Professional Documents
Culture Documents
Kajian Estetika Pamor Keris Kamardikan
Kajian Estetika Pamor Keris Kamardikan
ABSTRACT
The aim of this research is to be searched about aesthetic and historical background that
includes the shape, meaning, and function as well as the factors that underlie Pamor keris
kamardikan in Surakarta. The analysis of the Pamor keris kamardikan Surakarta is not a simple
matter. The question such as: what Pamor keris kamardikan is; why it had been created; when
it start created; whose the man behind of created; where place that Pamor keris kamardikan
has been exsist; and how about the histocal about it. Change of palace culture maybe happen
to the progresive culture with any perception. It can be indicated like social criticism movement
in postmodern age, such as: happening art, environmental art, etc.
While the factors underlie the similarities and differences are the internal and external
factors. The Internal factors are the rules and policy stated by the actor in this regions. The
external factor is the factor happens because the society social condition that is more developed
as well as the policy of the government of Republic of Indonesia in the tourism sector.
The method used in the research is qualitative research with multidicipline approach
focusing on the study of art. Aesthetic approach is used for relating the style of art. This
approach is used with other approaches and use the relevant teories such as: history,
communication, anthropology, archeology, and sociology.
This research has conelude that movemen of Pamor keris kamardikan Surakarta is in the
structure or style. Historical background of movement started on 1970 in case of many keris
artist in Surakarta created it with many purposed, basicly, Pamor keris Kamardikan Surakarta
have two poin of movement, there are an aesthetic.
* Febrian Wisnu Adi (wisnu_adi@yahoo.com), Staf Pengajar Jurusan Kriya Fakultas seni Rupa Institut Seni
Indonesia Yogyakarta
93
94 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.1, Mei-Okteber 2016
penunjuk eksistensi seseorang dalam strata Berbicara tentang keris tidak bisa
sosial di lingkungan masyarakatnya. lepas dari pamor. Pamor merupakan hiasan
Simbol memegang peranan penting atau motif atau ornamen yang berbentuk
dalam dalam tingkah laku manusia. Tingkah abstrak atau dekoratif yang terdapat pada
laku manusia dalam berbagai hal tergantung bilah tosan aji (Keris, Tombak, Pedang atau
dalam penggunaan simbol. Simbol adalah Wedung dan lainnya). Hiasan ini dibentuk
suatu yang maknanya diberikan oleh yang bukan karena diukir atau diserasah (Inlay)
menggunakan simbol. Simbol dapat atau dilapis tetapi karena teknik tempaan
dibentuk benda-benda, warna, suara, atau yang menyatukan beberapa unsur logam
gerak suatu benda. Simbol yang diberikan yang berlainan.
manusia penggunaannya berdasar pada Teknik tempa ini sampai saat ini
aspek fisik atau ditentukan oleh unsur-unsur hanya dikuasai oleh para Empu dari wilayah
intrinsik di dalam bentuk fisiknya. Namun Nusantara dan sekitarnya saja (Malaysia,
demikian, yang membedakan manusia Brunei, Philipina dan Thailand).
dengan binatang adalah penggunaan simbol Diluar wilayah Nusantara dan
dalam tingkah lakunya (Leslie A. White, sekitarnya biasanya hanya dikenal teknik
1949). Inlay saja seperti pedang dari Iran, atau
Aspek simbolik telah mewarnai negara Eropa lainnya sehingga walau secara
pandangan masyarakat terhadap metalurgi. seni (art) tampak indah tetapi kesan
Sampai pada masa pengaruh kebudayaan “Angkernya”kurang.
India di Jawa, aspek-aspek simbolik masih Pedang buatan pandai besi di
tampak pada teknik pembuatan artefak. Damascus juga mempunyai Pamor, namun
Terlebih lagi keris sebagai artefak pamor yang dihasilkan tidak ada unsur
ideoteknik. (Timbul Haryono, 2008:72-73). kesengajaan dalam membuat pamor,
Simbol sendiri berkaitan erat dengan pamor dikarenakan unsur besi yang ditempa sudah
atau gambar-gambar pada bilahan keris. Jika tercampur dengan beberapa unsur logam
kata pamor dikenakan pada orang, artinya yang mengakibatkan timbulnya pamor,
mempunyai wajah yang baik atau cantik, Teknik tempa menjadi dasar Empu di
pamor pada bilah keris ada yang timbul wilayah Nusantara (Khususnya Jawa) dengan
karena disengaja, ada pula yang timbul teknik pencampuran besi, baja, nikel
secara kebetulan. Pamor yang timbul secara sehingga terbentuk pamor yang indah dan
kebetulan disebabkan oleh proses bernilai seni tinggi.
pencampuran besi bahan bilah keris yang
setelah dibentuk menjadi bilah, maka timbul MENGENAL MATERIAL PAMOR KERIS
gambar-gambar. Pamor merupakan bagian KAMARDIKAN
keris yang sangat penting. Sebab menurut Seiring dengan perkembangan
kepercayaan masyarakat, pamor zaman dan berjalannya waktu, UNESCO
mempunyai daya magis yang sangat besar mengakui keris sebagai warisan budaya
dan mempengaruhi kehidupan si pemilik. dunia pada tahun 2005, dan mengukuhkan
Pengaruh tersebut tidak sama antara pamor keris sebagai Masterpiece of the Oral and
satu dengan lainya, dan nama corak pamor Intangible Heritage of Humanity. Tidak
sampai beratus-ratus. Daya magis atau daya dapat dipungkiri bahwa keris merupakan
keramatnya pun berbeda-beda. mahakarya yang menyimpan rahasia hidup
Febrian Wisnu Adi, Kajian Estetika Pamor Keris Kamardikan [ 95
di dalamnya. Keris adalah ilmu sinengker penciptaan keris. Pada awal tahun 70-an
atau ilmu yang dirahasiakan karena aris dari muncul periode keris yang bernama keris
kata keris berarti ada rahasia yang dipendam kamardikan. Keris kamardikan merupakan
di dalamnya. Rahasia tersebut adalah periodisasi keris yang berkembang setelah
falsafah Jawa, dan rahasia falsafah masa penjajahan dan hegemoni kerajaan di
kehidupan yang terkandung di dalam keris Surakarta. Perajin-perajin keris Surakarta
belum banyak diketahui. Keris bukan yang selanjutnya tidak bersedia disebut
sekedar senjata tajam, melainkan sejatinya sebagai empu, seperti Yohanes Yantono,
adalah senjata untuk memerangi diri sendiri Sukamdi, K.R.T. Subandi Suponingrat, Joko
dari belenggu nafsu duniawi. Dalam keris Suryana, dan Basuki Teguh Yuwana
tersirat simbolisasi hidup yang baik, sesuai merupakan pelopor munculnya keris
etika, norma, agama, dan negara. Keris kamardikan. Bentuk keris dan pamor juga
secara umum mempunyai arti khusus yang mengalami perkembangan seperti inovasi
diagungkan. Pengetahuan tentang keris atau pembaharuan bentuk.
sangat luas, terutama menyangkut aspek Berbicara tentang keris tidak
mistis, filosofis, fungsi sosial, tradisi, dan seni terlepas dari pamor, Pamor Adalah sebuah
rupa. Nilai keris sangat berarti karena bentuk ilustrasi atau gambar yang muncul
adanya budaya pengagungan yang awalnya dipermukaan bilah keris yang merupakan
bersumber dari kekuasaan atau kraton. hasil evolusi-progresif dari Empu dan para
Namun demikian, nilai keris sekarang telah pande besi. Mereka melakukan mixing atas
terkikis oleh pandangan modern seiring berbagai jenis logam, seperti besi, baja, nikel
dengan perkembangan kebudayaan dan dan logam lain. Paham dengan kelemahan
sistem kehidupan sosial. Bentuk dan fungsi masing-masing logam, maka para empu
keris mengalami perkembangan dan membuat percobaan mencampur berbagai
perubahan. Keris yang pada awalnya jenis logam untuk menghasilkan pamor yang
berbentuk sederhana, kemudian mengalami unggul dari sisi material.
perubahan sekitar abad XIV menjadi bentuk Baja yang keras, tajam, namun getas
keris sekarang dengan hiasan yang bagus. (mudah patah), diapit oleh logam lain yang
Fungsi keris juga mengalami perubahan- lentur (seperti lapisan besi lunak dan nikel)
perubahan, keris yang pada awalnya untuk menutupi kelemahan baja yang keras
berfungsi sebagai senjata, kemudian dan mudah patah tersebut. Karena susunan
menjadi barang keramat yang dihormati, berlapis itu keris memiliki keistimewaan lain,
pusaka yang dipuja, sebagai kelengkapan lapisan besi lunak dan nikel menimbulkan
berpakaian, baik raja maupun rakyat jelata, konfigurasi yang indah dan itulah yang
lambang ikatan keluarga, tanda jasa, tanda disebut ‘pamor’. Kata ‘pamor’ berasal dari
pangkat atau jabatan, lambang prestige, bahasa Jawa ‘amor’ atau ‘diwor’ yang artinya
barang mewah, dan akhirnya dianggap ‘dicampur’ atau ‘disatukan’. (Kutipan:
sebagai benda seni atau cenderamata A.Ardiasto).
(Soekiman, 1983:9-10).
Perkembangan teknologi dan
pariwisata pada era globalisasi secara tak
langsung melahirkan kontinuitas dan
perubahan, termasuk dalam bidang
96 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 5 No.1, Mei-Okteber 2016
DAFTAR PUSTAKA