based on Sakai (1976), Ng
(1998) and journals relating to identification of crabs. The number of caught crab
samples was 68, and they were belonge to two species namely Scylla serrata and
Portunus palagicus (Portunidae). This speciesis medium sized crabs, Scylla serrata
40-105 mm carapace width, dark green carapace colors. Portunis palagicus 40-110
mm, with carapace colors of males are blue while females are dark, in carapace have
a lateral tooth or spin. Males have a bigger chela and a narrower abdomen than
females.

Keywords: Crabs, Portunidae, Scylla serrata, Portunus palagicus, Mangrove


Ecosystem.

1. Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University


2. Lecturer of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2

Identifikasi Kepiting yang Tertangkap di Ekosistem Mangrove Kampung


Madong, Kelurahan Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Lasri Susanti1) Eddiwan2) Ridwan Manda Putra2)

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


Kampus Bina Widya Km 12,5, Tampan, Pekanbaru, Riau
Email: lasri.susantilasri@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Kondisi ekositem mangrove di perairan Kampung Madong telah mengalami


kerusakan. Ekosistem mangrove banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
sebagai daerah penangkapan (fishing area). Pada ekosistem mangrove dihuni oleh
organisme akuatik seperti kepiting. Namun, informasi ilmiah tentang kepiting yang
hidup didaerah itu hampir tidak ada. Untuk mengetahui jenis kepiting yang terdapat
di ekosistem mangrove tersebut, dilakukan penelitian pada bulan Maret-April 2019.
Kepiting ditangkap menggunakan bento. Morfologi dan Karakteristik morfometrik
kepiting yang tertangkap dideskripsikan berdasarkan Sakai (1976), Ng (1998) dan
jurnal yang berkaitan dengan identifikasi kepiting. Sampel kepiting yang tertangkap
berjumlah 68 ekor, 2 speies yaitu Scylla serrata dan Portunus palagicus
(Portunidae). Pada Scylla serrata berukuran 40-105 mm lebar karapas, dengan warna
karapas hijau tua (gelap). Pada Portunus palagicus berukuran 40-110 mm, dengan
warna karapas jantan bewarna biru sedangkan betina bewarna kecoklatan,
mempunyai dua duri panjang pada karapas. Jantan memiliki chela lebih besar dan
abdomen lebih sempit dari betina.

Kata kunci: Kepiting, Portunidae, Scylla serrata, Portunus palagicus, ekosistem


mangrove.

1. Mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2. Dosen dari Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
3

PENDAHULUAN nelayan Kampung Madong, pada


Kepiting merupakan hewan Tahun 2013 di ekosistem mangrove
Krustasea dari anggota Artropoda. tersebut terjadi penebangan untuk
Kepiting memiliki eksoskeleton yang mengambil hasil kayu dan alih fungsi
terbuat dari lapisan kutikula yang lahan oleh masyarakat setempat.
merupakan polisakarida dari kitin, Kegiatan ini sedikit banyaknya dapat
protein, lemak dan mineral seperti memberikan dampak terhadap
kalsium karbonat. Sebagian besar degradasi lingkungan, rusak dan
tubuh kepiting dilindungi oleh karapas hilangnya habitat dasar serta fungsi
(Denny dalam Epilurahman et al., utama ekosistem mangrove yang akan
2015). Ekosistem mangrove menghilangkan habitat alami kepiting.
merupakan salah satu habitat kepiting, Penelitian ini bermaksud untuk
terdapatnya beragam jenis kepiting mengetahui jenis kepiting yang hidup
menunjukan perairan pada ekosistem di ekosistem mangrove Kampung
mangrove ini subur. Hal ini Madong.
disebabkan karena banyaknya tersedia Penelitian ini diharapkan
sumber makanan, salah satunya daun menjadi informasi dasar tentang
serasah. Kepiting yang hidup di identifikasi kepiting di ekosistem
daerah mangrove merupakan mangrove dan juga bisa bermanfaat
golongan krustasea yang memegang untuk pengelolaan kepiting di
peranan penting di daerah tersebut, ekosistem mangrove di perairan
hal ini terlihat dari jumlahnya yang Kampung Madong kedepannya.
ditemukan lebih berlimpah di Tujuan dari penelitian ini untuk
mangrove dari pada di daerah karang mengetahui jenis-jenis kepiting yang
atau pantai berpasir (Suryono dalam terdapat di perairan Kampung
Pratiwi dan Rahmat, 2015). Madong. Manfaat dari penelitian ini
Kampung Madong merupakan adalah diketahui data dasar tentang
wilayah yang terletak di Kelurahan jenis kepiting yang hidup di ekosistem
Kampung Bugis, Kecamatan mangrove perairan Kampung Madong
Tanjungpinang Kota, Provinsi dan menambah wawasan serta ilmu
Kepulauan Riau. Di Kampung pengetahuan mengenai jenis-jenis
Madong terdapat sebuah perairan yang kepiting. Informasi ini diharapkan
bernama Perairan Madong. Perairan akan membantu dalam upaya
Kampung Madong ini dimanfaatkan pengelolaan sumberdaya perikanan di
oleh nelayan sebagai tempat aktifitas perairan Kampung Madong dan dapat
perikanan. Diperairan Kampung dijadikan sebagai referensi dan
Madong terdapat ekosistem mangrove informasi dasar untuk penelitian
yang dimanfaatkan oleh nelayan selanjutnya.
setempat sebagai area penangkapan
kepiting, ikan, udang dan gastropoda.
Karena permintaan akan kepiting
sangat banyak dipasaran sehingga
dikhawatirkan populasinya semakin
hari semakin menurun. Menurut
4

METODE PENELITIAN (Alaerts dan Santika, 1984) yaitu


Penelitian ini dilaksanakan oksigen terlarut (DO), suhu, derajat
pada bulan Maret- April 2019, lokasi keasaman (pH), kecerahan, salinitas
penelitian bertempat di Perairan dan alkalinitas. Sampel diperoleh dari
Kampung Madong, Kelurahan hasil tangkapan nelayan dalam jangka
Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, waktu empat minggu dengan satu kali
Provinsi Kepulauan Riau. Pelaksanaan penangkapan per minggunya pada
identifikasi dan pengamatan morfologi setiap sampling area. Penentuan
dan morfometrik jenis kepiting sapmling area menggunakan metode
dilakukan di lapangan, dan purposive sampling. Berikut informasi
pengukuran kualitas perairan mengenai sampling area yang
dilakukan secara insitu di Perairan ditentukan yaitu: Sampling area I
Kampung Madong. Bahan yang merupakan bagian hilir dari ekosistem
digunakan dalam penelitian ini adalah mangrove Kampung Madong, pada
sampel kepiting hasil tangkapan. lokasi ini ekosistem mangrove sudah
Bahan kimia yang digunakan dalam mengalami kerusakan. Sampling area
pengukuran kualitas air adalah II merupakan bagian tengah dari
MnSO4, NaOH-KI, H2SO4, Natrium ekosistem mangrove, pada sampling
Thiosulfat, Amilum, Indikator PP, area ini merupakan area penangkapan
Na2CO3, Matil Oranye (MO), Aquades (fishing ground) bagi nelayan
dan Formalin 4%. Alat tangkap yang setempat, pada sampling area II ini
digunakan selama penelitian adalah ditandai dengan adanya sebuah sungai
bento. Alat yang digunakan selama yang mengalir ke laut Kampung
identifikasi adalah toples, buku Madong. Sampling area III merupakan
identifikasi kepiting, kertas label, alat bagian hulu dari ekosistem mangrove,
tulis (pensil 2B, Pena, Buku), pada sampling area ini juga
penggaris, kertas kalkir, timbangan merupakan penangkapan (fishing
digital, drawing pen (0,2; 0,3; 0,5; ground) bagi nelayan setempat dan
0,8), camera digital, GPS, laptop, sampling area ini lebih dekat ke laut
tissue, selotip, serta peralatan untuk lepas. Kepiting hasil tangkapan
analisis kualitas air seperti dipisahkan berdasarkan sampling area
termometer, Secchi disk, kertas pH, kemudian dihitung jumlah
Botol BOD, pipet tetes, tabung individunya. Setelah itu, sampel
Erlenmeyer. Metode yang digunakan diidentifikasi dengan melakukan
dalam penelitian ini adalah metode pengukuran morfometrik dan
survei dimana ekosistem mangrove mengamati morfologi kepiting yang
Kampung Madong dijadikan sebagai tertangkap. Pengidentifikasian pada
lokasi penelitian, pengambilan sampel kepiting dilakukan dengan
kepiting menggunakan metode stasiun menggunakan buku panduan Sakai
penangkapan stasiun I (hillir), stasiun (1976), Ng (1998), dan menggunakan
II (tengah) dan stasiun III (hulu). literatur Hatai et al. (2000) dan Devie
Pengukuran kualitas air meliputi (2015).
beberapa parameter fisika-kimia
5

Pengukuran morfometrik secara deskriptif dan dibahas


kepiting dilakukan dengan mengukur berdasarkan literatur yang ada.
23 buah karakter yaitu dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengukur Panjang Frontal (FL),
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Panjang Karapas Sebelah Kiri Kampung Madong merupakan
(Anterolateral margin) (LC), Panjang wilayah yang terletak di Kelurahan
Karapas Sebelah Kanan (Anterolateral Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang,
margin) (RC), Panjang Karapas Provinsi Kepulauan Riau. Luas
Bagian Tengah (ICL), Lebar Karapas wilayah Kampung Madong adalah ±
(ICW), Panjang Abdomen (AL), 2.500 Ha, terdiri dari 158 Kartu
Keluarga (KK). Berada pada koordinat
Panjang Carpus (CL), Lebar Carpus
0058’30”LU-104028’15”BT. Sebelah
(CW), Panjang Dactylus (DL), Lebar Utara berbatasan dengan Desa
Dactylus (DW), Panjang Propodus Tembeling Kabupaten Bintan. Sebelah
(PL), Lebar Propudus (PW), Panjang Timur berbatasan dengan RT 2 dan
Merus (ML), Lebar Merus (MW), RW 5 Kampung Baru Bugis. Sebelah
Panjang Periopod ke-3 (3PML), Barat berbatasan dengan Senggarang.
Lebar Periopod ke-3 (3PMW), Sedangkan sebelah Selatan berbatasan
dengan RT 2 dan RW 3 Sungai Ladi
Panjang Total Periopod ke-3 (3TPL),
Kabupaten Bintan.
Panjang Pleopod Pertama (LPL), Jenis vegetasi mangrove yang
Lebar Pleopod Pertama (LPW), ditemukan di 3 sampling area
Panjang pleopod Kedua (UPL), Lebar penelitian, didominasikan oleh 7 jenis
Pleopod Kedua (UPW), Panjang Total mangrove. Sesuai dengan hasil
pleopod (TPL), Bobot Tubuh (BW). penelitian Yurisa et al. (2018) yaitu
jenis mangrove yang dijumpai di
(Overton et al., 1997).
perairan Kampung Madong adalah
Data jenis-jenis kepiting Rhizopora apiculata dengan nama
diperoleh dari hasil pengukuran lokal bakau putih, avicennia marina
morfometrik dan kondisi habitat hidup dengan nama lokal api-api putih,
keping dicatat, dikelompokkan dan Sonneratia alba nama lokal bogem,
ditabuasi dalam bentuk tabel dan Rhizopora mucronata nama lokal
grafik. Data morfologi kepiting bakau hitam, Xylocarpus granatum
digambarkan dalam bentuk gambar nama lokal nyireh, Lumnitzera littorea
kalkir. Sedangkan data karakteristik nama lokal teruntum merah, dan
ekosistem mangrove disajikan dalam Scyphiphora hydrophyllacea nama
bentuk tabulasi. Data yang telah lokal cingam. Ketujuh jenis mangrove
ditabulasikan dan digambarkan dalam tersebut mempunyai akar yang kuat
bentuk tabel kemudian dianalisis sehingga mampu menahan gelombang.
(Stasiun I, II dan III). Ketiga stasiun
Perolehan Sampel Kepiting penangkapan di ekositem mangrove
Ekosistem Mangrove Kampung Madong tersebut memiliki
Selama pelaksanaan penelitian,
karakter habitat yang berbeda-beda
penangkapan sampel kepiting di
sehingga jumlah sampel yang
ekosistem mangrove dilakukan
diperoleh pada setiap sampling area
sebanyak empat kali pada setiap
bervariasi (Tabel 1). Jumlah total
sampling area. Sampel kepiting
sampel yang diperoleh dari ketiga
ditemukan pada ketiga sampling area
stasiun tersebut adalah 68 ekor.
67

Sampel kepiting yang diperoleh paling (tengah) 37 ekor, stasiun III (hulu) 19
sedikit berasal dari stasiun I (hilir) ekor.
dengan jumlah 12 ekor, stasiun II
Tabel 1. Pengumpulan Sampel Kepiting pada Ekosistem Mangrove
Pengumpulan Sampel Stasiun Penangkapan Jumlah (ekor)
I II III
Minggu Ke-1 3 7 4 14

Minggu Ke-2 4 8 6 18

Minggu Ke-3 2 10 5 17
Minggu Ke-4 3 12 4 19
Jumlah 12 37 19 68
Kepiting yang termasuk dalam memiliki gigi-gigi tajam dan memiliki
kelas Crustacea ini, ditemukan dalam dua duri kapus yang juga tajam, maka
penelitian sejumlah 2 jenis kepiting. ciri-ciri tersebut merupakan jenis S.
Kedua jenis tersebut terdiri dari Jenis serrata. Selain itu pada capit memiliki
yaitu, kepiting bakau (Scylla serrata) duri yang tajam dan warna karapas
dan kepiting rajungan (Portunus biasanya bewarna hijau tua sampai
palagicus). hijau kehitaman (gelap). Bagian luar
capit bewarna hijau kebiruan dan
Kepiting Bakau (S. serrata) memiliki pola marmer. Kaki renang
Kepiting Bakau (S. serrata) jantan dan betina memiliki pola yang
diklasifikasikan pada famili sama.
Portunidae (Sakai, 1998). Menurut Keping bakau mempunyai
Forsskal dalam Hatai et al. (2000), sepasang capit (cheliped). Mempunyai
kepiting bakau (S. serrata) 3 pasang kaki jalan (pleopod).
berdasarkan klasifikasi nya termasuk Mempunyai sepasang kaki renang
dalam: Kingdom: Animalia, Phylum : (pleopod) dengan bentuk pipih.
Arthropoda, Class: Crustaceae, Sub Panjang karapas ± 2/3 dari lebarnya,
class: Malacostraca, Ordo: Decapoda permukaan karapas sedikit licin
Sub ordo: Brachyura, Famili: kecuali pada lekuk yang bergranula
Portunidae, Genus: Scylla, Species : halus didaerah brancil. Pada dahi
Scylla serrata. terdapat 4 buah gigi tumpul tidak
Pada kepiting bakau (S. termasuk duri ruang mata sebelah
serrata) seluruh tubuhnya tertutup dalam yang berukuran hampir sama.
oleh cangkang. Terdapat 6 buah duri Terdapat antena diantara kedua
diantara sepasang mata, dan 9 duri matanya. Merus dilengkapi dengan 3
disamping kiri dan kanan mata. buah duri pada anterior dan 2 buah
Menurut Carpenter dan Niem (1998), duri pada tepi posterior. Karpus
duri pada carpus dan gigi pada frontal dilengkapi dengan sebuah duri kokoh
merupakan bagian dari morfologi pada sudut sebelah dalam, sedangkan
kepiting bakau yang merupakan propudus dengan 3 buah duri, satu
penentu jenis kepiting bakau. Jika
78

diantaranya bersisian dengan tidak tampak perbedaannya, namun


persendian karpus dan 2 lainnya jika diamati lebih teliti akan tampak
terletak bersisian dengan persendian dengan jelas perbedaannya. Untuk
dactylus. Moosa et al. (1995) lebih jelasnya dapat dilihat pada
menyatakan bahwa ketiga bagian Gambar 1 dibawah ini.
tersebut jika dilihat secara sepintas

5 3 4

7 12
6

1
9 10 2 11
11
Gambar 1. Morfologi kepiting Bakau (S. serrata) Tampak Dorsal
Keterangan Gambar 1:
1 Karapas 7 Peripod I
2 Abdomen (terlipat dibawah 8 Periopod II
karapas)
3 Mata 9 Periopod III
4 Antena 10 Pleopod
5 Dactylus 11 Pendayung
6 Carpus 12 Merus

1
2

4 5
3
Gambar 2. Morfologi Kepiting Bakau (S. serrata) Tampak Ventral
Keterangan Gambar 2:
1 Telson 4 Abdomen
2 Lengan 5 Basis
3 Coxa

Kingdom : Animalia
Kepiting Rajungan (P. palagicus) Phylum : Arthropoda
Klasifikasi pada kepiting Class : Crustacea
rajungan menurut Linnaeus dalam Ordo : Decapoda
Devie (2015) adalah sebagai berikut. Family : Portunidae
89

Genus : Portunus bulu halus diujung periopod yang


Spesies : Portunus palagicus bewarna keunguan.
Pada kepiting rajungan spesies Kepiting rajungan jantan
P. palagicus mempunyai karapas mempunyai capit lebih panjang dari
berbentuk bulat pipih dengan warna betina. Menurut Nontji (1986), ciri
yang sangat menarik. Ukuran karapas morfologi kepiting rajungan
lebih besar kearah samping dengan mempunyai karapas berbentuk bulat
permukaan yang tidak terlalu jelas pipih dengan warna yang sangat
pembagian daerahnya. Sebelah kiri menarik . Pada karapas kiri dan kanan
dan kanan karapasnya terdapat terdapat durin besar yang runcing.
sepasang duri besar yang runcing, Jumlah duri-duri sisi belakang
jumlah duri sisi belakang matanya matanya mempunyai 9 buah duri.
sebanyak 9 duri dan diantara matanya Rajungan dapat dibedakan dengan
terdapat 4 buah duri besar. Terdapat adanya beberapa tanda-tanda khusus,
antena diantara kedua matanya. Pada diantaranya rajungan terdiri dari 5
kepiting terlihat perbedaan menyolok pasang kaki, yang terdiri dari 1 pasang
antara jantan dan betina. Ukuran kaki (capit) yang berfungsi sebagai
rajungan antara yang jantan dan pemegang dan memasukkan makanan
betina berbeda, yang jantan lebih kedalam mulutnya, 3 pasang kaki
besar dan bewarna lebih cerah serta sebagai kaki jalan (periopod) dan
berpigmen biru terang, bisa dilihat sepasang kaki terakhir yang
secara jelas pada capit (chela), bermodifikasi menjadi alat renang
periopod, dan pleopod dan pada setiap yang ujungnya menjadi pipih dan
ujung periopod dan pleopod terdapat membundar seperti dayung. Oleh
bulu halus yang bewarna merah. sebab itu, rajungan dimasukkan
Sedangkan yang betina bewarna kedalam golongan kepiting renang
sedikit lebih coklat, dan pada ujung (swimming crab). Untuk lebih jelasnya
periopod terdapat warna biru tua dan dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah
ini.
4
2
1 3
5

8
6

9
7 10

Gambar 3. Morfologi Kepiting Rajungan (P. palagicus) Tampak Dorsal


9
10

Keterangan Gambar 3:
1 Mata 6 Periopod III
2 Rostrum 7 Pendayung
3 Antena 8 Karapas
4 Periopod I 9 Abdomen (terlipat dibawah karapas)
5 Periopod II 10 Pleopod
3
5
2
1
4
6

7
8
Gambar 4. Morfologi Kepiting Rajungan (P. palagicus) Tampak Ventral
Keterangan Gambar 4:
1 Telson 6 Merus
2 Coxa 7 Basis
3 Dactylus 8 Abdomen
4 Carpus
5 Lengan
Dari hasil penelitian yang dengan kepiting rajungan (P.
dilakukan, maka didapat perbedaan palagicus) dapat dilihat pada Tabel 2
morfologi kepiting bakau (S. serrata) dibawah ini.
Tabel 2. Perbedaan Morfologi Antara Kepiting Rajungan dan Kepiting Bakau
No Morfologi Kepiting Rajungan Kepiting Bakau
(P. palagicus) (S. serrata)
1. Cangkang/Karapas Melebar kesamping Bulat

2. Kaki Bercapit Panjang dan ramping Pendek dan Gemuk


(Propudus)
3. Capit Tidak begitu kuat Sangat kuat
4. Warna Karapas Jantan: warna dasar biru Jantan dan betina
dengan bercak-bercak putih. memiliki warna sama
Betina: warna dasar hijau yaitu polos, hijau tua
lumut dengan bercak-bercak (gelap).
putih.
Untuk melihat persamaan diantara 3. Abdomen atau terlipat kedepan
jenis kepiting tersebut diatas, maka dibawah karapas. Perbedaan antara
dapat disebutkan sebagai berikut. abdomen jantan dan betina adalah
1. Merupakan satu famili yaitu pada abdomen jantan sempit dan
Portunidae. meruncing kedepan sedangkan
2. Karapasnya mempunyai pinggiran betina melebar dan membulat
samping kiri dan kanan yang penuh dengan embelan yang
bergerigi dan jumlah durinya 9 berfungsi untuk menyimpan telur.
buah.
11
10

4. Cara berkembang biak dengan Karakteristik Habitat Kepiting


bertelur, telur yang sudah dibuahi Pengamatan karakteristik
disimpan didalam lipatan abdomen. habitat kepiting dilakukan dengan
Juwana dan Romimaohtarto mengukur beberapa parameter kualitas
(2000) menyatakan kepiting bakau dan perairan pada ekosistem mangrove.
rajungan bisa dibedakan dengan Pengukuran kualitas perairan terdiri
melihat warna pada karapasnya, dari faktor fisika (Suhu dan
sedangkan persamaannya yaitu, Kecerahan), dan faktor kimia (pH,
kepiting bakau dan rajungan berasal Oksigen Terlarut (DO), Salinitas, dan
dari famili yang sama yaitu, Alkalinitas). Pengukuran kualitas
portunidae. Memiliki 9 buah duri perairan dilakukan 2 kali selama
pada karapas kiri dan karapas kanan penelitian yaitu, di awal dan di akhir
kepiting, berkembang biak dengan penelitian. Adapun hasil pengukuran
cara bertelur. Abdomen pada kepiting kualitas perairan dapat dilihat pada
jantan sempit dan meruncing Tabel 3 dibawah ini.
sedangkan pada abdomen betina
melebar, dapat dilihat pada Gambar 16
dibawah ini.
Tabel 3. Pengukuran Kualitas Perairan
Satuan Minggu ke-1 Minggu ke-4
Parameter Baku Mutu*
(S I, II, III) (S I, II, III)
Kisaran Kisaran
Fisika
0
Suhu C 28-32 29-30 Deviasi 3*
Kecerahan Cm 148-186,5 150-190,5 #
Kimia
Derajat keasaman 6-7 6-8 6-9*
(pH)
Oksigen Terlarut mg/L 7,3-8,1 7,4-8 6*
(DO)
Salinitas Ppt 25-30 26-30 #
Alkalinitas mg/L 52-84 60-100 #
CaCO3
Menurut (Kepmen-LH, 2004) (S. serrata) dan kepiting rajungan
kualitas perairan pada ekosistem (P. palagicus).
mangrove Kampung Madong sangat 2. Terdapat 6 perbedaan nilai proporsi
mendukung untuk kehidupan morfometrik kepiting bakau jantan
organisme yang hidup pada ekosistem dan betina. pada karakter
mangrove tersebut. morfometrik ICL, LC, AL, CW,
3TPL dan UPL. Hal ini berarti ada
KESIMPULAN DAN SARAN perbedaan karakter morfometrik
Kesimpulan antara kepiting jantan dan kepiting
1. Kepiting yang tertangkap 2 jenis betina seiring pertambahan lebar
yang berasal dari Famili karapas kepiting (ICW).
Portunidae, yaitu, kepiting bakau
12
11

3. Terdapat 9 perbedaan nilai proporsi Juwana, S., dan K. Romimaohtarto.


morfometrik kepiting rajungan 2000. Mempersiapkan Kepiting
jantan dan betina. pada karakter Rajungan Menjadi Komoditas
Andalan. 102 Hal.
morfometrik ICL, FL, AL, PL, CL,
ML, MW, 3TPW dan TPL. Hal ini Menteri Negara Lingkungan Hidup.
berarti ada perbedaan karakter 2004. Keputusan Nomor 201
morfometrik antara kepiting jantan Tahun 2004 Tentang Kriteria
dan kepiting betina seiring Baku dan Pedoman Penentuan
pertambahan lebar karapas kepiting Kerusakan Mangrove.
(ICW). KEMEN-LH RI. Jakarta. 8
Hal.
Saran
Pada penelitian ini telah dikaji Moosa, I. A. (1996). An Empirical in
tentang deskripsi dan identifikasi Vestigation Into the Causes of
kepiting yang hidup pada ekosistem Deviations from Covered
mangrove. Selanjutnya perlu Interest Parity Across the
dilakukan penelitian lanjutan tentang Tasman. New Zealand
reproduksi, pola pertumbuhan dan Economic Papers.
analisis isi lambung kepiting bakau(S.
Nontji, A. 1986. Laut Nusantara.
serrata) dan kepiting rajungan (P. Djambatan. Jakarta. 105 Hal.
palagicus).
Overton, J. L., D. J. Macintos and R.
DAFTAR PUSTAKA S. Thorpe. 1997. Multivariate
Carpenter, K. E., V. H. Niem. 1998. Analysis of the Mud Crab
Spesies Identification Guide Scylla serrata (Brachyura:
for Fishery Purposes. The Portunidae) from Four
Living Marine Resources of Locations in Southeast Asia.
The Wastern Central Pacific. 128: 55-62.
Volume 2. (Cephalopods, Sakai, T. 1976. Crabs of Japan and the
Crustaceans, Holothurians and Adjacent Seas. 3 (1).
Shark). Food and Agriculture Kodansha. Tokyo.
Organization of The United
Stations. Yurisa, I., Karlina dan F. Idris. 2018.
Pola Sebaran Mangrove dan
Devie, P. 2015. World Register kelimpahan Moluska di
Marines Species. Perairan Madong Kota
www.marinespecies. TanjungPinang.
Org/Scylla serrata or Portunus
palagicus. Diakses pada
Tanggal 17 Juli 2019.

Hatai, K., D. Roza., dan T. Nakayama


(2000). Identification of lower
fungi isolated from larvae of
mangrove crab, Scylla serrate,
in Indonesia. Mycoscience.

You might also like