Professional Documents
Culture Documents
Manuskrip Skripsi-1 REV 140120
Manuskrip Skripsi-1 REV 140120
Manuskrip Skripsi-1 REV 140120
Relationship between Stres Level and Lung Function with Quality of Life in Patient
Pulmonary Tuberculosis Relapse
Rita Khairani2
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
2
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Alamat Korespondensi :
1
Jalan Tomang tinggi 1 no 9, Grogol, Jakarta Barat 11440; +6285859060259;
derivanda23@gmail.com
2
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No 1, Grogol, Jakarta Barat
11440; +6582124004364 ; Rita.khairani@trisakti.ac.id
ABSTRACT
The Relation of Stress level and Lung Function with Quality of life in patient Pulmonary
Tuberculosis Relapse
Background
Tuberculosis is a disease that still become the main problem around the world.
Tuberculosis can cause physical and psychological disorder and has the potential to cause a
mental problem. Quality of life is an indicator about people perception of physical and
psychological health, it also represent as an indicator for the success of the intervention of
health services. Lung function could be measured by spirometry, stress level and quality of
life measured by subjective questionnares
Method : This study use a cross sectional design. There were 40 samples and obtained by
consecutive non random sampling. This study was done on October –Desember 2019. The
data to know the stress level is taken from Perceived Stress Scale (PSS) questionnare and the
function of pulmonary is taken from spirometry, the data to know the quality of live is taken
from WHOQOL-BREF questionnaire. Statistical analysis using chi-square tes.
Result : There are 80% patient with moderate stress, 70% patient with abnormal lung
function and 52,5% with bad quality of life. There is no relation between stress level and
quality of life, there is a significant relation between lung function and quality of life
(p=0,009).
Conclusion : There is a rsignificant elation between lung function and quality of life in
patient Pulmonary Tuberculosis relapse and There is no relation between Stress level and
Quality of life in patient Pulmonary Tuberculosis relapse.
Keyword : Stress Level, Lung Function, Quality of life, Pulmonary TB Relapse
ABSTRAK
Hubungan antara tingkat Stres dan Fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru
Kambuh
Latar Belakang : Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
masalah utama kesehatan di dunia. Penyakit Tuberkulosis dapat menyebabkan gangguan fisik
dan psikologi sehingga penderita berpotensi memiliki masalah kesehatan mental. Kualitas
hidup merupakan suatu indikasi yang menunjukan persepsi seseorang mengenai kesehatanya
dan juga sebagai indikator kesuksesan layanan kesehatan . Fungsi paru dapat diukur secara
objektif menggunakan spirometer, tingkat stres dan kualitas hidup diukur secara subjektif
menggunakan kuesioner.
Metode : Studi ini menggunakan desain potong lintang. Terdapat 40 responden yang dipilih
dengan metode consecutive non random sampling. Pengambilan data telah dilakukan pada
bulan Oktober-Desember 2019. Data tingkat stres diambil dengan kuesioner Perceived Stress
Scale (PSS), data fungsi paru di ambil dengan menggunakan spirometer dan data kualitas
hidup di ambil dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF. Analisis data statistik
dengan uji Chi-Square.
Hasil : Terdapat 80% pasien dengan stres sedang, 70% pasien dengan fungsi paru tidak
normal dan 52,5% responden dengan kualitas hidup buruk. Tidak terdapat hubungan antara
tingkat stres dan kualitas hidup, terdapat hubungan bermakna antara fungsi paru dengan
kualitas hidup (p=0,009).
Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara fungsi paru dan kualitas hidup pasien TB
kambuh dan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dan kualitas hidup pasien TB Paru
kambuh.
Kata Kunci : Tingkat stres, Fungsi Paru, Kualitas Hidup
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang saluran pernapasan
komplikasi bahkan kematian. Penyakit TB paru menjadi masalah global utama sampai saat
ini. Pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB yang setara dengan 120 kasus per
100.000 penduduk. Di Indonesia jumlah kasus baru TB sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017.(1) Pasien Tuberkulosis paru dikatakan kambuh apabila pasien yang didiagnosis TB paru
yang sudah menyelesaikan pengobatan kemudian datang dengan sputum BTA (+) atau
dengan gambaran radiologi TB paru. atau Faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan
adalah adanya reinfeksi, daya tahan tubuh menurun, perilaku kebiasaan merokok dan minum
rendah.(3) Beberapa riset menunjukan bahwa orang yang menderita penyakit TB paru
memiliki potensi terjadinya gangguan mental dan psikologi salah satunya dapat
bermanifestasi dalam bentuk stres, stres dapat meningkatan morbiditas penderita TB.(4)
Hasil beberapa studi menunjukan bahwa beberapa pasien TB paru yang telah
sembuh memiliki gejala sisa paru fungsional. Beberapa studi yang mengevaluasi fungsi
mengatakan bahwa terdapat perubahan ventilasi paru berupa restriktif, obstruktif atau
terhadap kesehatan yang dimilikinya.(7) Peningkatan kualitas hidup adalah hal yang penting
sebagai tujuan pengobatan dan merupakan kunci untuk kesembuhan penderita TB.(8)
antara tingkat stres dan fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru kasus kambuh.
METODE
Timur pada bulan Oktober-Desember 2019. Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian
berjumlah 40 orang yang dipilih secara consecutive non rendom sampling dengan kriteria
inklusi yaitu pasien TB paru kasus kambuh dengan usia minimal 18 tahun, sedangkan kriteria
eksklusi adalah menderita gangguan jiwa dan menderita gejala sesak napas lain selain TB
Pada penelitian ini variabel bebas yang diteliti adalah tingkat stres dan fungsi paru,
variabel yang tergantung adalah kualtas hidup. Analisis disajikan univariat dan bivariat
dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan bantuan komputer program Statistical
HASIL
jenis kelamin, usia, tingkat stres, fungsi paru dan kualitas hidup masing-masing responden.
berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang (37,5%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan
usia, ditemukan 27 orang (67,5%) yang berusia diatas 40 tahun dan 13 orang (32,5%) yang
berusia dibawah 40 tahun. , Berdasarkan tingkat stres didapatkan sebagian besar responsden
mengalami stres sedang yaitu 32 orang (80%), 8 responden (20%) mengalami stres ringan,
dan tidak didapatkan stres berat. Hasil pemeriksaan Spirometer didapatkan 28 responden
(70%) dengan fungsi paru tidak normal, sisanya 12 responden (30%) dengan fungsi paru
normal. Berdasarkan kualitas hidup, didapatkan 21 responden (52,5%) dengan kualitas hidup
Analisis bivariat dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-
Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antar variabel.
Berdasarkan tabel 2, dari seluruh responden didapatkan responden dengan tingkat stres
ringan yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 4 orang (21%) sedangkan responden yang
memiliki kualitas hidup buruk yaitu 4 orang (19%). Responden dengan tingkat stres sedang
yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 15 orang (79%) sedangkan yang memiliki kualitas
hidup buruk yaitu 17 orang (81%). Tidak didapatkan responden yang memiliki tingkat stres
berat. Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,592 dimana
lebih besar dari nilai α = 0,05 Sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kualitas hidup pada pasien TB paru
kasus kambuh.
Tabel 3. Hubungan antara fungsi Paru dengan kualitas hidup
Variabel Kualitas Hidup
Baik Persentase Buruk Persentase p
(n) (%) (n) (%)
Fungsi Paru
Normal 10 53% 2 9,5% 0.009 a
Tidak normal 9 47% 19 90,5%
paru normal yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 10 orang (53%) sedangkan yang
memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 2 orang (9,5%). Responden dengan fungsi paru tidak
normal yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 9 orang (47%), sedangkan yang memiliki
kualitas hidup buruk yaitu 19 orang (90,5%). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p =
0.009 dimana lebih kecil dari nilai p = 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien
PEMBAHASAN
responden 32 orang 80% mengalami stres sedang dan hanya 8 orang 20% yang mengalami
stres ringan dan tidak didapatkan responden yang mengalami stres berat. Penelitian yang
dilakukan oleh Padayatchi dkk yang menemukan bahwa sampai dua tahun setelah
terdiagnosa TB paru, penderita masih mengalami stres.(9) penelitian yang dilakukan oleh
Suryani dkk, yang melakukan pengukuran tingkat stres mendapatkan lebih banyak responden
(64,9%) mengalami stres tingkat ringan dan hanya 35,1% mengalami stres tingkat sedang
hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini hanya dilakukan observasi
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk dilakukan intervensi psikoedukasi
aktif dan pasif sehingga hal tersebut dapat menurunkan masalah psikososial yang merupakan
Spirometer didapatkan sebagian besar responden 28 orang (70%) dengan fungsi paru tidak
normal dan 12 orang (30%) dengan fungsi paru normal Penelitian yang dilakukan oleh Shital
P dkk menemukan bahwa dari 500 pasien yang di evaluasi didapatkan 42% gangguan paru
obstruktif, 30% responden dengan fungsi Paru normal, 18% responden dengan gangguan
paru campuran dan 10% responden dengan gangguan paru restriksi, faktor resiko yang dapat
mempengaruhi antara lain usia dan kebiasaan merokok pasien tersebut. (11) Serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ali M pada pasien pasca TB didapatkan responden dengan
gangguan paru obstruktif 54%, gangguan Paru restriksi 10% gangguan paru campuran 34%
dan 2% dengan fungsi paru normal.(12) Berbeda dengan penelitian ini, jenis gangguan fungsi
Paru yang didapatkan sebagian besar 62,5% responden mengalami gangguan Paru restriksi,
5% dengan gangguan Paru Campuran dan 13 orang 32.5% responden dengan fungsi Paru
normal. Penurunan nilai KVP pada penyakit TB disebabkan oleh destruksi parenkim Paru
yang luas sehingga Paru tidak dapat bekerja dengan maksimal. Faktor yang dapat
mempengaruhi KVP pada penderita TB paru kambuh yaitu proses perjalanan penyakit yang
lama.(13) Pada penelitian yang telah disebutkan pemeriksaan dilakukan pada pasien TB kasus
baru dan pasien pasca TB yang memiliki proses perjalanan penyakit yang berbeda dengan TB
paru kambuh, . Pada pasien TB kambuh 75% paling banyak ditemukan gambaran Cavitary
Lung Disease ,fibrosis, dan konsolidasi paru beserta gejala yang lebih sering timbul yaitu
batuk produktif atau non produktif dengan dahak mukoid atau mukopurulen sedangkan 25%
Berdasarkan hasil analisis univariat pengambilan data kualitas hidup didapatkan hasil
21 responden (52,5%) dengan kualitas hidup buruk dan 19 responden (47,5%) dengan
kualitas hidup baik . Penelitian yang dilakukan oleh Madeeha dkk menyatakan bahwa pasien
TB memiliki kualitas hidup yang rendah pada domain kesehatan fisik, dari total 382
responden didapatkan nilai domain kualitas hidup terendah yaitu pada kesehatan umum
(34,97) sedangkan domain tertinggi yaitu pada physical functioning (60,03) kesimpulan
dalam penelitian Madeeha dkk menyatakan bahwa penyakit TB dapat menurunkan nilai
domain dalam kualitas hidup.(15) Penelitian yang dilakukan oleh Dhuria dkk bahwa penyakit
0,592) dimana nilai tersebut memiliki nilai kemaknaan lebih besar dari tingkat kemaknaan
5% (P<0,05), sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stres dan kualitas hidup pada pasien TB paru kambuh. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa Responden dengan tingkat stres sedang yang memiliki
kualitas hidup buruk yaitu 81% dan kualitas hidup baik yaitu 79% sedangkan responden
dengan tingkat stres ringan yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 21% dan responden yang
memiliki kualitas hidup buruk yaitu 19% . penelitian yang dilakukan oleh Nurul Eka yang
menemukan bahwa terdapat korelasi yang cukup dan searah antara tingkat stres dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Juliandari memperoleh hasil terdapat hubungan antara
stres dengan kualitas hidup memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi
(p=0,005).(18) Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres
dan kualitas hidup hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki tingkat stres yang berbeda
dan tidak didapatkanya stres berat karena hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti dukungan keluarga, lingkungan dan sosial selain itu, terdapat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang sehingga tingkat stres bukan merupakan salah
(p=0,009) dimana memiliki nilai kemaknaan lebih kecil dari tingkat kemaknaan 5% (
p=0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi paru
dengan kualitas hidup pasien TB paru kambuh. Pada penelititan ini didapatkan responden
dengan fungsi paru tidak normal yang memiliki kualitas hidup buruk yaitu 90,5% sedangkan
yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 47%, responden dengan fungsi paru normal yang
memiliki kualitas hidup baik yaitu 53% sedangkan yang memiliki kualitas hidup buruk
sebanyak 9,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Achadiono dkk yang menyatakan bahwa
penurunan fungsi Paru pada pasien TB disebabkan oleh proses patologis penyakit TB paru
yang menyebabkan berbagai gangguan pernapasan seperti batuk dan sesak nafas yang
semakin parah, dimana tingkat sesak nafasnya dapat menyebabkan keterbatasan melakukan
Penelitian yang dilakukan oleh Guo dkk, menyimpulkan bahwa penurunan fungsi paru
sangat mempengaruhi tingkat kualitas hidup seseorang dimana kualitas hidup penderita
tuberkulosis sangat buruk dibandingkan dengan populasi orang sehat dan faktor lain yang
(21)
mempengaruhi yaitu lamanya pengobatan Tuberkulosis. Pada penelitian ini terdapat
hubungan antara fungsi paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru kambuh dimana sebagian
besar responden didapatkan fungsi paru yang tidak normal yaitu gangguan Paru restriksi dan
sebagian besar memiliki kualitas hidup yang buruk. Penurunan fungsi Paru pada penyakit
tuberkulosis dapat bermanifestasi klinis batuk dengan durasi lama dan sesak napas, hal
tersebut dapat mempengaruhi berbagai domain dalam kualitas hidup yang di ukur
menggunakan WHOQOL-BREF.(2)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan diperoleh
80% responden dengan tingkat stres sedang, sisanya 20% mengalami stres ringan, tidak
didapatkan responden yang mengalami stres berat. Pemeriksaan Spirometri didapatkan 70%
responden dengan fungsi paru tidak normal, sisanya 30%responden dengan fungsi paru
normal. Berdasarkan kualitas hidup, didapatkan 52,5% responden dengan kualitas hidup
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat stres dengan kualitas hidup dengan nilai (p=0,592). Terdapat hubungan
bermakna antara fungsi paru dengan kualitas hidup dengan nilai (p=0,009).
DAFTAR PUSTAKA
1. Marlina I, Tuberkulosis. Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
2018;1:1-3.
2. Pachi A, Bratis D, Moussas G, Tselebis A. Psychiatic Morbidity and other Factor
Affecting Treatmen Adherence in Pulmonary Tuberculosis Patient. Hindawi
Coorporation.Athena.2012;1-4.
3. Sari DI, Mubasyiroh R, Supardi S.Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan
berobat pada pasien TB Paru yang rawat jalan di Jakarta tahun 2014.Jurnal media
litbangkes,2016;4(26):1
4. Bhat SA, Shah SA. Study of Depression, Anxiety and Stress among Tuberculosis
Patient and Its Relation with Their Life Satisfication.Journal Of Medical
Science.2015;3(6):6107-6115.
5. Ngahane B, Nouyep J, Motto MN, Njankouo MY, et al. Post-Tuberculosis Lung
Function impairment in a Tuberculosis Reference Clinic in Cameroon.El
Sevier.Cameroon.2016;114:61-72.
6. Oktavia AR. Hubungan Antara Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta.Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.2009
7. Koller M, Lorenz W. Quality of Life: a Deconstuction for Clinicians, Journal of The
Royal Society Of Medicine.2002;95(10):481-88
8. Rahmi U. Pengaruh discharge planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien
stroke iskhemik di RSUD Al-Islam Bandung.Tesis 2011
9. Padayatchi A. Case Series of the long term psychosocial impact of drug resistant
tuberculosis in HIV-negative.International Journal Tuberculosis Lung
Disease.2010;14(8), pp.960-966
10. Suryani, Widianti E, Hernawati T, Sriati Aat. Psikoedukasi Menurunkan Tingkat
Depresi, Stres dan Kecemasan pada Pasien Tuberkulosis Paru. Universitas
Padjajaran.2016;11(1):128-133
11. Patil, S., Patil, R. and Jadhav, A. (2018). Pulmonary functions' assessment in post-
tuberculosis cases by spirometry: Obstructive pattern is predominant and needs
cautious evaluation in all treated cases irrespective of symptoms. International
Journal of Mycobacteriology, 7(2), p.128.
12. Ali M. Gambaran Kelainan Spirometri pada pasien pasca Tb yang mengalami sesak
napas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.Universitas Muhamadiyah
Surakarta.2017;1:3-4
13. Raghu G. Spirometry Clinical: a rational clinical approach.2011;92:148– 154.
14. Naidoo K, Dookie N.Insight into Recurrent Tuberculosis : Relapse versus Reinfection
and Related Risk Factor.IntechOpen.2018;234-37
15. Malik M, Nasir R, Hussain A. Health Related Quality of Life among TB Patients :
Question Mark on Performance of TB DOTS in Pakistan. Journal of Tropical
Medicine.2018;5-7.
16. Dhuria M., Sharma N., and Ingle Gk. Impact of Tuberculosis on the quality of
life,Indian Journal of community medicine: official publication of Indian Association
of Preventive & Social Medicine 2008;33(1):58
17. Putri N, Kholis FN, Ngestiningsih D. Hubungan Tingkat stres dan Kualitas Hidup
Pada Pasien Tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Semarang.2018;7(2):499-503.
18. Juliandari NM, Kusnanto, Hidayati L. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Koping
Stres Dengan Kualitas Hidup Pasien TB. Ners Universitas Unair.Surabaya.2014.
19. Junengsih N. Gambaran Tingkat Stres dan Mekanisme Koping Pada Pasien dengan
Tuberkulosis Paru di RS Paru Bogor.Kemenkes RI.2019;3-5.
20. Achadiono WND, Retnowulan H, Utami PT. Relaitionship between the degress of
severity sequelae after treatment with quality of life patient of pulmonary tuberculosis
patients. Jurnal of interna medicine 2016;6(1):4-6.
21. Guo, N., Marra, F. and Marra, C. (2009). Measuring health-related quality of life in
tuberculosis: a systematic review. Health and Quality of Life Outcomes, 7(1), p.14.
22. Malik M, Nasir R, Hussain A. Health Related Quality of Life among TB Patients :
Question Mark on Performance of TB DOTS in Pakistan. Journal of Tropical
Medicine.2018;4-5.