Professional Documents
Culture Documents
Jurnal MH Sitrat Rafinosa
Jurnal MH Sitrat Rafinosa
The Effect of Addition Rafinosa Dose in Diluent Citric Yolk to Motility, Percentage of Live and
Abnormalities Spermatozoa Ongole Cattle
ABSTRACT
The research which was conducted in the Regional Technical Services Unit Lampung Regional
Artificial Insemination Centres, Regency Terbanggi Besar, Central Lampung Regency, Lampung
Province on 19-20 May 2016, aims to determine the effect of dose rafinosa in egg yolk citrate diluents on
motility, percentage of live sperm and abnormal spermatozoa Ongole. The experimental used is
completely randomized design with 6 treatments rafinosa dose (0.5%; 1%; 1.5%; 2%; 2.5%; 3%) in the
egg yolk citrate diluent and each treatment be repeated 4 times. The data obtained were analyzed using
analyzed variety at significance level of 5% or 1% then for variables that significantly undergone
orthogonal polynomial test to determine the optimum dose rafinosa. The results showed that the addition
of a diluent doses rafinosa in egg yolk citrate is not significantly different (P> 0.05) on the percentage of
live sperm in prefreezing and post thawing motillity; on motility and sperm abnormalities in the
equilibration, prefreezing and PTM. Extra doses of raffinose in egg yolk citrate highly significant (P
<0.01) on the percentage living on equilibration sermatozoa patterned quadratic. Found that the addition
rafinosa at equilibration was highly significant (P <0,01) to live spermatozoa with Ý = 66.49 + 17,94x-
4,23x2 with the optimum value of 2.1%.
292
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
dan lippoprotein yang dapat digunakan sebagai R2 : penambahan raffinosa 1 % dalam bahan
bahan penyangga (buffer) yang dapat pengencer;
mempertahankan dan mengatur pH semen juga R3 : penambahan raffinosa 1,5% dalam bahan
mencegah terjadinya cold shock akibat pengencer;
penurunan temperatur yang mendadak. R4 : penambahan raffinosa 2% dalam bahan
Pengencer sitrat kuning telur juga mengandung pengencer;
karbohidrat yang digunakan untuk memenuhi R5 : penambahan raffinosa 2,5% dalam bahan
kebutuhan nutrisi bagi spermatozoa. pengencer;
Penambahan karbohidrat dapat berfungsi R6: penambahan raffinosa 3% dalam bahan
sebagai nutrisi yang dapat digunakan oleh pengencer.
spermatozoa untuk melakukan aktivitas
fisiologisnya sebelum spermatozoa Metode
dideposisikan ke alat kelamin betina. Semen sapi Ongole ditampung dengan
Penambahan rafinosa pada pengencer menggunakan vagina buatan. Semen segar
semen dapat menyimpan cadangan energi yang diperoleh kemudian dievaluasi secara
dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga makroskopis (volume, warna, kekentalan pH,
dapat digunakan oleh spermatozoa dalam dan bau) dan mikroskopis (motilitas,
waktu yang lebih lama (Savitri, 2014). Sampai konsentrasi, persentase hidup dan abnormalitas
saat ini belum dilakukan penelitian tentang spermatozoa). Semen segar yang memenuhi
penambahan dosis rafinosa pada pengencer syarat diencerkan sesuai dengan perlakuan
sitrat kuning telur sehinga dilakukan penelitian yang diberikan.
dengan menambahkan rafinosa. Pembuatan Sitrat Kuning telur terdiri
dari 2 tahapan, yaitu pembuatan buffer dan
MATERI DAN METODE pembuatan pengencer, kemudian larutan buffer
dicampurkan dengan larutan pengencer.
Materi Larutan yang telah tercampur dibagi menjadi 6
Peralatan yang digunakan pada dengan masing-masing 10 ml lalu tiap bagian
penelitian ini adalah: vagina buatan, tabung ditambahkan dengan dosis rafinosa yang
penampung berskala, labu didih dan penangas, berbeda yaitu 0,5%; 1 %; 1,5%; 2%; 2,5% dan
timbangan elektrik, spatula, corong, gelas ukur 3%.
dan tutupnya, kertas label, kertas whatman, Setelah diencerkan, semen di ekuilibrasi
waterbath erlenmeyer, tabung reaksi, pipet didalam cold top dengan suhu ±50C selama 4
tetes, cold top, incubator, container, gunting, jam, kemudian dikemas kedalam straw yang
pinset, kertas tisu, stopwatch, thermometer, berukuran 0,25 ml. Proses Prefreezing semen
ember, mikroskop, spektrofotometer, dilakukan dengan menempatkan straw pada rak
micropipet, mesin filling and sealing, pH di dalam uap nitrogen cair sekitar 10 cm diatas
meter, boks tempat prefreezing, counter permukaan nitrogen cair selama 10 menit.
number, alat hitung, gelas kaca, gelas penutup, Freezing di lakukan didalam kontainer yang
kamera, dan alat tulis. berisi nitrogen cair dengan suhu -1960C.
Bahan yang digunakan pada penelitian Pencairan kembali (thawing) di lakukan dengan
ini adalah: semen sapi Ongole, sitrat kuning memasukan straw pada air yang bersuhu 370C
telur, Na-sitrat, aquabidestilata, telur ayam, selama 30 detik.
antibiotik penicillin 1000 IU, streptomycin 1 Guna mengetahui pengaruh perlakuan
ml, alkohol 70%, fruktosa, rafinosa , pewarna terhadap kualitas semen beku, dilakukan
eosin 2% dan nitrogen cair. evaluasi pada tahap ekuilibrasi, setelah
prefreezing dan post thawing motility.
Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan pada penelitian Peubah yang Diamati
ini menggunakan metode Rancangan Acak Peubah yang diamati dalam penelitian
Lengkap (RAL) dengan enam kali perlakuan ini adalah :
penambahan dosis rafinosa dalam pengencer 1. Motilitas
sitrat kuning telur semen Sapi Ongole. Setiap menentukan motilitas spermatozoa sesuai
perlakuan dilakukan 4 kali pengulangan. dengan kriteria 0--100%
Perlakuaan yang dicobakan adalah konsentrasi
rafinosa sebagai berikut: 2. Persentase spermatozoa hidup(%)
R1 : penambahan raffinosa 0,5% dalam bahan dihitung dengan rumus:
pengencer; jumlah spermatozoa hidup
= x 100 %
jumlah total spermatozoa
293
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
294
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
pengencer sitrat kuning telur tidak memberikan Hasil rataan persentase motilitas
pengaruh terhadap motilitas spermatozoa spermatozoa setelah prefreezing (Tabel 2)
selama ekuilibrasi. Hal tersebut diduga karena berada pada kisaran 36,50-- 42,50 %. Motilitas
pada saat ekuilibrasi rafinosa belum spermatozoa setelah prefreezing mengalami
termetabolisme dengan sempurna. Rafinosa penurunan yang sangat drastis dibandingkan
merupakan trisakarida yang apabila dengan setelah ekuilibrasi. Hal ini disebabkan
termetabolisme dengan sempurna akan karena adanya perubahan suhu yang sangat
menghasilkan 3 gugus gula yaitu fruktosa, rendah yaitu -1400C. Pada perubahan suhu
glukosa dan galaktosa sehingga membutuhkan yang ekstrim ini menyebabkan spermatozoa
waktu lebih lama untuk menghasilkan energi mengalami cekaman dingin (cold shock)
yang dibutuhkan oleh spermatozoa. Pada sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan
kondisi tersebut rafinosa belum dapat organel-organel sel spermatozoa. Morel (1999)
dimanfaatkan secara optimal sebagai energi menyatakan bahwa cold shock tersebut akan
dan krioprotektan oleh spermatozoa. Akan merubah membran spermatozoa dari
tetapi, pada fase tersebut perubahan suhu masih konfigurasi normal kekonfigurasi hexagonal
dapat dihadapi oleh spermatozoa sehingga efek yang dapat menyebabkan kerusakan pada
cold shock semakin sedikit. membran plasma spermatozoa.
Hasil rataan persentase motilitas Hasil analisis ragam terhadap motilitas
spermatozoa setelah ekuilibrasi (Tabel 2) spermatozoa pada PTM tidak berbeda nyata
berada pada kisaran 57--63%. Hasil tersebut (P>0,05) menunjukkan bahwa penambahan
masih dapat dikatakan baik dan sesuai dengan dosis rafinosa dalam pengencer sitrat kuning
pendapat Aminasari (2009) yang menyatakan telur tidak berpengaruh nyata terhadap
bahwa motilitas semen yang telah didinginkan motilitas spermatozoa diduga karena di dalam
pada suhu 5°C tidak boleh berada di bawah pengencer sitrat kuning telur sumber energi
55%, jika dibandingkan dengan semen segar, yang ditambahkan bukan hanya rafinosa tetapi
persentase motilitas spermatozoa setelah terdapat fruktosa. Fruktosa merupakan
ekuilibrasi lebih rendah. karbohidrat monosakarida yang mudah
Proses ekuilibrasi merupakan tahap termetabolisme oleh spermatoza. Hal tersebut
adaptasi spermatozoa pada kondisi lingkungan sesuai dengan pendapat Mukminat (2014) yang
yang dingin pada suhu 50C selama 4 jam. menyatakan bahwa fruktosa merupakan
Sugiarti et al., (2004) menyatakan bahwa monosakarida yang mudah diolah dalam sel
proses pendinginan pada suhu 50C akan spermatozoa menjadi energi. Rafinosa
menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa merupakan trisakarida yang apabila
akibat adanya asam laktat sisa metabolisme sel termetabolisme akan menghasilakan fruktosa,
yang menyebabkan kondisi medium menjadi galaktosa dan glukosa sehingga membutuhkan
semakin asam karena penurunan pH. Kondisi waktu lebih lama untuk diolah menjadi energi
terebut menyebakan perubahan kondisi asam Persentase rataan motilitas spermatozoa
yang bersifat toksik terhadap spermatozoa. berada dalam kisaran 31,25-- 36,25%,
Hasil analisis ragam terhadap motilitas persentase tersebut sangat rendah dan tidak
spermatozoa setelah prefreezing tidak berbeda masuk dalam standar semen beku yaitu 40%.
nyata (P>0,05) menunjukkan bahwa dosis Seusai dengan pendapat Toelihere (1985) yang
rafinosa dalam pengencer sitrat kuning telur menyatakan bahwa semen yang layak
tidak meberikan pengaruh nyata terhadap digunakan untuk IB adalah minimal 40%
motilitas spermatoza selama prefreezing. Hal sesuai dengan Standar PTM. Hal tersebut
tersebut diduga karena rafinosa tidak dapat dapat disebakan karena perubahan ke suhu
digunakan secara sempurna oleh spermatozoa pembekuan dalam N2 cair (-1960C) yang
sebagai energi dan krioprotektan. Rafinosa menyebabkan spermatozoa mengalami cold
yang tidak dapat berperan sebagai shock sehingga menyebabkan kerusakan pada
krioprotektan menyebabkan spermatozoa membran sel sehingga motilitas spermatozoa
mengalami kerusakan. Ketika membran terganggu dan menyebabkan kematian sel
sperma mengalami kerusakan, enzim aspartat spermatozoa yang cukup tinggi. Rizal et al.
aminotransferase (AspAT) yang merupakan (2003) menambahkan bahwa apabila terjadi
enzim utama dalam mitokondria yang kerusakan pada membran plasma dapat
memproduksi ATP akan dilepaskan dari sel menyebabkan hilangnya enzim-enzim yang
dan masuk ke seminal plasma. Kehilangan diperlukan dalam proses metabolisme sehingga
AspAT akan mengganggu produksi ATP dan tidak dihasilkan energi sehingga motilitas
mengganggu motilitas spermatozoa (Arifiantini menjadi rendah, serta daya hidup juga akan
dan Purwantara, 2010). rendah.
295
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
Spermatozoa Hidup
85
3% 82,37±1,87 61,70±4,03 37,80±6,21 hasil rataan
80
75
(%)
Hasil analisis ragam persentase 70
spermatozoa hidup menunjukan dosis rafinosa 65 Uji
yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 Polinomial
terhadap persentase spermatozoa hidup sapi Ortogonal
Dosis Rafinosa
Ongole selama ekuilibrasi. Penambahan dosis
2,5% pada ekuilibrasi memberikan pengaruh Gambar 1. Hubungan antara dosis rafinosa
terhadap persentase spermatozoa hidup sebesar dengan persentase spermatozoa
85,20% dan hasil ini lebih tinggi bila hidup Sapi Ongole setelah
dibandingkan dengan penambahan dosis ekuilibrasi
rafinosa sebanyak 0,5%, 1%, 1,5 %, 2%, dan
3% dengan persentase spermatozoa hidup Rafinosa merupakan karbohidrat dengan
73,45%, 82,10%, 83,65%, 84,12% dan 82,37%. molekul besar. Karbohidrat dengan molekul
Uji Polinomial Ortogonal menunjukan besar dapat digunakan oleh spermatozoa
bahwa pengaruh perlakuan terhadap sebagai krioprotektan ekstraseluler di dalam
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi berpola bahan pengencer. Menurut Supriatna dan
kuadratik dengan persamaan regresi Ý = Pasaribu (1992), karbohidrat merupakan
66,49+17,94x-4,23x2 dan memiliki koefisien senyawa yang dapat berperan sebagai
korelasi (r) sebesar 76,5% serta koefisienan krioprotektan ekstraseluler, dan berfungsi
determinan (R2) sebesar 58,5%. Nilai Y melindungi membran plasma sel dari
merupakan persentase spermatozoa hidup, kerusakan. Salmon dan Maxwell (2000)
sedangkan X adalah dosis rafinosa di dalam menambahkan bahwa gula dalam keadaan beku
pengencer sitrat kuning telur. Nilai r berbentuk seperti kaca (glass) yang tidak tajam,
menunjukkan bahwa antara persentase sehingga tidak merusak sel spermatozoa secara
spermatozoa hidup dengan dosis rafinosa mekanik. Pada dosis rafinosa yang optimal
memiliki hubungan yang erat sebesar 76,5%, dapat melindugi spermatozoa selama proses
sedangkan nilai R2 menunjukkan pada dosis ekuilibrasi sedangkan apabila tidak tepat
rafinosa yang bervariasi memberikan penggunaanya maka akan menyebabkan efek
pengaruh sebesar 58,5% terhadap persentase yang buruk terhadap spermatozoa karena dapat
spermatozoa hidup setelah ekuilibrasi dan bersifat toksik. Pada dosis 0,5%, 1,5%, dan 2%
sisanya oleh faktor diluar perlakuan. menunjukkan hasil yang rendah jika
Berdasarkan Uji Polinomial Ortogonal dibandingkan dengan dosis 2,5%, hal tersebut
selama ekuilibrasi dosis rafinosa 2,1% disebabkan dosis rafinosa yang tidak optimal di
memberikan hasil optimal, hal ini diduga dalam bahan pengencer yang menyebabkan
karena dosis rafinosa mampu memberikan penurunan kualitas spermatozoa.
perlindungan yang efektif terhadap cold shock. Penambahan dosis rafinosa yang
Pada proses ekuilibrasi rafinosa akan semakin tinggi cenderung menyebabkan
296
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
297
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
298
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): 292- 299, November 2016 Sintha Pubiandara et. al.
299