Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

TINDAKAN KOPERASI SIMPAN PINJAM YANG MENGAKIBATKAN


PERBUATAN TINDAK PIDANA
I Gede Hartadi Kurniawan
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
igedehartadi@gmail.com

Abstract
Cooperative is an organization whose membership is voluntary and open to all those who are
willing to use their services and willing to accept the responsibilities of membership, without
gender, social background, race, politics, or religion. One type of cooperative is Credit Unions.
All members are required to deposit the Main Savings and Deposits Deposits Mandatory
Voluntary besides. However, in practice there are many in the Credit Unions in Indonesia is the
only member to register his ID card only and not deposit all the required savings. Or in other
words, the ID card is just a formality which is the main financier behind the actors behind the
scenes who control the cooperative. Credit Unions also widely suspected that the banking practice
clearly violates Article 1, paragraph 2 of Law No.10 of 1998 which stated that only banking
institutions are allowed to hold deposits and extend credit to the community. Credit Unions
mode which saves money instead of members and also distribute it to non-members, clearly
violated the Banking Law and Regulation No. 9 of 1995 which provides in Article 18, paragraph
2 states that prospective members, within a period of 3 (three) months after paying off principal
must be a member. Therefore, to address the irregularities committed by the Credit Unions, it is
necessary laws or government regulation governing criminal sanctions for deviant Cooperative,
so indications Crimes allegedly committed by officials and business owners or cooperatives may
be associated with criminal sanctions Cooperative and not solely linked to criminal sanctions
banking.

Keywords: cooperative, credit unions, sanction banking

Abstrak
Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya bersifat sukarela, terbuka bagi semua
orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya, dan bersedia menerima tanggung
jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar belakang sosial, ras, politik, atau
agama. Salah satu jenis koperasi adalah Koperasi Simpan Pinjam. Seluruh anggotanya
diwajibkan untuk menyetor Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib disamping
Simpanan Sukarela. Namun dalam praktek yang banyak terdapat dalam Koperasi
Simpan Pinjam di Indonesia adalah para anggota tersebut hanya mendaftarkan KTP-
nya saja dan tidak menyetor seluruh simpanan yang diwajibkan. Atau dengan kata lain,
KTP tersebut hanya formalitas dibalik pemodal utama yang merupakan aktor di
belakang layar yang mengendalikan koperasi. Koperasi Simpan Pinjam juga banyak
ditengarai melakukan praktek perbankan yang jelas-jelas melanggar Pasal 1 ayat 2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 yang menerangkan bahwa
hanya institusi perbankan yang diperbolehkan untuk menyimpan dana pihak ketiga
dan menyalurkan kredit ke masyarakat. Modus Koperasi Simpan Pinjam yang
menyimpan dana bukan dari anggota dan juga menyalurkannya ke bukan anggota,
jelas-jelas melanggar Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1995 yang mana dalam Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa calon anggota, dalam
waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi simpanan pokok harus menjadi
anggota. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai penyimpangan yang dilakukan
oleh Koperasi Simpan Pinjam, sangatlah diperlukan Undang-Undang ataupun
Peraturan Pemerintah yang mengatur sangsi pidana bagi Koperasi yang menyimpang,
sehingga indikasi Tindak Pidana yang diduga dilakukan oleh Pemilik ataupun
Pengurus dan Pengelola Koperasi dapat dikaitkan dengan sanksi pidana Koperasi dan
tidak semata-mata dikaitkan dengan sangsi pidana Perbankan.

Kata kunci: koperasi, simpan pinjam, sanksi perbankan


Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 1
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

Pendahuluan kedalam dan keluar dalam bentuk kerjasama dengan


Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Badan
rakyat telah lama dikenal di Indonesia, bahkan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui kemitraan.
Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Pandangan kedua mencela tindakan pragmatis dan
Republik Indonesia yang dikenal sebagai Bapak mengingatkan agar koperasi dan pemerintah
Koperasi, mengatakan bahwa Koperasi adalah kembali kedasar (back to basic). (Kamaralsyah,
Badan Usaha Bersama yang bergerak dalam bidang 1987:53)
perekonomian, beranggotakan mereka yang Seiring itu pula, dengan membaiknya dunia
umumnya berekonomi lemah yang bergabung usaha, maka berbagai jenis lembaga keuangan pun
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak dan semakin bermunculan seperti Bank, Koperasi
kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan Simpan Pinjam, Leasing, Asuransi dan lain
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para sebagainya. Tentunya, dengan terdapatnya berbagai
anggotanya. lembaga keuangan, maka akan sangat dibutuhkan
Menurut UU No. 17 tahun 2012 tentang jajaran pengelola/ pengurus daripada lembaga ±
Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal 1, ayat 1 lembaga keuangan tersebut. Jajaran pengurus
dinyatakan bahwa Koperasi adalah Koperasi adalah tersebut tentunya haruslah merupakan manusia-
badan hukum yang didirikan oleh orang manusia yang kredibel karena bisnis keuangan
perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan adalah bisnis kepercayaan dan padat modal. Oleh
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai karena itu, harus sangat ditekankan bahwa bisnis
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi keuangan adalah bisnis kepercayaan. Hal tersebut
aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sebagai akibat dari begitu banyaknya dana pihak
sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip ketiga yang dititipkan pada berbagai macam
Koperasi, sedangkan tingkatan koperasi dalam UU lembaga keuangan tersebut. Dana pihak ketiga
tersebut dikenal dua tingkatan, yakni Koperasi adalah dana yang diterima olah lembaga keuangan
Primer dan Koperasi Sekunder. Koperasi Primer yang bukan merupakan dana yang berasal dari
adalah Koperasi yang didirikan oleh dan pendiri perusahaan atau modal sendiri. Dana
beranggotakan orang-seorang, dan Koperasi tersebut dititipkan ke pengelola untuk diputar ke
Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan sektor kredit demi mendapatkan selisih laba untuk
beranggotakan Koperasi. keuntungan perusahaan dan membayar bunga
Koperasi merupakan salah satu bentuk kepada pihak ketiga. Lembaga keuangan yang
organisasi ekonomi yang sedang mendapatkan sangat terkait dengan fungsi intermediasi adalah
perhatian pemerintah. Koperasi merupakan lembaga perbankan. Perbankan adalah bisnis yang
organisasi yang berbadan hukum. Pembangunan menjalankan fungsi intermediasi antara nasabah
koperasi di Indonesia merupakan bagian dari usaha kreditur dan nasabah debitur. Fungsi ini sangat
pembangunan nasional secara keseluruhan. melekat sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 Undang-
Koperasi harus dibangun untuk menciptakan usaha Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998
dan pelayanan -+dalam menciptakan azas 7HQWDQJ 3HUEDQNDQ \DQJ EHUEXQ\L ³%DQN DGDODK
kekeluargaan. Usaha koperasi adalah usaha yang badan usaha yang menghimpun dana dari
sesuai dengan demokrasi ekonomi, karena didalam masyarakat dalam bentuk simpanan dan
demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha menyalurkannya kepada msyarakat dalam bentuk
koperasi. kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
Dengan membaiknya roda perekonomian PHQLQJNDWNDQ WDUDI KLGXS UDN\DW EDQ\DN ³
seiring dengan semakin demokratis suasana politik Menurut pasal tersebut diatas telah
di Indonesia, maka seiring pula bisnis yang ditegaskan bahwa segala sesuatu yang menyangkut
berkaitan dengan lembaga keuangan juga akan bisnis penghimpunan simpanan dari masyarakat atau
semakin menjamur guna menunjang perkembangan pihak ketiga adalah Bank, dan bukan lembaga
kehidupan perekonomian. Hal tersebut disebabkan keuangan lainnya. Definisi tersebut seharusnya
karena, dunia usaha sangat membutuhkan dukungan diwujudkan dalam praktek dunia perekonomian di
dalam akses permodalan demi perkembangan usaha, Indonesia. Namun, kenyataannya, begitu banyak
baik bantuan dalam hal investasi ataupun modal lembaga keuangan bukan Bank yang juga
kerja. menghimpun dana seperti layaknya Bank dan secara
Terdapat dua pandangan mengenai koperasi langsung ataupun tidak langsung melanggar
dalam melakukan usahanya. Pertama, adalah ketentuan perundang-undangan yang ada sehingga
pandangan pragmatis yang melihat prospek dapat menimbulkan jerat pidana bagi pengurus
perkembangan koperasi dimasa depan dengan sikap ataupun pengelola yang tidak beritikad baik dalam
menyesuaikan diri. Dalam pandangan ini koperasi menjalankan pekerjaannya. Terjadi fenomena bahwa
dituntut untuk mengadaptasi cara-cara swasta tindakan Koperasi Simpan Pinjam yang
Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 2
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

mengakibatkan tindakan pidana koperasi bukan Sudah menjadi rahasia umum bahwa
tanpa alasan. pemerintah memberikan kebebasan pengawasan yang dilakukan oleh Kementrian
kepada koperasi untuk melakukan segala bentuk Koperasi terhadap koperasi yang menjadi binaannya
usaha demi memajukan koperasi, tak terkecuali tidak berjalan secara maksimal, terkait dengan
apabila usaha tersebut secara tidak langsung mental sebagian besar PNS secara umum dan
melanggar tujuan, prinsip dan dasar dari koperasi. Kementrian Koperasi & UKM secara khusus yang
Dapat dipertanyakan pula apa yang menjadi latar sehari-hari tidak bersifat melayani, melainkan
belakang atau motif tindakan koperasi simpan dilayani. Berdasarkan penelitian yang telah
pinjam melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilakukan oleh penulis secara acak ke beberapa
tindakan pidana, apakah Koperasi Simpan Pinjam koperasi Simpan Pinjam, apabila ada pejabat atau
tersebut mencari keuntungan yang sebesar-besarnya staf dari Dinas Koperasi yang datang berkunjung,
seperti halnya sebuah Bank. sudah pasti Koperasi yang bersangkutan akan
Dalam dunia perbankan, sudah ditetapkan memberikan bingkisan atau uang tanda terima kasih
rambu-rambu peraturan yang ketat bagi kegiatan kepada pejabat atau staf yang bersangkutan demi
dunia usaha perbankan baik Bank Umum, Bank terciptanya hubungan baik dan mendapatkan hasil
Perkreditan Rakyat, Bank Syariah dan BPR Syariah. pelaporan yang hanya bersifat baik-baik saja. Hal ini
Itupun, dalam banyak kasus, masih juga terdapat tidak ditemui pada Pengawasan yang dilakukan oleh
celah untuk pengurus / manajemen melakukan Bank Indonesia terhadap lembaga keuangan lain
tindak pidana dan melanggar ketentuan perundang- sebagai contoh Bank Umum atau BPR. Namun,
undangan yang sudah ditetapkan oleh Bank dengan pengawasan yang ketat oleh Bank Indonesia
Indonesia. Terlebih lagi Lembaga Keuangan Non saja, masih saja terdapat Bank Umum atau BPR
Bank/ Koperasi Simpan Pinjam yang dalam yang bertindak menyimpang dari ketentuan yang
prakteknya menjalankan bisnis layaknya perbankan, ditetapkan oleh Bank Indonesia dan pemilik beserta
namun tidak satu atap dengan institusi Perbankan jajaran pengurusnya terlibat suatu tindak pidana.
dibawah naungan pengawasan oleh Bank Apalagi dengan indikasi Kolusi yang tercipta pada
Indonesia. Tentunya akan terjadi standar ganda dunia perkoperasian yang tidak sebaik peraturan dan
dalam penerapan peraturan perundang-undangan UU yang diterapkan pada dunia Perbankan..
baik peraturan koperasi ataupun Peraturan Bank Selama ini fungsi kontrol terhadap
Indonesia yang terkait dengan tindak pidana bagi operasional koperasi terutama yang banyak bergerak
yang melakukan pelanggaran dalam pengelolaan. dalam usaha simpan pinjam belum berjalan dengan
Oleh karena itu, kejadian yang mengarah ke tindak baik.
penipuan, sangatlah kental sebagai akibat dari Hal itu karena belum ada lembaga resmi yang
kelemahan Undang-Undang yang mengatur berperan dalam fungsi pengembangan dan
lembaga keuangan di negeri ini. Terlebih lagi, pengawasan terhadap koperasi jasa keuangan
terdapat penyimpangan dalam penyaluran kredit tersebut. Selama ini praktik penyimpangan termasuk
ataupun penyimpanan dana pihak ketiga oleh bukan rentenir banyak ditemukan di lapangan karena
anggota koperasi (calon anggota), yang jelas belum adanya aturan resmi sekaligus lembaga
melanggar Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 9 pengawasnya.
Tahun 1995 yang berisi : Dalam kaitan itu, pihak kementrian juga sedang
a. Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan mendorong dilakukannya revisi terhadap sistem
dari dan untuk anggota, calon anggota koperasi pemeringkatan koperasi sehingga dapat diketahui
yang bersangkutan, koperasi lain dan atau peta-peta koperasi di Indonesia. Kita jadi
anggotanya mengetahui mana yang benar-benar berkualitas dan
b. Calon anggota koperasi sebagaimana dimaksud mana yang tidak.
dalam ayat (1), dalam waktu paling lama 3 Selain itu, sistem pemeringkatan koperasi di
(tiga) bulan setelah melunasi simpanan pokok Tanah Air juga dinilai harus segera direvisi karena
harus menjadi anggota. tidak berfungsi optimal dalam kaitannya sebagai
acuan perbankan untuk mengucurkan kredit.
Hal ini, sering dilanggar oleh banyak koperasi Perbankan tidak mengakui secara resmi bahkan
simpan pinjam, karena tujuan dasar untuk hanya tidak memperhitungkan peringkat koperasi untuk
memberikan kredit kepada anggota saja, tidaklah memberikan kredit kepada koperasi yang
terlaksana dengan baik karena , kepada masyarakat bersangkutan. Untuk membuat sistem rating tersebut
umum-pun yang bukan anggota , tetap disalurkan , tidak menjadi percuma pihaknya berupaya untuk
yang jelas melanggar pasal tersebut diatas. Karena menyempurnakannya terutama dalam aspek
hingga lewat 3 bulan sejak menjadi nasabah kelembagaan, keuangan, dan SDM pengelola.
koperasi, tidak serta merta langsung diangkat Selain itu, kementerian terkait akan
sebagai anggota koperasi. menyempurnakan sistem rating dalam aspek
Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 3
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

keanggotaan, tata laksana, dan akuntabilitas. tangungjawab menerima dan melaksanakan


Sedangkan dari aspek keuangan akan direvisi dari hasil keputusan musyawarah.
sisi solvabilitas dan neraca. e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang
Pembahasan luhur yang mencerminkan sikap dan
Koperasi dalam melaksanakan kegiatannya suasana kekeluargaan dan
mempunyai landasan-landasan yang digunakan kegotongroyongan. Bersikap adil, menjaga
sebagai tempat untuk berpijak. Landasan-landasan keseimbangan antara hak dan kewajiban,
tersebut terdiri dari landasan Idiil, landasan menghormati hak-hak orang lain. Suka
Struktural dan gerak dan landasan Mental. (Panji memberi pertolongan, menjauhi pemerasan
Anoraga dan Niniek Widyanti,2003 :8). Ketiga terhadap orang lain, tidak bersifat boros,
landasan ini yang akan ikut menentukan ideologi tidak bergaya hidup mewah, serta tidak
suatu koperasi. melakukan perbuatan yang merugikan
Landasan Idiil koperasi adalah dasar atau umum.
landasan yang digunakan dalam usaha untuk
mencapai cita-cita koperasi, yang menjadi landasan Maksud dari landasan Strukturil koperasi
idiil dari koperasi itu sendiri adalah Pancasila. adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan
Pancasila sebagai dasar dari Negara Indonesia, ikut hidup bermasyarakat.(Sudarsono dan Edilius, 2005
mempengaruhi segala kegiatan termasuk koperasi. :74). Di Indonesia Undang-undang Dasar 1945
Dalam Ketetapan MPR No.II/MPR/1978, yang juga adalah merupakan suatu ketentuan atau tata tertib
GLQDPDNDQ ³(NDSUDVHW\D 3DQFDNDUVD´ PHPEHUL dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah
petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud hidup dan moral cita-cita suatu bangsa. Oleh sebab
pengamalan kelima sila dari Pancasila, yaitu: itu koperasi berada di Indonesia dan menjadikan
a. Sila KeTuhanan Yang Maha Esa Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar dalam
Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang kehidupan ditengah masyarakat, dengan kata lain
Maha Esa sesuai dengan agama dan Undang-undang Dasar 1945 merupakan landasan
kepercayaan masing-masing menurut dasar Strukturil dari koperasi. Dalam Undang-undang
kemanusiaan yang adil dan beradab. Dasar 1945, pasal 33 ayat (1) diatur mengenai
Hormat menghormati dan bekerjasama kehidupan perekonomian di Indonesia. Koperasi
antara pemeluk agama dan penganut- sebagai salah satu badan usaha yang ada di
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, Indonesia, maka menggunakan pasal 33 ayat (1)
sehingga tercipta kerukunan hidup, saling tersebut sebagai motor penggerak atau menjadikan
menghormati kebebasan menjalankan pasal tersebut sebagai landasan gerak koperasi.
agama sesuai dengan agama dan Landasan mental koperasi Indonesia adalah
kepercayaannya. setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab kawan ini terlihat dari adanya gotong-royong
Mengakui persamaan derajat, persamaan ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara,
hak dan kewajiban antara sesama manusia. sebab hal ini sudah mendarah daging dan
Mengembangkan sikap tenggang rasa, tidak membudaya sebagai kebiasaan bangsa Indonesia.
semena-mena terhadap oranglain serta Untuk itu koperasi dalam menjalankan usahanya
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. tidak saja hanya mencari keuntungan yang sebesar-
c. Sila Persatuan Indonesia besarnya untuk golongan tertentu saja namun tetap
Menempatkan persatuan, kesatuan, memikirkan nasib orang lain.
kepentingan dan keselamatan bangsa dan Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi
Negara diatas kepentingan pribadi atau yang didirikan untuk memberi kesempatan kepada
golongan. Rela berkorban untuk anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah
kepentingan bangsa dan Negara. dan bunga ringan. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat berusaha untuk
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan
perwakilan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan
Mengutamakan kepentingan Negara dan sejumlah uang dengan jalan menggiatkan tabungan
masyarakat. Mengutamakan musyawarah dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan
dalam mengambil keputusan untuk bunga yang serendah-rendahnya.
kepentingan bersama. Musyawarah untuk Koperasi Simpan Pinjam menghimpun
mencapai mufakat diliputi oleh semangat dana dari para anggotanya yang kemudian
kekeluargaan. Dengan itikad baik dan rasa menyalurkan kembali dana tersebut kepada para
Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 4
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

anggotanya. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) koperasi. Walaupun pengertian tersebut baik luas
memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup maupun panjang, diperlukan untuk mendapatkan
berhemat dan juga menambah pengetahuan pemahaman terhadap koperasi yang ada di
anggotanya terhadap perkoperasian. Indonesia pada saat ini. Bisa dilihat bahwa peraturan
Untuk mencapai tujuannya, berarti dan prisip-prinsip koperasi cukup banyak dan
Koperasi Simpan Pinjam harus melaksanakan tujuannya sangat luas. Oleh karena itu, peran
aturan mengenai peran pengurus, pengawas, koperasi di ekonomi Indonesia sangat penting.
manajer dan yang paling penting, rapat anggota. Seiring dengan semangat reformasi,
Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil pemerintah telah membuat sejumlah kebijakan yang
keputusan tinggi, pemberi nasehat dan penjaga memberikan kesempatan kepada seluruh warga
berkesinambungannya organisasi dan sebagai orang masyarakat, khususnya para pelaku ekonomi rakyat
yang dapat dipercaya. Menurut Undang-Undang untuk memperkuat posisi mereka melalui wadah
No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, badan usaha koperasi. Untuk itu, pemerintah telah
Pengawas bertugas melakukan pengawasan mencabut berbagai ketentuan yang menghambat dan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan menghalang-halangi rakyat untuk berkoperasi,
pengelolaan koperasi dan menulis laporan koperasi, misalnya keharusan untuk bergabung pada Koperasi
dan berwewenang meneliti catatan yang ada pada Unit Desa (KUD). Pemerintah telah menerbitkan
koperasi, mendapatkan segala keterangan yang Inpres No. 18 Tahun 1998, yang berisi pencabutan
diperlukan dan seterusnya. Yang ketiga, manajernya terhadap Inpres No. 4 Tahun 1984 Tentang
koperasi simpan pinjam, seperti manajer di Pembinaan KUD, dan membuka kesempatan seluas-
organisasi apapun, harus memiliki ketrampilan luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan badan
eksekutif, kepimpinan, jangkauan pandangan jauh usaha koperasi.
ke depan dan mememukan kompromi dan Peluang bagi pengembangan Koperasi
pandangan berbeda. Akan tetapi, untuk mencapai Simpan Pinjam (KSP) sangat besar, karena
tujuan, Rapat Anggota harus mempunyai kekuasaan pemerintah sangat memerlukan adanya lembaga-
tertinggi dalam organisasi koperasi. Hal ini lembaga keuangan masyarakat yang dapat
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun menjalankan fungsi intermediasi, yaitu menyalurkan
2012 Tentang Perkoperasian dan mengelola secara efektif dana-dana yang
dialokasikan untuk pemberdayaan usaha mikro,
Sumber Permodalan kecil dan menengah. Sementara itu, pemerintah
Seperti dalam semua perusahaan harus menyadari bahwa sebagian dari asset nasional
ada sumber permodalan. Menurut Undang-Undang berupa permodalan haruslah dialokasikan untuk
No 12. Tahun 1967, sumber permodalan untuk pengusaha kecil dan mikro. Koperasi Simpan
Koperasi adalah sebagai berikut: Pinjam (KSP) atau ada juga yang menggunakan
a) Simpanan pokok ± yaitu sejumlah uang yang istilah Koperasi Kredit (Kopdit), secara
diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan internasional disebut Credit Union, merupakan
kepada koperasi pada waktu masuk, besarnya badan usaha yang dimiliki oleh warga masyarakat,
sama untuk semua anggota, tidak dapat diambil yang diikat oleh satu ikatan pemersatu, bersepakat
selama anggota, menanggung kerugian. untuk menyimpan dan menabungkan uang mereka
b) Simpanan wajib ± yaitu simpanan tertentu pada badan usaha tersebut, sehingga tercipta modal
yang diwajibkan kepada anggota untuk bersama untuk dipinjamkan kepada sesama selaku
membayarnya kepada koperasi pada waktu anggota koperasi untuk tujuan produktif dan
tertentu, ikut menanggung kerugian. kesejahteraan .
c) Simpanan sukarela ± berdasarkan perjanijian Sementara, berdasarkan Peraturan
atau peraturan khusus. Pemerintah No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi,
Selanjutnya, sumber permodalan boleh memberikan defLQLVL VHEDJDL ´NHJLDWDQ \DQJ
berasal dari koperasi lain, bank atau lembaga dilakukan untuk menghimpun dana dan
keuangan lain. Di samping ini, sumber permodalan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan
boleh berasal dari cadangan, yang menurut Undang- pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang
undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, EHUVDQJNXWDQ´ 6HGDQJNDQ SHQJHUWLDQ Koperasi
adalah sejumlah uang yang diperoleh dari Simpan Pinjam berdasarkan PSAK 27/ Reformat
penyisihan sisa usaha yang dimasukkan untuk 2007 adalah Koperasi yang kegiatan atau jasa
memupuk modal sendiri dan untuk menutup utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan
kerugian koperasi bila diperlukan. Yang jelas, peminjaman untuk anggotanya.
sumber permodalan koperasi harus berasal dari Pengertian simpanan adalah dana yang
lembaga yang sah dan akan berbeda di setiap dipercayakan oleh anggota kepada koperasi dalam
Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 5
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan c. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 9
tabungan. Sedangkan pinjaman adalah penyediaan Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan
uang kepada anggota berdasarkan kesepakatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yang
pinjam meminjam, yang mewajibkan kepada mengharuskan "calon anggota dalam waktu 3
peminjam melunasi hutangnya dalam jangka waktu bulan setelah melunasi simpanan pokok harus
tertentu, disertai dengan pembayaran sejumlah menjadi anggota", tidak banyak diindahkan oleh
imbalan yang dapat berbentuk bunga atau bagi kebanyakan KSP dan ironisnya, kondisi
hasil. Pada dasarnya Koperasi Simpan Pinjam penyimpangan tersebut sepertinya terkesan
(KSP) menjalankan fungsi yang hampir sama dibiarkan saja oleh otoritas koperasi. Bahkan
dengan bank, yaitu sebagai badan usaha yang terhadap sejumlah KSP yang dapat memupuk
melakukan penggalian atau mobilisasi dana dari volume usaha dan aset yang jumlahnya puluhan
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam miliar bahkan triliunan rupiah cenderung
bentuk kredit kepada warga masyarakat yang mendapat penghargaan tinggi sebagai koperasi
membutuhkan. Yang membedakannya adalah teladan, tidak peduli volume usaha tersebut
bahwa koperasi dimiliki secara bersama oleh banyak bersumber dari transaksi dengan bukan
anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama, anggota atau pihak ketiga.
dan hanya memberikan pelayanan kredit kepada d. Pendapat bahwa KSP juga tidak mungkin bisa
anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah menjadi besar jika hanya melayani anggotanya,
orang atau badan sebagai pemegang saham, terbantahkan dengan kinerja koperasi kredit
memobilisasi dana dari masyarakat luas untuk nama lain dari KSP. Tujuannya jelas
menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya meningkatkan atau memperbesar perputaran
menyalurkan dana yang terhimpun kepada warga uang sehingga diperoleh keuntungan Sisa Hasil
masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan Usaha (SHU) yang lebih besar, tanpa disertai
teknis bank. kewajiban untuk membagikan sebagian dana
Prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh Koperasi Sisa hasil Usaha (SHU) kepada nasabah, seperti
Simpan Pinjam (KSP) haruslah dijalankan dengan yang seharusnya dilakukan kepada anggota
memperhatikan semangat dari prinsip dasar yang bertransaksi dengan koperasinya.
koperasi simpan pinjam rumusan Friedrich William e. Tanpa ada pembatasan wilayah usaha (adapun
Raiffeisen, selaku pendiri pertama credit union pada mengenai pelaksanaan usaha koperasi dapat
pertengahan abad ke-19, yaitu : dilakukan di mana saja, baik di dalam maupun
a. Dana koperasi hanya diperoleh dari anggota- di luar negeri, dengan mempertimbangkan
anggotanya saja kelayakan usahanya, maka KSP bebas
b. Pinjaman juga hanya diberikan kepada anggota- beroperasi di mana saja. Dengan dasar
anggotanya saja ketentuan ini maka sejumlah KSP yang merasa
c. Jaminan yang terbaik bagi peminjam adalah sudah kuat pun lalu melebarkan sayap usahanya
watak si peminjam itu sendiri. ke berbagai daerah/provinsi dengan mendirikan
cabang-cabang. Bukan hal yang asing jika di
Prinsip Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ala satu kota terdapat beberapa cabang dari
Friedrich William Raiffeisen tersebut sejumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang
mencerminkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam berbeda. Tak terhindarkan dalam kondisi seperti
(KSP) haruslah dibangun atas usaha dan semangat ini tentu terjadi persaingan atau perebutan
swadaya dari anggotanya melalui usaha simpan nasabah.
pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya. f. Paling tidak pada satu dekade terakhir ini peta
Oleh sebab itu, pada seluruh anggota Koperasi perkoperasian Indonesia sangat didominasi oleh
Simpan Pinjam (KSP) haruslah ada suatu kesadaran Koperasi Simpan Pinjam (KSP), sedangkan
dan tekad yang kuat untuk membangun Koperasi koperasi-koperasi yang bergerak di sektor riil
Simpan Pinjam (KSP) secara swadaya, dimana bagaikan "mati suri". Menurut catatan resmi,
mereka adalah anggota yang sekaligus pemilik serta jumlah koperasi yang aktif saat ini (Juni 2009)
pengguna jasa dari KSP tersebut, dengan cara : sebanyak 118.616 unit. Dari jumlah ini tidak
a. Tekad untuk tidak tergantung kepada bantuan ada perincian mengenai jumlah masing-masing
modal dari siapapun, termasuk dari pemerintah jenis koperasi termasuk KSP. Tetapi pada 2005
b. Hanya menyimpan (menabung) uang di jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) tercatat
Koperasi Simpan Pinjam (KSP), setiap kali sebanyak 38.062 unit, belum termasuk unit-unit
mempunyai kelebihan uang dari kebutuhan simpan pinjam yang mayoritas dimiliki oleh
sehari-hari, langsung ditabung di Koperasi sejumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
Simpan Pinjam (KSP). Belum ada penelitian mengenai praktek dari
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) maupun
Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 6
Tindakan Koperasi Simpan Pinjam yan Mengakibatkan Perbuatan Tindak Pidana

sejumlah Unit Simpan Pinjam (USP) ini tentang berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012
pelayanan kepada anggota dan bukan anggota. Tentang Perkoperasian. Hal ini dapat dimengerti
Tetapi secara kasat mata bisa dilihat, demi mengingat prinsip-prinsip tersebut dirumuskan pada
mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, saat awal koperasi didirikan, sehingga koperasi lebih
pelayanan kepada bukan anggota yang mengutamakan solidaritas anggota untuk menjadi
jumlahnya jauh lebih besar dari pelayanan badan usaha alternative ditengah-tengah dominasi
kepada anggotanya sendiri sudah lazim sistem kapitalisme pada masa itu dan masa kini.
dilakukan oleh koperasi-koperasi jasa keuangan Oleh karena itu ideologi Koperasi sangat erat
ini. kaitannya dengan cita-cita utama untuk
g. Jika satu-satunya jenis Koperasi yang masih mensejahterakan anggota koperasi secara bersama-
"tetap bertahan" di pasar global ini dibiarkan sama. Jika prinsip-prinsip dan ideologi koperasi
berkembang liar tanpa kendali, tanpa tersebut dijalankan dengan baik, maka tindakan
memperhatikan "koridor jati diri koperasi", koperasi simpan pinjam yang dapat mengakibatkan
meskipun mungkin dapat mencapai volume perbuatan tindak pidana koperasi dengan sendirinya
usaha dan asset yang tinggi, apalagi yang masih tidak akan pernah terjadi. Dengan demikian apabila
bisa kita banggakan dari lembaga ekonomi koperasi ingin berkembang dan bersaing dengan
sosial yang pernah digadang-gadang sebagai badan usaha lainnya, koperasi dapat melakukan hal
soko guru perekonomian nasional ini? tersebut dengan cara yang sehat, sebagaimana yang
telah ditentukan dan diatur oleh peraturan
Kesimpulan perundang-undangan yang berlaku bagi koperasi.
Secara yuridis Koperasi simpan Pinjam
tidak dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menghimpun dana dari pihak ketiga. Kegiatan Daftar Pustaka
Usaha Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Andjar Paacha, Myra Rosana, dan Nadia Maulisa.
Simpan Pinjam yang melakukan kegiatan Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta,
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Kencana, 2007
simpanan ataupun pinjaman harus terlebih dahulu
memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Kamaralsyah DH, Pancawindu Gerakan Koperasi
Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank (1947-1987), Dewan Koperasi Indonesia,
Indonesia, hal ini didukung dengan Pasal 16 Jakarta, 1987.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan dan PBI No.8/26/PBI/2006 Tentang Muhammad Irawan ³+XNXP .RSHUDVL ,QGRQHVLD´
Bank Perkreditan Rakyat dan Pasal 37 Peraturan Artha Jaya, Surabaya, 1993
Pemerintah No.9 Tahun 1995 Tentang Koperasi
Simpan Pinjam. Pandji Anoraga dan Ninik Widyanti, ³Dinamika
Kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam Koperasi´, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
(KSP) dan Unit Simpan Pinjam tidak dapat
memberikan pinjaman terhadap pihak ketiga yang Rahmat Satria, ³.RSHUDVL Asas dan Teori´, Pustaka
bukan anggotanya atau anggota koperasi lain, Karya, Bandung 1998
apalagi dengan menjanjikan bunga deposito yang
sangat tinggi, dan dengan sendirinya perbuatan Subandi, ³Ekonomi Koperasi´ $OIDEHWD %DQGXQJ,
tersebut akan merugikan koperasi itu sendiri. Hal ini 2009
didukung dengan Pasal 18 dan 19 Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1995 dan Undang-Undang Sudarsono, Edilius, Koperasi Dalam Teori dan
No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian. 3UDNWHN´ Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Koperasi sebagai suatu badan usaha harus
tunduk pada prinsip-prinsip dasar koperasi

Lex Jurnalica Volume 10 Nomor 1, April 2013 7

You might also like