Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

HUBUNGAN INFEKSI CACING USUS TERHADAP ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA SISWA

SEKOLAH DASAR KELAS V DAN VI DI DESA DASAN LEKONG KECAMATAN SUKAMULIA


KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2011

Zunnurul Hayati, Joko Anggoro, Eka Arie Y.


Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Abstract

The Background. Worm infection is a gastrointestinal disease that is characterized by the discovery of
worms, worm eggs or larvae on someone which is the prevalence in Indonesia is still relatively high, especially
in elementary school children. Worm infection often associated with the incidence of iron deficiency anemia is
due to chronic bleeding.
The Research Purposes. The purpose of this study was to determine the relationship of intestinal worm
infections toward iron deficiency anemia in fifth and sixth grade elementary school student in the village of
Dasan Lekong Sukamulia East Lombok District in 2011.
Research Methods. This research was observationalstudy, with study design was cross sectional design.
Research subjects were elementary school students in classes V and VI Dasan Lekong Village East Lombok
District Sukamulia and willing to participate in the study. The subjects selected by Simple Random Sampling.
Collecting data using a questionnaire, stool examination by direct methods, levels of hemoglobin and
erythrocyte indices through a complete blood count. Data collected and presented in tabular/descriptive form.
The Result and Conclusion. This study showed that there was no significant association between worm
infection with the incidence of iron deficiency anemia in student of elementary school classes V and VI in the
Village District Dasan Lekong Sukamulia East Lombok (p=0.091).
Keyword:Worm infection, iron deficiency anemia, elementary school children.

Abstrak

Latar Belakang. Kecacingan adalah suatu penyakit gestrointestinal yang ditandai dengan ditemukannya
cacing, telur, atau larva cacing pada seseorang yang prevalensinya di Indonesia masih tergolong tinggi,
terutama pada anak sekolah dasar. Kecacingan seringkali dihubungkan dengan kejadian anemia defisiensi
besi salah satunya akibat perdarahan menahun.
Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi cacing usus terhadap
anemia defisiensi besi pada siswa sekolah dasar kelas V dan VI di Desa Dasan Lekong Kecamatan
Sukamulia Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011.
Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, analitik dengan pendekatan secara
cross sectional. Subjek penelitian adalah siswa sekolah dasar kelas V dan VI di Desa Dasan Lekong
Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Subjek
penelitian dipilih dengan cara Simple Random Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner, pemeriksaan feses dengan metode langsung, kadar hemoglobin dan indeks eritrosit melalui
pemeriksaan darah lengkap. Data dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan
bantuan.
Hasil dan Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kecacingan dengan kejadian anemia defisiensi besi pada anak SD kelas V dan VI di Desa Dasan Lekong
Kecamatan Sukamulia Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011 (p = 0,091).
Kata kunci :Kecacingan, anemia defisiensi besi, anak sekolah dasar.

Pendahuluan (Necator americanus dan Ancylostoma


Di Indonesia masih banyak penyakit yang duodenale)1.Cacingan ini dapat
merupakan masalah kesehatan, salah satu mengakibatkan menurunnnya kondisi
diantaranya ialah cacing perut yang kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
ditularkan melalui tanahatau disebut soil penderitanya sehingga secara ekonomi
transmitted helminthesyakni Cacing gelang banyak menyebabkan kerugian, karena
(Ascaris lumbricoides), Cacing cambuk menyebabkan kehilangan karbohidrat dan
(Trichuris trichiura), dan Cacing tambang protein serta kehilangan darah, sehingga

3
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penelitian tentang anemia di Indonesia
Upaya pemberantasan dan pencegahan masih difokuskan pada balita dan ibu hamil,
penyakit cacingan di Indonesia harus karena sasaran prioritas dan program secara
dilakukan terlebih jika melihat prevalensi nasional mencakup sasaran akhir, yaitu
cacingan di Indonesia pada umumnya masih penurunan angka kematian ibu dan
2
sangat tinggi . perbaikan malnutrisi pada anak.Kelompok
Di Indonesia, angka nasional prevalensi remaja dan anak usia sekolah yang
kecacingan pada tahun 1987 sebesar 78,6% merupakan generasi penerus bangsa jarang
masih relatif cukup tinggi.Sejak tahun 2002 mendapat perhatian, padahal kelompok ini
hingga 2006, prevalensi penyakit kecacingan menjadi semakin penting dimana mereka
secara berurutan adalah sebesar 33,3%, menjadi bagian terbesar penduduk Indonesia
3 6
33,0%, 46,8%, 28,4% dan 32,6% .Hasil .Prevalensi anemia defisiensi besi pada
Survei Subdit Diare pada tahun 2002 dan anak usia sekolah sebesar 25-35%. Nilai
2003 pada 40 sekolah dasar di 10 provinsi persentase tersebut termasuk kategori
menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2- sedang yang perlu segera ditindaklanjuti 7.
96,3% 2. Anemia kurang besi juga dipengaruhi oleh
Kabupaten Lombok Timur merupakan konsekuensi dari infeksi kecacingan dengan
salah satu provinsi yang menjadi target hilangnya darah secara kronis.Infeksi
pemberantasan dan pencegahan cacingan kecacingan pada manusia baik oleh cacing
karena mengingat prevalensinya yang masih gelang, cacing cambuk maupun cacing
cukup tinggi serta jangkauannya yang masih tambang dapat menyebabkan pendarahan
belum merata. Angka cacingan berdasarkan yang menahun yang berakibat menurunnya
hasil pemeriksaan tinja pada survei cacingan cadangan besi tubuh dan akhirnya
anak sekolah dasar di Desa Sakra dan menyebabkan timbulnya anemia kurang besi
4
Keruak pada tahun 2009 adalah 63,2% dan .Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi
32,9%. Hal ini memperlihatkan bahwa belum kecacingan dapat disebabkan oleh adanya
semua kawasan di Kabupaten Lombok Timur lesi yang terjadi pada dinding usus juga oleh
pernah dilakukan survei untuk mengetahui karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri,
prevalensi cacingan tertutama pada anak walaupun ini masih belum terjawab dengan
sekolah dasar yang merupakan salah satu jelas termasuk berapa besar jumlah darah
target dalam pengupayaan pemberantasan yang hilang dengan infeksi cacing ini 8.
dan pencegahan cacingan 2. Pada daerah-daerah tertentu anemia gizi
Anemia merupakan masalah kesehatan diperberat keadaannya oleh investasi cacing,
yang paling sering dijumpai di seluruh terutama oleh cacing tambang.Penyakit
dunia.Diperkirakan 30%penduduk dunia yaitu kecacingan dan anemia gizi merupakan
sekitar 4,5 miliar menderita anemia dan masalah yang saling terkait dan dijumpai
sekitar 500 juta orang diantaranya diyakini bersamaan dalam suatu masyarakat, yaitu
menderita anemia defisiensi besi,terutama karena rendahnya sosialekonomi masyarakat
mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan dan sanitasi lingkungan yang sangat tidak
2,4,5
menyusui. . memadai sehingga memudahkan terjadinya

4
penularan penyakit infeksi terutama infeksi Sampling.Metode pengambilan data yakni
8
kecacingan . dengan kuesioner dan pemeriksaan
laboratorium (Tinja dan Darah).Pengolahan
Metodologi Penelitian data dilakukan secara analitik dengan teknik
Penelitian ini adalah penelitian analisis chi-square untuk mengetahui
observasional, analitik dengan rancangan hubungan antara variabel-variabel yang
penelitian cross sectional .Penelitian ini diteliti. Analisis yang digunakan untuk
dilakukan di SDN yang ada di Desa Dasan mengolah data-data yang diperoleh adalah
Lekong Kecamatan Sukamulia Kabupaten dengan menggunakan bantuan software
Lombok Timur yang terdiri dari 6 sekolah SPSS 17.
dasar.Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas V dan VI yang berjumlah 430 siswa Hasil Penelitian
dengan sampel penelitian sebanyak 65 1. Karakteristik Responden
siswa.Sampel yang digunakan dalam Pada penelitian, distribusi responden
penelitian ini adalah sampel yang memenuhi berdasarkan jenis kelamin yakni
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi berjumlah35 (53,8%) responden untuk jenis
meliputi siswa kelas V dan VI yang terdaftar kelamin perempuan dan 30 (46,2%)
secara resmi di SD terkait pada saat responden untuk jenis kelamin laki-laki.
dilakukan penelitian dan orang tuanya Sedangkan subjek penelitian berdasarkan
menandatangani informed consent. umur yakni masing-masing umur 10 tahun
Sedangkan kriteria ekslusi meliputi siswa yang berjumlah 9 (13,8%) responden, umur
yang tidak mengumpulkan kuesioner, siswa 11 tahun berjumlah 34 (52,3%) responden,
yang tidak ikut pemeriksaan laboratorium umur 12 tahun berjumlah 17 (26,2%)
dan siswa yang tidak hadir saat dilakukan responden, dan umur 13 tahun berjumlah 5
penelitian. Penentuan unit sampel dilakukan (7,7%) responden.
dengan caraSimple Random

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur


No Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 10 9 13,8
2 11 34 52,3
3 12 17 26,2
4 13 5 7,7
Total 65 100

5
2. Penyakit Kecacingan paling banyak menginfeksi adalah cacing
Adapun distribusi penyakit kecacingan cambuk (Trichuris trichiura) yakni sebanyak 9
dari 65 sampel yang telah diteliti yakni 16 (56,3%) responden dan cacing gelang
(24,6%) responden positif kecacingan dan 49 (Ascaris lumbricoides) sebanyak 7 (43,8%)
(75,4%) responden lainnya dinyatakan responden.
negatif kecacingan dengan jenis cacing yang

Tabel 2Distribusi jenis cacing


No Jenis cacing Frekuensi Persentase (%)
1 Ascaris lumbricoides 7 43,8
2 Trichuris trichiura 9 56,2
3 Necator americanus & ancylostoma duodenal 0 0
4 Campuran (AL & TT) 0 0
Total 16 100
*AL = Ascaris lumbricoides TT = Trichuris trichiura

3. Anemia Defisiensi Besi masing 3 (18,8%) orang berasal dari


Berdasarkan penelitian yang telah responden yang positif infeksi cacing dan
dilakukan terhadap 65 orang responden, sebanyak 2 (4,1%) orang berasal dari
didapatkan sebanyak 5 orang responden responden negatif infeksicacingsehingga
(7,7%) memiliki kadar hemoglobin kurang tidak didapatka hubungan yang bermakna
dari batas normal, dan dapat dimasukkan ke antara infeksi cacing dengan anemia
dalam kriteria anemia. Sedangkan sebanyak defisiensi besi (Fisher’s Exact Test = 0,091
60 orang responden (92,3%) memiliki kadar atau p >0,05).Sedangkan responden
hemoglobin dalam batas normal. yangtidak mengalami anemia sebanyak 13
(81,3%) orang pada responden yang
4. Hubungan Kecacingan dengan positifinfeksi cacing dan sebanyak 47
Anemia Defisiensi Besi (95,9%) orang pada responden yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan terinfeksi cacing.
5 (7,7%) siswa yang anemia yang masing-

Tabel 3 Hubungan kecacingan dengan anemia defisiensi besi

No Kejadian penyakit Anemia defisiensi besi


Total
Kecacingan Ya Tidak

1 Positif 3 18,8% 13 81,3% 16 100%

2 Negatif 2 4,1% 47 95,9% 49 100%

Total 5 7,7 % 60 92,3% 65 100%

6
Pembahasan mendapatkan hasil 37 (74%) siswa positif
Pada penelitian yang telah dilakukan, kecacingan dari 50 sampel sedangkan
distribusi responden berdasarkan jenis penelitian oleh L Zulhirsan (2011)
kelamin didapatkan frekuensi siswa mendapatkan hasil 46 (30,3%) siswa
perempuan yakni 35 (53,8%) respondendan dinyatakan positif terinfeksi cacing dengan
siswa laki-laki sekitar 30 (46,2%) responden subjek penelitian yakni semua siswa kelas 1
dengan usia hampir didominasi oleh siswa SDN Banyumulek Kecamatan Kediri tahun
usia 11 tahun yang berjumlah 34 (52,3%) 201112.
responden. Anemia defisiensi besi (ADB) dapat
Dari 65 sampel didapatkan hasil 16 didefinisikan sebagai suatu kondisi patologis
(24,6%) responden positif terinfeksi cacing pada salah satu komponen darah yakni
dengan jenis cacing yang paling banyak eritrosit, yang diakibatkan defisiensi
menginfeksi adalah cacing gelang(Ascaris besi.Keadaan ini selanjutnya menyebabkan
lumbricoides) dan cacing cambuk (Trichuris penyediaan besi untuk eritropoesis
trichiura) yang masing-masing berjumlah 7 berkurang, yang pada akhirnya
(44%) dan9 (56%)responden sedangkan menyebabkan penurunan jumlah masa
jenis cacing lainnya yakni cacing tambang eritrosit.Sehingga pada pemeriksaan
(Necator americanus & Ancylostoma laboratorium, didapatkan kadar hemoglobin
duodenal) maupun yang campuran (Ascaris (Hb) yang rendah. Selain itu juga akan
lumbricoides&Trichuris trichiura)tidak didapatkan keadaan hipokromik, yang
ditemukan. Pada penelitian lain mengenai ditandai dengan penurunan MCV, MCH dan
kecacingan yang dilakukan oleh L. Zulhirsan MCHC yang merupakan indikator yang
13
(2011) dan Dedek Manu (2011) juga sensitif untuk defisiensi besi .
mendapatkan hasil yang sama mengenai Hasil penelitian pemeriksaan darah yang
jenis cacing yang paling banyak dilakukan pada responden, sebanyak 5
didapatkanmelalui pemeriksaan feses.Hal ini (7,7%) orang responden menderita anemia
karena kedua jenis cacing yakni Ascaris yang ditandai dengan kadar
lumbricoides dan Trichuris trichiura memiliki hemoglobindanindeks eritrosit dibawah
cara infeksi dan temperatur optimal untuk normal. Dari 5 orang responden tersebut,
tumbuh hampir sama yaitu di daerah tropis sebanyak 3 (60%) orang responden berasal
dengan tingkat kelembaban cukup tinggi dan dari responden yang positif terinfeksi cacing
suhu berkisar antara 250C-300C 9,10,11. dan sebanyak 2 (40%) orang responden
Di Kabupaten Lombok Timur, persentase berasal dari responden yang negatif
angka cacingan pada anak sekolah dasar di terinfeksi cacing.
Desa Sakra dan Keruak pada tahun 2009 Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi
2
adalah 63,2% dan 32,9% . Selain itu, dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
penelitian oleh Buly Fatrahady (2007) dibagi menjadi 3 tingkatan: 1) Deplesi besi
mengenai prevalensi kecacingan di SDN (iron depleted state) yakni cadangan besi
Montong Buak desa Darmaji Kecamatan menurun tetapi penyediaan besi untuk
Kopang Lombok Tengah tahun 2007 eritropoesis belum terganggu; 2) Eritropoesis

7
defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) yang sama juga terjadi untuk jenis cacing
yakni cadangan besi kosong, penyediaan cambuk. Sedangkan jenis cacing gelang
besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi lebih sering dengan mengambil makanan
belum timbul anemia secara laboratorik; dan terutama karbohidrat dan protein 2, 3, 8.
3) Anemia defisiensi besi yakni cadangan Pada hasil penelitian, tidak didapatkan
besi kosong disertai anemia defisiensi besi infeksi cacing tambang tapi hanya cacing
13
. Pada penelitian, sejumlah besar gelang dan cacing cambuk sehingga untuk
responden tidak menderita anemia, namun bisa menyebabkan anemia dibutuhkan waktu
tidak menutup kemungkinan jika responden yang cukup lama atau infeksi kronis selain
tersebut masuk ke dalam tingkatan deplesi dipengaruhi hal lain yakni status besi tubuh
besi ataupun eritropoesis defisiensi besi dan gizi pejamu serta beratnya infeksi
sehingga secara laboratorik belum (jumlah dan jenis cacing dalam usus
menunjukkan anemia. penderita).
Untuk mengetahui kejadian anemia Pemeriksaan yang digunakan untuk
defisiensi besi antara responden yang mengetahui adanya infeksi cacing pada
terinfeksi cacing dengan responden yang penelitian ini adalah pemeriksaan tinja
tidak terinfeksi cacing, maka dilakukan uji dengan metode langsung. Pemeriksaan tinja
statistik dengan menggunakan uji chi-square. dengan cara ini memiliki kelemahan, yakni
Berdasarkan hasil analisa chi-square dengan metode ini kurang sensitif mendeteksi
confidence interval 95%, didapatkan nilai p keberadaan telur cacing sebab volume tinja
sebesar 0,091 (p>0,05), sehingga hipotesis yang diperiksa lebih sedikit sehingga
nol (H0) diterima yang artinya tidak ada terdapat tinja yang mengandung sedikit telur
hubungan yang bermakna antara kecacingan cacing bisa memberi hasil negatif.Selain itu,
dengan kejadian anemia defisiensi besi. penyebaran telur cacing pada feses yang
Beberapa teori mengungkapkan bahwa terinfeksi tidak merata. Hal ini dapat
untuk bisa menyebabkan anemia defisiensi berpengaruh pada hasil penelitian.Pada
besi oleh infeksi cacing dibutuhkan waktu pemeriksaan feses dalam penelitian ini
yang cukup lama atau infeksi cacing usus hanya digunakan beberapa milligram feses,
yang kronis melalui perdarahan menahun sehingga terdapat kemungkinan feses yang
dengan menghisap darah, mengganggu di gunakan tidak mengandung telur cacing.
absorbsi serta kehilangan besi, tergantung Pemeriksaan fesesyang
jenis cacing yang menginfeksi. Dari 3 jenis bersifatkualititafini akanmempengaruhi
cacing usus yang utama yakni cacing gelang penelitian mengenai hubungan infeksi cacing
(Ascaris lumbricoides), cacing cambuk dengan kejadian anemia defisiensi besi
(Trichuris trichiura) dan cacing tambang dimana interpretasi hasil pemeriksaan
(Necator americanus & Ancylostoma feseshanya berupa positif atau negatif
duodenal) yang paling sering menyebabkan terinfeksi cacing tanpa menentukan
anemia adalah cacing tambang karena jenis intensitas infeksi atau berat ringannya
cacing inidisamping mengambil makanan penyakit kecacingan dengan mengetahui
juga akan menghisap darah. Mekanisme jumlah telur per gram tinja (EPG) pada

8
setiap jenis cacing. Hal ini diperlihatkan ------------ Pedoman Umum Program
Nasional Pemberantasan Cacingan Di
denganlebih banyaknya siswa yang
Era Desentralisasi. Jakarta; 2004
positifinfeksi cacing tanpa disertai anemia 3. Sumanto D.Faktor Risiko Infeksi Cacing
Tambang pada Anak Sekolah (Studi
defisiensi besi dengan kemungkinan
Kasus Kontrol di Desa Rejosari,
responden baru terinfeksi cacing dan belum Karangawen, Demak). 2010 [cited 2011
Juni 20]. Available from:
mempengaruhi kadar Hb responden.
http://www.usus.co.id
4. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas.
Jakarta: EGC; 2006
Kesimpulan
5. Weiss G, Goodnough LT. Anemia of
Berdasarkan hasil penelitian dan Chronic Disease. Nejm. 2005; 352: 1011-
1023
pembahasan maka dapat disimpulkan
6. Mardika S.Hubungan Anemia Defisiensi
bahwa: Besi Dengan Tingkat Prestasi Belajar
Siswa SD di Kota Mataram Tahun 2008.
1. Dari 65 sampel yang diambil, prevalensi
Fakultas Kedokteran Universitas
cacingan yang ditemukan dari hasil Mataram; 2008
7. FAO/WHO.Vitamin and Mineral
pemeriksaan feses adalah 24,6%
Requirements in Human Nutrition. 2004
(sebanyak 16 responden yang terinfeksi [cited 2011 Juni 20]. Available
from:http://whqlibdoc.who.int/publications
cacingan) yangdidominasi oleh cacing
/2004/9241546123_chap13.pdf.
cambuk (Trichuris trichiura) yakni 9 8. Rasmaliah. Anemia Kurang Besi dalam
Hubungannya dengan Infeksi Cacing
(56%) responden.
pada Ibu Hamil.2008 [cited 2011 Juni
2. Dari 5 orang yang menderita anemia, 20]. Available: http://www.usu.com
9. Zulhirsan L. Status Gizi Anak Sekolah
kejadian anemia defisiensi besi lebih
Dasar Negeri Yang Terinfeksi
banyak pada responden dengan positif Kecacingan Di Banyumulek Kecamatan
Kediri. Fakultas Kedokteran Universitas
infeksi cacing dibandingkan dengan
Mataram; 2011
responden yang negatif terinfeksi cacing 10. Dedek M. Profil Kecacingan, Kadar
HemoglobinDan Gambaran Pemeriksaan
yakni masing-masing 3 (18,8%)
Apusan Darah TepiPada Perajin
respondendan 2(4,1%) responden. Gerabah Di Pengodongan Indah,
Banyumulek, Kediri, Lombok Barat.
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
Fakultas Kedokteran Universitas
antara infeksi kecacingan dengan Mataram; 2011
11. Gandahusada S. Parasitologi
anemia defisiensi besi pada siswa SD
Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta: Balai
kelas V dan VI di Desa Dasan Lekong Penerbit FKUI; 2004
12. Fatrahady B.Hubungan Antara
dengan p-value 0,091 lebih besar dari
Pengetahuan Anak SD Mengenai
0,05 (0,091> 0,05). Cacingan dengan Prevalensi cacingan
pada Anak SD di SDN Montong Buak
Desa Darmaji Kecamatan Kopang.
Daftar Pustaka Mataram: Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Mataram; 2007
1. FKUI.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran.
13. Bakta IM. Pendekatan Terdahap Pasien
Edisi IV. Editor: Sutanto, dkk. Jakarta:
Anemia.Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Departemen Parasitologi Fakultas
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Editor: Aru W
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008
Sudoyo, dkk. Jakarta: Pusat Penerbitan
2. Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
2001. Jakarta; 2004
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009

You might also like