Guineensis: Keywords

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

KAJIAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PETANI SWADAYA KECAMATAN LUBUK


DALAM KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

THE STUDY OF CULTIVATION TECHNIQUES PALM


(Elaeis quineensis Jacq.) INDEPENDENT FARMERS LUBUK DALAM
DISTRICT SIAK REGENCY RIAU PROVINCE

Darwin Sihombing1, Fifi Puspita2


Department of Agrotechnology, Agriculture Faculty, University of Riau
HR. Subrantas Street KM 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
Darwin927@yahoo.co.id

ABSTRACT

The objective of this research was to study of cultivation techniques palm oil
independent farmers and social aspects to palm oil production. This research has
conducted in Lubuk Dalam District Siak Regency from August 2014 until October
2014. The research was conducted using survey and the sampling used for this
research purposive sampling. Consist of 60 sample, based on 10% level of
representation. 30 sample drawn from Rawangkao Village and 30 sample drawn from
Lubuk Dalam Village. The parameters studied were, land clearing, the origin of the
seeds, size of planting holes, seed age, plant spacing, pruning, control of weeds and
fertilization. The results show that the average production palm oil of farmers are still
very low at less than 50% when compared to the average production of palm oil of
PPKS Medan on mineral lands in general. The low production of palm oil cultivation
techniques of farmers due to conducted as seed origin, plant spacing, pattern spacing,
the size of the planting hole, transplanting seedlings into the ground, fertilizing, are
still quite low level of the appropriate palm oil cultivation techniques application in
the field.

Keywords: Cultivation Techniques Palm, Independent Farmers, Siak Regency

PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis perkebunan. Perkembangan usaha dan
guineensis Jacq.) menghasilkan produk investasi kelapa sawit terus mengalami
yang dapat dipasarkan secara pertumbuhan sehingga terjadi
Internasional salah satunya Crude peningkatan luas areal perkebunan
Palm Oil (CPO), dimana CPO dapat kelapa sawit yang dilakukan
menyumbang devisa bagi negara masyarakat secara swadaya.
melalui ekspor non-migas tanaman

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Luas areal tanaman kelapa (Cover Crop), pemberantasan gulma,
sawit di Provinsi Riau pada tahun 2012 penunasan, pemupukan, kastrasi,
mengalami peningkatan yaitu pada penyerbukan buatan, pengendalian
tahun 2009, luas areal pertanaman hama dan penyakit (Fauzi dkk., 2008).
kelapa sawit mencapai 1.925.342 Tujuan dari penelitian adalah
hektar (ha) dengan total produksi untuk mengetahui pelaksanaan teknik
sebesar 5.932.308 ton CPO. Pada budidaya tanaman kelapa sawit yang
tahun 2010 luas areal pertanaman dilaksanakan secara swadaya di
kelapa sawit mencapai 2.103.174 ha Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten
dengan total produksi sebesar Siak.
6.293.542 ton CPO dan pada tahun
2011 luas areal pertanaman kelapa BAHAN DAN METODE
sawit mencapai 2.256.538 ha dengan Penelitian ini telah
total produksi 6.932.572 ton CPO dilaksanakan di Kecamatan Lubuk
(Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Dalam Kabupaten Siak Provinsi Riau
2012). pada bulan Agustus sampai Oktober
Salah satu daerah tahun 2014.
pengembangan perkebunan kelapa Penelitian ini menggunakan
sawit secara swadaya yaitu Kecamatan metode survey. Pengambilan sampel
Lubuk Dalam yang terdapat pada untuk petani dilakukan secara sengaja
berbagai lahan mineral yang (purposive sampling) dengan
bergelombang. Kendala yang dihadapi pertimbangan luas lahan minimal 2 ha,
pelaksanaan teknik budidaya yaitu asal umur tanaman kelapa sawit 3 tahun
bibit, pemeliharaan tanaman, setelah tanam. Sampel yang diambil
pengendalian gulma, hama penyakit untuk penelitian didasarkan pada
dan pemupukan. Untuk itu penerapan tingkat keterwakilan 10% dari jumlah
teknologi budidaya memerlukan populasi 604 petani
perencanaan, pengelolaan, menajemen Data yang telah diambil
sumber daya manusia dan informasi. ditabulasi berdasarkan kelompok data.
Beberapa faktor teknik Kelompok data ini mencakup data
budidaya yang mempengaruhi karakteristik petani sampel, Data yang
produksi kelapa sawit antara lain: telah diperoleh selanjutnya dianalisis
pembibitan kelapa sawit, pembukaan secara deskriptif dengan membuat
lahan, penanaman dan perawatan tabulasi data dalam bentuk tabel dan
tanaman yang benar. Perawatan grafik, selanjutnya data dihimpun
tanaman meliputi: penyulaman, berdasarkan subjeknya.
penanaman tanaman penutup tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Lahan bagi petani merupakan


faktor produksi yang sangat penting
Luas dan status kepemilikan lahan selain sumberdaya ekonomi dan
sumberdaya manusia. Sumberdaya

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


ekonomi dan manusia belum sempurna petani menggantungkan semua
apabila tidak menguasai sumberdaya harapan kepada apa yang dihasilkan
alam berupa lahan bagi usaha tani, oleh lahan tersebut.
Tabel 1. Distribusi petani sampel berdasarkan luas kepemilikan lahan.
Luas Desa
Jumlah Persentase
Kepemilikan Rawangkao Lubuk Dalam
Persenta (Jiwa) (%)
(ha) Jumlah Persentase Jumlah
se
1 0 0 0 0 0 0
2 13 43,33 15 50,00 28 46,67
3 9 30,00 10 33,33 19 31,67
4 6 20,00 3 10,00 9 15
5 2 6,67 1 3,33 3 5
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pada Tabel 1 dilihat bahwa


besar kecilnya lahan mempengaruhi
pendapatan yang diperoleh dari produk
yang dihasilkan, kepemilikan lahan
Semakin luas lahan petani kelapa
petani dari kedua desa beragam, status
sawit belum tentu dapat meningkatkan
lahan pribadi dengan luas pemilikan
produksi tanaman kelapa sawit, jika
lahan lebih dominan 2 ha diperoleh
tidak dilakukan perawatan tanaman
46,67%, 3 ha diperoleh 31,67%, dan
yang baik. Luas lahan diartikan
luas lahan 4 ha mencapai 15%
sebagai tanah yang disiapkan untuk
sementara luas lahan 5 ha hanya
diusahakan usaha tani misalnya
diperoleh 5%. Luas lahan yang
perkebunan, tegal, pekarangan dan
diberikan pemerintah yaitu 3 ha, 2 ha
ukuran luas lahan secara tradisional
lahan yang dikelola untuk perkebunan
perlu dipahami agar dapat
kelapa sawit dan yang 1 ha dibagi
ditransformasi ke ukuran luas lahan
menjadi 3/4 untuk lahan tanaman
yang dinyatakan dengan hektar
pangan dan 1/4 untuk pekarangan. Hal
(Soekartawi, 1995).
ini menunjukkan bahwa lahan yang
dimiliki memungkinkan bagi petani Karakteristik Eksternal Petani
melakukan suatu usaha perkebunan Sampel
kelapa sawit. Dari luas lahan terbanyak Karakteristik eksternal petani
dari kedua desa diperoleh sebanyak 2 pada Tabel 2 dilihat bahwa
ha yaitu 46,67% luas lahan tersebut berdasarkan jawaban keseluruhan
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, responden intensitas penyuluhan
jika petani melakukan perawatan tentang budidaya kelapa sawit belum
tanaman kelapa sawit dengan baik. pernah ada, sehingga petani sulit
memahami budidaya kelapa sawit
terutama tentang pemeliharaan

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


tanaman terutama terhadap mengharapkan adanya penyuluh yang
pemupukan, karena ketersediaan bisa membantu dalam meningkatkan
penyuluh yang terbatas, petani sangat produktivitas kelapa sawit.
Tabel 2. Karakteristik eksternal petani kalapa sawit rakyat
No Karakteristik Eksternal Keterangan
1 Intensitas penyuluh Belum ada penyuluhan tentang budidaya
kelapa sawit.
2 Pemahaman petani tentang Rendah
budidaya sawit
3 Jumlah sumber informasi Terbatas
4 Ketersediaan sarana produksi Tersedia dalam jumlah sedikit

Berdasarkan hasil interview baku lokal yang tersedia dengan


dalam bentuk wawancara pemahaman teknologi pengolahan sesuai
petani mengenai budidaya masih kemampuan petani.
rendah. Ketersediaan sarana produksi
untuk meningkatkan produktivitas Pesiapan pembukaan lahan
kebun kelapa sawit seperti pupuk, Persiapan pembukaan lahan
pestisida banyak tersedia namun merupakan kegiatan awal yang
kemampuan petani untuk membeli dilakukan sebelum penanaman
sangat rendah karena harga pupuk tanaman kelapa sawit. Lahan yang
mahal dan tidak dapat dijangkau oleh digunakan oleh petani sampel di kedua
petani. Menurut Edwina dkk. (2004) Desa pada umumnya adalah areal
mayoritas petani (90%) tidak mampu hutan dan semak belukar. Berikut ini
membeli pupuk, harapan petani untuk merupakan tahapan persiapan
memperoleh pupuk dengan harga yang pembukaan lahan tanaman kelapa
terjangkau dan berkualitas untuk sawit yang dilakukan pada perkebunan
meningkatkan produksi kelapa sawit, petani swadaya di Kecamatan Lubuk
maupun penyuluhan dan temuan Dalam Kabupaten Siak yang disajikan
inovasi pengolahan pupuk dari bahan dalam bentuk Tabel 3.
Tabel 3. Persiapan pembukaan lahan tanaman kelapa sawit.
Desa
No Persiapan pembukaan lahan
Rawangkao Lubuk Dalam
1. Kondisi lahan Hutan dan semak Hutan dan semak
belukar, berbukit belukar, berbukit
2. Teknik pembukaan lahan Mekanis tanpa bakar Mekanis tanpa bakar

Dalam yaitu dengan cara mekanis


Berdasarkan Tabel 3 diketahui tanpa pembakaran. Hal ini dikarenakan
bahwa persiapan pembukaan lahan proses persiapan pembukaan lahan
yang dilakukan di Kecamatan Lubuk berpedoman terhadap konsep
1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


pengelolaan lingkungan secara lingkungan, metode pembukaan lahan
berkelanjutan dan peraturan hutan dapat dilakukan dengan cara
pemerintah No. 150 tahun 2000 menebang dan menumbangkan
menjelaskan bahwa tentang vegetasi lahan yang lama
pengendalian kerusakan tanah untuk menggunakan mesin tebang
produksi biomassa memperoleh (chainsaw) dan buldoser (Hakim,
manfaat yang optimal bagi kelestarian 2007).
lingkungan.
Gangguan yang ditimbulkan Persiapan bahan tanaman
oleh kebakaran hutan dan lahan Pembibitan
tersebut berupa perubahan ekosistem Pembibitan merupakan proses
hutan, menurunnya keanekaragaman mengembangkan benih atau kecambah
hayati, rusaknya kesuburan tanah. menjadi bibit yang siap untuk ditanam.
Pedoman tersebut menyarankan Pemilihan bibit dan pemahaman
sebaiknya pembukaan lahan tanpa terhadap sifat dan karakteristik bibit
adanya pembakaran, karena akan kelapa sawit merupakan faktor penting
merusak tanah dan kelestarian terhadap budidaya kelapa sawit.
Tabel 4. Distribusi petani sampel berdasarkan varietas yang ditanam.
Desa
Varietas Rawangkao Lubuk Dalam Jumlah Persentase
No
Tanam (Jiwa) (%)
Jumlah Persentase Jumlah Persenta
(jiwa) (%) (jiwa) se (%)
1 Marihat 12 40 10 33,33 22 36,67
2 Topaz 10 33,33 9 30 19 31,67
Tidak
3 8 26,67 11 36,67 19 31,67
Jelas
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pada Tabel 4 petani sampel


dari kedua desa menunjukkan
penggunaan varietas tanam yang tidak Penanaman
jelas asal usulnya sebesar 31,67% Tahap penanaman kelapa sawit
sebab informasi mengenai asal bibit yang perlu diperhatikan yaitu
Marihat tidak disertai bukti sertifikat pembuatan lubang tanam, umur bibit
tidak dapat dipertanggung jawabkan siap tanam, jarak tanam dan pola
keaslian bibit/kecambah yang penanaman, tahap ini sangat
digunakan sebagai bahan tanam kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan
sawit. dan perkembangan tanaman kelapa
sawit.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Ukuran lubang tanam Analisa langsung yang dilakukan
Lubang tanam berfungsi sebagai terhadap distribusi sampel berdasarkan
tempat media tumbuh tanaman pada ukuran lubang tanam terdapat pada
awal pertumbuhan serta memudahkan Tabel 5.
peresapan pupuk ke dalam tanah.
Tabel 5. Distribusi petani sampel berdasarkan ukuran lubang tanam.
Ukuran Desa
Lubang
Rawangkao Lubuk Dalam
Tanam Jumlah Persentase
No
Perse Perse (Jiwa) (%)
Jumlah Jumlah
ntase ntase
(jiwa) (jiwa)
(%) (%)
1 60x60x60 6 20 9 30 15 25
2 50x50x30 15 50 11 36,6 26 43,33
3 60x60x40 4 13,3 2 6,66 6 10
4 50x50x50 5 16,6 8 26,6 13 21,66
5 Tanpa ukuran - - - - - -
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pada Tabel 5 ukuran lubang 60 cm x 60 cm x 60 cm dapat


tanam kelapa sawit pada petani sampel memudahkan peresapan pupuk
di kedua desa mayoritas menggunakan kedalam tanah, perkembangan akar
lubang tanam 50 cm x 50 cm x 30 cm lebih optimal.
mencapai 43,33%, selanjutnya ukuran
lubang tanam yang memenuhi standar Umur bibit
60 cm x 60 cm x 60 cm dua desa Umur penanaman bibit
diperoleh sebanyak 25% dengan mempengaruhi pertumbuhan dan
standar ukuran lubang tanam. Jenis produksi tanaman kelapa sawit, untuk
tanah yang dominan pada areal itu perlu diperhatikan umur bibit harus
tersebut yaitu jenis tanah mineral dan tepat waktu saat penanaman di lahan.
bergelombang, ukuran lubang tanam
yang tidak sesuai mempengaruhi
perkembangan akar tanaman dan
rentannya resiko kemiringan terhadap
tanaman sehingga dapat mengurangi
produksi kelapa sawit. Ukuran lubang
tanam yang direkomendasikan adalah

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tabel 6. Distribusi petani sampel berdasarkan umur bibit pindah tanam
Desa
Umur
Rawangkao Lubuk Dalam Jumlah Persentas
Bibit
No Persent
Jumlah Persentase Jumlah (Jiwa) e (%)
(Bulan) ase
(jiwa) (%) (jiwa)
(%)
1 <12 19 63,33 16 53,33 35 58,33
2 12-14 7 23,33 9 30,00 16 26,67
3 >14-16 4 13,33 5 16,66 9 15,00
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pemindahan bibit tanaman tumbuhan ini dapat melakukan


kelapa sawit pada umur kurang dari 12 fotosintesis yang lebih efisien pada
bulan dapat menyebabkan tanaman intensitas cahaya matahari tinggi,
menjadi stres, layu, mudah terserang intensitas cahaya matahari yang tinggi
hama serta rentan mengalami dapat mendorong pertumbuhan
kematian, bibit yang baik dianjurkan vegetatif, pembentukan bunga dan
dalam melakukan transplanting pada buah pada tanaman. Pengaturan jarak
umur 12-14 bulan serta penggunaan tanam yang belum sesuai dapat
bibit di atas 20 bulan tanaman rentan menyebabkan perolehan persaingan
mengalami stagnasi produksi menjadi cahaya matahari, dampak tersebut
lambat (Fauzi dkk., 2008). tanaman pada umumnya tidak normal
serta berpengaruh terhadap
Jarak tanam pembentukan bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit tanaman.
merupakan tanaman C-4 dimana

Tabel 7. Distribusi petani sampel berdasarkan jarak tanam


Jarak Desa
Jumlah Persentase
Tanam Rawangkao Lubuk Dalam
No
Perse (Jiwa) (%)
(M) Jumlah Persentase Jumlah
ntase
1 8x8 6 20 12 40 18 30
2 8X9 14 46,67 2 6,67 16 26,67
3 9X9 10 33,33 16 53,33 26 43,33
Jumlah 30 100 30 100 60 100

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Pola jarak tanam

Tabel 8. Distribusi petani sampel berdasarkan pola jarak tanam


Desa
Pola Persent
Jumlah
Jarak Rawangkao Lubuk Dalam ase
No
Tanam (Jiwa)
Persenta (%)
Jumlah Persentase Jumlah
se
Segi Tiga
1 7 23.33 11 36.67 18 30
Sama Sisi
Segi
2 23 76.66 19 63.33 42 70
Empat
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pada Tabel 8 dilihat bahwa Perawatan tanaman


petani lebih menggunakan pola jarak
tanam segi empat yaitu 70% karena Berdasarkan perawatan tanaman
pola jarak tanam segi empat terhadap petani sampel meliputi
mempunyai jumlah populasi lebih penyulaman, penanaman tanaman
banyak. Dibandingkan dengan pola penutup tanah (Cover Crop),
tanam segi tiga sama sisi yang pengendalian gulma, penunasan dan
mempunyai kelebihan yaitu peluang pemupukan.
mendapatkan produktivitas lebih besar
disamping itu pola segitiga sama sisi Penyulaman
lebih efektif dalam menerima sinar Penyulaman tanaman
matahari terhadap pertumbuhan dilakukan apabila tanaman terkena
tanaman, pola jarak tanam segitiga serangan hama atau penyakit dan
sama sisi memiliki populasi tanaman pertumbuhan tanaman tidak sempurna,
15% lebih tinggi sehingga secara untuk mengurangi dampak tersebut
teoritis akan mempengaruhi petani melakukan pengolahan lahan
produktivitas (Harahap 2006). yang baik, menggunakan bibit
bervarietas unggul serta pemindahan
umur bibit tanam secara tepat.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tabel 9. Distribusi petani sampel berdasarkan penyulaman tanaman
Desa
Penyulaman Jumlah Persentase
No Rawangkao Lubuk Dalam
(Jiwa) (%)
Persen Persen
Jumlah Jumlah
tase tase
1 Ada 11 36,67 5 16,67 16 26,67
2 Tidak 19 63,33 25 85,33 44 73,33
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Menurut Risza (2004) selama Penanaman tanaman penutup tanah


masa TBM sebaiknya dilakukan
penyulaman yang intensif agar Tanaman penutup tanah
pertumbuhan tanaman di areal berfungsi sebagai menahan serta
pertanaman seragam (homogen). mengurangi laju jatuhnya air hujan
Apabila penyulaman yang dilakukan diatas permukaan tanah, menambah
terlambat yakni setelah tanaman bahan organik tanah, mempertahankan
berumur 3 tahun akan menyebabkan kelembapan tanah. Tanaman penutup
perbedaan umur yang terlalu jauh tanah dari jenis kacang-kacangan
dengan tanaman sebelumnya dan akan dimaksudkan dapat menekan
menimbulkan kesulitan dalam pertumbuhan gulma, berfungsi
pemeliharaan serta akan berpengaruh menghasilkan bahan organik dan unsur
terhadap proses pemanenan. Nitrogen hasil fiksasi N2 dari udara.

Tabel 10. Distribusi petani sampel bedasarkan tanaman penutup tanah


Desa
Penanaman Persen
Jumlah
cover crop Rawangkao Lubuk Dalam tase
No
(Jiwa)
Persen (%)
Jumlah Persentase Jumlah
tase
1 Ada 3 10 5 16,67 8 13,44
2 Tidak 27 90 25 83,33 52 86,67
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Banyaknya petani sampel yang tanah tersebut dan sulitnya sumber


tidak menggunakan tanaman penutup penyediaan benih cover crop. Jenis
tanah 86,67% dari kedua desa tanaman penutup tanah yang umum
disebabkan kurangnya biaya petani digunakan dalam perkebunan kelapa
dalam memproleh tanaman penutup sawit yaitu Mucuna cochinchinensis,
1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Psophocarphus palustries, Calopogonium caeruleum,
Centrocema pubescens, Pueraria Calopogonium mucunoides (Pahan,
phseoloides, Pueraria javanica, 2012).
Pengendalian gulma mengeluarkan senyawa alelopati yang
mengganggu pertumbuhan kelapa
Pertumbuhan gulma pada sawit, menjadi inang bagi hama,
perkebunan kelapa sawit tidak mengganggu tata air dan
dikehendaki karena dapat meningkatkan biaya usaha tani (Pahan
mengakibatkan penurunan produksi, 2008)
menurunkan suatu produksi

Tabel 11. Distribusi petani sampel berdasarkan teknik pengendalian gulma


Desa
Cara Jumlah Persentase
Rawangkao Lubuk Dalam
No
(Jiwa) (%)
Juml Perse
Pengendalian Jumlah Persentase
ah ntase
1 Kimia 16 53,33 22 73,33 38 63,33
2 Mekanis 14 46,67 8 26,67 22 36,67
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Pelaksanaan kegiatan dilakukan penyemprotan 3 kali dalam satu tahun.


dengan membabat gulma disekeliling Untuk pengendalian secara manual
piringan dengan jarak 1,5 m dari dengan persentase 36,67% petani
pokok tanaman. Tabel 11 dilihat melakukan kegiatan sebanyak empat
bahwa mayoritas petani sampel kali dalam setahun, dalam hal tersebut
melakukan pengendalian gulma pengendalian secara manual kurang
menggunakan teknik kimiawi yaitu efektif sebanyak empat kali setahun
mencapai 63,33%. Dalam kaitan ini jika pengendalian tidak dilakukan
petani petani melakukan kegiatan secara mekanis dan kimia.

Penunasan

Hasil pengamatan sistem


penunasan di kebun swadaya dapat
dilihat pada tabel 12.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tabel 12. Distribusi petani sampel berdasarkan sistem penunasan
Desa
Frekuensi Persenta
Jumlah
Penunasan Rawangkao Lubuk Dalam se
No
(Jiwa)
Jumla Persen (%)
(per tahun) Persentase Jumlah
h tase
1 1x /tahun 7 23,33 4 13,33 11 18,33
2 2x /tahun 23 76,67 26 86,67 49 81,67
3 3x /tahun - - - - - -
Jumlah 30 100 30 100 60 100

Menurut Wawan (2003),


penunasan bertujuan untuk menjaga Pemupukan
keseimbangan pertumbuhan vegetatif
dan generatif, mempermudah Pemupukan pada tanaman
pelaksanaan panen, mengurangi salah kelapa sawit dilakukan untuk
satu faktor yang menghalangi memenuhi kebutuhan tanaman
penyerbukan secara alami, cahaya terhadap unsur hara. Pemupukan
dapat masuk lebih merata sehingga menunjang pertumbuhan tanaman
proses asimilasi dan sirkulasi udara kelapa sawit yang sehat dan untuk
dapat lebih baik, mendorong mencapai produksi buah yang optimal
penyaluran zat hara yang diserap serta tanaman kelapa sawit tahan
tanaman pada daun yang lebih terhadap hama dan penyakit.
produktif dan mengurangi brondolan
yang menyangkut pada pelepah. Keberhasilan pemupukan meliputi
Menurut Wawan (2003), manajemen pemupukan yang baik,
penunasan bertujuan untuk menjaga rekomendasi pemupukan yang
keseimbangan pertumbuhan vegetatif diberikan oleh lembaga penelitian
dan generatif, mempermudah selalu menggunakan konsep tepat
pelaksanaan panen, mengurangi salah jenis, tepat dosis, frekuensi, kualitas
satu faktor yang menghalangi dan cara pemupukan. Hasil distribusi
penyerbukan secara alami, cahaya petani sampel berdasarkan jenis
dapat masuk lebih merata sehingga pemupukan dilihat pada Tabel 13.
proses asimilasi dan sirkulasi udara
dapat lebih baik, mendorong
penyaluran zat hara yang diserap
tanaman pada daun yang lebih
produktif dan mengurangi brondolan
yang menyangkut pada pelepah.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tabel 13. Distribusi petani sampel berdasarkan jenis pemupukan
Desa

Jenis Rawangkao Lubuk Dalam


No
Pupuk (Kg/Pokok/Tahun) (Kg/Pokok/Tahun)

Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata


1 Urea 16,8 0,56 12,5 0,41
2 KCl 18,3 0,61 10 0,33
3 TSP 19,5 0,65 13 0,43
4 Kieserit 6,0 0,2 5,4 0,18
5 Borate 1,8 0,06 0,3 0,01

Pada Tabel 13 dapat dilihat Menurut Sunarko (2014)


bahwa untuk jenis dan dosis pupuk menyatakan bahwa penggunaan
yang digunakan petani kedua Desa berupa pupuk Kieserite 26% MgO dan
pada penggunaan pupuk Urea, KCl, pupuk HGF-Borate 46% B2O5, sifat
dan TSP lebih dominan, sedangkan dan interaksi antagonis antar pupuk
pupuk Kiesrit dan Borate sangat dapat terjadi karena pemasukan ion
dibutuhkan oleh tanaman. Untuk itu atau unsur lain kedalam sel tanaman.
pemupukan tersebut merupakan unsur Adapun waktu yang terbaik untuk
hara sekunder dalam melengkapi melakukan pemupukan yaitu pada saat
kebutuhan akan unsur hara pada musim penghujan, keadaan tanah
tanaman kelapa sawit, apabila unsur masih dalam kondisi sangat lembab
hara makro tidak tercukupi bagi dan tidak tergenang oleh air.
tanaman serta pertumbuhan dan
produktivitas belum optimum.

Produktivitas tercapainya produktivitas tanaman


Pemupukan merupakan salah yang optimal. Kondisi lahan dan iklim
satu bagian penting dari tahapan teknis yang sesuai untuk tanaman kelapa
budidaya tanaman kelapa sawit dengan sawit akan dapat mengoptimalkan
tujuan sebagai salah satu cara untuk pertumbuhan dan perkembangan
memenuhi kebutuhan tanaman akan tanaman kelapa sawit. Berikut ini data
unsur hara baik unsur hara makro produktivitas tanaman kelapa sawit
maupun unsur hara mikro agar petani swadaya pada Tabel 14

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tabel 14. Distribusi petani sampel berdasarkan produksi kelapa sawit
Produksi Kelapa Sawit Produksi
Luas Umur Swadaya berdasarkan
No Lahan Tanaman (Kg/ha/Thn) PPKS Medan
(ha) (Tahun) Rawangkao Lubuk (kg/ha/th)
(Rata-rata) Dalam Pada KKL S2
(Rata-rata)
1 2 3 8,089 7,344 13,550
2 3 4 9,980 9,911 16,000
3 4 5 11,100 10,011 18,500
4 5 6 1108,4 11,807 23,000

Produksi kelapa sawit dapat beberapa faktor teknis budidaya


ditingkatkan dengan memperbaiki maupun kondisi lahan dan iklim.
teknik budidaya kelapa sawit dengan Selain perawatan tanaman
prosedur yang ditetapkan. Menurut ketersediaan air yang kurang dalam
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003), jangka waktu lama, dapat
persilangan D x P mempunyai mengakibatkan kekeringan, kerusakan
keunggulan tersendiri yang berpotensi vegetatif tanaman yaitu terhambatnya
menghasilkan TBS sebesar 32-39 pembukaan daun muda dan
ton/ha/tahun. Produktivitas tanaman berpengaruh terhadap pembentukan
kelapa sawit dipengaruhi oleh bakal bunga serta menurunnya
produksi TBS (Hazriani, 2004).

dan pengalaman berusaha tani 5-8


KESIMPULAN DAN SARAN
tahun 66,67%
Kesimpulan
1. Aspek budidaya tanaman kelapa 2. Teknik budidaya tanaman kelapa
sawit petani swadaya dipengaruhi sawit yang dilakukan oleh petani di
oleh karakteristik internal yang Kecamatan Lubuk Dalam pada
berkaitan dengan keperibadian Desa Rawangkao dan Lubuk
petani seperti tingkat pendidikan Dalam belum mengikuti anjuran
SD 50,00%, jumlah tanggungan PPKS Medan. Sebab 68,34%
keluarga 4-6 jiwa 66,67% , petani sampel menggunakan bibit
kelompok umur >25-55 51,66% yang diketahui jenisnya, 26,67%
menggunakan umur bibit 12-14

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


bulan, 43,33% petani sampel yang
menggunakan jarak tanam sesuai
anjuran, 30%. Menggunakan pola
jarak tanam segitiga sama sisi, Saran
25% yang menggunakan ukuran Petani swadaya diharapkan
lubang tanam 60 cm x 60 cm x 60 mengikuti anjuran PPKS Medan
cm, yang melakukan penyulaman mengenai budidaya tanaman
26,67%, penanaman tanaman kelapa sawit sesuai prosedur,
penutup tanah 13,44%, penunasan secara prinsip pribadi maupun
2 kali per tahun 81,67%, 0% dalam kelompok dengan didampingi oleh
dosis pemupukan dan 63,33% penyuluh lapangan. Pemerintah
pengendalian gulma secara kimia. dan dinas perkebunan harus ikut
Sehingga dirata-ratakan 37,8% andil dalam memperhatikan teknik
petani sampel yang melakukan budidaya tanaman kelapa sawit
teknik budidaya tanaman kelapa yang dilaksanakan secara swadaya
sawit sesuai dengan anjuran PPKS di Kecamatan Lubuk Dalam
Medan. Kabupaten Siak pada khususnya.

Pertanian Universitas Riau.


DAFTAR PUSTAKA Vol.3:2.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. Edwina, S., Adiwirman, F. Puspita,


2012. Riau Dalam Angka 2012. dan G.M.E. Manurung. 2012.
Pekanbaru. Karakteristik dan tingkat
pengetahuan petani kelapa
Badan Pelaksana Penyuluhan dan sawit rakyat tentang
Ketahanan Pangan. 2014. pemupukan di Kecamatan
Laporan Penggunaan Lahan Tanah Putih Kabupaten
Pertanian Dan Bukan Rokan Hilir. Indonesian
Pertanian. Badan pelaksana Journal of Agricultural
penyuluhan dan ketahanan Economics (IJAE). Vol. 3:163-
pangan Kabupaten Siak. Siak.
176.
Edwina, S. 2004. Distribusi
Fauzi, Y., I. Widiastuti, Setyawibawa
Pendapatan Petani Kelapa
dan R. Hartono. 2008. Kelapa
Sawit Pola Plasma dan Pola
Sawit. Penebar Swadaya.
Swadaya di Kecamatan
Jakarta.
Pangkalan Kuras,
Kabupaten Pelalawan ³
Harahap, Y., Winarna dan E.S.
Agriculture Science and
Sutarta. 2005. Produktivitas
Technology Journal, Fakultas
Tanaman Kelapa Sawit.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


Tinjauan dari Aspek Tanah mengatasi kesenjangan
dan Iklim. Dalam W. pendapatan. Prosiding
Darmosakoro, E.S. Sutarta dan Seminar Nasional Perkebunan
Winarna (Eds). Lahan dan Kelapa Sawit Rakyat;
Pemupukan Kelapa Sawit. Pemberdayaan Perkebunan
Medan. Kelapa Sawit Rakyat sebagai
Upaya Penguatan Ekonomi
Harahap, I.Y. 2006. Penataan Ruang Kerakyatan. Pekanbaru, 15-16
Pertanaman Kelapa Sawit April 2005.
Berdasar Pada Konsep
Optimalisai Pemanfaatan _____. 2008. Panduan Lengkap
Cahaya Matahari. Warta Kelapa Sawit. Penebar
PPKS. Medan. Vol.14 (1): 9-5. Swadaya. Jakarta.

Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit: _____. 2012. Kelapa Sawit.


Teknis Agronomis dan Manajemen Agribisnis dari
Manajemennya (Tinjauan Hulu Hingga Hilir. Penebar
Teoritis dan Praktis). Swadaya. Jakarta. 412 hal.
Lembaga Pupuk Indonesia.
Jakarta. 296 hal Risza, S. 2004. Upaya Peningkatan
Produktivitas Kelapa Sawit.
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 188 hal.
Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta. Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa
Sawit di Berbagai Jenis
Hazriani, R. 2004. Hubungan antara Lahan. Agromedia. Jakarta.
ketersediaan air tanah 200 hal.
dengan produksi tandan
buah kelapa sawit di Area Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar
PT. Sinar Dinamika Kapuas Ekonomi Pertanian, Teori
I Kabupaten Sintang. Tesis. dan Aplikasi. Rajawali Pers.
Program Pascasarjana IPB. Jakarta..
Bogor.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit:
Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2003. Teknik Budidaya, Panen, dan
Budidaya Kelapa Sawit. Pengolahan. Kanisius.
Modul M 100-203. Medan. Yogyakarta. 127 hal.

Pahan, I. 2005. Pola peremajaan Wawan. 2003. Pengelolaan


areal plasma dari segi perkebunan kelapa sawit
pembinaan petani, (Elaeis guineensis Jacq.)
ketersediaan modal dan dengan aspek khusus

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


pemanenan di kebun Sumatera Plantation Tbk.,
serbangan, PT. Bakrie Sumatera Utara.

1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015

You might also like