Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Ind. J. Chem.

Res, 2015, 3, 254 - 258

PREPARATION AND CHARACTERIZATION Ni-Mo/MONTMORILLONITE AS A


CATALYST IN CRACKING PROCESS
Preparasi dan Karakterisasi Ni-Mo/Monmorillonit sebagai Katalis
pada Proses Cracking
Putri Sopiarini1, Firdaus2, Paulina Taba2
1
Departement of Chemistry, Faculty of Science, University of Hasannudin, Jl. Perintis Kemerdekaan 90245,
Makassar-Indonesia
2
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Hasanuddin, Jl. Perintis
Kemerdekaan 90245, Makassar-Indonesia

Received: Juni 2015 Published: July 2015

ABSTRACT

This research is aims to prepare and characterization of montmorillonite intercalated Ni-Mo as a catalyst in the
cracking process. Preparation is do by extracting monmorillonite of bentonite by decantation method.
Monmorillonite synthesized with NaCl to obtain Na-monmorillonite. Ni-Mo/monmorillonite obtained by
dissolving ammonium hepta molybdate (NH4)6Mo7O24.4H2O) with distilled water and refluxed with Na-
monmorillonite for 6 hours and dried at a temperature of 120 oC. Furthermore, nickel nitrate hexahydrate
(Ni(NO3)2.6H2O) is dissolved in distilled water and refluxed with Mo-monmorillonite for 6 hours and dried at a
temperature of 120oC. Ni-Mo/monmorillonite obtained is then calcined at a temperature of 600 oC for 4 hours to
activate and eliminate the remnants of organic materials. Characterization of Ni-Mo/monmorillonite do by XRD,
XRF and SEM. Characterization by XRD showing the change in the content of monmorillonite, Na-
monmorillonite, and Ni-Mo/monmorillonite. Characterization by XRF confirms the success of the creators do
with increasing metal content of Ni and Mo in monmorillonite replace the position of the metal Na.
Characterization by SEM showed highly significant differences in morphology of montmorillonite, Na-
monmorillonite and Ni-Mo-monmorillonite.

Keywords: Montmorillonite, Ni-Mo/montmorillonite, intercalated, catalyst, characterization.

PENDAHULUAN alkohol yang menggunakan katalis basa pada


suhu dan komposisi tertentu, sehingga dihasilkan
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang dua zat yang disebut alkil ester (umumnya
berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti metil ester atau sering disebut biodiesel) dan
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak gliserol (Zhang dkk., 2003).
samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan Biodiesel merupakan bahan bakar dengan
minyak bekas pemakaian dan umumnya dapat fraksi berat yang masih memungkinkan untuk
digunakan kembali untuk keperluan kuliner. menghasilkan emisi pembakaran yang dapat
Akan tetapi bila ditinjau dari komposisi mencemari lingkungan. Oleh karenanya,
kimianya, minyak jelantah mengandung biodiesel masih bisa dikonversi menjadi fraksi
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang lebih ringan melalui proses perengkahan
yang terbentuk selama proses penggorengan. (cracking).
Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan Cracking merupakan proses pemecahan
dapat merusak kesehatan manusia dan dapat molekul karbon rantai panjang menjadi molekul
mengurangi kecerdasan generasi berikutnya karbon yang lebih ringan atau pendek. Proses
(Ardiana dkk., 2009). cracking dapat berlangsung baik dengan adanya
Salah satu cara yang dilakukan untuk bantuan katalis yang berfungsi untuk
menangani limbah minyak jelantah adalah menurunkan penggunaan energi dalam
dengan mengkonversi minyak tersebut menjadi pemutusan rantai karbon pada biodiesel (Dupain
bahan bakar alternatif biodiesel. Biodiesel dkk., 2007). Katalis yang digunakan dalam
dihasilkan dari reaksi trigliserida dengan proses cracking merupakan katalis yang stabil

254
Putri Sopiarini, dkk / Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, 254 - 258

pada suhu tinggi dan mudah dipisahkan dari menganalisis struktur kristal katalis, SEM (Jeol
produk, misalnya katalis heterogen yang terdiri JSM 6360 LA) untuk melihat profil permukaan
atas material aktif (logam) dan bahan penyangga katalis, neraca analitik (Mettler Toledo), rotary
seperti lempung (metal-supported catalyst). evaporator (Heizbad Hei-VAP), corong buchner,
Dalam sistem katalis logam-pengemban, hot plate (Cimarec), ayakan 100 dan 200 mesh,
lempung juga mempunyai aktivitas katalitik yang kertas saring Whatmann no. 40 dan 42, oven
tinggi, menyebabkan katalis tidak mudah (Gen Lab), dan beberapa peralatan gelas (pyrex).
menggumpal, mempunyai porositas yang luas,
serta stabil terhadap suhu tinggi (Liu dkk., 2006). Prosedur Kerja
Salah satu jenis lempung yang memiliki
kandungan utama mineral smektit A. Preparasi Bentonit
(montmorillonit) dengan kadar 80-90% adalah Bentonit yang diperoleh dari PT. Intraco
bentonit. Lempung montmorillonit adalah silikat Makassar digerus dan diayak dengan
berlapis dan merupakan pendukung reagen menggunakan pengayak 100 mesh, kemudian
anorganik yang digunakan sebagai katalis yang dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 oC
efisien dan serbaguna di dalam sintesis organik selama 2 jam.
(Kaur dan Kishore, 2012). Namun pada
umumnya mineral lempung tidak tahan terhadap B. Fraksinasi Sedimentasi Bentonit
suhu tinggi karena adanya kandungan unsur- Sebanyak 100 gram bentonit dimasukkan ke
unsur alkali (Yelmida dkk., 2012). dalam gelas kimia dan ditambahkan 2 liter
Pengembanan logam transisi dalam lempung akuades. Campuran tersebut diaduk dengan stirer
monmorillonit dikenal dengan istilah interkalasi. selama 30 menit kemudian didiamkan selama 5
Metode ini akan memperbesar pori material menit. Endapan yang terbentuk dipisahkan
karena interkalan akan mendorong lapisan atau dengan dekantasi (F1). Suspensi sisa fraksi satu
membuka ruang antar lapis untuk megembang. didiamkan kembali selama 2 jam dan pisahkan
Di antara logam-logam transisi yang biasanya dengan dekantasi (F2) yang kemudian
digunakan sebagai promotor dan fasa aktif dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC
katalis ialah Ni dan Mo. Menurut Siswodiharjo selama 3 jam.
(2006), keberadaan logam transisi Ni dan Mo
akan meningkatkan keasaman katalis. Logam- C. Sintesis Na-Monmorillonit
logam transisi tereduksi menjadi logam yang Sebanyak 50 gram bentonit F2 disuspensikan
bersifat asam karena kedua logam memiliki ke dalam 900 mL larutan NaCl 1 M. Campuran
elektron yang belum berpasangan pada orbital d. diaduk dengan stirer selama 6 jam, dan
Keasaman total katalis akan meningkatkan didiamkan pada suhu kamar. Campuran
aktivitas katalis karena semakin banyak situs didekantasi dan endapannya diambil. Endapan
asam Lewis (menerima pasangan elektron) di tersebut didispersikan kembali dengan 600 mL
dalam bangun katalis. NaCl 1 M dan diaduk kembali dengan stirer
Berdasarkan latar belakang di atas, maka selama 6 jam, lalu endapan didekantasi. Endapan
dilakukan penelitian preparasi dan karakterisasi yang dihasilkan dicuci dengan akuademineral
Ni-Mo/monmorillonit sebagai katalis dalam beberapa kali sampai filtrat tidak menghasilkan
proses cracking. endapan putih AgCl. Setelah dicuci, endapan
dikeringkan di dalam oven pada suhu 110–120oC
METODOLOGI selama 4 jam.

Bahan D. Interkalasi Logam Ni dan Mo


Bahan yang digunakan diantaranya lempung Proses interkalasi dimulai dengan melarutkan
mineral bentonit teknis, Ni(NO3)2.6H2O p.a. (E. (NH4)6Mo7O24.4H2O sebanyak 0,5 % di dalam
Merck), (NH4)6Mo7O24.4H2O p.a. (E. Merck), 500 ml akuades. Setelah bercampur, masukkan
akuades, NaCl 1 M, AgNO3 (E. Merck). 100 gram Na-monmorillonit ke dalam campuran
dan direfluks pada suhu 60oC selama 6 jam.
Alat Kemudian campuran disaring, endapan yang
Alat yang digunakan adalah XRD (Philips diperoleh dicuci dengan akuades serta
Expert, sumber radiasi Cu Kα (= 1,5405)) untuk

255
Putri Sopiarini, dkk / Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, 254 - 258

dikeringkan di dalam oven pada suhu 120 oC


selama 6 jam.
Larutkan 0,5% Ni(NO3)2.6H2O di dalam 500 A

mL akuades. Memasukkan sampel


Mo/monmorillonit yang telah didapat pada
proses interkalasi pertama dan direfluks pada
suhu 90oC selama 6 jam. Kemudian campuran
disaring untuk memisahkan antara filtrat dengan B

endapan. Endapan yang didapat dicuci kembali


dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 120 oC
C
selama 6 jam. Endapan yang didapat merupakan
katalis NiMo/monmorillonit yang selanjutnya
20 40 60 80
digerus dan diayak menggunakan pengayak 200
mesh serta dikalsinasi pada suhu 600 oC selama 4 Gambar 1. Difraktogram (A) Monmorillonit, (B)
jam. Na-Monmorillonit, dan (C) Ni-
Mo/Monmorillonit
HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Karakterisasi Menggunakan XRF
A. Preparasi, Interkalasi, dan Karakterisasi Berdasarkan hasil analisis dengan XRF
Ni-Mo/Monmorillonit diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Analisis
Metode preparasi dan interkalasi dilakukan XRF dilakukan untuk mempertegas kandungan
berdasarkan prosedur Oktaviani (2011). Metode logam yang menempel pada monmorillonit
yang digunakan untuk mengkarakterisasi katalis setelah dilakukan interkalasi.
Ni-Mo/monmorillonit dalam penelitian ini
adalah metode difraksi sinar-X untuk Tabel 1. Perubahan Kandungan Ni dan Mo
menganalisis struktur kristal, dan floresensi berdasarkan Hasil Analisis XRF
sinar-X untuk mempertegas kandungan material. Kandungan (%-b/b)
No. Elemen NiMo-
Monmorillonit
B. Karakterisasi Menggunakan XRD monmorillonit
Pola difraksi sinar-X dari monmorillonit, Na- 1 Si 54,12 31,91
monmorillonit, dan Ni-Mo/monmorillonit dapat 2 Al 9,81 5,02
dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan 3 Ni 0 11,50
adanya beberapa puncak 2 theta yang muncul 4 Mo 0,03 27,32
dengan intensitas ketajaman yang baik.
Pola difraktogram monmorillonit Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kandungan
menunjukkan adanya tiga puncak 2θ dengan logam Ni dan Mo dalam monmorillonit sebelum
intensitas tertinggi yaitu pada 20,28 o, 27,05o, dan dan setelah interkalasi. Data tersebut
50,55o yang merupakan puncak khas dari menunjukkan keberhasilan pengembanan logam
monmoriilonit. Sedangkan pada Na- dengan proses interkalasi. Pada monmorillonit Si
monmorillonit terjadi pergeseran puncak dengan sebagai kerangka utama memiliki kandungan
intensitas tinggi yaitu pada 21,24o, 24,35o dan yang sangat tinggi yaitu sebanyak 54,12 %-b/b.
26,96o. Sedangkan pada difraktogram Ni- Akan tetapi setelah diinterkalasi kandungan Si
Mo/monmorillonit terjadi perubahan komposisi turun menjadi 31,91 %-b/b. Hal ini
secara signifikan yang ditandai dengan mengindikasikan bahwa ketika proses interkalasi
menurunnya puncak-puncak 2 theta pada yang terjadi proses desilikasi dengan pemutusan rantai
diduga dipengaruhi oleh logam Ni dan Mo yang Si dengan Al agar dapat mengikat logam Ni dan
teremban di dalam struktur monmorillonit. Akan Mo yang diembankan dengan baik.
tetapi, keberadaan logam Ni dan Mo yang
teremban di dalam struktur monmorillonit tidak D. Analisis SEM
terlihat dengan jelas. Fenomena tersebut dapat Analisis SEM dilakukan untuk mengetahui
disebabkan oleh pendispersian logam Ni dan Mo morfologi dari katalis yang meliputi tekstur dan
yang sangat merata pada permukaan katalis. dispersi dari logam yang diembankan. Hasil
analisis katalis monmorillonit, Na-monmorillonit

256
Putri Sopiarini, dkk / Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, 254 - 258

dan Ni-Mo/monmorillonit ditunjukkan oleh teratur, dengan logam yang terdipersi lebih
Gambar 2, 3, dan 4. banyak pada permukaannya.

Gambar 2. Mikrograf Monmorillonit Gambar 4. Mikrograf Ni-Mo/Monmorillonit

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukan adanya tiga


puncak 2 theta yang merupakan puncak khas
pada monmorillonit. Puncak-puncak tersebut
mengalami perubahan intensitas dan pergeseran
ketika telah disintesis dengan Na dan
diinterkalasi dengan logam Ni dan Mo yang
mengindikasikan logam yang diembankan ke
dalam material lempung terjadi dengan baik.
Keberhasilan interkalasi diperkuat oleh hasil
analisis XRF terhadap katalis, di mana terjadi
perubahan secara signifikan kandungan logam Ni
dan Mo dalam katalis. Morfologi yang berbeda
ditunjukan oleh ketiga material, yang
mengindikasikan terjadinya perubahan
Gambar 3. Mikrograf Na-Monmorillonit
kristalinitas dan struktur yang lebih teratur ketika
monmorillonit telah mengemban logam.
Berdasarkan hasil analisis SEM pada Gambar
2 dapat dilihat perbedaan penampakan antara
DAFTAR PUSTAKA
monmorillonit, Na-monmorillonit, dan Ni-
Mo/monmorillonit yang menunjukkan bahwa
Ardiana D., Wardhani S., Martutik, Wahyuni,
kristal yang terbentuk kurang begitu seragam.
2009. Pengaruh Rasio Metanol/Minyak
Adanya penampakan gumpalan putih yang
Terhadap Parameter Kecepatan Reaksi
terlihat pada struktur monmorillonit dan Na-
MetanolisisMinyak Jelantah dan Angka
monmorillonit mengindikasikan adanya logam
Setana Biodiesel. Jurusan Teknik Kimia
yang terdispersi secara tidak merata pada
Fakultas Teknik Universitas Negeri
permukaan katalis. Berbeda dengan
Semarang, Semarang.
monmorillonit yang telah terinterkalasi oleh
Dupain, X., Costa, D. J., Schaverien, C. J.,
logam Ni dan Mo yang memiliki morfologi lebih
Makkee, M., and Moulijn, J., 2007.
Cracking of A Rapeseed Vegetable Oil

257
Putri Sopiarini, dkk / Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, 254 - 258

Under Realistic FCC Conditions, Appl. Siswodiharjo, 2006. Reaksi Hidrorengkah


Catal. B., 72: 44–61. Katalis Ni/Zeolit, Mo/Zeolit, NiMo/Zeolit
Kaur, N., and Kishore, D., 2012. Terhadap Parafin. Skripsi Tidak
Montmorillonite: An Efficient, Diterbitkan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Heterogeneous and Green Catalyst for Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Organic Synthesis. J. Chem. Pharm. Res., Maret, Surakarta.
4(2): 991-1015. Yelmida, Zahrina, I., dan Akbar, F., 2012.
Liu, J., Cao, Z., Xu, X., 2006, Hydro-upgrading Perengkahan PFAD (Palm Fatty Acid
of FCC on Ni-Mo-P/USY Catalyst. Bulletin Distillate) Dengan Katalis Zeolit Sintesis
of the Catalysis Society of India: 87-93. Untuk Menghasilkan Biofuel. Jurnal
Oktaviani, E., 2011. Sintesis dan Karakterisasi Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 9(1),
Organoclay Terinterkalasi Surfaktan ISSN 1412-5064: 45-50.
Kationik ODTMABr dan Aplikasinya Zhang, Y., M.A. Dubè , McLean, D.D., and
sebagai Adsorben Fenol. Skripsi. Program Kates, M., 2003. Biodiesel Production from
Studi Kimia FMIPA UI, Depok. Waste Cooking Oil: 1. Process Design and
Technological Assessment; Review Paper,
Bioresour. Technol., 89: 1-16.

258

You might also like