Jurnal Jagung, PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Lahan Suboptimal.

ISSN 2252-6188
Vol. 1, No.1: 31-39, April 2012

Pemanfaatan Berbagai Jenis Pupuk Hayati pada Budidaya Tanaman


Jagung(Zea mays. L) Efisien Hara di Lahan Kering Marginal

The Use of Various Types of Biofertilizers on Cultivation of Nutrient


Efficient Corn Genotypes(Zea mays. L) in Marginal Dry Land
Yopie Moelyohadi1*), M. Umar Harun2, Munandar2, Renih Hayati2, Nuni Gofar2
1
Mahasiwa Program Doktor Pascasarjana Universitas Sriwijaya
2
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 30662
*)
Penulis untuk korespondensi: Tel. +62711354222, Faks. +62711317202
email:yopie_agro@yahoo.com

ABSTRACT

The study aimed at obtaining nutrient efficient corn genotypes that give the best
response to various types of biological fertilizers at low-level doses of chemical fertilizer
in marginal drylands. This study was conducted in the field trials of Agro Techno Park
(ATP), the Ministry of Research and Technology, South Sumatra from May to September
2011. The experimental design used was SplitPlotdesign with three replications. The main
plot treatments consisted of: (H0): without biofertilizer, (H1): biofertilizer:-mycorrhizae
and (H2): BPF biological fertilizers. Subplot treatments, consisting of three corn genotypes
for the selection of efficient nutrient properties, are genotypes B-41 (G1), L-164 (G2), S-
194 (G3) and onehybrid variety:BISI-816 (G4) as agenotypecomparator.
Alltreatmentunitswere givenlow dosesof chemicalfertilizerthat is 50% of
theATPstandarddose(200kgUrea, SP-36 50kgand 25kgKClha-1). The results showed that
mycorrhizal fertilizer produced the highest corn production, which is 6.08 ton dry seed /
acre and genotype B-41 shows a more adaptive growth in marginal dry land with a
production of 7.27 tons of dry seed /acre and the combined treatment of mycorrhizal
fertilizer and genotype B-41 gave the highest production of 8.57 tons of dry seed / acre

Keywords: Biologicalfertilizer, maizegenotypeefficientnutrient, marginaldryland

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotipe jagung efisien hara yang
memberikan respon terbaik terhadap berbagai jenis pupuk hayati pada tingkat pemupukan
kimia dosis rendah di lahan kering marginal. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan
Agro Tekno park (ATP) Kementerian Riset dan Teknologi, Sumatera Selatan dari bulan
Mei – September 2011. Penelitian menggunakan Rancangan Split Plot design dengan
masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan petak utama terdiri dari : (H0): tanpa
pupuk hayati, (H1): mikoriza, dan (H2): pupuk hayati BPF. Perlakuan anak petak, terdiri
dari tiga genotipe hasil seleksi galur jagung untuk sifat efisien hara,yaitu galur: B-41
(G1), L-164 (G2), S-194 (G3) serta varietas BISI 816 (G4) sebagai varietas pembanding.
Semua unit perlakuan diberi pupuk kimia dosis rendah yaitu 50% dari dosis standar ATP
(200 kg Urea, 50 kg SP-36 dan 25 kg KCl ha-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pupuk mikoriza menghasilkan produksi jagung tertinggi, yaitu 6,08 ton biji pipilan
kering/ hektar dan galur jagung B-41 menunjukkan pertumbuhan yang lebih adaptif di
32 Moelyohadi et al. : Pemanfaatan Pupuk Hayati pada Budidaya Jagung di Lahan Kering Marginal

lahan kering marginal dengan tingkat produksi 7,27 ton biji pipilan kering/ha. Serta
kombinasi perlakuan pupuk mikoriza dan galur B-41 memberikan pertumbuhan dan
produksi tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya, dengan tingkat
produksi sebesar 8,57 ton pipilan kering/hektar

Kata kunci: Pupuk hayati , galur jagung efisien hara, lahan kering marginal

PENDAHULUAN kelangkaan pupuk tunggal di lapangan,


harga pupuk semakin meningkat, suplai dan
Jagung merupakan salah satu tanaman distribusi pupuk yang tidak merata antar
pangan penting di Indonesia dan wilayah, dan munculnya jenis atau formula
mempunyai peran strategis dalam pupuk baru yang belum diketahui mutu,
perekonomian nasional, mengingat efektivitas dan tingkat efisensinya.
fungsinya yang multiguna, sebagai sumber Disamping itu, peningkatan pemakaian
pangan, pakan, dan bahan baku industri. pupuk buatan ditengarai makin kurang
Kebutuhan jagung dalam negeri untuk efektif dan efisien, serta mengakibatkan
pakan sudah mencapai 3,48 juta ton pada dampak yang kurang menguntungkan
tahun 2004, 4,07 juta Ton pada tahun 2008 terhadap kondisi tanah. Mengingat hal
dan diprediksi meningkat menjadi 6,6 juta tersebut, makin disadari pentingnya
ton pada tahun 2010. (Departemen pemanfaatan bahan organik dan pupuk
Pertanian 2009). Kebutuhan yang terus hayati dalam pengelolaan hara tanah
meningkat ini, jika tidak diimbangi dengan (Munandar, et al. 2009).
Peningkatan produksi yang memadai, akan Pupuk hayati (biofertilizer)
menyebabkan Indonesia harus mengimpor didefinisikan sebagai substans yang
jagung dalam jumlah besar. mengandung mikroorganisme hidup yang
Perluasan areal tanam merupakan mengkolonisasi rhizosfir atau bagian dalam
salah satu upaya untuk meningkatkan tanaman dan memacu pertumbuhan
produksi jagung nasional terutama dengan tanaman dengan jalan meningkatkan
memanfaatkan lahan kering yang masih pasokan ketersediaan hara primer dan atau
banyak tersedia, dengan total luas areal 52,4 stimulus pertumbuhan tanaman target, bila
juta hektar yang tersebar di seluruh dipakai pada benih, permukaan tanaman,
Indonesia (Puslitbang Tanah dan atau tanah (FNCA Biofertilizer Project
Agroklimat 2005). Akan tetapi sebagian Group2006). Pemanfaatan pupuk hayati
besar lahan tersebut merupakan lahan dilakukan berdasarkan respon positif
kering marginal. Lahan kering marginal terhadap peningkatan efektivitas dan
merupakan lahan yang mempunyai tingkat efisiensi pemupukan sehingga dapat
kesuburan tanah rendah, bereaksi masam menghemat biaya pupuk dan penggunaan
dengan pH tanah dibawah 5,5 dan tenaga kerja. Teknologi yang dapat
kandungan hara makro N, P, K, Ca dan Mg digunakan adalah penerapan pupuk mikroba
rendah serta tingginya kelarutan Al dan Fe (microbial fertilizer). Dalam hal ini suplai
yang dapat meracuni pertumbuhan tanaman sebagian unsur hara yang dibutuhkan
(Granados et al 1993). tanaman dapat dilakukan oleh bakteri
Peningkatan produktivitas tanaman rhizosfer yang mempunyai kemampuan
jagung pada lahan kering marginal dapat menambat N dari udara dan mikroba pelarut
dilakukan melalui kombinasi penerapan fosfat yang dapat menambang P di dalam
teknologi, khususnya penggunaan varietas tanah menjadi P-tersedia bagi pertumbuhan
unggul efisien hara, praktik pemupukan tanaman, sehingga dapat menghemat
berimbang serta perluasan areal tanam. penggunaan pupuk kimia. Dari hasil
Namun penghapusan subsidi pupuk pada penelitian Isgitani et al. (2005) didapatkan
tahun 1998 mengakibatkan: terjadinya bahwa pemberian bakteri pelarut Fosfat
Jurnal Lahan Suboptimal, 1(1) April 2012 33

dapat meningkatkan jumlah dan berat biji


serta secara nyata meningkatkan BAHAN DAN METODE
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.
Cendawan Mikoriza Arbuskular Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
(CMA) merupakan asosiasi antara bulan Mei hingga September 2011 di lahan
cendawan tertentu dengan akar tanaman percobaan Agro Tekno Park (ATP)
yang banyak memiliki manfaat dibidang Kementerian Riset dan Teknologi Republik
pertanian, diantaranya adalah membantu Indonesia yang terletak di Desa Bakung,
meningkatkan penyerapan hara tanaman, kecamatan Indralaya Utara, kabupaten
terutama unsur P, meningkatkan ketahanan Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Penelitian ini
tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan dilakukan dengan menggunakan
kondisi tidak menguntungkan lainnya. Rancangan petak terbagidengan tiga
Cendawan ini dapat dijadikan sebagai salah ulangan. Sebagai perlakuan petak utama
satu alternatif teknologi untuk membantu adalah: pemberian berbagai jenis pupuk
pertumbuhan, meningkatkan produktivitas hayati, yang terdiri H0 = Tanpa pupuk
tanaman serta merupakan suatu hal yang hayati, H1= Pupuk Mikoriza dan H2 =Pupuk
lebih menjanjikan terhadap peningkatan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF). Perlakuan
efisiensi pemupukan pada lahan kering anak petak adalah galur hasil seleksi efisien
marginal. Banyak penelitian membuktikan hara, yaitu: galur B-41 (G1), Galur L -164
bahwa CMA mampu meningkatkan serapan (G2), Galur S-194 (G3) dan Varietas Bisi-
hara, baik hara makro maupun hara mikro. 816 (G4) sebagai genotip pembanding.
De La Cruz (1981 dalam Octavitani, 2009) Pengelolaan lahan dilakukan secara
membuktikan bahwa CMA mampu mekanisasi, Benih ditanam dengan cara
menggantikan ± 50% penggunaan fosfat, ditugal sebanyak 2 benih/lubang tanam
40% nitrogen dan 25% kalium. dengan menggunakan jarak tanam 75 cm x
Meningkatnya serapan hara tersebut terjadi 25 cm. Setiap galur ditanam dalam 2 baris
karena CMA dapat menyebabkan tanaman yang panjangnya 3 m.
perubahan pada sistem perakaran tanaman, Penjarangan tanaman dilakukan pada
yaitu antara lain: meningkatkan jumlah minggu pertama setelah tanam. Pupuk
percabangan akar, pemanjangan akar hayati mikoriza diberikan sebagai perlakuan
sekunder dan menginduksi pembentukan benih, dengan cara mencampurkan serbuk
akar kuartier serta meningkatkan jumlah mikoriza dengan benih yang sudah dibasahi
akar lateral pada tanaman jagung (Kaldorf selanjutnya benih tersebut ditanam. Pupuk
& Ludwig-Muller 2000). hayati BPF diberikan sesuai waktu dan
Berdasarkan uraian diatas, untuk itu dosis yang direkomendasi, yaitu diberikan
diperlukan penelitian yang bertujuan untuk dengan cara disemprot sebanyak 4 kali,
mendapatkan genotipe jagung efisien hara yaitu pada 2, 4, 8 dan 10 minggu setelah
yang memberikan respon terbaik terhadap tanam(MST) dengan volume semprot 400
pemberian berbagai jenis pupuk hayati pada l/ha. Pupuk Kimia diberikan dalam bentuk
tingkat pemupukan kimia dosis rendah di pupuk Urea, SP36 dan KCl diberikan
lahan kering marginal.Hasil penelitian ini dengan dosis 50% dari standar ATP (200 kg
diharapkan dapat memberikan sumbangan Urea, 50 kg SP-36 dan 25 kg KCl ha-1)
positif dalam program pengembangan Sepertiga dosis pupuk urea, dan seluruh
inovasi teknologi budidaya tanaman jagung pupuk SP-36 maupun KCl diberikan pada
di lahan kering marginal yang mudah, saat tanam dan dua pertiga dari pupuk Urea
murah dan berkelanjutan yang dapat diberikan pada 4 MST saat dilakukan
mengurangi penggunaan pupuk kimia tanpa pembumbunan. Kegiatan pemeliharaan
menurunkan produksi dan secara ekonomi tanaman meliputi: penyiangan,
serta teknis menguntungkan untuk pembumbunan, pengairan dan pengendalian
diterapkan pada skala petani. hama dan penyakit. Panen dilakukan jika
34 Moelyohadi et al. : Pemanfaatan Pupuk Hayati pada Budidaya Jagung di Lahan Kering Marginal

tanaman telah menunjukkan ciri-ciri cm/tanaman), dan hasil panen mencapai


sebagai berikut : tongkol atau kelobot mulai (6,08 ton / hektar).
mengering yang ditandai dengan adanya Dari berbagai genotip tanaman jagung
lapisan hitam pada biji bagian lembaga yang digunakan pada Tabel 3, galur B-41
(black layer). Biji kering, keras dan memberikan pengaruh terbaik terhadap
mengkilat serta apabila ditekan tidak pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
membekas. Pengamatan dilakukan pada 10 Hal ini terlihat dari tertingginya rata-rata
tanaman contoh dari setiap satuan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman
percobaan. Karakter yang diamati adalah: pada peubah yang diamati, seperti : tinggi
tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), tanaman mencapai (243,13 cm/tanaman),
luas daun (cm2), kandungan klorofil daun jumlah daun mencapai (18,37 helai
(mg/g daun), berat tongkol (g/tanaman), daun/tanaman), luas daun mencapai (581,12
panjang tongkol (cm), jumlah biji/tongkol cm2/tanaman), kandungan klorofil daun
(butir), dan hasil panen/hektar (ton). mencapai (49,25 mg/g daun), berat tongkol
Pengaruh perlakuan diuji terhadap peubah mencapai (126,20 g/tanaman), panjang
yang diamati dan data yang diperoleh tongkol mencapai (13,28 cm), jumlah biji
darihasil pengamatan dianalisis secara per tongkol mencapai (361,39 butir biji)
statistika dengan sidik ragam dan dan hasil panen per hektar mencapai (7,27
dilanjutkan dengan uji Duncan. ton / hektar).
Varietas BISI 816 memberikan hasil
HASIL terendah terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung. Hal ini terlihat
Hasil analisis keragaman pada Tabel dari terendahnya tingkat pertumbuhan dan
1 menunjukkan bahwa pemberian berbagai produksi tanaman pada peubah yang
jenis pupuk hayati berpengaruhnyata diamati, seperti : rata-rata tinggi tanaman
terhadap peubah luas daun, berat tongkol, hanya mencapai (184,25 cm/tanaman),
panjang tongkol,jumlah biji per tongkol dan jumlah daun hanya mencapai (16,81 helai
hasil panen per hektar, tetapi berpengaruh daun/ tanaman), luas daun hanya mencapai
tidak nyata terhadap peubah tinggi tanaman, (526, 03 cm2/tanaman), kandungan klorofil
jumlah daun dan kandungan klorofil daun daun hanya mencapai (47,22 mg/g daun per
per tanaman. Dari berbagai genotip tanaman) , berat tongkol hanya mencapai
tanaman jagung yang diteliti berpengaruh (88,51 gram/tanaman), panjang tongkol
nyata terhadap semua peubah yang diamati. hanya mencapai (11,94 cm/tanaman),
Serta interaksi perlakuan menunjukkan jumlah biji hanya mencapai (301,21 butir
pengaruh nyata terhadap peubah berat biji/tongkol) dan hasil panen hanya
tongkol, jumlah biji/tongkol dan hasil mencapai (4,75 ton /hektar).
panen /hektar, tetapi tidak berpengaruh Berdasarkan hasil penelitian pada
nyata terhadap peubah tinggi tanaman, Tabel 4, menunjukkan bahwa interaksi
jumlah daun, kandungan klorofil daun dan perlakuan pemberian pupuk mikoriza dan
panjang tongkol per tanaman. galur B-41 (H1G1) memberikan hasil
Hasil penelitian pada Tabel 2 terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi
menunjukkan pemberian pupukmikoriza tanaman jagung pada lahan kering
memberikan pengaruh terbaik terhadap marginal. Hal ini terlihat dari tingginya
berat tongkol/tanaman, panjang tongkol dan rata-rata tingkat pertumbuhan dan produksi
hasil panen/hektar. Hal ini terlihat dari tanaman pada peubah yang diamati, seperti:
tertingginya rata-rata produksi tanaman luas daun mencapai (595,27 cm2/tanaman),
pada peubah yang diamati, seperti: berat berat tongkol mencapai (153,39
tongkolmencapai (106.54g/tanaman), gram/tanaman), jumlah biji/tongkol
panjang tongkol mencapai (13,14 mencapai (398,0 butir biji/tongkol) dan
Jurnal Lahan Suboptimal, 1(1) April 2012 35

hasil panen mencapai (8,75 ton pipilan dari peubah yang diamati, seperti: rata-
kering / hektar). rata:luas daun hanya mencapai
Interaksi perlakuan perlakuan tanpa (500,58cm2/tanaman), berat tongkol hanya
pemberian jenis pupuk hayati dan mencapai (73,33 g/tanaman), jumlah biji
penggunaaan varietas BISI-816 (H0G4), hanya mencapai (280 biji/tongkol) dan hasil
memberikan tingkat pertumbuhan dan panen mencapai (3,81 ton/hektar).
produksi tanaman terendah. Hal ini terlihat
Tabel 1. Hasil analisis keragaman pengaruh perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk hayati dan galur
tanaman jagung terhadap peubah yang diamati
Peubah yang Diamati Perlakuan KK
H G I (%)
Tinggi Tanaman (cm) tn * tn 6,84%
Jumlah Daun (helai) tn * tn 3,22%
Luas Daun (cm2) * * * 3,19%
Kandungan Klorofil daun (mg/g) tn * tn 3,01%
Berat Tongkol (g) * * * 9,25%
Panjang Tongkol (cm) * * tn 7,51%
Jumlah biji/tongkol (biji) * * * 7,76%
Hasil Panen / hektar * * * 9,25%
* = Berpengaruh nyata tn = Berpengaruh tidak nyata
H = Jenis Pupuk Hayati G = Galur Tanaman Jagung
I = Interaksi KK = Koefisien Keragaman

Tabel 2. Pengaruh pemberian berbagai jenis pupuk hayati terhadap peubah yang diamati
Panjang
Luas Daun Berat Jumlah Hasil Panen
Tongkol
Jenis pupuk (cm2) Tongkol (g) Biji (biji) (ton/ha)
(cm)
H0
527.78 a 86.72 a 11.41 a 313.00 a 4.85 a
(Kontrol)
H1
556.72 b 106.54 b 13.14 b 320.82 a 6.08 b
(Pupuk Mikoriza)
H2
561.62 b 103.33 b 12.82 b 347.17 b 5.84 b
(Pupuk BPF )
Duncan 0.05 Duncan 0.05 = Duncan 0.05 Duncan 0.05 Duncan 0.05
= 20,29 10,91 =0,958 =29,47 =0,508
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samaberarti berbeda tidak nyata

Tabel 3. Pengaruh berbagai galur tanaman jagung hasil seleksi efisien hara terhadap peubah yang
diamati
Tinggi Jumlah Klorofil Berat Panjang Jumlah Hail
Luas
Galur Tanaman Daun Daun Tongkol Tongkol Biji Panen
Daun
(cm) (helai) (mg/g) (g) (cm) (biji /ha
G1 581.12 361.39
243.13 b 18.37 c 49.25 c 126.20 b 13.28 b 7.27 c
(B-41) c b
G2 313.95 5.42
228.10 a 17.55 b 549.31 b 47.57 a 89.63 a 12.13 a
(L-164) a b
G3 538.35 318.84 4.92
133.45 a 18.16 c 48.75 bc 91.11 a 12.49 ab
(S-194) ab a bc
G4 301.21
184.25 a 16.81 a 526.03 a 47.22 a 88.51 a 11.94 a 4.75 a
(Bisi-816) a
Dunc
Duncan Duncan Duncan Duncan Duncan Duncan
Duncan an
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
0.05 = 0.05
=25,97 =0,56 =17,35 =9,055 =0,928 =24,91
=0,51
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata
36 Moelyohadi et al. : Pemanfaatan Pupuk Hayati pada Budidaya Jagung di Lahan Kering Marginal

Tabel 4. Pengaruh interaksi perlakuan pemberian pupuk hayati dan galur tanaman jagung hasil
seleksi efisien hara terhadap peubah pengamatan

Jumlah
Interaksi Luas Daun Berat Hasil Panen
Biji/Tongkol
Perlakuan (cm2) Tongkol (g) (ton/ha)
(biji)
H0G1 559.04 cds 103.55 c 330.5 bcd 6.29 de
H0G2 534.80 bcd 83.33 ab 313.5 abcd 4.95 bc
H0G3 516.69 ab 86.67 ab 328.0 bcd 4.38 ab
H0G4 500.58 a 73.33 a 280.0 a 3.81 a
H1G1 595.27 f 153.39 c 398.0 e 8.57 f
H1G2 532.82 bc 82.22 ab 291.6 ab 5.43 cd
H1G3 564.33 de 95.00 bc 295.3 abc 4.85 bc
H1G4 534.46 bcd 95.55 bc 298.2 abc 5.45 ed
H2G1 589.06 ef 121.67 d 355.6 de 6.95 e
H2G2 580.32 ef 103.33 c 336.6cd 5.90 d
H2G3 534.04 bc 91.67 bc 333.1 bed 5.52 cd
H2G4 543.05 bcd 96.67 bc 325.3 bcd 4.99 bc
Duncan0.05 Duncan 0.05 Duncan 0.05 = 43,12 Duncan 0.05 =0,89
=30,06 =15.65
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samaberarti berbeda tidak nyata

PEMBAHASAN percabangan akar, pemanjangan akar


sekunder dan menginduksi pembentukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar kuartier serta meningkatkan jumlah
pupuk mikoriza merupakan jenis pupuk akar lateral pada tanaman jagung (Kaldorf
hayati yang tepat untuk mendukung & Ludwig-Muller 2000). Menurut
ketersediaan unsur hara yang optimum Widiastuti (2003) Beberapa efek positif
untuk mendukung produksi tanaman jagung yang diperoleh tanaman inang akibat
pada lahan kering marginal. Hal ini bersimbiosis dengan mikoriza, yaitu
didukung data bahwa peranan mikoriza antara lain terjadinya 1) Peningkatan daya
bagi tanaman inangnya adalah serap air dan hara, terutama unsur hara N,
memperbesar areal serapan bulu-bulu akar P,K, Cu, S dan Zn, serta Mo., 2).
melalui pembentukan miselium di Peningkatan ketahanan tanaman terhadap
sekeliling akar. Akibat perluasan area infeksi patogen akar, kondisi tanah salin,
jelajah akar melalui bantuan miselium kelembaban tanah yang rendah,
mikoriza sehingga lebih banyak unsur temperatur tanah yang tinggi serta faktor-
hara yang dapat diserap oleh tanaman faktor merugikan lainnya, 3). Peningkatan
inang dibandingkan dengan tanaman lain toleransi tanaman terhadap defisiensi hara
yang tidak bersimbiosis dengan mikoriza. pada tanah tidak subur dan terhadap
Banyak penelitian membuktikan bahwa kemasaman serta toksisitas Al, Fe, Mn
CMA mampu meningkatkan serapan hara, dan Zn pada tanah masam, 4).
baik hara makro maupun hara mikro. De Peningkatan laju fotosintesis dan toleransi
La Cruz (1981 dalam Octavitani 2009) fotosintat ke akar, produksi hormon
membuktikan bahwa CMA mampu seperti IAA, sitokinin, auksin dan giberelin,
menggantikan ± 50% penggunaan fosfat, dan eksudasi asam-asam organik dari akar
40% nitrogen dan 25% kalium. serta permeabilitas membran terhadap
Meningkatnya serapan hara tersebut terjadi lintasan hara., dan 5). Mempercepat fase
karena CMA dapat menyebabkan fisiologis definitif, sehingga waktu
perubahan pada sistem perakaran tanaman, berbunga dan panen dipercepat serta
yaitu antara lain: meningkatkan jumlah
Jurnal Lahan Suboptimal, 1(1) April 2012 37

meningkatkan daya survival tanaman pada maksimum. Akan tetapi jika ditanam pada
awal pertanaman. lahan kering marginal tanpa didukung
Dilihat dari berbagai genotip yang dengan pemupukan yang tepat, maka
digunakan, galur B-41 memberikan varietas hibirida ini akan menampilkan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil yang jauh lebih rendah dibandingkan
produksi tanaman jagung pada lahan kering dengan varietas lokal. Sebagai contoh
marginal. Hal ini dikarenakan galur B-41 varietas jagung hibrida C7 yang diberi
merupakan genotip yang didapatkan dari pupuk kadang 5 ton ha-1, kapur 2 ton ha -1,
hasil seleksi yang berulang –ulang terhadap Urea, SP36 dan pupuk KCl masing-masing
berbagai galur yang memiliki sifat efisien 400. 100 dan 50 kg ha-1 hanya
hara dan merupakan genotip tanaman menghasilkan 5 ton biji pipilan kering ha -1.
jagung yang mempunyai sifat genetik Hal ini jauh dibawah potensi hasilnya, yaitu
pertumbuhan dan produksi yang lebih baik 12 ton ha-1. Kondisi ini disebabkan varietas
dan mampu beradaptasi dengan baik di unggul nasional dan hibrida merupakan
lahan kering marginal. Dimana menurut varietas yang dirakit dengan sifat adaptasi
Presterl et al.(2003), kemampuan untuk luas dan memerlukan input produksi yang
menggunakan hara yang efisien dikontrol tinggi (ATP 2003).
secara genetik dan menurut Marschner Hasil penelitian menunjukkan
(1986) penyerapan hara oleh akar interaksi perlakuan pemberian pupuk
memegang peranan penting dalam efisiensi mikoriza dan penggunaan galur B-41
hara. Penyerapan hara sangat dipengaruhi memberikan hasil terbaik terhadap
oleh pertumbuhan dan morfologi perakaran pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
tanaman. Pada kondisi suplai hara yang pada lahan kering marginal. Tingginya
rendah (defisien hara), tanaman berdaptasi tingkat pertumbuhan dan produksi yang
dengan cara mengoptimalkan pertumbuhan dihasilkan dari interaksi perlakuan ini,
akarnya. Adaptasi morfologi perakaran dikarenakan interaksi tersebut merupakan
terhadap defisien hara diantaranya adalah: kombinasi perlakuan yang tepat, dimana
1). Pemanjangan akar, 2). Peningkatan pemberian pupuk mikoriza mampu
kerapatan perakaran yang berhubungan menyuplai ketersediaan unsur hara dalam
dengan peningkatan jumlah akar jumlah yang cukup dan seimbang bagi
berdiameter kecil (<2 mm) dan 3). pertumbuhan tanaman jagung pada lahan
Peningkatan jumlah dan panjang rambut kering marginal dan disamping itu juga
akar serta 4). Peningkatan percabangan pemberian pupuk -mikoriza memberi efek
sistem perakaran (Jones et al. 1989). positif yang dapat mendukung pertumbuhan
Modifikasi morfologi perakaran tersebut dan produksi tanaman pada lahan kering
dapat meningkatkan luas permukaan akar marginal, melalui peranannya dalam hal:
yang bersentuhan dengan tanah sehingga meningkatkan daya serap air dan unsur
luas permukaan penyerapan hara dapat hara, peningkatan toleransi tanaman
meningkat. terhadap defisiensi hara pada tanah tidak
Varietas BISI 816 memberikan hasil subur, dan. serta meningkatkan daya
terendah terhadap pertumbuhan dan survival tanaman pada awal pertanaman.
produksi tanaman jagung. Rendahnya Di sisi lain penggunaan galur B-41 yang
tingkat produksi yang dihasilkan dari memiliki sifat genetik pertumbuhan yang
varietas BISI 816 pada penelitian ini, lebih baik dan mampu beradaptasi dengan
dikarenakan varietas BISI 816 merupakan baik pada lahan kering marginal serta
genotip hibrida yang dirakit dengan sifat mampu tumbuh dan berproduksi tinggi
unggul yaitu berproduksi tinggi dan sangat pada lahan-lahan yang kurang subur,
respon terhadap pemupukan serta sehingga interaksi dari kombinasi perlakuan
memerlukan input produksi yang tinggi ini memberikan pengaruh terbaik terhadap
agar dapat menghasilkan produksi yang pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
38 Moelyohadi et al. : Pemanfaatan Pupuk Hayati pada Budidaya Jagung di Lahan Kering Marginal

pada lahan kering marginal. Hal ini sejalan tingkat produksi tanaman yang rendah pada
dengan pendapat Djafar et al. (1990), lahan kering marginal.
bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman
merupakan fungsi dari faktor genetik dan KESIMPULAN
faktor lingkungan, dimana salah satu faktor
lingkungan yang sangat berperan penting Perlakuan pupuk hayati mikoriza
terhadap pertumbuhan dan produksi memberikan pengaruh terbaik terhadap
tanaman adalah ketersediaan unsur hara pertumbuhan dan produksi tanaman
dalam jumlah cukup dan seimbang di dalam jagung di lahan kering marginal. Dari
tanah dan disamping itu juga penggunaan beberapa genotipe tanaman jagung yang
genotip tanaman yang memiliki sifat digunakan, genotipe jagung B-41
unggul seperti, sifat produksi tinggi, menunjukkan pertumbuhan dan produksi
memiliki daya adaptasi terhadap perubahan terbaik sebagai tanaman jagung yang lebih
kondisi lingkungan dan efisien dalam adaptif di lahan kering marginal. Genotipe
penyerapan dan penggunaan hara akan tanaman jagung B-41 yang dipupuk dengan
sangat mendukung keberhasilan dalam pupuk hayati mikoriza memberikan
system budidaya tanaman pada lahan kering pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan
marginal. dan produksi tanaman jagung di lahan
Interaksi perlakuan tanpa pemberian kering marginal, dengan hasil panen rata-
pupuk hayati dan penggunaaan varietas rata 8,57 ton pipilan kering/hektar
BISI-816 memberikan tingkat pertumbuhan
dan produksi tanaman terendah. Hal ini UCAPAN TERIMAKASIH
disebabkan kombinasi perlakuan tersebut
kurang tepat untuk mendukung Penelitian ini merupakan bagian dari
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung Hibah Pascasarjana, DP2M, Ditjen Dikti
pada lahan kering marginal yang memiliki Tahun Anggaran 2010 dengan kontrak
sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang nomor: Nomor:
kurang baik, dimana tanpa pemberian 006/SP2H/PP/DP2M/111/2010, tanggal 1
pupuk hayati menyebabkan tanaman kurang Maret 2010.
mendapat suplai hara dari media tanam
dalam jumlah cukup untuk mendukung DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.
Hal ini sejalan dengan pendapat Agustina Agustina. 1990. Nutrisi Tanaman. Jakarta:
(1990), bahwa ketersediaan unsur hara Rineka Cipta
dalam jumlah yang cukup dan seimbang ATP. 2003. Pekerjaan budidaya tanaman
merupakan faktor utama yang sangat jagung. Laporan Kerjasama
menentukan tingkat keberhasilan Kementerian
pertumbuhan dan produksi tanaman yang Riset dan Teknologi dengan Fakultas
maksimum dan ditambahkan pula oleh Pertanian Universitas Sriwijaya.
Dwijoseputro (1992) menyatakan bahwa Djafar, Dartius ZR, Aedi, Dotti S, Erwin Y,
tanaman akan tumbuh subur apabila unsur Hadiyono, Yurnawati S, Aswad M,
hara yang dibutuhkan tanaman tersedia Saeri S. 1990. Dasar-Dasar
dalam jumlah yang cukup dan seimbang di Agronomi. Palembang: Kerjasama
dalam media tanam. Di sisi lain BKS-B dan USAID.
penggunaan varietas hibrida BISI-816 yang Dwijoseputro.1992.Fisiologi Tumbuhan
memiliki sifat genetik yang kurang mampu dan Metabolisme Tanaman.Jakarta:
beradaptasi dan tumbuh pada lahan lahan Gramedia.
yang kurang subur serta memerlukan input FNCA Biofertilizer Project Group. 2006.
produksi yang tinggi menyebabkan Biofertilizer Manual. Forum for
kombinasi perlakuan ini menghasilkan Nuclear Cooperation in Asia (FNCA).
Jurnal Lahan Suboptimal, 1(1) April 2012 39

Tokyo : Japan Atomic Industrial Oktavitani N. 2009. Pemanfaatan cendawan


Forum. mikoriza arbuskular (CMA) sebagai
Granados G, Pandey S, Ceballos H. 1993. pupuk hayati untuk meningkatkan
Response to selection for tolerance to produksi pertanian
acid soils in tropical maize population. http://uwityangyoyo.wordpress.com/20
Crop Sci. 26:253-260. 09/04/05. [diakses 4 November 2011.
Isgitani M, Kabirun S, Siradz SA. 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
Pengaruh inokulasi bakteri pelarut dan Agroklimat. 2005. Peta potensi
fosfat terhadap pertumbuhan sorgum lahan pengembangan jagung di
pada berbagai kandungan P-tanah. Indonesia. Bogor: Puslittan Bogor.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA,
Vo.5:48-54. Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W.
Jones GPD, Blair GJ, Jessop RS. 1989. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk
Phosphorus efficiency in wheat a Hayati. Jakarta: Balai Besar Litbang
usefull selection criteria. Field Crops Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan
Ress. 21:257-364. Penelitian dan Pengembangan
Kaldrof M, Lutwing-Muller J. 2000. AM Pertanian.
fungi might affect the root morfology Widiastuti H, Guhardja E, Sukarno N,
of maize by increasing Indole-3- Darusman LK, Goendi, DH, Smith.S.
Butyric Acid biosyntesis. Physiol. 2003. Arsitektur akar bibit kelapa sawit
Planta.109: 58-67 yang dinokulasi beberapa cendawan
Munandar, Hayati R, Irmawati. 2009. mikoriza arbuskula. Menara
Seleksi tanaman jagung efisiensi hara perkebunan 7(1):28-43.
berdasarkan pertumbuhan akar, tajuk
dan hasil biji. Seminar Nasional dan
Kongress Persatuan Agronomi
Indonesia. Unpad Bandung, 4-6 Juni
2009.
Marscher H. 1986. Mineral Nutrition of
Higher Plants. London: Academic
Press Inc.

You might also like