Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

PENGARUH PENAMBAHAN DOSIS RAFINOSA DALAM PENGENCER SITRAT KUNING


TELUR TERHADAP MOTILITAS, PERSENTASE HIDUP DAN ABNORMALITAS
SPERMATOZOA SAPI ONGOLE

The Effect of Addition Rafinosa Dose in Diluent Citric Yolk to Motility, Percentage of Live and
Abnormalities Spermatozoa Ongole Cattle

Sintha Pubiandaraa, Sri Suharyatib, Madi Hartonob


a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail : sinthapubiandara@gmail.com

ABSTRACT

The research which was conducted in the Regional Technical Services Unit Lampung Regional
Artificial Insemination Centres, Regency Terbanggi Besar, Central Lampung Regency, Lampung
Province on 19-20 May 2016, aims to determine the effect of dose rafinosa in egg yolk citrate diluents on
motility, percentage of live sperm and abnormal spermatozoa Ongole. The experimental used is
completely randomized design with 6 treatments rafinosa dose (0.5%; 1%; 1.5%; 2%; 2.5%; 3%) in the
egg yolk citrate diluent and each treatment be repeated 4 times. The data obtained were analyzed using
analyzed variety at significance level of 5% or 1% then for variables that significantly undergone
orthogonal polynomial test to determine the optimum dose rafinosa. The results showed that the addition
of a diluent doses rafinosa in egg yolk citrate is not significantly different (P> 0.05) on the percentage of
live sperm in prefreezing and post thawing motillity; on motility and sperm abnormalities in the
equilibration, prefreezing and PTM. Extra doses of raffinose in egg yolk citrate highly significant (P
<0.01) on the percentage living on equilibration sermatozoa patterned quadratic. Found that the addition
rafinosa at equilibration was highly significant (P <0,01) to live spermatozoa with Ý = 66.49 + 17,94x-
4,23x2 with the optimum value of 2.1%.

Keywords: Rafinose , Motility, Percentage of Live, Abnormal Spermatozoa, Ongole Cattle

PENDAHULUAN yang baik karena diambil dari pejantan unggul


yang telah melalui seleksi terlebih dahulu.
Sapi Ongole merupakan sapi yang Kualitas sperma tidak hanya
berasal dari India dan diperhitungkan sebagai dipengaruhi oleh bibit dari pejantan tetapi juga
ternak tertua yang dijinakkan di dunia (Burhan, dipengaruhi oleh pengenceran semen.
2003). Sapi Onggole memiliki banyak Pengenceran merupakan cara yang dapat
keunggulan dibandingkan dari jenis lain yaitu dilakukan untuk mempertahankan kualitas dan
mampu bertahan terhadap panas serta volume sperma selama penyimpanan. Menurut
endoparasit dan ektoparasit, mampu Toelihere (1993), penggunaan bahan pengencer
beradaptasi terhadap pakan yang buruk serta semen harus mempertahankan viabilitas
pertumbuhan yang relatif cepat dengan spermatozoa sebelum digunakan pada
presentase karkas yang baik. Pertumbuhan sapi waktunya. Pengencer semen juga harus
Ongole yang relatif cepat dapat membantu memungkinkan spermatozoa bergerak secara
mempercepat peningkatan populasi sapi progresif , tidak bersifat racun terhadap
Ongole sehingga dapat memenuhi kebutuhan spermatozoa, dapat melindungi spermatozoa
daging di Indonesia. dari kejutan dingin (cold shock).
Populasi sapi Ongole dapat ditingkatkan Pengencer yang sering digunakan untuk
dengan perbaikan genetik yang dapat dilakukan pengenceran semen adalah Tris-kuning telur,
dengan cara pemanfaatan teknologi reproduksi sitrat-kuning telur, susu segar-kuning telur,
yaitu perkawinan suntik atau inseminasi buatan susu skim-kuning telur, AndroMed@, dan
(IB) dengan semen beku. Semen beku yang laktosa-kuning telur. Sitrat kuning telur
digunakan untuk IB harus memiliki kualitas memiliki keunggulan yaitu mengandung lecitin

292
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

dan lippoprotein yang dapat digunakan sebagai R2 : penambahan raffinosa 1 % dalam bahan
bahan penyangga (buffer) yang dapat pengencer;
mempertahankan dan mengatur pH semen juga R3 : penambahan raffinosa 1,5% dalam bahan
mencegah terjadinya cold shock akibat pengencer;
penurunan temperatur yang mendadak. R4 : penambahan raffinosa 2% dalam bahan
Pengencer sitrat kuning telur juga mengandung pengencer;
karbohidrat yang digunakan untuk memenuhi R5 : penambahan raffinosa 2,5% dalam bahan
kebutuhan nutrisi bagi spermatozoa. pengencer;
Penambahan karbohidrat dapat berfungsi R6: penambahan raffinosa 3% dalam bahan
sebagai nutrisi yang dapat digunakan oleh pengencer.
spermatozoa untuk melakukan aktivitas
fisiologisnya sebelum spermatozoa Metode
dideposisikan ke alat kelamin betina. Semen sapi Ongole ditampung dengan
Penambahan rafinosa pada pengencer menggunakan vagina buatan. Semen segar
semen dapat menyimpan cadangan energi yang diperoleh kemudian dievaluasi secara
dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga makroskopis (volume, warna, kekentalan pH,
dapat digunakan oleh spermatozoa dalam dan bau) dan mikroskopis (motilitas,
waktu yang lebih lama (Savitri, 2014). Sampai konsentrasi, persentase hidup dan abnormalitas
saat ini belum dilakukan penelitian tentang spermatozoa). Semen segar yang memenuhi
penambahan dosis rafinosa pada pengencer syarat diencerkan sesuai dengan perlakuan
sitrat kuning telur sehinga dilakukan penelitian yang diberikan.
dengan menambahkan rafinosa. Pembuatan Sitrat Kuning telur terdiri
dari 2 tahapan, yaitu pembuatan buffer dan
MATERI DAN METODE pembuatan pengencer, kemudian larutan buffer
dicampurkan dengan larutan pengencer.
Materi Larutan yang telah tercampur dibagi menjadi 6
Peralatan yang digunakan pada dengan masing-masing 10 ml lalu tiap bagian
penelitian ini adalah: vagina buatan, tabung ditambahkan dengan dosis rafinosa yang
penampung berskala, labu didih dan penangas, berbeda yaitu 0,5%; 1 %; 1,5%; 2%; 2,5% dan
timbangan elektrik, spatula, corong, gelas ukur 3%.
dan tutupnya, kertas label, kertas whatman, Setelah diencerkan, semen di ekuilibrasi
waterbath erlenmeyer, tabung reaksi, pipet didalam cold top dengan suhu ±50C selama 4
tetes, cold top, incubator, container, gunting, jam, kemudian dikemas kedalam straw yang
pinset, kertas tisu, stopwatch, thermometer, berukuran 0,25 ml. Proses Prefreezing semen
ember, mikroskop, spektrofotometer, dilakukan dengan menempatkan straw pada rak
micropipet, mesin filling and sealing, pH di dalam uap nitrogen cair sekitar 10 cm diatas
meter, boks tempat prefreezing, counter permukaan nitrogen cair selama 10 menit.
number, alat hitung, gelas kaca, gelas penutup, Freezing di lakukan didalam kontainer yang
kamera, dan alat tulis. berisi nitrogen cair dengan suhu -1960C.
Bahan yang digunakan pada penelitian Pencairan kembali (thawing) di lakukan dengan
ini adalah: semen sapi Ongole, sitrat kuning memasukan straw pada air yang bersuhu 370C
telur, Na-sitrat, aquabidestilata, telur ayam, selama 30 detik.
antibiotik penicillin 1000 IU, streptomycin 1 Guna mengetahui pengaruh perlakuan
ml, alkohol 70%, fruktosa, rafinosa , pewarna terhadap kualitas semen beku, dilakukan
eosin 2% dan nitrogen cair. evaluasi pada tahap ekuilibrasi, setelah
prefreezing dan post thawing motility.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan pada penelitian Peubah yang Diamati
ini menggunakan metode Rancangan Acak Peubah yang diamati dalam penelitian
Lengkap (RAL) dengan enam kali perlakuan ini adalah :
penambahan dosis rafinosa dalam pengencer 1. Motilitas
sitrat kuning telur semen Sapi Ongole. Setiap menentukan motilitas spermatozoa sesuai
perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan. dengan kriteria 0--100%
Perlakuaan yang dicobakan adalah konsentrasi
rafinosa sebagai berikut: 2. Persentase spermatozoa hidup(%)
R1 : penambahan raffinosa 0,5% dalam bahan dihitung dengan rumus:
pengencer; jumlah spermatozoa hidup
= x 100 %
jumlah total spermatozoa

293
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

krem. Pada semen normal yang tertampung


3. Abnormalitas (%) dihitung dengan: mempunyai bau yang khas, serta memiliki
Dihitung dengan rumus: konsistensi yang kental, hal ini sesuai dengan
jumlah spermatozoa abnormal pendapat Toelihere (1993). Derajat keasaman
= x 100 % atau pH semen yang tertampung adalah 6. pH
jumlah spermatozoa keseluruhan
semen segar berkisar antara 6,4--7,8 (Butar,
Analisis Data 2009; Nalbandov, 1990; Toelihere, 1985).
Data yang diperoleh dianalisis ragam Motilitas massa semen segar dari
pada taraf nyata 5% dan atau 1% dilanjutkan pejantan sapi Ongole yang ditampung adalah
dengan uji Polinomial Ortogonal (Steel dan +++ yang berarti semen tersebut baik karena
Torrie 1993) untuk peubah yang berpengaruh terlihat seperti gelombang besar, banyak, gelap,
nyata. tebal, dan aktif bertenaga sesuai dengan
pendapat (Toelihere, 1985). Motilitas individu
HASIL DAN PEMBAHASAN semen yang tertampung sebesar 75% bergerak
progresif, motilitas individu tersebut masih
Penilaian Kualitas Semen Segar Sapi Ongole dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat
Semen segar yang digunakan pada Hafez (2000) yang menyatakan bahwa
penelitian ini menggunakan semen dari motilitas semen segar sapi sebesar 70%.
pejantan sapi Ongole berumur 6 tahun. Semen Konsentrasi semen segar yang ditampung
segar yang diperoleh dinilai secara adalah 2.124 juta/ml. Hal tersebut sesuai
makroskopis (volume, bau, pH, konsistensi, dengan Feradis (2010) yang menyatakan bahwa
dan warna) dan mikroskopis (motilitas massa, konsentrasi semen segar sapi adalah 1.000 juta
motilitas individu, konsentrasi, persentase sampai 2.000 juta sel spermatozoa per ml.
spermatozoa hidup dan abnormalitas Persentase hidup spermatozoa pejantan
spermatozoa). Hasil pemeriksaan menunjukan sapi Ongole yang ditampung adalah 86,5%.
bahwa semen yang diperoleh dari pejantan Hasil tersebut dapat dkatakan baik karena
Ongole cukup baik sehingga dapat dilakukan menurut Hafez (2000) persentase hidup
proses selanjutnya. Hasil pemeriksaan semen spermatozoa harus lebih dari 50%. Persentase
segar disajikan pada Tabel 1. abnormalitas spermatozoa yang ditampung
adalah 0.7%, hal tersebut sesuai dengan
Tabel 1. Kualitas semen segar sapi Ongole pendapat Toelihere (1993) yang menyatakan
Parameter Nilai bahwa selama abnormalitas spermatozoa belum
Volume (ml) 5 mencapai 20%, maka semen tersebut masih
Warna Putih susu dapat dipakai untuk inseminasi.
Bau Khas
Konsistensi Kental Pengaruh Penambahan Rafinosa terhadap
pH 6 Motilitas Spermatozoa
Motilitas Massa +++ Hasil penelitian persentase motilitas
Motilitas Individu (%) 75 selama proses pembekuan semen meliputi
Konsentrasi (juta/ml) 2.124 penilaian setelah ekuilibrasi, prefreezing, dan
Spermatozoa Hidup (%) 86,5 PTM. disajikan pada Tabel 2.
Abnormalitas (%) 0,7
Keterangan : +++ = sangat baik; terlihat seperti Tabel 2. Rataan motilitas spermatozoa sapi
gelombang besar, banyak, gelap, Ongole hasil analisis ragam terhadap
tebal, dan aktif. motilitas
Penilaian
Hasil pemeriksaan ini menunjukan Perlakuan Setelah
Setelah Setelah
Rafinosa Thawing
bahwa semen yang tertampung sebanyak 5 ml. Ekuilibrasi Prefreezing
motility
Hasil ini sesuai dengan pendapat Feradis --------------------------%--------------------
(2010) yang menyatakan bahwa volume semen 0,5% 57,50±2,88 36,50±2,50 31,25±2,50
sapi berkisar 5--8 ml/ejakulasi. Toelihere 1% 61,25±4,78 37,50±2,88 31,25±2,50
1,5% 62,50±2,88 40,00±4,08 33,75±2,50
(1993) menambahkan bahwa volume semen
2% 62,50±2,88 41,25±2,50 36,25±2,50
sapi berkisar 1--15 ml/ejakulasi. 2,5% 63,75±2,50 42,50±2,88 36,25±2,75
Warna semen yang tertampung pada 3% 62,50±2,88 41,25±2,50 35,00±4,00
penelitian ini adalah putih susu, hal tersebut
sesuai dengan pendapat Toelihere (1985) dan Hasil analisis ragam spermatozoa
Affandy et al.,(2007) yang menyatakan bahwa setelah ekuilibrasi tidak berbeda nyata (P>0,05)
warna semen pada sapi yaitu putih susu dan menunjukkan bahwa dosis rafinosa dalam

294
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

pengencer sitrat kuning telur tidak memberikan Hasil rataan persentase motilitas
pengaruh terhadap motilitas spermatozoa spermatozoa setelah prefreezing (Tabel 2)
selama ekuilibrasi. Hal tersebut diduga karena berada pada kisaran 36,50-- 42,50 %. Motilitas
pada saat ekuilibrasi rafinosa belum spermatozoa setelah prefreezing mengalami
termetabolisme dengan sempurna. Rafinosa penurunan yang sangat drastis dibandingkan
merupakan trisakarida yang apabila dengan setelah ekuilibrasi. Hal ini disebabkan
termetabolisme dengan sempurna akan karena adanya perubahan suhu yang sangat
menghasilkan 3 gugus gula yaitu fruktosa, rendah yaitu -1400C. Pada perubahan suhu
glukosa dan galaktosa sehingga membutuhkan yang ekstrim ini menyebabkan spermatozoa
waktu lebih lama untuk menghasilkan energi mengalami cekaman dingin (cold shock)
yang dibutuhkan oleh spermatozoa. Pada sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan
kondisi tersebut rafinosa belum dapat organel-organel sel spermatozoa. Morel (1999)
dimanfaatkan secara optimal sebagai energi menyatakan bahwa cold shock tersebut akan
dan krioprotektan oleh spermatozoa. Akan merubah membran spermatozoa dari
tetapi, pada fase tersebut perubahan suhu masih konfigurasi normal kekonfigurasi hexagonal
dapat dihadapi oleh spermatozoa sehingga efek yang dapat menyebabkan kerusakan pada
cold shock semakin sedikit. membran plasma spermatozoa.
Hasil rataan persentase motilitas Hasil analisis ragam terhadap motilitas
spermatozoa setelah ekuilibrasi (Tabel 2) spermatozoa pada PTM tidak berbeda nyata
berada pada kisaran 57--63%. Hasil tersebut (P>0,05) menunjukkan bahwa penambahan
masih dapat dikatakan baik dan sesuai dengan dosis rafinosa dalam pengencer sitrat kuning
pendapat Aminasari (2009) yang menyatakan telur tidak berpengaruh nyata terhadap
bahwa motilitas semen yang telah didinginkan motilitas spermatozoa diduga karena di dalam
pada suhu 5°C tidak boleh berada di bawah pengencer sitrat kuning telur sumber energi
55%, jika dibandingkan dengan semen segar, yang ditambahkan bukan hanya rafinosa tetapi
persentase motilitas spermatozoa setelah terdapat fruktosa. Fruktosa merupakan
ekuilibrasi lebih rendah. karbohidrat monosakarida yang mudah
Proses ekuilibrasi merupakan tahap termetabolisme oleh spermatoza. Hal tersebut
adaptasi spermatozoa pada kondisi lingkungan sesuai dengan pendapat Mukminat (2014) yang
yang dingin pada suhu 50C selama 4 jam. menyatakan bahwa fruktosa merupakan
Sugiarti et al., (2004) menyatakan bahwa monosakarida yang mudah diolah dalam sel
proses pendinginan pada suhu 50C akan spermatozoa menjadi energi. Rafinosa
menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa merupakan trisakarida yang apabila
akibat adanya asam laktat sisa metabolisme sel termetabolisme akan menghasilakan fruktosa,
yang menyebabkan kondisi medium menjadi galaktosa dan glukosa sehingga membutuhkan
semakin asam karena penurunan pH. Kondisi waktu lebih lama untuk diolah menjadi energi
terebut menyebakan perubahan kondisi asam Persentase rataan motilitas spermatozoa
yang bersifat toksik terhadap spermatozoa. berada dalam kisaran 31,25-- 36,25%,
Hasil analisis ragam terhadap motilitas persentase tersebut sangat rendah dan tidak
spermatozoa setelah prefreezing tidak berbeda masuk dalam standar semen beku yaitu 40%.
nyata (P>0,05) menunjukkan bahwa dosis Seusai dengan pendapat Toelihere (1985) yang
rafinosa dalam pengencer sitrat kuning telur menyatakan bahwa semen yang layak
tidak meberikan pengaruh nyata terhadap digunakan untuk IB adalah minimal 40%
motilitas spermatoza selama prefreezing. Hal sesuai dengan Standar PTM. Hal tersebut
tersebut diduga karena rafinosa tidak dapat dapat disebakan karena perubahan ke suhu
digunakan secara sempurna oleh spermatozoa pembekuan dalam N2 cair (-1960C) yang
sebagai energi dan krioprotektan. Rafinosa menyebabkan spermatozoa mengalami cold
yang tidak dapat berperan sebagai shock sehingga menyebabkan kerusakan pada
krioprotektan menyebabkan spermatozoa membran sel sehingga motilitas spermatozoa
mengalami kerusakan. Ketika membran terganggu dan menyebabkan kematian sel
sperma mengalami kerusakan, enzim aspartat spermatozoa yang cukup tinggi. Rizal et al.
aminotransferase (AspAT) yang merupakan (2003) menambahkan bahwa apabila terjadi
enzim utama dalam mitokondria yang kerusakan pada membran plasma dapat
memproduksi ATP akan dilepaskan dari sel menyebabkan hilangnya enzim-enzim yang
dan masuk ke seminal plasma. Kehilangan diperlukan dalam proses metabolisme sehingga
AspAT akan mengganggu produksi ATP dan tidak dihasilkan energi sehingga motilitas
mengganggu motilitas spermatozoa (Arifiantini menjadi rendah, serta daya hidup juga akan
dan Purwantara, 2010). rendah.

295
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

Pengaruh Rafinosa terhadap Persentase memberikan perlindungan yang efektif


Spermatozoa Hidup terhadap spermatozoa. Hal tersebut sesuai
Hasil penelitian rataan persentase dengan pendapat Savitri (2014) rafinosa dapat
spermatozoa hidup selama proses pembekuan melindungi membran plasma spermatozoa dari
semen meliputi penilaian setelah ekuilibrasi, pengaruh kejutan dingin selama penyimpanan
prefreezing, dan PTM. Data hasil rataan pada suhu rendah (5°C). Kejutan dingin
persentase spermatozoa hidup pada penelitian tersebut berkaitan dengan perubahan
ini disajikan pada Tabel 3. fosfolipid yang menyusun membran plasma
dan perubahan tersebut dapat menyebabkan
Table 3. Rataan persentase spermatozoa hidup kerusakan pada membran plasma sehingga
Sapi Ongole ion-ion seperti kalsium bebas masuk ke dalam
sel. Hubungan dosis rafinosa dengan
Penilaian
Perlakuan Setelah persentase spermatozoa hidup yang
Setelah Setelah digambarkan pada Gambar 1
Rafinosa Thawing
Ekuilibrasi Prefreezing
motility
--------------------------%---------------------- Ý = 66,49+17,94x-4,23x2
0,5% 73,45±4,24 56,46±3,82 32,55±2,38
1% 82,1 ±1,33 57,32±0,44 34,80±1,82
r = 0,765
1,5% 83,6 ± 0,80 57,52±12,4 34,85±2,54 R2 = 0,585
2% 84,12±1,20 60,07±3,20 38,50±2,23
90
2,5% 85,20±1,70 62,80±9,20 38,77±7,21

Spermatozoa Hidup
85
3% 82,37±1,87 61,70±4,03 37,80±6,21 hasil rataan
80
75
(%)
Hasil analisis ragam persentase 70
spermatozoa hidup menunjukan dosis rafinosa 65 Uji
yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Polinomial
terhadap persentase spermatozoa hidup sapi Ortogonal
Dosis Rafinosa
Ongole selama ekuilibrasi. Penambahan dosis
2,5% pada ekuilibrasi memberikan pengaruh Gambar 1. Hubungan antara dosis rafinosa
terhadap persentase spermatozoa hidup sebesar dengan persentase spermatozoa
85,20% dan hasil ini lebih tinggi bila hidup Sapi Ongole setelah
dibandingkan dengan penambahan dosis ekuilibrasi
rafinosa sebanyak 0,5%, 1%, 1,5 %, 2%, dan
3% dengan persentase spermatozoa hidup Rafinosa merupakan karbohidrat dengan
73,45%, 82,10%, 83,65%, 84,12% dan 82,37%. molekul besar. Karbohidrat dengan molekul
Uji Polinomial Ortogonal menunjukan besar dapat digunakan oleh spermatozoa
bahwa pengaruh perlakuan terhadap sebagai krioprotektan ekstraseluler di dalam
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi berpola bahan pengencer. Menurut Supriatna dan
kuadratik dengan persamaan regresi Ý = Pasaribu (1992), karbohidrat merupakan
66,49+17,94x-4,23x2 dan memiliki koefisien senyawa yang dapat berperan sebagai
korelasi (r) sebesar 76,5% serta koefisienan krioprotektan ekstraseluler, dan berfungsi
determinan (R2) sebesar 58,5%. Nilai Y melindungi membran plasma sel dari
merupakan persentase spermatozoa hidup, kerusakan. Salmon dan Maxwell (2000)
sedangkan X adalah dosis rafinosa di dalam menambahkan bahwa gula dalam keadaan beku
pengencer sitrat kuning telur. Nilai r berbentuk seperti kaca (glass) yang tidak tajam,
menunjukkan bahwa antara persentase sehingga tidak merusak sel spermatozoa secara
spermatozoa hidup dengan dosis rafinosa mekanik. Pada dosis rafinosa yang optimal
memiliki hubungan yang erat sebesar 76,5%, dapat melindugi spermatozoa selama proses
sedangkan nilai R2 menunjukkan pada dosis ekuilibrasi sedangkan apabila tidak tepat
rafinosa yang bervariasi memberikan penggunaanya maka akan menyebabkan efek
pengaruh sebesar 58,5% terhadap persentase yang buruk terhadap spermatozoa karena dapat
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi dan bersifat toksik. Pada dosis 0,5%, 1,5%, dan 2%
sisanya oleh faktor diluar perlakuan. menunjukkan hasil yang rendah jika
Berdasarkan Uji Polinomial Ortogonal dibandingkan dengan dosis 2,5%, hal tersebut
selama ekuilibrasi dosis rafinosa 2,1% disebabkan dosis rafinosa yang tidak optimal di
memberikan hasil optimal, hal ini diduga dalam bahan pengencer yang menyebabkan
karena dosis rafinosa mampu memberikan penurunan kualitas spermatozoa.
perlindungan yang efektif terhadap cold shock. Penambahan dosis rafinosa yang
Pada proses ekuilibrasi rafinosa akan semakin tinggi cenderung menyebabkan

296
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

meningkatnya tekanan osmotik sehingga pemberian sukrosa juga tidak berpengaruh


menurunkan daya hidup spermatozoa. Pegg nyata dalam mepertahankan hidup
(2002) menyatakan bahwa efek dari spermatozoa, hal ini disebabkan karena dalam
krioprotektan yang berlebihan akan menghasilkan energi sukrosa akan
menyebabkan sel membengkak dan pecah. Hal menghasilkan asam laktat yang lebih banyak
tersebut kemungkinan disebabkan oleh tekanan sehingga bersifat toksik bagi spermatozoa.
osmotik larutan pengencer yang terlalu tinggi Hasil analisis ragam pada PTM
sehingga air dari dalam sel akan tertarik keluar menunjukkan dosis rafinosa yang tidak berbeda
yang menyebabkan dehidrasi. Menurut nyata (P>0,05) terhadap persentase
Setiono (2015), tekanan osmotik menyebabkan spermatozoa hidup. Persentase spermatozoa
adanya perubahan osmolaritas larutan, hidup setelah PTM berada pada kisaran 32,55--
sehingga terjadi perpindahan air didalam sel 38,77%. Persentase tersebut mengalami
kedalam bahan pengencer karena penurunan dibandingkan dengan setelah
konsentrasinya yang tinggi. Jika kondisi prefreezing. Penurunan tersebut diduga karena
tersebut berlangsung maka sel akan mengalami perubahan ke suhu pembekuandalam N2 cair (-
dehidrasi dan mengalami kerusakan membran 1960C) sampai ke suhu setelah thawing370C
plasma yang dapat menyebabkan kematian menyebabkan stres osmotik. Pegg (2002)
spermatozoa. menyatakan stres osmotik pada saat thawing
Hasil analisis ragam terhadap disebabkan oleh efek dari krioprotektan yang
spermatozoa hidup menunujukkan tidak adanya berlebihan, sehingga menyebabkan sel
pengaruh dosis rafinosa terhadap persentase membengkak dan pecah. Best (2011)
spermatozoa hidup (P>0,05) pada saat menambahkan bahwa hal tersebut
prefreezing. Persentase spermatozoa hidup kemungkinan disebabkan oleh tekanan osmotik
berada pada kisaran 56,46--62,50%, Persentase larutan pengencer yang terlalu tinggi sehingga
tersebut masih dalam kisaran normal. Hal air dari dalam sel akan tertarik keluar yang
tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere menyebabkan dehidrasi .
(1985) yang menyatakan bahwa standar Rafinosa yang berfungsi sebagai
persentase sel hidup sperma beku yang baik krioprotektan diduga menyebabkan tingginya
yaitu >50%. Proses prefreezing menyebabkan osmolaritas didalam laurat sehingga
penurunan persentase spermatozoa hidup. Hal menyebabkan stres osmotik pada spermatozoa.
tersebut dapat disebabkan karena perubahan Siswanto (2006) dalam Setiono (2015)
suhu yang drastis, dari suhu 5°C menjadi - menyatakan bahwa tekanan osmotik harus
1400C. Perubahan suhu drastis akan dipertahankan selama proses pembekuan
meyebabkan kerusakan spermatozoa yang semen karena bila tidak dipertahankan akan
disebabkan karena cold shock. Kerusakan mengakibatkan tekanan osmotik didalam dan
spermatozoa akan menyebabkan kematian pada diluar sel berbeda sehinga air akan mengalir ke
spermatoza. Menurut White (1993), pengaruh daerah yang bertekanan osmotik tinggi.
cold shock berkaitan dengan perubahan
fosfolipid yang menyusun membran plasma Pengaruh Rafinosa terhadap Persentase
sel, yakni perubahan bentuk dari cair ke gel Abnormalitas Spermatozoa
yang terjadi pada suhu di bawah 200C. Hasil penelitian rataan persentase
Perubahan tatanan rantai asam lemak dan spermatozoa abnormal selama proses
protein pada membran plasma menyebabkan pembekuan semen meliputi penilaian setelah
kebocoran atau selektivitas membran plasma ekuilibrasi, prefreezing, dan PTM. Data hasil
rusak. rataan persentase abnormalitas spermatozoa
Penambahan dosis rafinosa dalam pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
pengencer sitrat kuning telur yang tidak Hasil analisis ragam terhadap
berpengaruh nyata diduga disebabkan karena abnormalitas spermatozoa menunjukan hasil
rafinosa merupakan karbohidrat dengan yang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada setiap
molekul besar yang apabila termetabolisme pembekuan. Persentase abnormalitas
dengan sempurna akan menghasilkan energi spermatozoa pada setiap pembekuan berada
yang lebih banyak. Tingginya energi yang pada kisaran 0,77--3,75%. Persentase
dihasilkan akan menyebabkan tingginya asam abnormalitas tersebut masih dikatakan baik
laktat yang menyebabkan suasana tidak karena sesuai dengan pendapat Bretzlaff (1995)
nyaman bagi spermatozoa dan dapat besifat yang menyatakan bahwa persentase
toksik. Mukminat (2014) menyatakan bahwa abnormalitas spermatozoa semen segar yang
penambahan sukrosa 2% menghasilkan energi baik untuk inseminasi buatan tidak lebih dari
dua kali lebih besar dari glukosa dan fruktosa, 20%.

297
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

Abnormalitas spermatozoa dapat sumber energi sperma. Sorbitol tidak seperti


disebabkan oleh pengaruh penurunan pH glukosa, sorbitol tidak bisa melewati membran
semen, tekanan osmotik dan stres dingin yang sel akibatnya sorbitol terjebak didalam sel.
terjadi selama penyimpanan. Sesuai dengan Ketika sorbitol dehidrogenasenya rendah
pendapat Solihati (2008) yang menyatakan sorbitol akan menumpuk didalam sel. Ini
bahwa abnormalitas disebabkan karena kejutan menyebabkan efek osmotik meningkat, sorbitol
suhu dingin dan ketidak seimbangan tekanan menarik air sehingga terjadi pembengkakan
osmotik akibat dari proses metbolik yang terus dan menyebabkan kematian spermatozoa.
berlangsung selama penyimpanan pada suhu Pembengkakan membran plasma hanya
50C. Ditambahkan oleh Salisbury et al., (1985) menyebabkan kematian pada spermatozoa
bahwa cold shock dan perubahan tekanan tetapi sebagian besar spermatozoa yang mati
osmotik terhadap spermatozoa yang masih memiliki bentuk yang normal.
diejakulasikan menyebabkan perubahan
pembentukan spermatozoa yang dapat SIMPULAN
menyebabkan abnormalitas.
1. Penambahan dosis rafinosa di dalam
Tabel 4. Rataan persentase Abnormalitas pengencer sitrat kuning telur berpengaruh
spermatozoa Sapi Ongole terhadap persentase sermatozoa hidup
pada ekuilibrasi berpola kuadratik dengan
Penilaian
Perlakuan Setelah
persamaan Ý = 66,49+17,94x-4,23x2.
Rafinosa Setelah Setelah 2. Penambahan dosis rafinosa yang optimum
Thawing
Ekuilibrasi Prefreezing
motility terhadap persentase spermatozoa hidup
--------------------------%-------------------- yaitu 2,1%
0,5% 2,77±1,50 0.77±0,55 3,75±3,33
DAFTAR PUSTAKA
1% 1,7 ±1,75 1,42±0,53 1,32±1,19
1,5% 1,90±1,92 2,07±0,78 1,65±1,35
Affandhy, L., Dikman dan Aryogi. 2007.
2% 2,70±1,59 1,77±1,70 1,55±1,09 Petunjuk Teknis Manajemen
2,5% 3,45±1,31 2,60±2,98 2,35±0,85 Perkawinan Sapi Potong. Pusat
3% 3,17±1,47 1,52±1,02 1,77±0,96 Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Loka Penelitian Sapi
Hasil analisis ragam terhadap Potong. Grati, Pasuruan
abnormalitas spermatozoa pada setiap Aminasari, D.P. 2009. Pengaruh Umur
pembekuan menunjukan hasil tidak berbeda Pejantan Terhadap Kualitas Semen
nyata (P>0,05). Kondisi tersebut menunjukkan Beku Sapi Limousin. http://elibrary. Ub.
bahwa dosis rafinosa dalam pengencer sitart Ac.
kuning telur tidak memberikan pengaruh Id/bitstream/123456789/21674/1/pengar
terhadap abnormalitas spermatozoa. Hal uh-umur-pejantan-terhadap-kualitas-
tersebut diduga karena kerusakan membran semen-beku-sapi-limousin.pdf. Diakses
plasma yang terjadi akibat cold shock dan 3 Juni 2016
perubahan tekanan osmotik tidak menyebabkan Arifiantini RI dan Purwantara B. 2010.
perubahan yang signifikan terhadap bentuk Motility and viability of Fresian
fisik spermatozoa. Krystalia (2013) Holstein spermatozoa in three different
menyatakan bahwa rafinosa adalah suatu extender stored at 5°C. J Indonesian
trisakarida yang penting, terdiri atas tiga Trop Anim Agric 35(4) : 222-226.
molekul monosakarida yang berikatan, yaitu Best, B. 2011. Viability, Cryoprotectant
fruktosa-glukosa-galaktosa. Setelah dihidrolisi Toxicity and Chilling Injury in
sempurna, gugus gula yang pertama digunakan Cryogenics.
oleh spermatozoa adalah fruktosa. Fruktosa http://www.benbest.com/pdf. Diakses
dalam sel difosforilasi oleh heksokinase atau pada 4 Juni 2016
fruktokinase yang akhirnya menjadi fruktosa 1 Brezlaff, K. 1995. Goat Breeding and
fosfat. Lalu akan dipecah menjadi DHAP Infertility.p. 169-207. in. J. Meredith
(dihidroksiasetonfosfat) dan Gliseraldehid oleh (eds). Animal Breeding and Infertility.
aldolase B. DHAP dapat secara langsung Blackweel Science Ltd. Victoria,
masuk ke glikolisis dan glukoneogenesis di Australia
dalam sel. Pembentukan sorbitol berubah Burhan, B., 2003. Panduan Praktis Memilih
menjadi fruktosa di dalam sel sperma oleh Produk Daging Sapi. Gramedia Pustaka
enzim sorbitol dehidrogenase dan inilah Utama. Jakarta

298
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.

Butar, E. 2009. Efektifitas Frekuensi Exersice Skripsi. Universitas Lampung. Bandar


Terhadap Peningkatan Kualitas Semen Lampung
Sapi Simental. Sinha, S., B.C. Deka, M.K. Tamulu, dan B.N.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1/09 Borgohain. 1992. Effect of equilibration
E00898.pdf. Diakses pada 3 Juni 2011 period and glicerol level in tris extender
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada of quality of frozen goat semen. Indian
Ternak. Alfabeta. Bandung Vet. J. Vol 69: 1107--1110
Hafez, E. S. E. 2000. Semen Evaluation in Solihati, N., R. Idi, S. R. Darojah, M. Rizal,
Reproduction in Farm Animals. 7th dan M. Fitriati. 2008. Kualitas
edition. Lippincott Wiliams and spermatozoa cauda epididimis sapi
Wilkins. Maryland. USA Peranakan Ongole (PO) dalam
Krystalia, C. 2013. Metabolisme Fruktosa dan pengencer susu, tris dan sitrat kuning
Galaktosa. http://cindy- telur pada penyimpanan 4-50C. Animal
krystalia.co.id/2013/05/biokimia.html. Production. 1 (10) : 22-29
Diakses pada 7 Juni 2016 Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie., 1993. Prinsip
Lindsay, D.R., K.W. Entswistle dan A. dan Prosedur Statistika (Pendekatan
Winantea. 1982. Reproduksi Ternak di Biometrik) Penerjemah B. Sumantri.
Indonesia. Fakultas Peternakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Universitas Brawijaya. Malang Sugiarti, T., E. Triwlanningsih, P. Situmorang,
Morel DMCG. 1999. Equine Artificial R.G. Sianturi dan D.A.
Insemination. Wallingford. Cabi Kusumaningrum. 2004. Penggunaan
Publishing katalase dalam produksi semen dingin
Mukminat, A. 2014. Pengaruh Penambahan sapi. Pros. Seminar Nasional Teknologi
Berbagai Sumber Karbohidrat pada Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5
Pengencer Skim Kuning Telur Terhadap Agustus 2004. Puslitbang Peternakan.
Kualitas Semen Beku Sapi Bali. Skripsi. Bogor. hlm. 215 – 220
Universitas Lampung. Bandar Supriatna, I dan F.H. Pasaribu. 1992. In Vitro
Lampung. Fertilisasi, Transfer Embrio, dan
Nalbandov AV. 1990. Fisiologi Reproduksi Pembekuan Embrio. Pusat Antar
pada Mamalia dan Unggas. Cetakan Universitas. Institut Pertanian Bogor.
Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia. Bogor
UI-Press Toelihere. 1985. Fisiologi Reproduksi pada
Pegg DE. 2002. The history and principles of Ternak. Angkasa. Bandung
cryopreservation. Seminar Reprod Med. 1993. Inseminasi Buatan pada
20:5-13 Ternak. Angkasa. Bandung
Rizal, M.R., Toeliher, T.L. Yusuf, B. White, I. G. 1993. Lipid and Ca uptake of
Purwantara dan P. Situmorang. 2003. sperm in relation to cold shock and
Kriopreservasi semen domba Garut preservation: A review. Reprod. Fertil.
dalam pengencer tris dengan konsentrasi Dev. 5: 639-658
laktosa yang berbeda. Media
Kedokteran Hewan. 19(2): 79-83
Salisbury, G.W. dan N.L. Van Denmark. 1985.
Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Salmon, S. And W. M. C. Maxwell. 2000.
Storage of ram semen. Anim, reprod.
Sci.62:77-111
Savitri, O.A., T.Y. Laswardi, D. Sajuthi dan
R.A. Iis. 2014. Kualitas semen cair
kambing peranakan Etawah dalam
modifikasi pengencer Tris dengan
Trehalosa dan Rafinosa. Jurnal
Veteriner. 15 (1):11- 22
Setiono, N. 2015. Kualitas Semen Beku Sapi
Brahman dengan Dosis Krioprotektan
Gliserol yang Berbeda dalam Bahan
Pengencer Tris Sitrat Kuning Telur

299

You might also like