Professional Documents
Culture Documents
Kinerja Subsidi Pupuk Di Indonesia: Performance of Fertilizer Subsidy in Indonesia
Kinerja Subsidi Pupuk Di Indonesia: Performance of Fertilizer Subsidy in Indonesia
Kinerja Subsidi Pupuk Di Indonesia: Performance of Fertilizer Subsidy in Indonesia
Keywords: fertilizer subsidy, panel data regression, descriptive analysis, subsidy budget,
six appropriate
Kata kunci: subsidi pupuk, regresi data panel, analisis diskriptif, anggaran subsidi, enam
tepat
1
Alamat Korespondensi:
Email: aida.zulaiha@gmail.com
Kebijakan subsidi pupuk sejak pertama kali Hasil penelitian-penelitian tersebut menguatkan
ditetapkan di sekitar tahun 1970-an terus mengalami dugaan bahwa keputusan pemerintah untuk membiayai
penyempurnaan hingga ditetapkannya subsidi pupuk subsidi pupuk akan ditentukan oleh faktor-faktor yang
dengan sistem distribusi tertutup saat ini. Subsidi berada dalam bisnis proses subsidi pupuk mulai dari
pupuk dengan pola tertutup dimulai tahun 2009, perencanaan, produksi, distribusi, konsumsi hingga
ditandai dengan diberlakukannya rencana definitif pengawasan. Faktor eksternal lain yang relatif sulit
kebutuhan kelompok (RDKK), dimana rencana dikendalikan yaitu kondisi makroekonomi dan politik
kebutuhan pupuk dari tiap wilayah dibuat dahulu untuk juga diperkirakan akan memengaruhi keputusan
memudahkan pembuatan perkiraan kebutuhan volume pemerintah dalam menetapkan anggaran subsidi
pupuk dan kebutuhan biaya (KPPN/Bappenas, 2011). pupuk.
Keterlibatan stakeholders yang beragam dengan tugas
dan fungsi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Mengingat pentingnya pupuk subsidi dalam
serta bisnis proses yang kompleks juga menjadi bagian meningkatkan ketahanan pangan nasional, pemerintah
dari kebijakan pupuk bersubsidi ini. menyatakan pupuk bersubsidi sebagai barang dalam
pengawasan. Terdapat lima jenis pupuk yang disubsidi,
Bisnis proses subsidi pupuk, meliputi perencanaan, yaitu urea, SP36, ZA, NPK dan organik dengan
produksi, distribusi, konsumsi dan pengawasan ruang lingkup pengawasan mencakup pengadaan dan
pupuk bersubsidi. Tiap tahapan bisnis proses tersebut penyaluran, termasuk jenis, jumlah, mutu, wilayah
melibatkan stakeholders beragam, terdiri dari pemasaran, harga eceran tertinggi dan waktu pengadaan
DPR, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, dan penyaluran. Ruang lingkup pengawasan tersebut
Kementerian Perdagangan, PT Pupuk Indonesia, kemudian dikenal dengan istilah ‘enam tepat’ pada
Pemerintah Daerah, Pabrik Pupuk, Distributor, subsidi pupuk yang merujuk pada tepat jenis, tepat
Pengecer, Kelompok Tani dan Petani. Kinerja masing- jumlah, tepat mutu, tepat tempat, tepat harga dan tepat
masing stakeholders dan tahapan bisnis proses tersebut waktu. Oleh karena itu, kinerja subsidi pupuk juga
menjadi faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dicerminkan oleh tercapainya prinsip "enam tepat"
subsidi pupuk secara keseluruhan di Indonesia. dalam subsidi pupuk yaitu tepat jumlah, tepat tepat
tempat, tepat waktu, tepat mutu, tepat jenis, dan tepat
harga.
272 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Darwis dan Supriyati (2013) menyebut bahwa kebijakan negara (APBN) memaksa pemerintah harus memilih
subsidi pupuk diarahkan untuk mencapai tujuan antara dengan cermat program apa yang tepat dijalankan
yaitu meningkatkan kemampuan petani untuk membeli dan memberikan dampak yang signifikan. Subsidi
pupuk dalam jumlah yang sesuai dengan dosis anjuran pupuk merupakan salah satu program pertanian di
pemupukan berimbang sesuai lokasi. Namun, sebagai sektor hulu yang diputuskan pemerintah untuk tetap
suatu program subsidi dengan target yang sangat dipertahankan.
luas, subsidi pupuk menghadapi berbagai masalah.
Setidaknya terdapat tiga masalah penting dalam Bisnis proses dalam subsidi pupuk melibatkan petani,
program subsidi pupuk, yaitu penyelewengan distribusi kelompok tani, pemerintah daerah, Kementerian
pupuk bersubsidi, kesenjangan antara ketersediaan Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian
dan kebutuhan, dan bias sasaran/target (Susila, 2010). Perdagangan, Kementerian BUMN, DPR, BUMN
Hasil penelitian lain menginformasikan bahwa petani produsen pupuk beserta pabrik pupuk, distributor,
yang mengelola lahan kurang dari 0,5 ha hanya pengecer, yang terlibat secara parsial maupun bersama
menerima 40% dari total subsidi pupuk (Rachman dan mulai dari perencanaan, produksi, distribusi, konsumsi
Sudaryanto, 2010). Ketidakefektifan kebijakan subsidi hingga pengawasan pupuk bersubsisi. Keterlibatan
pupuk di Indonesia ditunjukkan oleh tidak tercapainya banyak stakeholders ini menunjukkan bahwa bisnis
azas 6 tepat, yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, proses subsidi pupuk cukup komplek. Di sisi lain,
tepat harga, tepat tempat dan tepat waktu (Syafa’at et kebijakan subsidi pupuk di Indonesia dengan sistem
al. 2006). distribusi tertutup yang diterapkan pada tujuh tahun
terakhir relatif berjalan stabil setelah beberapa kali
Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian mengalami perubahan pola subsidi. Oleh karena
ini adalah faktor-faktor apa saja yang memengaruhi itu analisis kinerja terhadap subsidi pupuk layak
anggaran subsidi pupuk dan bagaimana kinerja subsidi dilakukan.
pupuk dalam mencapai ‘enam tepat’ di Indonesia?.
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah Analisis kinerja subsidi pupuk dilakukan melalui
mengukur kinerja pupuk bersubsidi melalui analisis identifikasi faktor-faktor apa yang menentukan besaran
faktor-faktor yang memengaruhi anggaran subsidi anggaran subsidi pupuk, bersumber dari faktor internal
pupuk; dan menganalisis pencapaian output ‘enam dalam bisnis proses subsidi pupuk, makroekonomi
tepat’ pada pupuk bersubsidi. maupun politik. Analisis berikutnya adalah mengukur
ketercapaian ‘enam tepat’ dengan membandingkan
Ruang lingkup penelitian adalah pelaksanaan antara angka realisasi dengan angka perencanaan.
kebijakan subsidi pupuk Indonesia Tahun 2011–2015 Kerangka pemikikiran ditunjukkan pada Gambar 1.
di 32 provinsi di Indonesia. Jenis pupuk yang disubsidi
adalah urea, SP36, ZA, NPK dan Organik. Hanya tiga Penelitian ini menggunakan data panel (longitudinal
dari enam tepat yang akan dianalisis pada penelitian data) yang memiliki dimensi ruang (individu) dan
ini, yaitu tepat jenis, tepat tempat dan tepat jumlah. waktu. Jenis data sekunder dengan time series 2011-
Informasi yang dikumpulkan terkait dengan data kinerja 2015, beserta cross section 32 provinsi. Periode waktu
subsidi pupuk pada perencanaan, produksi, distribusi lima tahun terakhir merujuk pada periode penerapan
dan konsumsi, yang melibatkan stakeholders utama subsidi pupuk dengan sistem distribusi tertutup yang
kelompok tani, PT Pupuk Indonesia, Kementerian telah stabil. Sedangkan hanya 32 provinsi yang dipilih,
Pertanian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian karena dua provinsi, yaitu DKI Jakarta dan Kalimantan
Perdagangan. Utara tidak memiliki kecukupan data.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 273
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
dan Instansi lain terkait. Data-data sekunder lain seperti 1. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi anggaran
dokumen perusahaan, laporan tahunan kementerian, subsidi pupuk
juga dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Tahap-tahap dalam melakukan pendugaan metode
estimasi model regresi dengan menggunakan data
Analisis ekonometrika melalui pendugaan model panel panel meliputi: 1) memilih model estimasi yang
data statis dilakukan untuk mengidentifikasi faktor- dianggap paling tepat dari tiga jenis model data panel
faktor yang memengaruhi subsidi pupuk. Sedangkan apakah common effect model, fixed effect model atau
analisis deskriptif dilakukan dalam rangka mengukur random effect model; 2) melakukan pengujian asumsi
output pelaksanaan pupuk bersubsidi dalam tercapainya klasik untuk data panel, yaitu uji multikolinieritas dan
enam tepat subsidi pupuk, yaitu tepat jumlah, tepat heteroskedastisitas dan; 3) interpretasi regresi data
jenis, tepat tempat, tepat mutu, tepat harga dan tepat panel dengan melakukan pengujian kelayakan model
waktu. Hanya tepat jumlah, tepat jenis dan tepat tempat estimasi (goodness of fit). Dalam penelitian ini alat
yang dianalisis dalam penelitian ini dikarenakan bantu analisis yang digunakan adalah software statistik
ketidaksediaan data sekunder untuk mengukur tepat STATA-14.
mutu, tepat harga dan tepat waktu.
Subsidi pupuk
Regulasi
P
Pemangku Kepentingan
Pemangku Kepentingan
Perencanaan r K
o Faktor-faktor yang
- Makroekonomi
Produksi i memengaruhi Regresi
s n
- Politik Distribusi subsidi pupuk
e e
Konsumsi s r
Regulasi j
O a Tingkat
u
t ketercapaian Index
Enam tepat p enam tepat ketepatan
u
t
Implikasi Manajerial
274 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Model analisis regresi untuk faktor-faktor yang yang ditetapkan pemerintah. Namun, keterbatasan data
memengaruhi subsidi pupuk dapat dituliskan dalam sekunder yang tersedia, pengukuran efektivitas dalam
persamaan berikut: pencapaian ‘enam tepat’ dalam penelitian ini hanya
dilakukan terhadap ‘tiga tepat’ yaitu ‘tepat jumlah’,
Sit= b1i + b2X1it + b3X2it + b4X3it + b5X4it + b6X5it ‘tepat jenis’, dan ‘tepat tempat’.
+ b7X6it + eit
a) Tepat Jumlah
Angg_subsidiit= b1i + b2Serap t-1it + b3RDKKit +
b4Inflasiit + b5Hutang_subsidiit + Ketepatan jumlah pupuk subsidi mengacu pada
b6Dana_pemerintahit + b7PDRBit pemenuhan alokasi pupuk oleh PT. Pupuk Indonesia
+ eit beserta produsennya (PIHC) sesuai ketetapan dalam
Peraturan Menteri Pertanian. Perbandingan dilakukan
Variabel dependen pada model ini adalah nilai anggaran antara realisasi jumlah per jenis pupuk subsidi yang
subsidi pupuk yang disediakan pemerintah setiap terjual dari PT. Pupuk Indonesia dengan jumlah per
tahunnya pada tiap provinsi (Angg_Subsidi), dengan jenis pupuk sesuai perjanjian Public Service Obligation
variabel independen: 1) jumlah penyerapan pupuk (PSO).
subsidi pada tahun sebelumnya (Serap t-1); 2) jumlah
perencanaan kebutuhan pupuk bersubsidi berdasar J = (Ja/Js) x100% = (Realisasi penjualan pupuk subsidi
usulan dalam rencana definitif kebutuhan kelompok PIHC/ Jumlah dalam PSO ) x100%
(RDKK); 3) inflasi ibukota provinsi (Inflasi); 4) hutang
subsidi pemerintah kepada produsen/BUMN pupuk b) Tepat jenis
(Hutang_subsidi); 5) dana pendampingan pemerintah
dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas perbantuan Efektivitas tepat jenis pupuk bersubsidi diukur dengan
yang disalurkan ke provinsi melalui Ditjen PSP membandingkan realisasi penjualan pupuk bersubsidi
Kementerian Pertanian (Dana_pemerintah); 6) produk berdasar jenis (urea, ZA,SP36, NPK, Organik) oleh
domestik regional bruto provinsi (PDRB). Analisis produsen dengan penugasan/target (PSO) pemerintah
faktor-faktor yang memengaruhi subsidi pupuk kepada produsen.
dilakukan dengan menguji signifikansi dan pengaruh
variabel-variabel independen terhadap variabel N= (Na/Ns) x 100% = (Realisasi penjualan jenis
dependen. pupuk oleh produsen/Penugasan penjualan jenis pupuk
kepada produsen) x100%
2. Pencapaian enam tepat dalam subsidi pupuk
c) Tepat tempat
Analisis deskriptif dilakukan dalam rangka mengukur
output dari pelaksanaan pupuk bersubsidi, melalui Dalam penyaluran pupuk subsidi, ketepatan
tercapainya ‘enam tepat’ dalam subsidi pupuk. Analisis tempat menunjukkan bagaimana produsen bisa
Hpencapaian ‘enam tepat’ dilakukan dengan mengacu mendistribusikan produksinya ke wilayah yang
pada apa yang pernah dilakukan oleh Hutagaol dan ditetapkan dalam PSO. Dalam penelitian ini, wilayah
Asmara (2007) yang mengukur keefektifan pelaksanaan yang dimaksud adalah provinsi yang menjadi lokasi
program ‘beras miskin’berdasarkan indikator kinerja distribusi pupuk bersubsidi.
pelaksanaan ‘beras miskin’, yaitu tepat sasaran, tepat
jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi. T = (Ta/Ts) x 100% = (Realisasi berdasarkan provinsi/
Program dinyatakan efektif dalam hal tepat sasaran jika Alokasi provinsi dalam PSO) x 100%
‘beras miskin’ hanya diberikan pada keluarga miskin
yang terdaftar secara resmi. Tepat jumlah jika jumlah Kriteria ketercapaian efektivitas ditunjukkan oleh skala
‘beras miskin’ yang dibeli oleh keluarga sasaran sama efektivitas (Champion, 1981) dalam Basic Statistic for
dengan jumlah yang ditetapkan dalam musyawarah tim Statistical Research sebagai berikut: 0–25% (tidak
‘beras miskin’ daerah. Tepat harga jika harga beras yang efektif); 25–50% (sedikit efektif); 50–75% (cukup
dibayar sasaran sesuai dengan harga ‘beras miskin’ efektif);75–100% (sangat efektif).
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 275
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
276 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Hasil model estimasi terbaik fixed effect maka pupuk, kredit dan benih, namun belanja publik untuk
persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai subsidi pupuk tidak memiliki dampak positif terhadap
berikut: pertumbuhan pertanian. Biaya subsidi umumnya tidak
setimpal dengan manfaat yang diperoleh, bahkan sering
Angg_subsidiit= -744000000000 + 1741503Serap menjadi tekanan politik sehingga subsidi menjadi
t-1it + 253071RDKKit– permanen.
761000000Inflasiit – 0,330Hutang_
subsidiit + 0,898Dana_pemerintahit Suryana et al. (2016) menjelaskan bahwa faktor alokasi
+3,047PDRBit + eit anggaran dan besarnya subsidi untuk setiap kilogram
pupuk akan menjadi penentu besarnya total pupuk
Persamaan regresi subsidi pupuk tersebut menjelaskan bersubsidi yang dapat disediakan pemerintah. Namun
pada taraf nyata 1%, peningkatan 1 ton penyerapan penghitungan yang dilakukan oleh Alimoeso (2010)
pupuk pada tahun sebelumnya, cateris paribus, menyebutkan bahwa anggaran untuk subsidi pupuk
akan meningkatkan anggaran subsidi pupuk sebesar semakin terbatas dari tahun ke tahun sebagai akibat
1.741.503 rupiah. Selain jumlah penyerapan pupuk dari harga eceran tertinggi (HET) yang tidak naik. Pada
subsidi tahun sebelumnya, pada tingkat kepercayaan tahun 2010 anggaran subsidi pupuk Rp11,3 trilyun,
99%, variabel lain yang memiliki pengaruh signifikan turun dari Rp17,5 trilyun pada tahun 2009. Karena
terhadap anggaran subsidi pupuk adalah hutang subsidi HET tidak naik maka volume pupuk yang disubsidi
pemerintah kepada produsen pupuk, dana dekonsentrasi berkurang.
dan perbantuan pemerintah pusat kepada pemerintah
provinsi serta PDRB. Informasi penting dari penelitian ini selain berhasil
mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh
Pengaruh yang signifikan dari jumlah penyerapan signifikan terhadap kebijakan penganggaran subsidi
pupuk sebelumnya terhadap nilai anggaran subsidi pupuk adalah tidak adanya pengaruh signifikan dari
pupuk yang disediakan pemerintah pada tahun tersebut usulan kebutuhan pupuk yang dituangkan setiap
menunjukkan bahwa data realisasi penggunaan pupuk tahunnya melalui RDKK terhadap anggaran subsidi
subsidi pada tahun sebelumnya merupakan data yang pupuk yang disiapkan pemerintah setiap tahunnya.
menurut pemerintah dan DPR relevan dijadikan dasar Tidak adanya pengaruh RDKK ini menjadi relevan
untuk menyepakati besaran anggaran subsidi pupuk jika RDKK yang disusun ternyata tidak mencerminkan
yang harus disediakan APBN tahun ini. Peningkatan kebutuhan riil petani terhadap pupuk bersubsidi.
penyerapan pupuk subsidi pada tahun sebelumnya Hasil penelitian PSE-KP (2006) menyatakan bahwa
menjadi acuan akan terjadi peningkatan kebutuhan masih terjadi kesenjangan antara ketersediaan dan
pupuk pada tahun ini sehingga anggaran subsidi pupuk kebutuhan pupuk yang muncul dikarenakan kesulitan
dalam APBN juga harus ditingkatkan. dalam membuat data yang akurat mengenai kebutuhan
pupuk bersubsidi. Prakiraan kebutuhan pupuk sering
Hutang subsidi pupuk pemerintah kepada produsen dibuat secara agregat dengan memperhitungkan luas
(PT. Pupuk Indonesia) berpengaruh signifikan negatif tanam dan takaran pupuk secara umum. Kenyataannya,
terhadap nilai anggaran subsidi pupuk, karena dengan takaran penggunaan pupuk bervariasi, baik karena
APBN yang terbatas, jika pada tahun yang sama perbedaan luas lahan maupun tingkat kesadaran petani
pemerintah juga harus membayar hutang subsidi pupuk, terhadap manfaat pupuk. Penelitian Safitri et al. (2013)
maka pemerintah dengan kesepakatan dari DPR akan menjelaskan kurangnya sosialisasi sistem RDKK
membayar hutang subsidi pupuk tersebut dari anggaran terhadap kelompok tani/petani mengakibatkan petani
subsidi pupuk yang disediakan APBN. Semakin besar kurang mengoptimalkan haknya dalam memperoleh
nilai hutang pada tahun tersebut, semakin besar pula pupuk sehingga pemerintah dianggap belum berhasil
yang harus dibayarkan kepada produsen sehingga dalam sosialisasi program pupuk subsidi.
mengurangi jatah anggaran yang sedianya khusus
dibelanjakan untuk subsidi pupuk. Kinerja Subsidi Pupuk dalam Pencapaian Enam
Tepat
Hasil penelitian Armas et al. (2010) menunjukkan bahwa
belanja publik pertanian di Indonesia selama periode Pengukuran deskriptif dengan membandingkan antara
2000–2008 sebagian besar dialokasikan untuk subsidi perencanaan dan realisasi dilakukan untuk mengukur
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 277
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
kinerja subsidi pupuk dalam pencapaian ‘tepat jumlah’, PSO yang tidak terserap biasanya akan dijual produsen
‘tepat jenis’ dan ‘tepat tempat’. sebagai pupuk non subsidi.
278 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Tabel 3. Kinerja subsidi pupuk kategori tepat jenis distribusi mendekati jumlah yang ditetapkan dalam
Jenis Pupuk Efektivitas 2011–2015 (%) PSO. Keberhasilan Jawa Timur disebabkan dalam hal
Urea 92,38 initerkait dengan tingginya keterlibatan pemerintah
SP36 94,51 daerah dan pemangku kepentingan tingkat pelaksana
ZA 96,95 (kelompok tani, kios, distributor) dalam proses
NPK 90,96 perencanaan maupun pelaksanaan pupuk bersubsidi.
Organik 80,21 Selain Jawa Timur, Beberapa provinsi lain yang nilai
Seluruh jenis pupuk 91,61 "efektivitas tempatnya" tinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan
Produksi dan distribusi setiap jenis pupuk bersubsidi Gorontalo masih memiliki catatan dikarenakan beberapa
dilakukan oleh PT. Pupuk Indonesia melalui lima jenis pupuk terutama NPK dan ZA realisasinya melebihi
anak perusahaan pupuk. Seluruh produsen bertugas yang ditetapkan dalam PSO (perencanaan yang tidak
memproduksi dan memasarkan pupuk bersubsidi jenis cermat).
urea tetapi dengan volume (tonase) yang berbeda-beda.
PT. Pupuk Kalimantan Timur yang memiliki kapasitas Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi dengan
produksi dan jaringan pemasaran paling besar mendapat nilai efektivitas tepat tempat yang paling rendah.
beban paling tinggi. Wilayah kerjanya pupuk urea Menurut standar skala efektivitas acuan, nilai efektivitas
bersubsidi meliputi kawasan timur Indonesia, termasuk 30,22 menunjukkan bahwa program pupuk bersubsidi
sebagian Jawa dan Kalimantan. Empat Produsen di Kepulauan Riau hanya sedikit efektif. Hal tersebut
lain juga mendapatkan penugasan memproduksi dan disebabkan karena wilayahnya yang sebagian besar
mendistribusikan pupuk urea, tetapi dengan volume kepulauan menyulitkan distribusi pupuk bersubsidi di
yang lebih kecil dan kawasan pemasaran hanya di Kepulauan Riau.
sekitar produsen berproduksi. Seluruh produsen juga
mendapatkan penugasan memproduksi/kerjasama Apabila dibandingkan antar provinsi, terlihat bahwa
produksi pupuk organik bersubsidi dan memasarkannya provinsi yang kinerja ‘tepat tempat’ nya rendah
di wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan. umumnya adalah provinsi yang berada di Wilayah
Khusus untuk pupuk ZA, SP36 dan NPK dominan Timur Indonesia (WTI), yaitu Maluku, Maluku Utara,
penugasannya diberikan kepada PT. Pupuk Petrokimia Papua Barat dan Papua. Hal tersebut disebabkan
Gresik berikut pemasarannya ke seluruh wilayah karena jarak provinsi yang jauh dari produsen sehingga
Indonesia. Dua produsen lain yaitu PT. Pupuk Kujang mendapatkan respon yang lebih lambat dibanding
Cikampek dan PT. Pupuk Kalimantan Timur juga daerah-daerah yang lokasinya lebih dekat. Distribusi
mendapatkan tambahan penugasan produksi dan pupuk bersubsidi di wilayah yang jauh dari produsen
pemasaran pupuk NPK dengan wilayah distribusi juga membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya
terbatas. yang bisa menjadi alasan mengapa ketepatan tempat
di wilayah timur Indonesia lebih rendah dibanding
c) Tepat tempat wilayah lain. Prakiraan kebutuhan pupuk yang dibuat
secara agregat dengan hanya mempertimbangkan luas
Dalam penyaluran pupuk subsidi, ketepatan tanam dan takaran pupuk secara umum mengakibatkan
tempat menunjukkan bagaimana produsen bisa kebutuhan riil dengan ketersediaan pupuk sering
mendistribusikan produksinya ke wilayah yang berbeda nyata sehingga ada daerah yang kelebihan dan
ditetapkan dalam PSO. Dalam penelitian ini, wilayah banyak daerah juga yang kekurangan (PSE-KP, 2006).
yang dimaksud adalah provinsi yang menjadi lokasi
distribusi pupuk bersubsidi. Hasil penilaian kinerja ‘tepat tempat’ juga memberikan
hasil menarik, karena beberapa provinsi di mana
Tabel 4 mendeskripsikan efektivitas subsidi pupuk produsen pupuk yang kontrak PSO berdomisili, nilai
dalam kategori "tepat tempat" representasi provinsi. efektivitasnya lebih rendah dibanding provinsi lain,
Dari 32 provinsi, hasilnya menunjukkan bahwa yaitu Sumatera Selatan (dengan produsen PT. Pupuk
efektivitas bernilai tinggi dalam 'ketepatan tempat' Sriwidjaya Palembang), Jawa Barat (dengan produsen
paling ideal terjadi di Jawa Timur. Data menunjukkan PT. Pupuk Kujang) dan Kalimantan Timur (dengan
bahwa pada seluruh jenis pupuk, realisasi jumlah produsen PT. Pupuk Kaltim). Ketiga produsen tersebut
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 279
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
berdasarkan PSO berkewajiban memproduksi pupuk yang didistribusikan di wilayahnya sampai ke petani
urea bersubsidi. Namun, nilai efektivitas tepat tempat dan/atau kelompok tani sebagai konsumen akhir,
untuk urea di ketiga provinsi tersebut kurang dari pemerintah daerah perlu mempersiapkan kelembagaan
90%. dan infrastruktur distribusi pupuk bersubsidi melalui
pemberdayaan BUMD. Penelitian Yuliani (2015)
Dalam rangka meningkatkan ketepatan penyaluran menjelaskan bahwa untuk kasus di kabupaten Rokan
pupuk bersubsidi, perlu peningkatan peran aktif Hilir, peningkatan ketepatan penyaluran pupuk
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) bersubsidi akan dapat dicapai jika pemerintah daerah
dalam pemantauan penyediaan dan penyaluran berperan aktif dalam pemantauan penyediaan dan
pupuk bersubsidi di wilayahnya. Rachman (2012) penyaluran pupuk bersubsidi di wilayahnya.
mengusulkan untuk menjamin bahwa pupuk bersubsidi
280 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Ketepatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi sebagaimana cara: 1) menjadwalkan pembayaran hutang subsidi
dicantumkan dalam Permendag No. 21/MDAG/ dan bunganya setiap tahun berikut besaran hutang dan
PER/6/2008, penyaluran adalah proses pendistribusian bunga yang harus dibayar; 2) menetapkan jangka waktu
pupuk bersubsidi dari produsen sampai petani dan/ pelunasan pembayaran hutang berikut bunganya; 3)
atau kelompok tani sebagai konsumen akhir. Sebagai memisahkan pos anggaran pembayaran hutang subsidi
konsekuensinya, pemerintah daerah mulai dari tingkat dengan anggaran subsidi riil. Dengan menerapkan
provinsi, kabuputen/kota sampai kecamatan dan desa/ ketiga hal tersebut, maka jatah riil anggaran subsidi
kelompok tani perlu mempersiapkan kelembagaan pupuk diharapkan tidak terganggu.
dan infrastruktur distribusi pupuk bersubsidi melalui
pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Hasil penelitian disebutkan bahwa RDKK tidak
yang mampu melaksanakan penyaluran pupuk berpengaruh terhadap keputusan pemerintah dalam
bersubsidi secara langsung kepada kelompok tani/ menetapkan anggaran pupuk, padahal penyusunan
gabungan kelompok tani. Untuk meningkatkan RDKK bukan tanpa biaya dan tenaga. Oleh karena itu
efektivitas dan ketepatan penyaluran pupuk bersubsidi, Kementerian Pertanian harus mengevaluasi kembali
perlu peningkatan peran aktif pemerintah daerah kinerja RDKK jika akan digunakan sebagai dasar
(provinsi/kabupaten/kota) melalui Dinas Pertanian pengajuan subsidi pupuk.
dalam pemantauan penyediaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi di wilayahnya. Data penyerapan pupuk tahun sebelumnya signifikan
berpengaruh terhadap kinerja subsidi pupuk di
Hasil penting lainnya adalah data yang menunjukkan Indonesia, sehingga Kementerian Pertanian bisa
rata-rata kinerja ‘tepat tempat’ yang rendah pada jenis mengoptimalkan peran produsen (PT Pupuk Indonesia)
pupuk organik. Rendahnya kinerja ‘tepat tempat’ untuk melakukan pengumpulan data penyerapan
untuk pupuk organik salah satunya disebabkan tidak per jenis pupuk subsidi, wilayah dan jenis tanaman/
seluruh pupuk organik diproduksi oleh produsen, perikanan per tahunnya dan menjamin keakuratan
tetapi oleh mitra produsen. Kinerja ‘tepat tempat’ datanya.
untuk pupuk organik yang rendah menunjukkan bahwa
mitra produsen dan atau produsen belum optimal Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang
dalam memproduksi dan mendistribusikan pupuk ketepatan jenis dan tempat nya paling rendah
organik. Hasil penelitian Arisandi et al. (2016) bahwa dibanding pupuk anorganik. Kementerian Pertanian
ketidakefektifan subsidi pupuk organik ditunjukkan oleh harus mempromosikan produksi, distribusi maupun
ketidaksesuaian RDKK yang diterima produsen pupuk penggunaan pupuk organik melalui sosialisasi masif
dengan kebutuhan riil responden Subak Sungsang. pentingnya pupuk organik kepada stakeholders
terkait.
Implikasi Manajerial
Enam tepat merupakan syarat yang ditetapkan
Pemerintah harus menerapkan strategi yang tepat dalam pemerintah kepada produsen dalam produksi dan
subsidi pupuk di Indonesia mengingat anggaran yang distribusi pupuk bersubsidi. Namun demikian, sampai
dibutuhkan sangat besar dan stakeholders yang terlibat saat ini tidak ada mekanisme untuk memastikan enam
juga cukup heterogen. Kebijakan subsidi pupuk juga tepat tersebut dapat dicapai atau tidak. Oleh karena
terkait erat dengan keberpihakan pemerintah kepada itu, pemerintah sebaiknya menetapkan pencapaian
petani dan ketersediaan pangan nasional. enam tepat sebagai bagian dari evaluasi keberhasilan
penugasan subsidi pupuk kepada PT Pupuk Indonesia.
Tanggungan hutang subsidi pupuk yang harus dibayar Kegiatan bisa dilakukan oleh pihak independen
pemerintah kepada produsen signifikan memengaruhi (lembaga penelitian) atau self asessment oleh PT Pupuk
keputusan besaran anggaran yang secara riil digunakan Indonesia. Rumusan enam tepat bisa mengacu rumusan
untuk mensubsidi pupuk pada tahun-tahun berikutnya. yang dihasilkan dari penelitian ini dengan perluasan
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan harus sesuai kebutuhan, misalnya analisis per pabrik pupuk,
mengelola pembayaran hutang subsidi ini dengan per jenis pupuk, per provinsi, dan seterusnya.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 281
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
282 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 4 No. 2, Mei 2018
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 283