Manuskrip Skripsi-1 REV 140120

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN FUNGSI PARU DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN TB PARU KAMBUH

Relationship between Stres Level and Lung Function with Quality of Life in Patient
Pulmonary Tuberculosis Relapse

Rosandio Derivanda Tranggono1

Rita Khairani2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

2
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat Korespondensi :

1
Jalan Tomang tinggi 1 no 9, Grogol, Jakarta Barat 11440; +6285859060259;

derivanda23@gmail.com

2
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No 1, Grogol, Jakarta Barat
11440; +6582124004364 ; Rita.khairani@trisakti.ac.id

ABSTRACT
The Relation of Stress level and Lung Function with Quality of life in patient Pulmonary
Tuberculosis Relapse
Background
Tuberculosis is a disease that still become the main problem around the world.
Tuberculosis can cause physical and psychological disorder and has the potential to cause a
mental problem. Quality of life is an indicator about people perception of physical and
psychological health, it also represent as an indicator for the success of the intervention of
health services. Lung function could be measured by spirometry, stress level and quality of
life measured by subjective questionnares
Method : This study use a cross sectional design. There were 40 samples and obtained by
consecutive non random sampling. This study was done on October –Desember 2019. The
data to know the stress level is taken from Perceived Stress Scale (PSS) questionnare and the
function of pulmonary is taken from spirometry, the data to know the quality of live is taken
from WHOQOL-BREF questionnaire. Statistical analysis using chi-square tes.
Result : There are 80% patient with moderate stress, 70% patient with abnormal lung
function and 52,5% with bad quality of life. There is no relation between stress level and
quality of life, there is a significant relation between lung function and quality of life
(p=0,009).
Conclusion : There is a rsignificant elation between lung function and quality of life in
patient Pulmonary Tuberculosis relapse and There is no relation between Stress level and
Quality of life in patient Pulmonary Tuberculosis relapse.
Keyword : Stress Level, Lung Function, Quality of life, Pulmonary TB Relapse
ABSTRAK

Hubungan antara tingkat Stres dan Fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru
Kambuh
Latar Belakang : Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
masalah utama kesehatan di dunia. Penyakit Tuberkulosis dapat menyebabkan gangguan fisik
dan psikologi sehingga penderita berpotensi memiliki masalah kesehatan mental. Kualitas
hidup merupakan suatu indikasi yang menunjukan persepsi seseorang mengenai kesehatanya
dan juga sebagai indikator kesuksesan layanan kesehatan . Fungsi paru dapat diukur secara
objektif menggunakan spirometer, tingkat stres dan kualitas hidup diukur secara subjektif
menggunakan kuesioner.
Metode : Studi ini menggunakan desain potong lintang. Terdapat 40 responden yang dipilih
dengan metode consecutive non random sampling. Pengambilan data telah dilakukan pada
bulan Oktober-Desember 2019. Data tingkat stres diambil dengan kuesioner Perceived Stress
Scale (PSS), data fungsi paru di ambil dengan menggunakan spirometer dan data kualitas
hidup di ambil dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF. Analisis data statistik
dengan uji Chi-Square.
Hasil : Terdapat 80% pasien dengan stres sedang, 70% pasien dengan fungsi paru tidak
normal dan 52,5% responden dengan kualitas hidup buruk. Tidak terdapat hubungan antara
tingkat stres dan kualitas hidup, terdapat hubungan bermakna antara fungsi paru dengan
kualitas hidup (p=0,009).
Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara fungsi paru dan kualitas hidup pasien TB
kambuh dan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dan kualitas hidup pasien TB Paru
kambuh.
Kata Kunci : Tingkat stres, Fungsi Paru, Kualitas Hidup
PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang saluran pernapasan

disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang mengakibatkan berbagai

komplikasi bahkan kematian. Penyakit TB paru menjadi masalah global utama sampai saat

ini. Pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TB yang setara dengan 120 kasus per

100.000 penduduk. Di Indonesia jumlah kasus baru TB sebanyak 420.994 kasus pada tahun

2017.(1) Pasien Tuberkulosis paru dikatakan kambuh apabila pasien yang didiagnosis TB paru

yang sudah menyelesaikan pengobatan kemudian datang dengan sputum BTA (+) atau

dengan gambaran radiologi TB paru. atau Faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan

adalah adanya reinfeksi, daya tahan tubuh menurun, perilaku kebiasaan merokok dan minum

alkohol, pengobatan TB yang terlalu pendek dan kemungkinan resistensi obat.(2)

Angka kesembuhan TB paru didaerah tertentu di Indonesia di katakan masih sangat

rendah.(3) Beberapa riset menunjukan bahwa orang yang menderita penyakit TB paru

memiliki potensi terjadinya gangguan mental dan psikologi salah satunya dapat

bermanifestasi dalam bentuk stres, stres dapat meningkatan morbiditas penderita TB.(4)

Hasil beberapa studi menunjukan bahwa beberapa pasien TB paru yang telah

sembuh memiliki gejala sisa paru fungsional. Beberapa studi yang mengevaluasi fungsi

mengatakan bahwa terdapat perubahan ventilasi paru berupa restriktif, obstruktif atau

campuran dengan tingkat keparahan yang berbeda.(5)

Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan dari

intervensi pelayanan kesehatan,.(6) Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang

terhadap kesehatan yang dimilikinya.(7) Peningkatan kualitas hidup adalah hal yang penting

sebagai tujuan pengobatan dan merupakan kunci untuk kesembuhan penderita TB.(8)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang hubungan

antara tingkat stres dan fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru kasus kambuh.
METODE

Pengambilan data dilakukan di Poli Paru RSUP Persahabatan Rawamangun, Jakarta

Timur pada bulan Oktober-Desember 2019. Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian

analitik observasional dengan menggunakan pendekatan potong lintang Sampel penelitian

berjumlah 40 orang yang dipilih secara consecutive non rendom sampling dengan kriteria

inklusi yaitu pasien TB paru kasus kambuh dengan usia minimal 18 tahun, sedangkan kriteria

eksklusi adalah menderita gangguan jiwa dan menderita gejala sesak napas lain selain TB

seperti asma, PPOK, gagal ginjal dan gagal jantung.

Pada penelitian ini variabel bebas yang diteliti adalah tingkat stres dan fungsi paru,

variabel yang tergantung adalah kualtas hidup. Analisis disajikan univariat dan bivariat

dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan bantuan komputer program Statistical

product and service solustions (SPSS).

HASIL

Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi variabel yang diteliti, yaitu

jenis kelamin, usia, tingkat stres, fungsi paru dan kualitas hidup masing-masing responden.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan karakteristik responden

Distribusi frekuensi Frekuensi (n) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 25 62,5
Perempuan 15 37,5
Usia
≤ 40 13 32,5
≥ 40 27 67,5
Tingkat Stres
Ringan 8 20,0
Sedang 32 80,0
Berat 0 0
Fungsi Paru
Normal 12 30,0
Tidak Normal 28 70,0
Kualitas Hidup
Baik 19 47,5
Buruk 21 52,5
Berdasarkan tabel 1, dapat ditemukan bahwa dari 40 responden 25 orang (62,5%)

berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang (37,5%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan

usia, ditemukan 27 orang (67,5%) yang berusia diatas 40 tahun dan 13 orang (32,5%) yang

berusia dibawah 40 tahun. , Berdasarkan tingkat stres didapatkan sebagian besar responsden

mengalami stres sedang yaitu 32 orang (80%), 8 responden (20%) mengalami stres ringan,

dan tidak didapatkan stres berat. Hasil pemeriksaan Spirometer didapatkan 28 responden

(70%) dengan fungsi paru tidak normal, sisanya 12 responden (30%) dengan fungsi paru

normal. Berdasarkan kualitas hidup, didapatkan 21 responden (52,5%) dengan kualitas hidup

buruk, sisanya 19 responden (47,5%) dengan kualitas hidup baik.

Analisis bivariat dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-

Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antar variabel.

Tabel 2. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Hidup


Variabel Kualitas Hidup
Baik Persentase Buruk Persentase p
(n) (%) (n) (%)
Tingkat Stres
Ringan 4 21 % 4 19 % 0,592 a
Sedang 15 79 % 17 81 %

Berdasarkan tabel 2, dari seluruh responden didapatkan responden dengan tingkat stres

ringan yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 4 orang (21%) sedangkan responden yang

memiliki kualitas hidup buruk yaitu 4 orang (19%). Responden dengan tingkat stres sedang

yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 15 orang (79%) sedangkan yang memiliki kualitas

hidup buruk yaitu 17 orang (81%). Tidak didapatkan responden yang memiliki tingkat stres

berat. Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,592 dimana

lebih besar dari nilai α = 0,05 Sehingga disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kualitas hidup pada pasien TB paru

kasus kambuh.
Tabel 3. Hubungan antara fungsi Paru dengan kualitas hidup
Variabel Kualitas Hidup
Baik Persentase Buruk Persentase p
(n) (%) (n) (%)
Fungsi Paru
Normal 10 53% 2 9,5% 0.009 a
Tidak normal 9 47% 19 90,5%

Berdasarkan tabel 6, dari seluruh responden didapatkan responden dengan fungsi

paru normal yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 10 orang (53%) sedangkan yang

memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 2 orang (9,5%). Responden dengan fungsi paru tidak

normal yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 9 orang (47%), sedangkan yang memiliki

kualitas hidup buruk yaitu 19 orang (90,5%). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p =

0.009 dimana lebih kecil dari nilai p = 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi Paru dengan kualitas hidup pasien

TB paru kasus kambuh.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis univariat pemeriksaan tingkat stresdidapatkan sebagian besar

responden 32 orang 80% mengalami stres sedang dan hanya 8 orang 20% yang mengalami

stres ringan dan tidak didapatkan responden yang mengalami stres berat. Penelitian yang

dilakukan oleh Padayatchi dkk yang menemukan bahwa sampai dua tahun setelah

terdiagnosa TB paru, penderita masih mengalami stres.(9) penelitian yang dilakukan oleh

Suryani dkk, yang melakukan pengukuran tingkat stres mendapatkan lebih banyak responden

(64,9%) mengalami stres tingkat ringan dan hanya 35,1% mengalami stres tingkat sedang

hasil yang didapatkan berbeda dengan penelitian ini. Penelitian ini hanya dilakukan observasi

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk dilakukan intervensi psikoedukasi
aktif dan pasif sehingga hal tersebut dapat menurunkan masalah psikososial yang merupakan

faktor resiko stres yang dimiliki oleh pasien(10)

Berdasarkan analisis univariat hasil pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan

Spirometer didapatkan sebagian besar responden 28 orang (70%) dengan fungsi paru tidak

normal dan 12 orang (30%) dengan fungsi paru normal Penelitian yang dilakukan oleh Shital

P dkk menemukan bahwa dari 500 pasien yang di evaluasi didapatkan 42% gangguan paru

obstruktif, 30% responden dengan fungsi Paru normal, 18% responden dengan gangguan

paru campuran dan 10% responden dengan gangguan paru restriksi, faktor resiko yang dapat

mempengaruhi antara lain usia dan kebiasaan merokok pasien tersebut. (11) Serupa dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ali M pada pasien pasca TB didapatkan responden dengan

gangguan paru obstruktif 54%, gangguan Paru restriksi 10% gangguan paru campuran 34%

dan 2% dengan fungsi paru normal.(12) Berbeda dengan penelitian ini, jenis gangguan fungsi

Paru yang didapatkan sebagian besar 62,5% responden mengalami gangguan Paru restriksi,

5% dengan gangguan Paru Campuran dan 13 orang 32.5% responden dengan fungsi Paru

normal. Penurunan nilai KVP pada penyakit TB disebabkan oleh destruksi parenkim Paru

yang luas sehingga Paru tidak dapat bekerja dengan maksimal. Faktor yang dapat

mempengaruhi KVP pada penderita TB paru kambuh yaitu proses perjalanan penyakit yang

lama.(13) Pada penelitian yang telah disebutkan pemeriksaan dilakukan pada pasien TB kasus

baru dan pasien pasca TB yang memiliki proses perjalanan penyakit yang berbeda dengan TB

paru kambuh, . Pada pasien TB kambuh 75% paling banyak ditemukan gambaran Cavitary

Lung Disease ,fibrosis, dan konsolidasi paru beserta gejala yang lebih sering timbul yaitu

batuk produktif atau non produktif dengan dahak mukoid atau mukopurulen sedangkan 25%

menunjukan gambaran TB paru kasus baru.(14)

Berdasarkan hasil analisis univariat pengambilan data kualitas hidup didapatkan hasil

21 responden (52,5%) dengan kualitas hidup buruk dan 19 responden (47,5%) dengan
kualitas hidup baik . Penelitian yang dilakukan oleh Madeeha dkk menyatakan bahwa pasien

TB memiliki kualitas hidup yang rendah pada domain kesehatan fisik, dari total 382

responden didapatkan nilai domain kualitas hidup terendah yaitu pada kesehatan umum

(34,97) sedangkan domain tertinggi yaitu pada physical functioning (60,03) kesimpulan

dalam penelitian Madeeha dkk menyatakan bahwa penyakit TB dapat menurunkan nilai

domain dalam kualitas hidup.(15) Penelitian yang dilakukan oleh Dhuria dkk bahwa penyakit

TB yang Relapse dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dikarenakan proses

perjalanan penyakit dan durasi pengobatan yang lama.(16)

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai (p =

0,592) dimana nilai tersebut memiliki nilai kemaknaan lebih besar dari tingkat kemaknaan

5% (P<0,05), sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat stres dan kualitas hidup pada pasien TB paru kambuh. Hasil

penelitian memperlihatkan bahwa Responden dengan tingkat stres sedang yang memiliki

kualitas hidup buruk yaitu 81% dan kualitas hidup baik yaitu 79% sedangkan responden

dengan tingkat stres ringan yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 21% dan responden yang

memiliki kualitas hidup buruk yaitu 19% . penelitian yang dilakukan oleh Nurul Eka yang

menemukan bahwa terdapat korelasi yang cukup dan searah antara tingkat stres dengan

kualitas hidup pada pasien TB Paru (P=0.007) dan (r=0,476).(17)

Penelitian yang dilakukan oleh Juliandari memperoleh hasil terdapat hubungan antara

stres dengan kualitas hidup memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi

(p=0,005).(18) Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres

dan kualitas hidup hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki tingkat stres yang berbeda

dan tidak didapatkanya stres berat karena hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti dukungan keluarga, lingkungan dan sosial selain itu, terdapat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang sehingga tingkat stres bukan merupakan salah

faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.(19)

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil

(p=0,009) dimana memiliki nilai kemaknaan lebih kecil dari tingkat kemaknaan 5% (

p=0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara fungsi paru

dengan kualitas hidup pasien TB paru kambuh. Pada penelititan ini didapatkan responden

dengan fungsi paru tidak normal yang memiliki kualitas hidup buruk yaitu 90,5% sedangkan

yang memiliki kualitas hidup baik yaitu 47%, responden dengan fungsi paru normal yang

memiliki kualitas hidup baik yaitu 53% sedangkan yang memiliki kualitas hidup buruk

sebanyak 9,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Achadiono dkk yang menyatakan bahwa

penurunan fungsi Paru pada pasien TB disebabkan oleh proses patologis penyakit TB paru

yang menyebabkan berbagai gangguan pernapasan seperti batuk dan sesak nafas yang

semakin parah, dimana tingkat sesak nafasnya dapat menyebabkan keterbatasan melakukan

aktivitas sehari-hari dan dapat berdampak pada psikososial pasien tersebut.(20)

Penelitian yang dilakukan oleh Guo dkk, menyimpulkan bahwa penurunan fungsi paru

sangat mempengaruhi tingkat kualitas hidup seseorang dimana kualitas hidup penderita

tuberkulosis sangat buruk dibandingkan dengan populasi orang sehat dan faktor lain yang
(21)
mempengaruhi yaitu lamanya pengobatan Tuberkulosis. Pada penelitian ini terdapat

hubungan antara fungsi paru dengan kualitas hidup pasien TB Paru kambuh dimana sebagian

besar responden didapatkan fungsi paru yang tidak normal yaitu gangguan Paru restriksi dan

sebagian besar memiliki kualitas hidup yang buruk. Penurunan fungsi Paru pada penyakit

tuberkulosis dapat bermanifestasi klinis batuk dengan durasi lama dan sesak napas, hal

tersebut dapat mempengaruhi berbagai domain dalam kualitas hidup yang di ukur

menggunakan WHOQOL-BREF.(2)
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian pada pembahasan diperoleh

80% responden dengan tingkat stres sedang, sisanya 20% mengalami stres ringan, tidak

didapatkan responden yang mengalami stres berat. Pemeriksaan Spirometri didapatkan 70%

responden dengan fungsi paru tidak normal, sisanya 30%responden dengan fungsi paru

normal. Berdasarkan kualitas hidup, didapatkan 52,5% responden dengan kualitas hidup

buruk, sisanya 47,5% responden dengan kualitas hidup baik.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara tingkat stres dengan kualitas hidup dengan nilai (p=0,592). Terdapat hubungan

bermakna antara fungsi paru dengan kualitas hidup dengan nilai (p=0,009).
DAFTAR PUSTAKA
1. Marlina I, Tuberkulosis. Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
2018;1:1-3.
2. Pachi A, Bratis D, Moussas G, Tselebis A. Psychiatic Morbidity and other Factor
Affecting Treatmen Adherence in Pulmonary Tuberculosis Patient. Hindawi
Coorporation.Athena.2012;1-4.
3. Sari DI, Mubasyiroh R, Supardi S.Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan
berobat pada pasien TB Paru yang rawat jalan di Jakarta tahun 2014.Jurnal media
litbangkes,2016;4(26):1
4. Bhat SA, Shah SA. Study of Depression, Anxiety and Stress among Tuberculosis
Patient and Its Relation with Their Life Satisfication.Journal Of Medical
Science.2015;3(6):6107-6115.
5. Ngahane B, Nouyep J, Motto MN, Njankouo MY, et al. Post-Tuberculosis Lung
Function impairment in a Tuberculosis Reference Clinic in Cameroon.El
Sevier.Cameroon.2016;114:61-72.
6. Oktavia AR. Hubungan Antara Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta.Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.2009
7. Koller M, Lorenz W. Quality of Life: a Deconstuction for Clinicians, Journal of The
Royal Society Of Medicine.2002;95(10):481-88
8. Rahmi U. Pengaruh discharge planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien
stroke iskhemik di RSUD Al-Islam Bandung.Tesis 2011
9. Padayatchi A. Case Series of the long term psychosocial impact of drug resistant
tuberculosis in HIV-negative.International Journal Tuberculosis Lung
Disease.2010;14(8), pp.960-966
10. Suryani, Widianti E, Hernawati T, Sriati Aat. Psikoedukasi Menurunkan Tingkat
Depresi, Stres dan Kecemasan pada Pasien Tuberkulosis Paru. Universitas
Padjajaran.2016;11(1):128-133
11. Patil, S., Patil, R. and Jadhav, A. (2018). Pulmonary functions' assessment in post-
tuberculosis cases by spirometry: Obstructive pattern is predominant and needs
cautious evaluation in all treated cases irrespective of symptoms. International
Journal of Mycobacteriology, 7(2), p.128.
12. Ali M. Gambaran Kelainan Spirometri pada pasien pasca Tb yang mengalami sesak
napas di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.Universitas Muhamadiyah
Surakarta.2017;1:3-4
13. Raghu G. Spirometry Clinical: a rational clinical approach.2011;92:148– 154.
14. Naidoo K, Dookie N.Insight into Recurrent Tuberculosis : Relapse versus Reinfection
and Related Risk Factor.IntechOpen.2018;234-37
15. Malik M, Nasir R, Hussain A. Health Related Quality of Life among TB Patients :
Question Mark on Performance of TB DOTS in Pakistan. Journal of Tropical
Medicine.2018;5-7.
16. Dhuria M., Sharma N., and Ingle Gk. Impact of Tuberculosis on the quality of
life,Indian Journal of community medicine: official publication of Indian Association
of Preventive & Social Medicine 2008;33(1):58
17. Putri N, Kholis FN, Ngestiningsih D. Hubungan Tingkat stres dan Kualitas Hidup
Pada Pasien Tuberkulosis di RSUP Dr. Kariadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Semarang.2018;7(2):499-503.
18. Juliandari NM, Kusnanto, Hidayati L. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Koping
Stres Dengan Kualitas Hidup Pasien TB. Ners Universitas Unair.Surabaya.2014.
19. Junengsih N. Gambaran Tingkat Stres dan Mekanisme Koping Pada Pasien dengan
Tuberkulosis Paru di RS Paru Bogor.Kemenkes RI.2019;3-5.
20. Achadiono WND, Retnowulan H, Utami PT. Relaitionship between the degress of
severity sequelae after treatment with quality of life patient of pulmonary tuberculosis
patients. Jurnal of interna medicine 2016;6(1):4-6.
21. Guo, N., Marra, F. and Marra, C. (2009). Measuring health-related quality of life in
tuberculosis: a systematic review. Health and Quality of Life Outcomes, 7(1), p.14.
22. Malik M, Nasir R, Hussain A. Health Related Quality of Life among TB Patients :
Question Mark on Performance of TB DOTS in Pakistan. Journal of Tropical
Medicine.2018;4-5.

You might also like