Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ISSN 0853-8557

ANALISIS KESTABILAN CABLE STAYED BRIDGE AKIBAT PENGARUH


RASIO LEBAR TERHADAP BENTANG JEMBATAN
Sumaiyah Ohorella1, Harsoyo2
1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
email: sumaiyahohorella95@gmail.com
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
email: harsoyo@uii.ac.id

ABSTRACT
Cable stayed is one of the long spans bridge structure that can minimize the use of pillars so
that access under the bridge can be utilized optimally. The main structure of the cable stayed
bridge is a cable connected from the bridge deck to the pylon. Problems in long spans bridge
structure is wind can provide significant changes in the structure of the bridge. Based on
previous experience and research, shows that the influence of wind can cause security and
service problems. It can even cause instability in the entire bridge structure due to the flexible
nature of its structure. This study aims to analyze the stability of the cable stayed bridge due to
the influence of the span ratio to the width of the bridge. The width of the bridge is varied from
14 m to 24 m every 1 m addition modeled using the SAP2000 v.14 program. The object of
research using Jembatan Merah Putih, Ambon. The structural response is observed as the
natural vibration frequency, internal force and deformation of the structure. The larger the
ratio of bridge width to the main span of the bridge, the greater the weight itself and the load of
the service work on the bridge structure. So the values of the inner forces that are generated on
the main structure include the tower and the bridge deck will be greater for each additional
width of the bridge. For the bridge width ratio to bridge span of 0.093 to 0.133, the width of the
bridge 14 m to 22 m remains stable against the aerodynamic effect due to wind according to
Leondhart, B ≥ L / 30 and still qualifies the maximum deflection according to AASHTO (max=
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿
800
) and AISC (maks= 150).
Keywords: Cable Stayed, Pylon, Leondhart, Displacement
PENDAHULUAN tersebut runtuh akibat angin dengan
kecepatan 42 mph (18,8 m/s) sehingga
Permasalahan pada struktur jembatan
struktur jembatan bergetar sampai akhirnya
bentang panjang yaitu angin dapat
jembatan tersebut runtuh (Made Suangga &
memberikan perubahan yang cukup
Andi Wiryana, 2008). Fenomena ini
signifikan pada struktur jembatan tersebut.
diklasifikasikan sebagai fenomena
Berdasarkan pengalaman dan penelitian
aerodynamik pada jembatan bentang
terdahulu, menunjukkan bahwa pengaruh
panjang. Perencanaan jembatan bentang
angin dapat menyebabkan masalah
panjang mensyaratkan kestabilan terhadap
keamanan dan pelayanan. Hal tersebut
flutter sebagai salah satu aspek penting
bahkan dapat menyebabkan ketidakstabilan
dalam perencanaan.
pada seluruh struktur jembatan karena sifat
fleksibel dari strukturnya. Oleh karena itu, masih harus dikembangkan
penelitian mengenai rasio antara panjang
Efek yang timbul akibat aliran angin
bentang jembatan terhadap lebarnya
tersebut diketahui sebagai flutter yang telah
sehingga jembatan cable stayed menjadi
menyebabkan runtuhnya Tacamo Narrow
stabil terhadap pengaruh akibat beban angin.
Bridge di Amerika pada tahun 1940.
Pada penelitian ini memvariasikan lebar
Akibatnya, maka timbul gaya yang bekerja
jembatan yaitu mulai dari lebar jembatan 14
pada gelagar dan bersifat periodik. Jembatan
m sampai 24 m dan menggunakan Jembatan

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 359
ISSN 0853-8557

Merah Putih sebagai objek penelitian fungsinya. Setiap komponen jembatan cable
dengan panjang bentang tengah 300 m yang stayed saling berhubungan dengan kabel
merupakan tipe jembatan cable stayed. yang memikul beban dari gelagar jalan raya
beserta lalu lintasnya kemudian beban
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
tersebut ditransfer ke menara dan
rumusan masalah dalam penelitian ini
dilimpahkan ke pondasi jembatan. Di bawah
adalah sebagai berikut.
ini akan dijelaskan beberapa tipe dan bentuk
1. Berapakah besar deformasi yang terjadi dari komponen utama jembatan cable
pada struktur jembatan cable stayed pada stayed.
arah memanjang jembatan pada sumbu X
Tabel 1 Perbedaan Penelitian Terdahulu
(U1), arah melintang jembatan pada
dengan Penelitian Sekarang
sumbu Y (U2) dan arah gravitasi
jembatan sumbu Z (U3) pada setiap Perbedaan dengan
Nama Hasil Penelitian
kombinasi beban terhadap variasi lebar sekarang
jembatan? Rizal. M, 2005 Jembatan cable stayed Jembatan cable
2. Berapakah lebar jembatan yang masih Siak Sri Indrapura yang stayed yang akan
dianalisis diperoleh dijadikan objek
tetap stabil terhadap pengaruh lendutan menara (pylon) penelitian
aerodinamik akibat beban angin serta jembatan masing- mengenai
masing arah U1, u2 dan kestabilan cable
masih memenuhi syarat lendutan u3 sebesar 0,44 m, 0,24 stayed akibat
maksimum AASHTO dan AISC? m dan 0,014 m serta pengaruh rasio
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. frekuensi getaran bentang terhadap
minimal dan maksimal lebar jembatan
1. Mengetahui nilai deformasi yang terjadi masing-masing 0,538 adalah Jembatan
Hz dan 2,73 Hz. Merah Putih
pada struktur jembatan cable stayed baik Ambon dengan
pada arah memanjang jembatan pada tipe kabel harp.
sumbu X (U1), arah melintang jembatan Rollies. F, 2007 Perencanaan jembatan Jembatan Merah
cable stayed dengan Putih memiliki
pada sumbu Y (U2) dan arah gravitasi bentang total 512 m panjang bentang
jembatan sumbu Z (U3) serta memliki bentuk total 300 m
2. Menentukan dan mengetahui rasio antara pylon A diperoleh dengan pylon
kombinasi beban yang berbentuk H serta
bentang dan variasi lebar jembatan yang paling dominan pada digunakan
masih stabil terhadap pengaruh akibat deck jembatan yang gelagar baja
berupa box girder struktur ASTM
beban angin serta memenuhi syarat adalah kombinasi beban 709M grade 345.
lendutan maksimum AASTHO dan mati dan beban hidup
AISC. (moving load) dan pada
pylon adalah kombinasi
TINJAUAN PUSTAKA beban mati dan beban
gempa.
Tabel 1 berikut merupakan beberapa Masagala, Algazt Analisis kestabilan Variasi lebar
Aryad, 2015 cable stayed dengan jembatan dengan
penelitian sejenis sebagai pertimbanngan gelagar box girder serta gelagar baja
yang sudah dilakukan untuk menghindari memvariasikan lebar struktur ASTM
plagiasi sekaligus menggmbarkan mengenai jembatan antara 7 m 709 M grade 345
sampai 22 m diperoleh pada jembatan
perbedaan dengan penelitian yang di deformasi terbesar merah putih yaitu
lakukan pada Tugas Akhir ini. akibat beban angin pada 14 m sampai 24
arah sumbu Y (u2) m.
LANDASAN TEORI adalah pada variasi
dengan lebar jembatan 7
Komponen Jembatan Cable Stayed m.

Pada umumnya komponen utama jembatan Menara atau Pylon


cable stayed terdiri atas gelagar, kabel, dan Pylon akan menerima gaya dari gelagar
menara atau pylon yang dapat dilihat pada yang disalurkan melalui kabel. Pemilihan
Gambar 1. Masing - masing bagian bentuk menara sangat dipengaruhi oleh
mempunyai berbagai tipe dan bentuk yang kofigurasi kabel, estetika, dan kebutuhan
bermacam-macam yang digunakan sesuai

360 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

perencanaan serta pertimbangan biaya.


Bentuk-bentuk menara dapat berupa rangka
portal trapezoidal, menara kembar, menara
A, atau menara tunggal dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 3 Gelagar solid web (Sumber:


Troitsky, dalam Supriyadi dan Muntohar,
2007)
Pengaruh Beban Dinamik
Gambar 1 Komponen utama jembatan
cable-stayed (Xu, 2013) Efek yang timbul akibat aliran angin
tersebut dikenal sebagai flutter yang telah
menyebabkan runtuhnya Tacomma Narrow
Bridge di Amerika Tahun 1940. Akibat
adannya flutter maka timbul gaya yang
bekerja pada gelagar dan bersifat periodik.
Analisis beban angin dapat dilakukan
sederhana dengan menjabarkan gaya-gaya
Gambar 2 Tipe Menara/Pylon (Zarkasi dan yang bekerja pada struktur jembatan berupa:
Roliansjah, 1995)
1. Komponen gaya horizontal (T)
Gelagar 2. Komponen gaya vertikal (N)
Gelagar yang tersusun dari solid web yang 3. Momen torsi (M)
terbuat dari baja atau beton cenderung Yang besarnya tergantung pada faktor:
terbagi atas dua tipe yang dapat dilihat pada a. Intensitas angin (q)
Gambar 3 yaitu: b. Bentuk penampang struktur lantai
1. Gelagar pelat (plate girder) dapat terdiri jembatan (CT, CN, dan CM)
atas dua atau banyak gelagar. c. Sudut singgung angin terhadap lantai
2. Gelagar box (box girder) dapat terdiri jembatan.
atas satu atau susunan box yang dapat Beban yang bekerja pada dek jembatan akan
berbentuk persegi panjang dan trapesium. seperti pada Gambar 4, penentuan besarnya
Untuk bentang yang lebih panjang, nilai koefisien CT, CN, dan CM dilakukan
pemakaian beton pada gelagar jembatan dengan mengadakan pengujian terhadap
akan menyebabkan pertambahan berat beberapa tampang dengan menggunakan
sendiri yang pada akhirnya akan wind tunnel. Sehingga besar beban pada
mempengaruhi dimensi elemen jembatan struktur menjadi.
seperti kabel, pylon dan pondasi. Dengan T = CT qhl
pertimbangan tersebut, pada bentang yang N = CN qhl
lebih dari 350 meter umumnya digunakan M = CM qhl
gelagar jembatan baja diantaranya dapat
digunakan material komposit baja dan
beton. Kelebihan lain dari struktur komposit
tersebut adalah kemudahan dalam hal
pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 4 Pendekatan Aksi Beban Angin
pada Deck Jembatan (Walther, 1988)

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 361
ISSN 0853-8557

Hasil pengujian pada empat jembatan dapat gempa masukan berupa gelombang
dilihat pada Gambar 5 di bawah ini dengan akselerasi dengan amplitudo yang
kurva untuk setiap koefisien telah dimodifikasi berdasarkan wilayah frekuensi
digambarkan sebagai fungsi sudut singgung (frequency zone) sehingga sesuai akselerasi
angin terhadap lantai jembatan (Walther, standar respon spektra. Gempa tipikal harus
1988). dipilih berdasarkan kondisi tanah dan
topografi yang serupa dengan lokasi
jembatan, sehingga dapat dilakukan (SNI
2833-2008, Pasal 4.3.2).
KEKAKUAN GELAGAR
Semakin langsing jembatan bentang
panjang, maka stabilitas terhadap beban
angin semakin kecil. Adanya beban angin
tersebut akan mengakibatkan terjadinya
getaran pada lantai jembatan yang
mempengaruhi kenyamanan pengguna
jembatan tersebut.
Gambar 5 Koefisien bentuk CT, CN, dan CM Hasil survey yang dilakukan terhadap 20
(Walther, 1988) jembatan cable stayed di dunia memberikan
ANALISIS GEMPA DINAMIK perbandingan antara tinggi gelagar dengan
bentang jembatan yang bervariasi mulai dari
Berdasarkan Standar Ketahanan Gempa 1 1
untuk Jembatan, SNI 2833-2008 analisis sampai (Podolny,1976). Sedangkan
40 100
dinamik perlu dilakukan untuk tipe jembatan menurut Leondhart, perbandingan antara
dengan perilaku rumit sebagai berikut. tinggi gelagar dengan bentang utama
jembatan sangat bergantung pada rasio
1. Bentang utama melebihi 200 meter
lendutan maksimum akibat beban hidup dan
2. Jembatan fleksibel dengan periode
beban mati dan memberikan nilai yang
panjang melebihi 1,5 detik 1
3. Jembatan dengan pilar tinggi melebihi 30 ekonomis bilai nilainya berkisar antara 10
1
meter sampai 90 . Khusus untuk jembatan cable
4. Jembatan pelengkung dengan lantai di satyed beton dengan sistem kabel dan
atas, struktur cable stayed, dan jembatan bidang pada kedua ujung tidak menunjukkan
gantung, jembatan yang menggunakan gejala aerodinamis yang mengkhawatirkan
isolasi dasar. Berikut adalah prosedur bila memenuhi persyaratan:
analisis tahan gempa pada Gambar 6
𝐿
berikut. B  10H atau B  30
Dimana:
B = lebar jembatan
H = tinggi gelagar jembatan
L = panjang bentang utama
Untuk jembatan baja yang relatif ringan dan
bentang di atas 400 m sehingga cenderung
Gambar 6 Prosedur Analisis Gempa Untuk mudah bergetar, persyaratan diatas masih
Jembatan (Sumber: SNI 2833-2008) berlaku namun sebaiknya digantung ke
Untuk analisis riwayat waktu diperlukan menara berbentuk A dan harus mempunyai
𝐿
data gempa besar tipikal yang umumnya B  25.
terjadi di luar lokasi jembatan. Gerakan

362 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

PEMBEBANAN ≥ 30 m
Aksi Tetap (Permanent Actions) Dimana,
Dalam penelitian ini aksi tetap terdiri atas q = intensitas beban terbagi rata
berat sendiri struktur dan beban mati (BTR) dalam arah
tambahan. memanjang jembatan
L = panjang total jembatan yang
1. Berat Sendiri (MS)
dibebani (meter) (RSNI-T-
Berat sendiri adalah berat bahan dan
02-2005, Pasal 6.3.1 (2)).
bagian jembatan yang merupakan elemen
Sedangkan beban garis (BGT)
struktur, ditambah dengan elemen non
ditempatkan dalam kedudukan
struktur yang dianggap tetap. Berat
sembarang sepanjang jembatan dan
sendiri dihitung berdasarkan berat isi dan
tegak lurus pada arah lalu lintas dan
kerapatan massa (unit weights and mass
mempunyai intensitas p adalah 49,0
densities) seperti Tabel 2 berikut.
kN/m (RSNIT-02-2005, Pasal 6.3).
Tabel 2 Berat Isi untuk Beban Mati Sehingga penyebaran beban lajur
Berat Satuan isi Kerapatan “D” dapat dilihat pada Gambar 7
No. Bahan
(kN/m2) Massa (Kg/m3) berikut.
Lapisan
1 22,0 2240
permukaan aspal
Kerikil
2 18,8-22,7 1920-2320
dipadatkan
3 Aspal beton 22,0 2240
4 Beton ringan 12,25-19,6 1250-2000
5 Beton bertulang 23,5-25,5 2400-2600
6 Baja 77,0 7850
7 Air murni 9,8 1000
(Sumber: RSNI T-02-2005) Gambar 7 Beban Lajur ”D”
2. Beban Mati Tambahan (MA) (Sumber : RSNI-T-02-2005)
Beban mati tambahan salah satunya dapat
berupa lapisan kembali permukaan aspal b. Beban lajur “T”
(overlay) dengan γaspal adalah 25 kN/m3. Pembebanan truk “T” terdiri dari
kendaraan truk semi trailer yang
Aksi Sementara (Transient Action) mempunyai susunan dan berat as
1. Beban Lalu Lintas seperti pada Gambar 8 berat dari
Beban lalu lintas untuk perencanaan masing-masing as disebarkan
jembatan terdiri atas beban lajur ”D” dan menjadi 3 beban rata sama besar
beban truk “T”. yang merupakan bidang kontak
antara roda dengan permukaan jalan.
a. Beban lajur “D”
Beban lajur “D” terdiri dari beban
terbagi rata (BTR) dan beban garis
(BGT). Beban terbagi rata
mempunyai intensitas q kPa yang
besarnya tergantung pada panjang
total L yang dibebani dan
dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30 m Gambar 8 Pembebanan Truk “T”
(Sumber : RSNI-T-02-2005)
15
q = (0,5  )
9,0 . L kPa untuk L

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 363
ISSN 0853-8557

c. Faktor beban dinamis e. Beban angin


Faktor beban dinamis (FBD) Gaya nominal ultimit dan daya
merupakan hasil interaksi antara layan jembatan akibat beban angin
kendaraan yang bergerak dengan tergantung kecepatan angin rencana
jembatan. Faktor beban dinamis seperti berikut:
berlaku untuk pembebanan “D” dan
TEW =0,0006.Cw.(Vw)2.Ab(kN)
pembebanan truk “T” untuk
Dimana:
simulasi kejut dari kendaraan
bergerak pada struktur jembatan. Cw = koefisien seret
Beban garis FBD dapat dilihat pada Vw = kecepatan angin rencana
Gambar 9 berikut. (m/s)
Ab = luas bidang samping
jembatan (m2)
Koefisien seret (Cw) dan kecepatan
angin rencana (Vw) harus diambil
berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Nilai Koefisien Seret (Cw)
Tipe Jembatan Cw
Bangunan atas masif ; (1), (2)
Gambar 9 Faktor Beban Dinamis (FBD) b/d = 1 2,1
(Sumber: RSNI-T-02-2005) Tipe Jembatan Cw
b/d = 2,0 1,5
Faktor beban dinamis (dinamic load b/d ≥ 6,0 1,25
allowance) untuk BGT diambil Bangunan atas rangka 1,2
sebagai berikut: Catatan (1) :
b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar
DLA = 0,4 untuk LE ≤ 50 m sandaran
DLA = 0,4 – 0,0025 (L-50) d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran
yang masif
untuk 50 < LE < 90 m Catatan (2)
DLA = 0,3 untuk LE 90 m Untuk harga antara dari b/d bisa diinterpolasi
Untuk bentang sederhana/ekivalen: Beban garis merata tambahan arah
horisontal pada permukaan lantai
LE = √𝐿𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 ∗ 𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠 (3.5)yang meniup
jembatan akibat angin
Keterangan: kendaraan di atas jembatan dihitung
Lrata- = panjang bentang rata- dengan rumus:
rata rata dari bentang-
bentang menerus TEW = 0,0012 . Cw .(Vw)2 (kN/m)
Lmaks = panjang bentang Dimana:
maksimum dari bentang- Cw = koefisien seret
bentang menerus Vw = kecepatan angin rencana
d. Gaya rem (TTb) (m/s)
Pengaruh pengereman dari lalu Tabel 4 Nilai Kecepatan Angin Rencana
lintas diperhitungkan sebagai gaya (Cw)
dalam arah memanjang, dan
Lokasi
dianggap bekerja pada permukaan Keadan Batas Sampai 5 km > 5 Km dari
lantai jembatan. dari pantai pantai
Daya layan 30 m/s 25 m/s
TTb = 250 kN untuk LT ≤ 80 m Ultimit 35 m/s 30 m/s
TTb = 250 + 2,5 ( LT-80 ) kN untuk 80 <
LT < 180 m
TTb = 500 kN untuk LT  180 m

364 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

KOMBINASI PEMBEBANAN A

Aksi rencana ditentukan dari aksi nominal


yaitu mengalikan aksi nominal dengan
faktor beban yang memadai. Sehingga 1. Menganalisis frekuensi getar alami serta pengaruhnya pada
kombinasi pembebanan yang digunakan struktur terhadap variasi lebar jembatan.
pada analisis ini yaitu sebagai berikut: 2. Membandingkan gaya dalam pylon pada 11 variasi lebar
jembatan.
Kombinasi I = 1,3 MS+2MA+1,8D+1,8 TB
3. Menganalisis deformasi pada elemen jembatan (pylon dan dek)
+ 1,2EW terutama pada arah melintang jembatan, sumbu Y (U2)

Kombinasi II = 1,3 MS + 2MA + 1,8D + 1,8 4. Menganalisis lendutan yang terjadi pada dek akibat beban angin

TB pada arah melintang jembatan terhadap lendutan maksimum


menurut AASHTO dan AISC.
Kombinasi III = 1,3 MS + 2MA + 1,8D +
1,2EW
Hasil dan
Kombinasi IV = 1,3 MS + 2MA + 1,8D + Pembahasan
EQX + 0,3EQY
Kombinasi V = 1,3 MS + 2MA + 1,8D + 0,3
Simpulan dan
EQX + EQY Saran

Kombinasi VI = 1,3 MS + 2MA + 1,2EW


Keterangan: FINISH

MS = Berat sendiri
MA = Beban mati tambahan Gambar 10 Flow Chart Tugas Akhir
D = Beban lajur D
TB = Gaya rem HASIL DAN PEMBAHASAN
EW = Beban angin Data Teknis Jembatan
EQX = Beban gempa arah X
Berikut akan dilakukan analisis dengan lebar
EQY = Beban gempa arah Y
jembatan 20 m dengan data yang diketahui
METODOLOGI PENELITIAN untuk perhitungan adalah sebagai berikut:
START 1. Panjang bentang jembatan (L): 300 m
2. Panjang main span : 150 m
Data:
1. Modeling 11 variasi lebar
3. Panjang side span : 75 m
Jembatan
2. Input Material 4. Tebal slab lantai jembatan (ts): 0,25 m
3. Input Beban
5. Tebal lapisan aspal+overlay (ta): 0,7 m
6. Lebar 1 jalur lalu lintas (b1): 8,6 m
Analisis Program SAP
2000 v.14 7. Lebar median : 0,5 m
8. Lebar total jembatan : 20 m
NO

Hasil output SAP2000:


9. Tinggi pylon : 83,5 m
a. Frekuensi getar alami
b. Gaya dalam pylon 10. Jumlah lajur : 2 jalur – 4
b. Displacement pylon
c. Displacement dek lajur

Apakah memenuhi garis


regresi linear?

YES

Pengolahan Data Hasil


SAP2000 v.14

A
Gambar 11 Konfigurasi Jembatan Merah
Putih

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 365
ISSN 0853-8557

PEMBEBANAN STRUKTUR b. Tiang sandaran


Berdasarkan Gambar 12 di atas,
Pedoman pembebanan rencana yang
tiang sandaran pada jembatan
digunakan mengacu kepada standar
berbentuk trapesium dengan
pembebanan untuk jembatan (RSNI-T-02-
memiliki panjang sisi sejajar
2005). Secara umum beban rencana tersebut
berturut-turut sebesar 0,08 m dan
adalah sebagai berikut.
0,15 m serta tingginya sebesar 0,48
Aksi Tetap m. Apabila perhitungan berdasarkan
Aksi tetap terdiri dari berat sendiri (MS) dan dimensi yang ada, maka perhitungan
beban mati tambahan (MA). berat sendiri tiang sandaran adalah
sebagai berikut.
1. Berat sendiri (Ms) 0,08 +0,15
Parapet jembatan dipasang sepanjang MSTiang = x 0,48 x
2
Sandaran
jembatan dengan jarak antara tiang 78,5
sandaran sebesar 2 m. Jarak antara tiang = 0,0552 kN/m
dipisahkan menggunakan pipa railing c. Median
dengan diameter luar sebesar 2,5" (± 63 Pada penelitian ini, tebal median
mm). jembatan sebesar 0,3 m dengan
a. Parapet (dinding sandaran beton) memiliki berat jenis beton (WC)
Dimensi parapet (dinding sandaran sebesar 24 kN/m3 sehingga
beton) dibagi menjadi 5 bagian perhitungan berat sendiri median
dalam perhitungan ini dengan adalah sebagai berikut.
ketentuan berat jenis beton (WC) MsMedian = tebal x WC
sebesar 24 kN/m3. Pembagian = 0,3 x 24
dimensi parapet yang dapat dilihat = 7,2 kN/m2
pada Gambar 12. 2. Beban Mati Tambahan (MA)
Beban ini merupakan elemen non
struktur dan besarnya berubah selama
umur jembatan, antara lain beban
aspal+overlay serta beban genangan air
4

1 5 hujan.
3

2 Lapisan aspal + = 0,07 x2 22 kN/m3 = 1,54


overlay kN/m
Genangan air hujan = 0,05 x 9,8 kN/m3 =
0,49 N/m2
Gambar 12 Pembagian Dimensi Parapet Total QMA = 2,03 kN/m2

Berdasarkan dimensi yang ada, Beban Lalu Lintas


maka perhitungan berat sendiri 1. Beban Lajur (D)
parapet (sandaran beton) dan pipa Faktor beban ultimit untuk beban lajur =
railing dapat dilihat pada Tabel 5. 2, dan BGT mempunyai intensitas (p) =
Tabel 5 Perhitungan Berat Sendiri Parapet 49 kN/m. Faktor beban dinamis (dynamic
dan Pipa Railing load allowance) untuk BGT sebagai
b Berat Volume Berat
berikut:
No. h (m)
(m) (kN/m3) (kN/m)
1 0,05 2,50 24 0,150
DLA = 0,4 (untuk LE ≤ 30 m)
2 0,05 0,490 24 0,588 DLA = 0,4 – (0,0025 x (L-50))
3 0,25 0,769 24 4,164 (untuk 50 < LE < 90 m)
4 0,05 0,20 24 0,240 DLA = 0,3 (untuk LE ≥ 90 m)
5 0,05 0,05 24 0,030
2 Pipa railing galvanis 2,5" BJ (kN/m) = 1,25 2,500 Lebar 1 jalur lalu lintas (b1) = 8,6 m
Total 8,122

366 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Panjang jembatan besarnya gaya rem per joint adalah sebagai


berikut.
L1 = 75 m (side span)
TTB 1000
L2 = 150 m (main span)   10
Panjang bentang rata-rata TTb = Jo int 100 kN

L1  L 2 75  150 Beban Angin (EW)


  112,5
Lav = 2 2 m Beban angin tergantung pada kecepatan
Panjang bentang maksimum = 300 m angin rencana yang dihitung dengan
Panjang bentang ekivalen (LE) persamaan berdasarkan Tabel 27 RSNI-T-
02-2005 dengan ketentuan sebagai berikut.
LE = Lav.  L max
TEW = 0,0006 x Cw x Vw2 x Ab
= 112,5  300 b = 20 m
= 129,9 m d = 3,8 m
Besarnya intensitas 𝑏
𝑑
= 5,16
 15  Dengan menggunakan interpolasi dari Tabel
9   0,5  
 LE  3, diperoleh nilai Cw = 1,911 maka,
Q = =
 15  Cw = Koefisien seret sebesar 1,911
9   0,5   Vw = kecepatan angin rencana
 129,9 
= 35 m/s (Tabel 28 RSNI-T-02-
= 5,54 kPa 2005)
Lsegmen = panjang segmen jembatan
Beban terbagi rata (BTR) pada lantai
= 9m
jembatan adalah sebagai berikut.
hgelagar = tinggi bidang samping jembatan
BTR = {[5,5 . q . 100% ] + [ (b1 – 5,5) . q . = 2,38 m
50%]} / b1 Ab = luas bidang samping jembatan
= {[5,5 . 5,54 .100%]+[ (8,6 – 5,5).q. = Lsegmen x hgelagar= 21,42 m2
50%]} / 8,6 Beban angin didistribusikan pada joint
= 4,54 kN/m2 pertemuan kabel dan gelagar.
Beban garis (BGT) dengan intensitas p
kN/m harus ditempatkan tegak lurus TEW pada gelagar = 0,0006 x Cw x Vw2 x Ab
= 0,0006 x 1,911 x 352 x 21,42
terhadap arah lalu lintas pada jembatan. = 30,09 kN
Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Pylon lebar arah memanjang (bpylon) sebesar
Sehingga distribusi beban garis pada lantai 3,75 m dan beban angin pada pylon
jembatan adalah sebagai berikut. didistribusikan secara merata sehingga
BGT = {[ 5,5 . p . 100% ] + [ (b1 – 5,5) . p . diperoleh beban angin pada pylon sebagai
50%]} / b1 berikut.
= {[ 5,5 . 49. 100%]+[ (8,6 – 5,5) . 49 .
50%]}/ 8,6 TEW pada = 0,0006 x Cw x Vw2 x
= 40,17 kN/m pylon bpylon
1. Gaya rem (TB) = 0,0006 x 1,62 x 352 x
Untuk panjang bentang (LT) = 300 m, besar 3,75
gaya rem sebesar, TTb = 500 kN. Sehingga = 5,27 kN/m
beban rem bekerja untuk dua lajur lalu lintas Beban Gempa (EQ) dengan Metode
TTb= 2 x 500 = 1000 kN. Analisis Dinamik Time History
Gaya rem tersebut didistribusikan pada joint Rekaman gerakan tanah akibat gempa
pertemuan gelagar lantai jembatan dengan diambil dari akseleogram gempa El-Centro
jumlah joint pada jembatan, n =100, maka N-S yang direkam pada tanggal 19 Mei
1940. Dalam analisis ini redaman struktur

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 367
ISSN 0853-8557

yang harus diperhitungkan dapat dianggap


5% dari redaman kritisnya. Normalisasi
untuk gempa yang digunakan dapat dilihat
pada perhitungan berikut.
𝑃𝐺𝐴 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝐴𝑚𝑏𝑜𝑛
Normalisasi gempa=
𝑃𝐺𝐴 𝐸𝑙−𝐶𝑒𝑛𝑡𝑟𝑜
Dengan:
PGA El- = PGA (Peak Ground
Centro Acceleration) El-Centro
PGA Wilayah = PGA (Peak Ground Acceleration)
Ambon wilayah Ambon (pada Lampiran 1) Gambar 14 Grafik Hubungan Frekuensi
Maka, diperoleh normalisasi gempa sebagai Alami Struktur dan Periode terhadap Variasi
berikut. Rasio Lebar terhadap Bentang jembatan
0,4 Menurut teori getaran benda, frekuensi
Normalisasi gempa = 0,27
sudut (periode getar (T) dan frekuensi
= 1,46935 𝐾
Berdasarkan perhitungan normalisasi gempa natural (f) ditentukan melalui  √𝑚
2.𝜋 1
di atas, maka input normalisasi (rad/sec 𝜔 sec dan  𝑇 cps,
gempa/faktor skala pada load case data Hertz). Berdasarkan persamaan tersebut,
program SAP2000 dapat dilihat Gambar 13 struktur kaku dengan kekakuan (k) besar
berikut. maka frekuensi sudut semakin besar
juga. Apabila periode getar struktur (T) kecil
dan frekuensi natural (f) semakin besar
maka struktur merupakan struktur yang kaku
yang bergetar dengan frekuensi tinggi dan
sebaliknya (Widodo, 2001).
Berdasarkan grafik di atas, dengan demikian
struktur yang kaku akan mempunyai periode
getar T kecil dan akan bergetar dengan
frekuensi tinggi, dan sebaliknya (Widodo,
2001).
Gaya Dalam Pylon (menara)
Gambar 13 Input Normalisasi Gempa/Skala
Bentuk menara seperti rangka portal
Faktor
sehingga mampu menahan gaya aksial (P),
Untuk memasukkan beban gempa Time gaya geser (V), torsi (T), dan momen (M).
History ke dalam SAP2000, maka harus Berdasarkan hasil analisis, semakin besar
didefinisikan terlebih dahulu ke dalam time dimensi dan lebar jembatan yang digunakan
history case. Mengingat akseleogram maka nilai gaya-gaya dalam pada menara
tersebut terjadi selama 53,72 detik, maka semakin besar pula, hal ini disebabkan oleh
dengan interval waktu 0,01 detik jumlah semakin besarnya beban yang disalurkan
53,72 dan ditumpu oleh menara yang kemudian
output stepnya menjadi, 0,01 = 5372.
diteruskan ke pondasi dibawah pangkal
Frekuensi Getar Alami Struktur menara. Gambar 15 berikut ini merupakan
Grafik Hubungan antara Gaya Aksial pylon
Berdasarkan hasil analisis SAP2000,
pada setiap variasi lebar jembatan dengan 7
frekuensi getar alami struktur semakin kecil
kombinasi.
setiap rasio lebar jembatan terhadap bentang
utama bertambah sedangkan periode
getarnya semakin besar dapat dilihat pada
Gambar 14 berikut.

368 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

kombinasi mulai dari beban mati tambahan,


beban hidup, beban angin, maupun moving
load kendaraan yang melintas di atasnya.
Gambar 17 berikut ini merupakan salah satu
Grafik Hubungan antara Gaya Aksial pylon
pada setiap variasi lebar jembatan dengan 7
kombinasi.

Gambar 15 Grafik Hubungan antara Gaya


Aksial pylon pada setiap variasi lebar
jembatan dengan 7 kombinasi
Deformasi Pylon/Menara
Deformasi pylon/menara terjadi pada ketiga
arah sumbunya, yaitu sumbu X (U1) arah
memanjang jembatan, sumbu Y (U2) arah Gambar 17 Grafik Hubungan Lebar
melintang jembatan dan sumbu Z (U3) arah Jembatan dengan Deformasi Deck Jembatan
gravitasi jembatan. Semakin besar rasio pada Kombinasi 1
lebar terhadap bentang utama jembatan
maka semakin besar pula deformasi arah X KESIMPULAN DAN SARAN
yang dihasilkan. Gambar 16 berikut ini Simpulan
merupakan salah satu Grafik Hubungan
antara Gaya Aksial pylon pada setiap variasi Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
rasio lebar jembatan terhadap bentang utama yang telah dilakukan pada jembatan cable
dengan 7 kombinasi. stayed dengan gelagar baja serta
menggunakan dengan 11 variasi lebar
jembatan dengan rasio lebar terhadap
bentang utama jembatan diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Deformasi maksimum dari semua
kombinasi yang bekerja pada dek
jembatan untuk arah memanjang
jembatan pada sumbu X (U1), arah
melintang jembatan pada sumbu Y (U2),
Gambar 16 Grafik Hubungan rasio lebar dan arah gravitasi jembatan pada sumbu
jembatan terhadap bentang utama jembatan Z (U3) yaitu pada kombinasi 1 berturut-
dengan Deformasi Pylon pada Kombinasi 1 turut sebesar 0,015779 m, 0,258257 m,
dan 0,113491 m.
Deformasi pylon cenderung lebih besar pada 2. Sedangkan untuk deformasi menara arah
sumbu arah memanjang jembatan atau sumbu X (U1) akan semakin besar pada
sumbu X (U1) baik pada kombinasi 1 setiap penambahan lebar jembatan
maupun pada kombinasi beban lainnya. Hal dengan rasio deformasi menara arah
ini disebabkan oleh posisi kabel yang sumbu X pada lebar jembatan 14 m dan
menopang beban gelagar berada pada arah 24 m. Deformasi menara arah sumbu Y
memanjang jembatan. (U2) dan sumbu Z (U3) perbedaanya tidak
Deformasi Deck Jembatan terlalu signifikan hal ini dikarenakan
deformasi menara lebih dominan ke arah
Deck jembatan merupakan bagian struktur sumbu X yang merupakan arah letak
yang pertama kali menerima beban kabel penggantung.

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 369
ISSN 0853-8557

3. Semakin besar rasio lebar jembatan Jembatan, Tugas Akhir, Universitas


terhadap bentang utama jembatan, Gajah Mada, Yogyakarta.
semakin besar pula berat sendiri serta
Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan
beban layan yang bekerja pada struktur
Umum, (2005), RSNI-T-02-2005,
jembatan. Sehingga nilai-nilai gaya-gaya
Standar Pembebanan untuk Jembatan,
dalam yang dihasilkan pada struktur
Penerbit Bina Marga, Jakarta.
utama diantaranya adalah menara dan
dek jembatan akan semakin besar untuk Badan Standarisasi Nasional, (2008), SNI
setiap penambahan lebar jembatan. 2833-2008, Standar Perencanaan
Untuk rasio lebar jembatan terhadap Ketahanan Gempa Untuk Jembatan,
bentang jembatan sebesar 0,093 sampai BSN, Jakarta.
0,160 yaitu pada lebar jembatan 14 m Ilham, M Noer. (2011). Jenis
sampai 24 m masih tetap stabil terhadap Jembatan. http://mnoerilham.blogspot.c
pengaruh aerodinamik akibat beban om/. Diakases pada Hari Sabtu, 22
angin menurut persyaratan Leondhart (B Januari 2017, pukul 20.22 WIB.
𝐿
 25 ) dan masih memenuhi syarat
Podolny & Scalm J.B. (1976).
lendutan maksimum AASHTO (maks=
Construction and Design of Cable
0,375 m) dan AISC (maks= 0,417 m).
Untuk tegangan kerja yang bekerja pada
Stayed Bridges. New York: John
setiap variasi rasio lebar jembatan masih Wiley & Sons Inc.
stabil dan aman, sehingga apabila variasi Roliansjah, S. & Zarkast I. (1995).
rasio lebar jembatan ditingkatkan dan Perkembangan Akhir Jembatan
diperoleh stress ratio melebihi angka 1, Cable Stayed. Makalah pada
maka struktur sudah tidak stabil dan
Konferensi Regional Teknik Jalan
dapat mengalami keruntuhan/failure.
Sehingga struktur akan stabil jika masih
(KRTJ) IV, Padang.
memenuhi syarat lendutan maksimum Sihospi, Putri., (2017), Studi
serta stress ratio yang terjadi. Perbandingan Studi Perbandingan
Saran Respon Struktur Pylon pada
Jembatan Cable Stayed Tipe Fan dan
Dengan memperhatikan hasil analisis pada
Bab sebelumnya, maka beberapa saran dapat
Tipe Harp, Tugas Akhir (Tidak
diberikan sebagai berikut ini. Diterbitkan), Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan bantuan software Suangga, M. (2002). “Beban Dinamik
yang lain yang bisa memodelkan Angin pada Jembatan Bentang
jembatan cable stayed dengan beban Panjang”, Conference on Long Span
angin yang dinamik serta mengkaji lebih Bridge, Tarumanegara University.
dalam analisis terhadap flutter.
2. Menganalisis lebih lanjut mengenai Supriyadi dan Muntohar, (2007)
perilaku dan gaya-gaya yang bekerja .JEMBATAN (Edisi Ke-IV), Beta
pada elemen kabel pada jembatan cable Offset, Yogyakarta.
stayed. Supriyadi, Bambang dan Muntohar,
DAFTAR PUSTAKA Agus S., (2007), Jembatan, Beta
Algazt, M.A, (2015), Analisis Kestabilan Offset, Yogyakarta.
Cable Stayed Bridge Tipe Sharp Akibat Troitsky, S. (1997). Cable Stayed
Rasio Bentang Terhadap Lebar Bridges Theory and Design.

370 Jurnal Teknisia, Volume XXII, No. 2, November 2017


ISSN 0853-8557

Callifornia: Crosby Lockwood Sipil FTSP, Universitas Islam


Staples. Indonesia. Yogyakarta.
Walther, R. (1988). Cable Stayed Widodo. (2012). Seismologi Teknik &
Bridges. London: Thomas Telford. Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Widodo. (2001). Respon Dinamik
Struktur Elastik. Jurusan Teknik

Ohorella, Harsoyo –Analisis Kestabilan Cable Stayed Bridge Akibat Pengaruh Rasio Lebar Terhadap … 371

You might also like