Professional Documents
Culture Documents
Profits Analysis of Business Craft Plaiting Water Hyacinth South Amuntai Sub-District Kabupaten Hulu Sungai Utara
Profits Analysis of Business Craft Plaiting Water Hyacinth South Amuntai Sub-District Kabupaten Hulu Sungai Utara
(Profits Analysis Of Business Craft Plaiting Water Hyacinth South Amuntai Sub-District
Kabupaten Hulu Sungai Utara)
Arief Hidayatullah
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
ABSTRACT
Water hyacinth plants in its development began to be utilized existence as a one ingredient that
can be used as raw material for handicrafts. With a lightweight texture daunyang rod and pliable after
drying, making the leaves of water hyacinth can be twisted or plaited into shapes so that the craft that
is economically feasible. This study has the purpose of (i) knew of the cost, revenue, income, and
profits from woven water hyacinth handicraft business, (ii) determine the breakeven point (Break
Event Point) from woven water hyacinth handicraft business and (iii) understand the problems faced in
woven water hyacinth handicraft business. Dulan study conducted from July to September 2010, using
a sampling method in this study carried out directly on the an industry that has special characteristics
and can be considered quite representative (purposive sample) in each district as the place to study the
District of South Amuntai. The results on woven water hyacinth handicraft business for a period of
average total cost of Rp3.348.035, 00 per person craftsman or USD 7440.43 per unit, receiving an
average of Rp 12,525,000.00 per person craftsman or Rp23 .888,89 per unit. The average profit earned
per person craftsmen of Rp 9,176,965.00 per period, or USD 16,448.46 per unit and for the average
income of Rp 10,015,225.00 per person craftsman or USD 18,733.43 per unit. The breakeven point
(Break Event Point) on woven water hyacinth handicraft business for a period is reached on the sale or
receipt of Rp 1,120,317.00 and the volume of fruit production by 52.11 or units.
Keywords: water hyacinth, cost, revenue, revenue, profits, breakeven point (break event point)
disekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai bahan keuntungan dari industri anyaman
baku kerajinan. eceng gondok.
Memanfaatkan eceng gondok yang - Untuk mengetahui titik impas (Break
bisa didapatkan dengan mudah serta murah ini Event Point) industri anyaman enceng
serta pengelolaan yang sederhana dan gondok.
keterampilan yang memadai akan didapatkan - Untuk mengetahui permasalahan
suatu jenis kerajinan yang bernilai ekonomis, yang dihadapi pada usaha kerajinan
baik dan layak sebagai salah satu usaha untuk anyaman enceng gondok di
memenuhi kebutuhan hidup. Kecamatan Amuntai Selatan.
Penelitian ini diharapkan berguna
Perumusan Masalah bagi peneliti sendiri dan pengrajin dalam
Banyak orang yang semula tidak mengembangkan usaha kerajinan
berfikir untuk memanfaatkan tanaman yang anyamannya serta sebagai bahan
dianggap pengganggu seperti eceng gondok pertimbangan pemerintah untuk
bahkan pemerintah berusaha menekan pengembangan agribisnis yang akan datang.
penyebaran tanaman ini agar tigak
mengganggu biota-biota ataupun kehidupan METODE PENELITIAN
lainnya. Tetapi dengan pengelolaan yang tepat
dan proses pembuatan kerajinan yang tidak Tempat dan Waktu Penelitian
sulit akan didapatkan suatu bentuk lain Penelitian ini dilaksanakan pada
yang bernilai ekonomis terhadap tanaman industri kerajinan anyaman eceng gondok di
yang semula diremehkan orang tersebut. Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten Hulu
Kerajinan eceng gondok memang Sungai Utara. Waktu penelitian direncanakan
bukan suatu komoditas andalan, tetapi dengan dari bulan Juli 2010 sampai Agustus. Mulai
pengelolaan yang naik dan pemasaran yang tahap persiapan, pengumpulan data,
tepat akan didapatkan keuntungan yang pengolahan data sampai penulisan laporan.
menjanjikan bila kita menerjuni usaha ini
sehingga dalam pelaksanaannya timbul Data dan Sumber Data
adanya beberapa permasalahn diantaranya Data yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut : ini berupa data primer dan data sekunder.
Berapa besar biaya yang dikeluarkan, Data primer diperoleh dengan cara
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh wawancara langsung denagn pengrajin
sehingga dapat diketahui keuntungannya. responden. Wawancara tersebut berpedoman
Pada penjualan dan volume produksi pada daftar pertanyaan yang telah disediakan.
berapakah Industri anyaman enceng gondok Data sekunder diperolah dari beberapa dinas
mencapai titik impas (Break Event Point). atau instansi terkait yang ada berkaitan dengan
Apa saja yang menjadi permasalahan penelitian ini serta dari beberapa literatur yang
pada usaha kerajinan anyaman enceng gondok mampu menunjang dan berhubungan dengan
di Kecamatan Amuntai Selatan. penelitian ini.
(Sample purposif) pada tiap Kecamatan yang Tci : Biaya implisit total (Rp per periode)
menjadi tempat penelitian yaitu Kecamatan Xij : Kumpulan input/ faktor produksi
Amuntai Selatan yang terdapat 2 unit usaha implisit ke-j (unit)
yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Pxij : Harga per unit input implisit ke-j (Rp
per unit)
Analisis Data J : 1, 2, 3, n
Untuk mengetahui struktur biaya,
penerimaan, pendapatan dan keuntungan Besarnya penerimaan total dapat
perusahaan dilakukan analisis terhadap data dihitung dengan mengalikan jumlah produksi
yang diperoleh dangan cara tabulasi. dengan harga satuannya. Secara matematis
Besarnya biaya yang dilakukan dapat dapat dirumuskan sebagai berikut :
dilihat dari biaya total yang merupakan hasil TR = Y . Py
penjumlahan dari seluruh biaya tetap dan biaya Dimana :
variabel. Secara matematis dinotasikan sebagai TR = Total Revenue / penerimaan total (Rp)
berikut : Py = Harga output (Rp)
TC = FC + VC Y = Jumlah output (Rp)
Dimana :
TC = Total Cost / Biaya Total (Rp) Untuk menghitung pendapatan dari
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp) usaha kerajinan anyaman enceng gondok
VC = Variable Cost / Biaya variabel (Rp) selama satu periode, dapat dihitung dengan
Selain itu pula pembiayaan total digunakan rumus:
perhitungan biaya eksplisit dan impli sit yaitu F! = TR – Tce
digunakan rumus: Dimana:
TC = TCe + TCi FI : Pendapatan (Rp)
Dimana: TR : Penerimaan (Rp)
TC : Biaya total (Rp per periode) Tce : Biaya eksplisit (Rp per periode)
TCe : Biaya eksplisit total (Rp per
periode) Untuk mengetahui besarnya
Tci : Biaya implisit total (Rp per periode) keuntungan selama periode-periode satu
tahun digunakan rumus sebagai berikut :
Untuk menghitung total biaya eksplisit .J1= TR–TC
digunakan rumus: Dimana :
Tee = Xei . Pxei JTI = Keuntungan
Dimana: TR = Total Revenue / penerimaan Total (Rp)
Tce : Biaya eksplisit (Rp per periode) TC = Total Cost / biaya total (Rp)
Xei : Kumpulan input/ faktor produksi
eksplisit ke-I (unit)
Pxei : Harga per unit eksplisit ke-I (Rp per
unit) Perhitungan biaya penyusutan barang
I : 1, 2, 3, n dan modal tetap selama satu periode dalam
usaha kerajinan anyaman enceng gondok
Untuk menghitung total biaya implisit adalah:
digunakan rumus: Na–Ns
Tci = Xij . Pxij Du = Up x L e
Dimana: Dimana:
319
ZIRAA’AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman 315-325 ISSN 1412-1468
Tabel 3. Biaya Implisit Rata-Rata Pada Usaha Kerajinan Anyaman Enceng Gondok Di Kecamatan
Amuntai Selatan.
No. Biaya Implisit Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)
1. Biaya TKDK 750.000 89,47
2. Biaya bunga modal 88.260 10,53
Jumlah 838.260 100
Tabel 9. Keuntungan rata-rata pengrajin responden anyaman enceng gondok di Kecamatan Amuntai
Selatan
Penerimaan Biaya total Keuntungan
No
rata-rata (lip) rata-rata (lip) rata-rata (lip)
1. 12.525.000 3.348.035 9.176.965
Jumlah 9.176.965
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer
Titik Impas (Break Event Point) kerajinan anyaman enceng gondok selama
Analisis titik impas adalah suatu tiga bulan menurut volume produksi sebesar
analisis ekonomi yang mengetahui terjadinya 52,11 buah, dan dilihat dari jumlah
titik impas atau kembalinya modal usaha, penerimaan atau hasil penjualan adalah
diartikan suatu usaha tidak mengalami sebesar Rp 1.120.317,-.
kerugian tidak pula memperoleh keuntungan.
Titik keseimbangan biasanya dinyatakan Permasalahan Yang Dihadapi Usaha
dengan grafik, karena tidak hanya Kerajinan Anyaman Enceng Gondok
menumjukkan tidak untung dan tidak rugi, Di Kecamatan Amuntai Selatan
tapi juga menunjukkan kemungkinan yang Permasalahan yang dihadapi oleh
berhubungan dengan perubahan biaya atau pengrajin anyaman enceng gondok adalah
hasil penjualan. permasalahan yang umumnya juga dihadapi
Dengan titik impas, para pelaku usaha dapat atau dialami oleh industri rumah tangga dan
mengambil keputusan dalam menentukan industri kecil lainnya.
tingkat produksi atau volume penjualan agar Permasalahan tersebut antara lain:
keuntungan diharapkan dapat dicapai. Nilai
titik impas yang dapat dilihat dari usaha
324
ZIRAA’AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman 315-325 ISSN 1412-1468
Gumbira, Said E. 2001. Manaj amen Agribisnis. Sigit, S. 1979. Analisa Break Event Point.
Ghalia Indonesia. Jakarta. Pendidikan Ahli Administrasi
Perusahaan (PAAP) FEKON UGM.
LEMHANNAS. 1997. Pembangunan Nasional. Yogyakarta.
PT. Balai Pustaka. Jakarta. Mubyarto.
1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Syamsuddin, L. 1992. Manajemen Keuangan
LP3ES. Jakarta. Perusahaan. Raja Wali Press. Jakarta.