Professional Documents
Culture Documents
Case Study of Tapeworm On Cat Dan Tugas 13042020 Ses
Case Study of Tapeworm On Cat Dan Tugas 13042020 Ses
Divisi Patologi
Clinical sign
Adult cestodes in the intestine of dogs and cats rarely cause serious disease, and
clinical signs, if present, may depend on the degree of infection, age, condition,
and breed of host. Clinical signs vary from unthriftiness, malaise, irritability,
capricious appetite, and shaggy coat to colic and mild diarrhea; rarely,
intussusception or blockage of the intestine, emaciation, and seizures are seen.
terdapat korelasi antara gejala klinis yang ditunjukan hewan dengan perubahan
patologi pada organ tubuh hewan. Oleh karena itu pada saat kita melakukan
nekropsi, lebih baik apabila kita menanyakan gejala klinis yang ditunjukan oleh
hewan yang akan dinekropsi, maupun kejadian penyakit yang pernah dialami. Hal
itu yang disebut anamnesa.
pathological
clinical sign changes
Intussusception Enteritis
Malaise Enteritis
***Intussusception is a condition in which one segment of intestine "telescopes"
inside of another, causing an intestinal obstruction (blockage).
Although intussusception can occur anywhere in the gastrointestinal tract, it
usually occurs at the junction of the small and large intestines.
Pada saat nekropsi pengeluaran organ saluran cerna menjadi satu rangkaian , mulai
dari lidah pharyng, laryng, esophagus, lambung, usus halus dan terakhir usus besar
hingga rectum. Pancreas turut serta terbawa rangkaian saluran pencernaan karena
menempel pada usus halus duodenum.
Pada kasus kecacingan umumnya organ, mukosa bahkan otot terlihat pucat, hewan
tampak kurus, sehingga ototnya tipis dan terkesan lebih basah.
Seringkali ditemukan adanya edema subkutis, edema pada rongga abdomen dan
edema pada rongga dada serta paru paru..
Perhatikan keadaan alat penggantung usus , pada kasus ini terdapat lymphnode
yang membesar, bengkak, dengan palpasi terasa lebih kenyal. Pembuluh darah
tampak terisi darah hyperemik. Hal ini menunjukan bahwa telah terjadi siatu
aktifitas yang melibatkan suatu antigen pada daerah tersebut. Terdapat perbedaan
antara kasus infeksi dan tumor lymphoid. Pada tumor lymphoid pada umumnya
pembesaran sangat hebat dan melibatkan sebagian besar atau seluruh lympnode
tubuh seperti di daerah leher, paru paru dsb. Infeksi local mengakibatkan
pembemgkakan lymphnode pada daerah terbatas.
Insisi mengharuskan kita membuka lumen saluran cerna dan melihat apa yang
terdapat pada saluran tersebut, insisi dimulai dari esophagus, mengikuti
KURVATURA MAJOR terus dilakukan dengan hati hati.
Pada saat pembukaan ruang abdomen, sebelum pengeluaran organ saluran cerna,
pada bagian distal atau ujung bawah esophagus dilakukan pengikatan saluran cerna
dengan ikatan ganda. Lambung dipisahkan atau diangkat dari situ, esophagus
diangkat bersama saluran nafas dan paru. Dilakukan pengguntingan atau insisi
diantara 2 ikatan atau ikatan ganda tersebut.
Biasakan insisis lambung dilakukan perlahan sambil melihat isi lambung, terutama
pada kasus keracunan. Pada kasus kecacingan pada kucing ini setelah insisi tampak
lambung kosong tidak terisi makanan, menandakan hewan tidak makan selama
beberapa waktu menjelang kematian. Ditemukan eksudat mucus yang lengket dan
beberapa gelembung udara pada eksudat tersebut. Gelembung dapat terbentuk
antemortem akibat aktifitas koloni bakteri atau post postmortem juga akibat
aktifitas bakteri. Terdapat focus hemoragi dengan luasan terbatas.
Saluran cerna bagian usus menunjukan 2 bentuk perubahan patologi mulai dari
pangkal duodenum hingga sebagian ileum mukosa usus berwarna merah, ditutupi
eksudat mucus bercampur darah, dan pyogenic, ada juga ditemukan potongan
tubuh cacing dewasa. Selanjutnya sebagian ileum dan jejunum berwarna putih ,
pada lumen banyak terdapat cacing pita dewasa dengan jumlah bayak. Setelah
cacing dikoleksi dan lumen mucus dibersihkan tampak pada permukaan usus
banyak terdapat bintik perdarahan. Kemungkinan besar bintik perdarahan tersebut
adalah bekas tempat scolex mencantolkan kaitnya sehingga terbentuk hemorhagi
milier. Pada colon dan rectum tidak ditemukan tubuh cacing dewasa atau
proglotidnya.
Secara histopatologi ditemukan reaksi radang pada submukosa usus, adanya larva
cestoda, adanya hemoragi. Pendarahan terjadi mulai lapis propria sampai sub
mukosa
Stool atau feses yang ditemukan pada colon dan rectum konsistensinya encer,
warnanya kekuningan karena diwarnai stercobilin secara normal.
Kejadian enteritis hemoragis pada usus halus yang merupakan tempat terjadinya
proses penyerapan nutrisi/ sari makanan , menyebabkan kehilangan unsur nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh hewan. Hewan dapat mengalami malnutrisi dan dapat
berlanjut mejadi perubahan patologi pada system organ lainnya. Hewan
menunjukkan gejala pucat anemis pada kasus kecacingan ini.
Limpa kucing secara inspeksi terlihat pucat pada satu bagian ujungnya dan
bengkak, sementara bagian ujung lainnya berwarna merah gelap terdapat
hemoragi. Hal ini dapat disebabkan akibat respon adanya antigen dalam tubuh
kucing yaitu adanya cacing pita yang mungkin menyebabkan penyakit tambahan
lainnya, misalnya infeksi bakteri termasuk enterobacteriaceae dan pneumonia.
Perubahan pada organ lain yang ditemukan pada kasus kecacingan pada kucing ini
adalah pneumonia pada paru kucing, secara inspeksi paru berwarna merah belang,
konsistensi Kenyl , terdapat bagian yang lebih terasa padat, pada insisi jaringan
paru terlihat merah dan padat. Uji apung menunjukan semua jaringan paru
tenggelam dalam air. Artinya telah terjadi pneumonia alveolaris.
Kematian kucing pada kasus ini disebabkan oleh pneumonia yang meluas, tampak
pneumonia alveolaris terjadi hampir pada seluruh lobus paru.
1. Pathology online
2. CDC
3. UC Davis