Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta

Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN POLITIK UNTUK


MENGEMBANGKAN LITERASI DIGITAL WARGA NEGARA

Ronni Juwandi, M.Pd1, Yasin Nurwahid2, Ayu Lestari3

1, 2, 3
PPKn, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Indonesia
E-mail : ron_roju@untirta.ac.id

Abstract

The background of this research is based on the problems that occur among students as potential
voters in the 2019 Election. This is evidenced by the existence of social media (Twitter, Instagram) as
a mass communication network that is in demand by the younger generation. But it seems that social
media has acted as a means of digital political education because it contains campaign narratives or
invitations to participate in the 2019 Election. Besides discourse on politics, there are still some
hoaxes that meet the timeline on social media. This is the problem of how ideally the position of social
media as a means of adequate political education for citizens. Problem formulation is how the role of
social media as a means of political education to improve digital literacy of citizens. This study uses a
descriptive qualitative approach. Data collection techniques used using literature studies, interviews
and observations. The data analysis technique used is source triangulation and methods. The results
showed that social media has a role as a means of digital political education for citizens even though
it is still in the exploration phase of data regarding candidates and candidates to be elected in the
2019 election constituency. This shows that the existence of social media is able to attract young
people as citizens who participated in the 2019 election.

Keywords : social media, political education, digital literacy.

Abstrak

Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah atas dasar permasalahan yang terjadi di kalangan
mahasiswa sebagai calon pemilih dalam Pemilu 2019. Hal ini dibuktikan dengan eksistensi media
sosial (Twitter,Instagram) sebagai jejaring komunikasi massa yang diminati oleh generasi muda.
Namun tampaknya media sosial sudah berperan sebagai sarana pendidikan politik digital karena di
dalamnya sudah berisi narasi kampanye ataupun ajakan untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2019.
Selain diskursus tentang politik, masih ditemukan beberapa berita bohong (hoax) yang memenuhi
linimasa di media sosial. Hal inlah yang menjadi permasalahan bagaimana idealnya posisi media
sosial sebagai sarana pendidikan politik yang memadai bagi warga negara. Rumusan masalah yaitu
bagaimana peran media sosial sebagai sarana pendidikan politik untuk meningkatkan literasi digital
warga negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan menggunakan studi literatur, wawancara serta observasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukan bahwa media sosial
memiliki peran sebagai sarana pendidikan politik digital bagi warga negara sekalipun masih dalam
tahap eksplorasi data mengenai kandidat dan para calon yang akan dipilih dalam konstestasi pemilu
2019. Hal ini menunjukkan eksistensi media sosial mampu menarik minat para generasi muda
sebagai warga negara yang ikut berpartisipasi dalam pemilu 2019.

Kata Kunci : media sosial, pendidikan politik, literasi digital.

369
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

PENDAHULUAN pelatihan literasi media bagi kalangan muda.


Perkembangan teknologi dan informasi Menurut David Buchingham (2001) bahwa
yang terjadi pada masyarakat Indonesia pendidikan media bertujuan untuk
dewasa ini sangat pesat dan hampir mengembangkan baik pemahaman kritis
menyeluruh pada aspek kehidupan, termasuk maupun partisipasi aktif, sehingga
kehidupan sosial politik. Salah satu hal yang memampukan anak muda sebagai konsumen
sejalan dengan perkembangan teknologi dan media membuat tafsiran dan penilaian
informasi tersebut adalah maraknya media berdasarkan informasi yang diperolehnya,
sosial (medsos) yang banyak digunakan oleh selain itu memampukan anak muda untuk
masyarakat termasuk para mahasiswa sebagai menjadi produser media dengan caranya
bagian inheren dari kehidupan sosial politik sendiri sehingga menjadi partisipan yang
kemasyarakatan di Indonesia. Oleh karenanya, berdaya di masyarakatnya.
penggunaan dan pemanfaatan media sosial Masyarakat sebagai pengguna media
harus dimaksimalkan dan disesuaikan dengan sosial perlu di berikan sisi edukasi berkaitan
keharusannya sebagai media interaksi dan dengan etika serta aturan dalam penggunaan
informasi. Pengguna media sosial di Indonesia media sosial dalam kehidupan sehari-
sebanyak 85% terhubung ke sosial media hari..Proses validasi media, baik itu media
facebook group (facebook, instagram, cetak, elektronik, bahkan media sosial yang
whatsapp messenger) yang merupakan jumlah bebrbasis internet, harus dianalisis melalui
terbesar. Menurut infografis APJII, sebanyak proses pencarian informasi dari beragam
65 juta aktif menggunakan facebook setiap hari sumber. Validasi yang dilakukan bertujuan
dan 50% bergabung digrup facebook. untuk mencari keberimbangan informasi yang
Pengguna instagram sebanyak 45 juta setiap didapatkan. Tren menunjukan bahwa
hari dan jika dirata-ratakan memposting 2 kali mayoritas pengguna media sosial pada anak-
lebih banyak dari global average (APJII, anak dan remaja terutama kalangan peserta
2017). didik. Pemahaman akan dampak buruk literasi
Kasus yang terjadi di banyak tempat digital perlu ditekankan pada pengguna agar
yang diakibatkan oleh penggunaan media tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
sosial cukup banyak dan menyasar kalangan Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan
anak-anak usia sekolah. Mulai dari kasus Pritanova, (2017), menyebutkan bahwa
bullying, pergaulan bebas, prostitusi online pemahaman literasi. Namun, dinamika
serta konflik horizontal para pendukungcalon penggunaan media sosial terkini yang terjadi
kandidat pada Pemilu 2019. Permasalahan adalah sebaliknya. Media sosial digunakan
yang muncul terkait dengan penelitian ini perlu tidak maksimal juga seringnya pembiasan
diantisipasi dengan menyelenggarakan berita-berita yang tidak sesuai dengan fakta,

370
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

hal inilah salah satunya mempengaruhi penyampaian ide. Hal tersebut juga tercermin
bagaimana melek politik mahasiswa sebagai dalam Pemilihan Presiden 2014 dimana
salah satu pengguna media sosial menjadi tidak banyak akun-akun yang berafiliasi dengan
maksimal sehingga kebutuhan melek politik partai politik atau menjadi sarana penyampaian
bagi pengembangan kehidupan sosial gagasan politik. Selain itu dewasa ini banyak
kemasyarakatan terhambat. juga tokoh politik yang memiliki akun media
Media sosial menjadi fenomena yang sosial Facebook ataupun Twitter, seperti
makin mengglobal dan mengakar. anggota DPR bahkan Presiden, petinggi partai
Keberadaannya makin tidak bisa dipisahkan politik, dan pejabat publik lainnya.
dari cara berkomunikasi antarmanusia. Begitu Digunakannya media sosial sebagai sarana
pesatnya perkembangan media sosial di berpolitik tentu dapat memberikan peranan
Indonesia, setiap tahunnya terjadi peningkatan bagi pengembangan literasi politik masyarakat,
penggunaan media sosial. khususnya dalam hal ini adalah mahasiswa.
Berdasarkan data Asosiasi Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tentu tidak asing dengan penggunaan media
(2016), statistik pengguna internet Indonesia sosial, baik itu sifatnya untuk hiburan,
tahun 2016 adalah 132,7 juta, hal ini ekonomi, bahkan untuk kepentingan politik.
mengindikasikan kenaikan 51,8%dibandingkan Penggunaan media sosial untuk kepentingan
jumlah pengguna internet pada 2014. APJII kegiatan politik dapat dilakukan oleh
juga menyebutkan jenis konten yang diakses mahasiswa sebagai sarana untuk menambah
sebanyak 97,4% adalah media sosial, dengan pengetahuan tentang kegiatan politik yang
penggunaan terbanyak adalah jejaring terjadi, melihat jalannya kegiatan politik dan
Facebook sebanyak 71,6 juta (54%), dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik
Twitter sebanyak 7,2 juta (5,5%). APJII juga . Pengembangan literasi politik yang
melansir bagaimana perilaku pengguna internet baik menjadi vital keberadaannya dalam
yang berhubungan dengan kegiatan berpolitik konteks pembangunan kualitas hidup secara
yakni sebanyak 75,6% setuju media sosial demokratis dalam berbangsa dan bernegara.
digunakan untuk aktivitas berpolitik. Pengembangan literasi politik melalui struktur
Berdasarkan gambaran di atas terlihat pembentukan dan pengembangan sosialisasi
bagaimana aktivitas media sosial dapat dan edukasi yang memadai dalam konteks
digunakan sebagai sarana berpolitik. sosial politik maka warga negara secara literal
Terlebih sejak tahun 2012, penggunaan dan komprehensif akan memahami
media sosial khususnya dalam jejaring kedudukannya sebagai warga negara yang
Facebook dan Twitter sering digunakan untuk sadar akan hak dan kewajibannya. Hal tersebut
kegiatan politik seperti kampanye atau akan berimplikasi terhadap timbulnya

371
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

kesadaran yang otonom dalam partisipasi Metode kualitatif dalam penelitian ini
pembangunan sistem politik dan demokrasi dipilih karena dua alasan. Pertama,
yang bermutu. Rumusan masalah yang permasalahan yang dikaji dalam penelitian
ditetapkan adalah tingkat penggunaan media tentang peran media sosial sebagai sarana
sosial oleh mahasiswa, tingkat kesadaran pendidikan politik ini membutuhkan sejumlah
politik mahasiswa, dan peran media sosial data lapangan yang sifatnya aktual dan
dalam pengembangan pendidikan politik kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan
mahasiswa. Batasan penelitian hanya mengkaji pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan
bagaimana tingkat penggunaan media sosial sejumlah data primer dari subjek penelitian
oleh mahasiswa dan hanya mengkaji yang tidak dapat dipisahkan dari latar
bagaimana tingkat kesadaran politik belakang alamiahnya. Disamping itu, metode
mahasiswa yang didapatkan melalui peran kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi,
pendidikan politik untuk mengembangkan sehingga memungkinkan penulis untuk
literasi digital para penggunanya. senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi
yang berubah-ubah yang dihadapi dalam
METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini.
Desain yang digunakan dalam
Metodologi adalah proses, prinsip, dan
penelitian ini adalah studi kasus. Menurut
prosedur yang digunakan untuk mendekati
Arikunto (2002:215), ditinjau dari lingkup
problem dan mencari jawaban (David
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya
Siverman dalam Deddy Mulyana, 2002: 145) .
meliputi daerah atau subjek yang sangat
Atau metodologi adalah untuk mengkaji topik
sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian,
penelitian. (Bognan dan Taylor dalam Deddy
penelitian kasus lebih mendalam dan
Mulyana, 2002: 145). Mendasarkan pada
membicarakan kemungkinan untuk
pengertian ini, pada penelitian yang dilakukan
memecahkan masalah yang aktual dengan
oleh penulis menggunakan Pendekatan
mengumpulkan data, menyusun dan
Kualitatif. Moleong (2000:3), mengemukan :
mengaplikasikannya melalui teknik yang
Penelitian kualitatif adalah tradisi sesuai dengan objek penelitian serta
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial menginterpretasikannya dalam analisis data.
yang secara fundamental bergentung
Dengan menggunkan desian ini
pada pengamatan manusis pada
diharapkan peneliti dapat memperoleh
kawasan sendiri dan berhubungan
infomasi yang mendalam tentang peran media
dengan orang-orang tersebut dlam
sosial untuk mengembangkan literasi digital
bahasanya dan dalam peristilahannya.
melalui sarana pendidikan politik warga
\
negara. Penelitian yang dilakukan secara

372
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

komprehensif menggunakan fakta-fakta, lebih leluasa dan fleksibel serta dinamis


sehingga untuk bisa mengungkap fakta-fakta menyesuaikan dengan kondisi natural objek
tentang peran media sosial sebagai sarana penelitian.Selain itu juga berusaha
pendidikan politik warga negara. Penulis tidak mendapatkan pandangan dari orang di luar
hanya melakukan wawancara dengan bertatap sistem dari subjek penelitian, atau dari
muka dengan subjek penelitian, namun juga pengamat, untuk menjaga subjektifitas hasil
mempelajari latar belakang dari objek penelitian.
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Deddy Mulyana (2002: 201), studi kasus Hasil penelitian menunjukan bahwa
adalah uraian dan penjelasan konprehensif peran media sosial sebagai sarana pendidikan
mengenai berbagai aspek seorang individu. politik memiliki peran untuk mengembangkan
Dalam penelitian ini, penulis merupakan kapasitas literasi digital warga negara. Hal ini
instrument penting yang berusaha dibuktikan dengan data yang dianalisis dari
mengungkapkan data secara mendalam dengan beberapa sub indikator temuan penelitian di
dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan bawah ini.
data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan 1. Media sosial sebagai sarana pendidikan
oleh Moleong suatu kelompok, suatu oranisasi politik
(komunitas), suatu program, atau situasi sosial. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa
Lebih lanjut Deddy Mulyana (2002:201) para informan yang memberikan penjelasan
menjelaskan bahwa penelitian studi kasus bahwa media sosial tidak dapat dilepaskan dari
berupaya menelaah sebanyak mungkin data kehidupan generasi muda khususnya
mengenai subjek yang diteliti. Mereka sering mahasiswa yang sebagiannya menjadi pemilih
menggunakan berbagai metode wawncara pemula dalam Pemilu 2019. Tidak dapat
(riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dipungkiri bahwa media sosial berperan besar
dokumen, (hasil) survei, dan data apapun untuk dalam mempengaruhi preferensi politik
menguraikan suatu kasus secara terperinci. mahasiswa untuk menentukan kandidat yang
akan dipilihnya ketika hari pemungutan suara
Selain itu, penelitian yang dilakukan
tiba. Media sosial seketika berubah yang
didominasi oleh pendekatan interpersonal,
awalnya sebagai jejaring komunikasi semata
maksudnya adalah peneliti akan banyak
menjadi lahan para buzzer untuk
melakukan kontak yang berhubungan secara
mengkampnayekan atau memberikan ajakan
langsung dengan narasumber di lokasi tempat
untuk segera menentukan siapa yang akan
pengambilan data. Hal ini ditujukan untuk
dipilihnya kelak.
memudahkan proses pengambilan data secara

373
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

Pengaruh media sosial dalam dunia kepentingan dan sebagai sarana penyaluran
politik khususnya dalam hal komunikasi opini.
politik, terutama dalam kampanye Pemilu
Penting bagi institusi politik untuk 2. Pendidikan politik berbasis media sosial
berpartisipasi aktif dalam komunikasi politik untuk mengembangkan literasi digital
yang berbasiskan media sosial, terutama dalam warga negara
kampanye Pemilu. Media sosial selanjutnya Analisis data penelitian menunjukkan
menggambarkan sebagai sarana ideal dan bahwa proses pendidikan politik yang
basis informasi untuk mengetahui opini publik didapatkan warga negara melalui eksistensi
tentang kebijakan dan posisi politik, selain media sosial berupa narasi kampanye dan
untuk membangun dukungan komunitas ajakan untuk ikut berpartisipasi dalam proses
kepada politisi yang tengah berkampanye. pemungutan suara. Hal ini dapat
Sejumlah penelitian menunjukkan politisi di mengembangkan kemampuan warga negara
seluruh dunia telah mengadopsi media sosial dalam berpartisipasi sekalipun dalam konteks
untuk menjalin hubungan dengan konstituen, yang minimal. Pendidikan politik virtual bisa
berdialog langsung dengan masyarakat dan dijadikan sebagai sarana mengembangkan
membentuk diskusi politik. Kemampuan literasi digital warga negara sebagai substitusi
menciptakan ruang dialog antara politisi pendidikan politik secara formal. Bahkan
dengan publik serta menarik minat pemilih keberhasilan menggunakan media sosial
pemula/pemilih muda membuat media sosial dipandang sebagai salah satu faktor kesuksesan
semakin penting bagi politisi Sebelum Barack Obama memenangi pemilihan presiden
menggunakan media sosial para politisi sudah Amerika Serikat. Sekitar 30 persen pesan-
menggunakan internet untuk berkampanye. pesan kampanye Obama disampaikan melalui
Internet bisa menjadi cara yang potensial media baru. Beberapa tahun sebelum
dalam mendobrak politik demokrasi massa Obama, terdapat nama Howard Dean yang
yang opresif yang menyuarakan suara dari mampu memanfaatkan internet untuk meraih
bawah ke atas, yang kerap dengan power atensi publik AS. Namun saat itu Dean kandas
yang dimiliki, dimanfaatkan oleh penguasa di konvensi nasional Partai Demokrat (Chavez,
untuk kepentingan golongannya. Internet 2012). Di Inggris, makin banyak anggota
diharapkan bisa menjadi media bagi parlemen menggunakan blog dan Yahoo
mengalirnya informasi dua arah yang interaktif Groups untuk mengkomunikasikan ide mereka
antara politisi dan pendukungnya. Internet dan mendengarkan ide orang lain
menjanjikan memberikan forum yang seluas- (Gurevitch, et.al. 2009). Bagaimana dengan di
luasnya bagi pengembangan kelompok Indonesia? Media sosial memang mulai dilirik
dalam kurun waktu sekitar dua tahun terakhir.

374
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

Para pendukung Joko Widodo dan Basuki tersebut merupakan sikap resmi atau hanya
Tjahja Purnama dalam kampanye pemilihan ungkapan pemikiran atau perasaan dia sebagai
gubernur DKI Jakarta memanfaatkan YouTube pribadi. Sikap resmi atau institutional rhetoric
untuk memposting video kampanye kreatif dan ungkapan pribadi atau everyday talk sering
mereka. Bahkan sempat ada game online tumpang tindih .
yang memiliki alur cerita seperti game Seseorang akan salah persepsi apakah
Angry Birds, dengan tokoh utama Jokowi. curhat yang dilakukan oleh aktor politik di
media sosial merupakan ungkapan dirinya
Tantangan Media Sosial bagi Aktor sebagai pribadi atau mewakili institusinya.
Politik Persoalannya aktor politik di Indonesia masih
Di bagian sebelumnya sudah belum menyadari bahwa dalam berkomunikasi
dipaparkan bahwa media sosial masih di media sosial memerlukan kemampuan
belum dimanfaatkan dengan baik oleh tersendiri.
para aktor politik di Indonesia. Tantangan Kemampuan di sini tentu tidak hanya
pertama adalah hilangnya batas-batas kemampuan teknis, tetapi mentalitas.
status sosial di dunia media sosial. Kehadiran media sosial menuntut para
Menurut Coutts & Gruman (2005: 254) pelaku politik untuk beradaptasi. Namun
dalam komunikasi yang termediasi para pelaku politik tersebut sering
dengan komputer, maka para peserta kesulitan dalam fase adaptasi ini (Chavez,
komunikasi akan mendapatkan kesetaraan 2012). Ada beberapa hal yang berkaitan
partisipasi yang lebih luas daripada tatap dengan “mentalitas lama” (old mentalities)
muka. Pendapat tersebut memang mengacu seperti yang disebutkan di atas – dan hal ini
pada aktivitas komunikasi dalam organisasi. umumnya dialami oleh organisasi yang
Namun relevan apabila dibawa ke dalam menggunakan media sosial.
konteks komunikasi politik di era media sosial. Salah satunya adalah mengabaikan
Dengan adanya media sosial, maka para aktor sifat interaktif yang ada di media sosial. Dalam
politik pun harus menyadari meskipun dia era politik kontemporer, politisi harus
secara riil adalah pejabat tinggi atau partai memikirkan audiens interaktif dan kapasitas
politik yang berkuasa, tetapi posisinya di mereka untuk menjawab, menanggapi,
media sosial akan setara dengan user lain. mendistribusikan dan memodifikasi pesan
Maka dari itu para aktor politik harus siap-siap yang mereka terima. Penelitian Asih (2011)
saja menghadapi kritik (bahkan beberapa di mengungkapkan bahwa partai politik di
antaranya cenderung pedas) user lain. Indonesia mayoritas belum memaksimalkan
Media sosial telah mengaburkan media sosial dan media baru. Faktor
pemahaman orang, apakah yang dikatakan interaktifitas diabaikan. Dari 34 parpol peserta

375
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

Pemilu 2009, seluruhnya memiliki website. Pengguna media sosial secara


Sayangnya situs web tersebut belum individual, kelompok maupun institusional,
dimanfaatkan secara maksimal sebagai media dapat bertindak sebagai pengirim maupun
komunikasi dua arah. penerima pesan dalam komunikasi di dunia
Hampir di semua website parpol tidak maya. Fleksibilitas pemanfaatan media sosial
tersedia forum yang memungkinkan tidak dibatasi oleh status status sosial, ekonomi
komunikasi dua arah. Kalau pun tersedia, dan politik yang ada di masyarakat. Media
forum ini tidak dapat diakses. Facebook sosial memiliki kemampuan dalam kecepatan
dan Twitter yang digunakan oleh politisi menyampaikan pesan kepada khalayak atau
dan partai politik ternyata isinya hanya pengguna media sosial lainnya karena
untuk menginformasikan hal-hal yang dukungan teknologi komunikasi yang mampu
baik-baik saja. Transaksi informasi yang menjangkau khalayak lebih luas dan lebih
terjadi didominasi oleh posting-posting cepat. Keunggulan ini meminggirkan
yang disampaikan oleh simpatisan parpol pemberitaan media massa arus utama, yang
atau politisi. Politisi dan partai politik memerlukan proses panjang dan verifikasi
sekadar latah menggunakan jejaring sosial keseimbangan informasi dari sumber pesan
untuk berinteraksi. Media sosial masih yang dipercaya. Stratifikasi politik yang
dimanfaatkan sebagai media kampanye, melekat pada pengguna media sosial berkaitan
belum interaktif, belum aspiratif. Padahal pula dengan perbedaan dalam menyikapi
media sosial memiliki potensi sebagai informasi yang diterima namun memiliki
sarana untuk mendengarkan suara kesamaan dalam mendukung upaya pendidikan
masyarakat. politik untuk mencapai tujuan yang telah
Di era interaktif digital, produksi ditetapkan yakni mengembangkan literasi
pesan dan citra politik malah justru menjadi digital warga negara. Saran dalam penelitian
hal yang rawan untuk "diganggu". Pelaku ini adalah kemudahan penggunaan media
politik harus mempertimbangkan kemungkinan sosial seharusnya sejalan dengan upaya
bahwa pesan-pesan mereka akan dimodifikasi memberikan informasi yang benar, tidak
oleh pihak lain ketika pesan tersebut mengabaikan etika dan kebenaran informasi
disampaikan melalui media sosial. Lingkungan sebelum dipublikasikan atau diteruskan kepada
media digital tidak menghargai integritas khalayak sebagai pengguna media sosial.Hal
informasi: ketika informasi itu sudah ini sebagai upaya untuk memberika pendidikan
dipublikasikan secara online, maka siapa pun politik yang baik. Dalam hal keluasan
bebas untuk memodifikasinya. jangkauan, media sosial seharusnya
PENUTUP dimanfaatkan untuk membangun jaringan
komunikasi politik yang memberikan wawasan

376
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

dan edukasi positif tentang politik dalam DAFTAR PUSTAKA


kehidupan bernegara yang berkeadilan. Ikatan
APJII, (2017). Infografis Penetrasi &
stratifikasi politik yang melekat diantara
Perilaku Pengguna Internet
pengguna media sosial, selayaknya digunakan
Indonesia 2017. Jakarta: Asosiasi
untuk membangun prinsip keterbukaan
Penyelenggara Jasa Internet
komunikasi demi untuk mencapai masyarakat
Indonesia
informasi yang demokratis. Inilah yang
dimaksud dengan literasi politik digital warga Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
negara. Implikasi penelitian media sosial ini Penelitian. Jakarta: PT. Rineka
adalah, penggunaan media sosial harus Cipta.
mematuhi regulasi pemerintah. Pada konteks
Mulyana, Deddy.2002 Metodologi Penelitian
ini, dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
Kualitatif. Bandung : PT Remaja
pendekatan posivistik untuk mengetahui
Rosdakarya
perilaku pengguna media sosial secara
obyektif. Dalam aspek hubungan antar Kurniawati, J dan Baroroh, S. (2016).
manusia dalam penyampaian dan penafsiran Literasi Media Digital Mahasiswa
pesan, dapat dilakukan penelitian dengan Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
pendekatan kritis, untuk mengeksplorasi JKM, Vol. 8 (2)
konteks dan suasana sosial-budaya, ekonomi
Kartono,K. 1996. Pendidikan Politik. Mandar
dan politik di lingkungan pengguna media
Maju. Bandung
sosial. Implikasi lain adalah upaya
menggunakan media sosial untuk membangun
Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian
literasi politik dengan menyebarkan pesan
Kualitatif. Bandung: Remaja
penguatan kelompok, perlu penelitian lanjutan
Rosdakarya
yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme untuk mengkaji realitas yang
Nasrullah, R. (2017). Media Sosial: Perspektif
sengaja dibentuk oleh para pengguna media
Komunikasi, Budaya, dan
sosial dalam mencari dukungan politik yang
Sosioteknologi. Bandung: Remaja
menggunakan cara dan metde yang tepat,
Rosdakarya.
terutama dalam upayanya memberikan
pendidikan politik demi tercapainya warga
Prasetya, A.B. (2013). Kiprah New Media
negara yang paham dan sadar sebagai
dalam Percaturan Politik di Indonesia.
pengguna media sosial.
Bandung: Sosiohumaniora Vol. 15 (3):
232-238.

377
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Untirta
Vol. 2, No. 1, 2019, hal 369-378

Pratiwi, N dan Pritanova, N. (2017).


Pengaruh Literasi Digital terhadap
Psikologis Anak dan Remaja.
Jurnal Semantik. Vol 6, (1). 11-24

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

________. 2017. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Cetakan ke-25. Bandung : Alfabeta.

Chavez, Jonathan. 2012. #Fail: The


Misuse of Social Media Campaign
in the 2012 US Presidential
Campaign.
http://www.tcd.ie/policyinstitute/assets/p
df/PL_Chavez_Ma
rch12.pdf, diakses 22 April 2019

378

You might also like