Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Berisiko Siswa Di Kota Jambi: Risk Behavior On Students Jambi
Perilaku Berisiko Siswa Di Kota Jambi: Risk Behavior On Students Jambi
Perilaku Berisiko Siswa Di Kota Jambi: Risk Behavior On Students Jambi
ABSTRACT
INTRODUCTION Risk behaviors are among student has been a problem in the field of
health. The risk behavior including sexual behavior, smoking, drug abuse, bullying.
METHOD This study aims to determine how many risk behaviors that had occured and other
forms of risk behavior anything ever done by students. The study population was taken with
purposive random sampling technique, the characteristics of which students (including smokers,
active sexual behavior, drug users) aged 12-21 years. The sample of this research were 518
responden. Analysis of the data will be used using descriptive analysis.
RESULTS The research findings show risk behavior has occurred in the school environment.
Sexual behavior such as dating, holding hands, hugging, cheek and lips kissing, rubbing breasts
and genitals, oral sex, sexual intercourse is a form existiong in student life. Resources porn
more easily accessible for students, such as the internet, mobile phones/ gadgets, and peer
group. Drug abuse and smoking occurs due to peer preasure. The elementary school is the first
time students smoking and drug abuse. The incidence of risk behavior are more prevalent in the
home and schools, because of the lack of parental supervision and the environment.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS Risk behavior has become a part of
student life. Schools and government should work together to develop policies regarding the
preparation of healthy school standard based physical and psychological dimensions.
Pendahuluan
Perilaku beresiko merujuk pada semua minum-minuman keras, merokok dan
perilaku yang dapat membahayakan aspek kekerasan. Pembentukan identitas diri bagi
psikososial dari perkembangan remaja. setiap remaja menjadi salah satu alasan
Setiap perilaku beresiko tersebut saling yang mendorong terjadinya perilaku
mempengaruhi atau tidak terpisah satu berisiko. Hal ini dijelaskan Erikson sebagai
dengan yang lainnya (Jessor, 1991). upaya pembentukan identitas (identity
Pembahasan mengenai perilaku versus identity confusion) (Santrock, 1995;
beresiko tidak terlepas pada kemungkinan Desmita, 2006). Remaja yang memiliki
seberapa besar seseorang terlibat dalam identitas diri positif disebut sebagai remaja
masalah yang berkaitan dengan kesehatan yang mampu melakukan penyesuaian
seperti penyakit HIV/ AIDS, kecanduan dengan perubahan-perubahan dalam diri
zat atau penggunaan obat-obatan terlarang, maupun dari luar, misalnya perubahan
biologis, pola berpikir, status dan peran Secara empiris, informasi mengenai
sosial. perilaku berisiko ini tidak mudah diakses
Perubahan - perubahan dalam oleh setiap orang, termasuk orangtua siswa.
perkembangan remaja akan mendorong Artinya informasi mengenai seberapa
hadirnya peran-peran baru dan status banyak kejadian perilaku beriko dan apa
kedewasaan bagi remaja. Peran-peran saja bentuk-bentuknya yang terjadi,
tersebut harus didapatkan dengan cara yang sebenarnya masih belum bisa teridentifikasi
baik, yang akhirnya bertujuan untuk dengan baik. Sebagian besar sekolah masih
mendapatkan identitas positif. Apabila beranggapan bahwa kejadian perilaku
suatu identitas dipaksakan pada remaja, berisiko ini merupakan aib yang bisa
dan remaja tidak mampu mencapainya merusak reputasi sekolah sehingga akan
maka kebingungan identitas akan terjadi. mempengaruhi minat calon siswa untuk
Kondisi demikian yang seringkali menjadi bersekolah disana. Padahal informasi
peristiwa pencetus bagi remaja untuk mengenai gambaran umum perilaku
melakukan perilaku berisiko. berisiko ini sangat penting sebagai dasar
Steinberg (2002) dan Ogden (2002) untuk menyusun program penanggulangan
menjelaskan bahwa banyak remaja yang penyebab dan dampak terjadinya perilaku
berproses untuk mencapai identitas diri berisiko, yang pada akhirnya dampak dari
dengan mencoba menggunakan zat adiktif, kejadian perilaku berisiko bisa dicegah.
guna untuk memperoleh perilaku dan ide Dampak perilaku berisiko bagi siswa
baru agar mendapatkan pengakuan. Alasan disekolah sebenarnya telah banyak
remaja yang mencoba merokok pertama menyebabkan korban jiwa. Salah satu kasus
juga dilatarbelakangi oleh tuntutan yang terjadi diberitakan oleh media Tribun
pencapaian identitas oleh teman sebaya Jambi (2011), dengan topik “Pisau nempel
(Komalasari dan Helmi, 2000). Seks bebas di Punggung David”. Kejadian ini
yang terjadi diantara remaja juga didasari mengakibatkan salah satu siswa SMA 2
oleh pemahaman yang salah dari para Mei Jambi tewas ditikam oleh adik
pelaku bahwa hubungan seksual yang kelasnya. Sisi lain, kasus Yuyun selaku
terjadi merupakan tanda dari status siswi SMPN 15 Kecamatan Padang Ulak
kedewasaan (Nursal, 2008). Tanding yang diketahui telah menjadi
Perilaku berkelompok (nge-gank) korban pemerkosaan dengan pembunuhan
karena adanya konformitas kelompok oleh 14 tersangka yang masih berstatus
teman sebaya juga bertujuan untuk anak-anak dan remaja. Pemerkosaan
mendapatkan pengakuan, sehingga apa saja dengan pembunuhan tersebut terjadi karena
bentuk perilaku yang berkaitan dengan para pelaku sering menonton porno, dan
kepentingan kelompok akan mereka minum-minuman keras (Liputan6.com,
lakukan dengan sengaja (Hurlock, 1996), 2016). Hal lain yang melatarbelakangi
termasuk melakukan perilaku bullying praktik prostitusi yang melibatkan siswi
(American Medical Association, 2002). SMA di Bogor juga dikarenakan bahwa
Pada umumnya, fenomena perilaku kebanyakan pelaku kecewa dengan pacar
berisiko telah terjadi pada sebagian besar sehingga mendorong pelaku untuk
siswa di lingkungan sekolah. Setiap sekolah berprofesi sebagai pekerja seks komersil
telah berupaya untuk mengidentifikasi (PSK) (Liputan6.com, 2016).
bentuk-bentuk perilaku berisiko melalui Kasus- kasus yang berkaitan dengan
catatan buku bimbingan konseling. Namun perilaku berisiko ini sebenarnya telah
pencatatan hanya berlaku pada siswa-siswa menunjukkan bahwa informasi mengenai
yang tertangkap tangan berperilaku buruk kejadian perilaku berisiko diperlukan
saja, bukan sebagai gambaran umum sebagai upaya pencegahan, khususnya yang
ataupun profil sekolah mengenai perilaku berdampak korban jiwa. Artinya sekolah
berisiko setiap siswa di sekolah. sebaiknya juga memiliki gambaran umum
(8,68%), hubungan seks (9,90%). Hal ini Waktu menggunakan narkoba yang
selengkapnya bisa dilihat pada tabel 7. memiliki persentase tertinggi yaitu saat
Hubungan seks yang dilakukan oleh berkumpul dengan teman (2,12%), ada
siswa yaitu dengan pacarnya sendiri masalah/ stres (0,96%), dan tidak tentu
(8,10%), teman dekat (0,57%), dan pekerja (1,15%). Lokasi menggunakan narkoba
seks komersial (1,15%). Adapun tempat yaitu rumah (1,35%), karaoke (1,35%),
untuk melakukan seks yaitu rumah sendiri diskotik (1,15%), dan lainya seperti warung
(2,12%), tempat kost (1,35%), hotel sekolah (0,57%). Sumber dana untuk
(2,12%), rumah teman (2,50%), semak- membeli narkoba yaitu uang jajan (2,12%),
semak (1,73%). Alasan untuk melakukan diberi teman (1,15%). Informasi tentang
hubungan seks yaitu dikarenakan rasa bahaya narkoba telah diketahui oleh siswa
sayang/cinta (5,21%), janji dinikahi yaitu HIV/AIDS (31,85%), gangguan
(0,29%), coba-coba (3,47%), ketagihan kejiwaan (29,15%), kecanduan (42,85%),
(3,08%), nyaman dengan pasangan (1,73%) dan kematian (38,80%)
Bentuk perilaku seksual yang lain
dilakukan oleh siswa yaitu menonton porno Pembahasan
(53,08%) dan masturbasi/ onani (29,92%). Perilaku berisiko seperti bullying,
Tempat menonton porno yaitu rumah perilaku seksual, merokok dan penggunaan
sendiri (122,77%), rumah teman (16,21%) narkoba telah menjadi bagian aktivitas bagi
dan warnet (10,61%). Sumber porno yang siswa-siswi di sekolah Kota Jambi, baik
diterima oleh siswa yaitu televisi (43,62%), bagi siswa/i dari sekolah menengah pertama
internet (72,20%), handphone/gadget (SMP), sekolah menengah kejuruan (SMK)
(48,26%), radio (11%), VCD (41,11%), dan sekolah menengah atas (SMA).
film (58,88%), komik (33,20%), poster Perilaku berisiko juga tidak terjadi tunggal,
(26,25%), brosur/leaflet (18,14%), iklan namun berkaitan antara perilaku satu
koran (26,25%), teman (55,98%) dan dengan yang lainnya.
sumber lain (30,69%) (tabel 8). Siswa Bullying fisik, verbal dan mental/
melakukan masturbasi/ onani yaitu setiap psikologis merupakan perilaku bullying
hari (2,12%), seminggu 2 kali (3,47%), yang telah dilakukan oleh siswa/i. Hal ini
seminggu 1 kali (4,44%), dua minggu 1 kali sesuai dengan bentuk perilaku bullying
(2,50%), sebulan sekali (7,14%), dan jika menjadi hasil penelitian Rygby (1996) dan
lagi mood/ mau (10,23%). Alasan siswa Olweus (1993).
masturbasi/ onani yaitu coba-coba Hasil survey juga menunjukkan bahwa
(13,12%), ketagihan (3,66%), sensasi tipe pelaku yang diidentifikasi melalui
seksual (6,56%), hilang kecemasan survey ini yaitu tipe passive bully (ikut-
(1,93%), dan untuk merasakan rileks dan ikutan, lelucon, iseng, agar lebih akrab),
tenang (4,44%) dan tipe anxious bully (agar tidak
diremehkan dan sakit hati).
Perilaku penggunaan Napza Sisi lain yang menjadi perhatian dalam
Hasil survey diketahui bahwa 21 orang survey ini yaitu waktu pertama kali
siswa (4,05%) merupakan pengguna napza merokok yang dilakukan oleh siswa/i yaitu
serta sebanyak 18 orang (3,47%) siswa mulai sekolah dasar. Hasil survey ini
telah kecanduan narkoba. Sebanyak 30 berbeda dengan penelitian Komalasari dan
orang (5,79%) siswa pernah menggunakan. Helmi (2000) yang menemukan bahwa
Jenjang pendidikan terendah siswa sejak masa SMP menjadi masa waktu pertama
menggunakan narkoba yaitu SD (1,54%) kali merokok bagi siswa.
dan SMP (2,50%). Penyebab pertamakali Sebagian besar siswa/i mengetahui
menggunakan dikarenakan teman pengguna kandungan bahaya dari rokok seperti
(3,47%). nikotin dan tar, serta mengetahui penyakit
yang diakibatkan oleh rokok seperti
serangan jantung, kanker, gangguan yaitu di rumah sendiri, rumah teman dan
kehamilan, gangguan pernafasan, warung internet. Akhirnya dengan sumber
hipertensi, bronkhitis, dan impotensi, porno yang mudah diakses melalui televisi,
namun hal itu tidak menghentikan mereka internet, handphone/gadget, VCD, komik,
untuk merokok. Artinya pengetahuan poster bahkan iklan koran dan teman dapat
mengenai informasi bahaya rokok tidak mendorong siswa/i untuk melakukan
menjadi hambatan siswa/i untuk merokok. masturbasi/ onani. Alasan siswa/i untuk
Siswa membeli rokok dikarenakan masturbasi/onani dikarenakan ingin coba-
dorongan teman yang merokok dan coba, mencari sensasi seksual, bahkan
merasakan telah kecanduan. Oleh sebab itu karena ketagihan. Siswa/i melakukan
siswa/i akan senang hati membeli rokok masturbasi/ onani ketika lagi
dengan menggunakan uang jajan sendiri, moodnya/mau, bahkan ada yang hampir
ataupun menunggu diberi oleh teman. Jika setiap hari.
tidak memiliki uang untuk membeli rokok Hasil survey ini menunjukkan bahwa
maka siswa akan meminta orangtua, dan sebagian kecil siswa adalah sebagai
meminta dengan teman untuk mendapatkan pengguna narkoba yang telah kecanduan.
rokok. Sebenarnya siswa memiliki Penggunaan narkoba pertama kali yang
keinginan untuk berhenti merokok, alasan dilakukan oleh isswa yaitu di sekolah dasar.
yang dijelaskan yaitu ingin berhemat. Alasan siswa/i dalam menggunakan
Siswa/i untuk merokok hanya untuk narkoba dikarenakan teman-teman
merasakan rileks dan merasakan biasa saja menggunakan juga. Waktu menggunakan
jika tidak merokok sehari. narkoba yang paling tepat yaitu ketika
Perilaku seksual yang dilakukan oleh berkumpul dengan teman, saat mengalami
siswa/i di Kota Jambi sebenarnya telah stres, bahkan untuk unjuk kebolehan
memprihatinkan. Berawal melalui pacaran misalnya dalam acara sekolah. Rumah
dengan fungsi mencari teman interaksi dan merupakan lokasi yang paling tepat untuk
status/prestasi, dan rekreasi maka pacaran menggunakan narkoba, selain di diskotik
masih dianggap lumrah bagi sebagian dan tempat karaoke. Siswa/i dalam membeli
siswa/i di Kota Jambi. Bermula dengan narkoba yaitu dengan cara mengumpulkan
pegangan tangan, menggandeng, uang jajan, dan menunggu diberi teman.
mengenggam, berpelukan, berciuman pipi, Sebagian besar remaja mengetahui akan
berciuman bibir, mencium/ dicium leher, bahaya narkoba khususnya bahaya akan
mencium/dicium buah dada, memegang kecanduan yang mengakibatkan kematian,
daerah sensitif pacar, oral seks, hubungan hingga tertular HIV/AIDS.
intim adalah bentuk-bentuk perilaku seksual
yang telah menjadi aktivitas siswa/i. Kesimpulan
Hubungan seks yang dilakukan oleh siswa/i Berdasarkan teori, dan hasil penelitian
bukan hanya dengan pacarnya, namun bisa dapat disimpulkan bahwa :
dengan teman dekat, bahkan PSK. Lokasi 1. Kurangnya pengawasan orangtua, dan
melakukan hubungan seks yaitu rumah lingkungan sekolah menjadi salah satu
sendiri, tempat kost, hotel, rumah teman, resiko terjadinya perilaku berisiko
bahkan di semak-semak. Alasan melakukan 2. Sebagian besar siswa/i adalah pelaku
hubungan seks yaitu dikarenakan rasa dan korban perilaku bullying seperti
sayang/cinta, janji dinikahi, coba-coba bullying fisik, verbal, dan
bahkan karena ketagihan dan merasa telah mental/psikologis.
nyaman dengan pasangan. 3. Teman sebaya merupakan pelaku
Sisi lain, masturbasi/ onani dan utama bullying di sekolah
menonton porno merupakan bagian 4. Rumah sendiri merupakan lokasi
aktivitas seksual yang juga dilakukan oleh siswa/i untuk melakukan hubungan
siswa/i. Lokasi siswa/i menonton porno seks, menonton porno, dan
menggunakan narkoba.
5. Sekolah dasar merupakan waktu Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan.
pertama kali untuk merokok dan Bandung : Penerbit Rosdakarya
menggunakan narkoba.
6. Akses mendapatkan rokok, dan Jessor, R. (1991). Risk behavior in
narkoba oleh siswa/i yaitu teman adolescence: A psychosocial
sebayanya. framework for understanding and
7. Sebagian besar siswa/i telah action. Journal of Adolescent Health,
mengetahui bahaya narkoba dan rokok. 12, 597-605
8. Desakan teman sebaya mendorong
siswa untuk menggunakan narkoba dan Komalasari, D., Helmi, A. F. (2000).
merokok Faktor-faktor penyebab perilaku
9. Kemudahan akses informasi porno merokok pada remaja. Jurnal
menjadi pendorong aktivitas dan minat Psikologi, 28: 37-47. Universitas
siswa/i untuk berperilaku seksual aktif. Gadjah Mada Press
10. Perilaku seksual aktif telah menjadi
bagian aktivitas siswa/i seperti oral Nursal, D. G. A. (2008). Faktor-faktor yang
seks, dan hubungan intim. berhubungan dengan perilaku seksual
11. Resiko tertularnya HIV/AIDS bagi murid SMU Negeri di Kota Padang
siswa/i bukan hanya dari melakukan tahun 2007. Jurnal Kesehatan
hubungan seksual dengan pekerja Masyarakat. II (2), 175-180.
seksual, namun juga menggunakan
jarum suntik narkoba bergantian Ogden, J. (2000). Health Psychology: A
dengan teman sebayanya. Text Book. Second Edition
Buckingham, Philadephia: Open
Saran University Press.
1. Bagi pemerintah agar membuat
kebijakan mengenai penyusunan Santrock. (1995). Life Span Development
standar sekolah sehat berdasarkan (5th Ed). Medison : Wm. C. Brown &
dimensi psikologis. Benchmark, Inc
2. Bagi pihak sekolah agar dapat
bekerjasama dengan pihak terkait Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth Ed
dalam membuat program penyusunan ition. Boston: McGraw-Hill, Inc.
profil sekolah berdasarkan tinjauan
perilaku berisiko sehingga upaya Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja.
dalam menekan dampak perilaku dapat Jakarta : Rajawalipress
dilakukan secara komprehensif
3. Bagi peneliti lain, agar dapat Yayasan Semai Jiwa Amini. (2008).
menemukan dan mengembangkan Bullying : mengatasi kekerasan di
konsep prevensi dan intervensi dengan Sekolah dan lingkungan disekitar anak.
memperhatikan aspek psikologis Jakarta : PT. Grasindo
terkait dengan masalah yang diteliti.
Tribun Jambi. Pisau nempel di Punggung
David. Sabtu, 17 Desember 2011
Daftar Pustaka
American Medical Asocciation. (2002). Liputan6.com. Kronologi kasus kematian
Proceedings Educational Forum on Yuyun di tangan 14 ABG Bengkulu.
Adolescent Health Youth Bullying. Rabu, 04 Mei 2016
Copies are available at
www.amaassn.org/go/adolescenthealth