Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Cara Ibu Hamil Dengan HIVAIDS Dalam Menja-Dikonversi
Gambaran Cara Ibu Hamil Dengan HIVAIDS Dalam Menja-Dikonversi
net/publication/321221714
CITATION
READS
1
4,527
3 authors, including:
Setyowati Setyowati
Imami Rachmawati
University of Indonesia
University of Indonesia
29 PUBLICATIONS 24
CITATIONS 36 PUBLICATIONS 29 CITATIONS
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Imami Rachmawati on 03 December 2017.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
P-ISSN 2549-9629
E-ISSN 2549-9866
ABSTRACT
A mother with HIV/AIDS had a dilemma in preparing her pregnancy, her previous experience against the
transmission of the virus to children. She can undergo her function as a woman that can be pregnant although
she had HIV positive through a program to prevent transmission of the virus. This study was aims to explore a
mothers with HIV positive who undergone her pregnancy. Data analysis using Stevick-Colaizzi to a group of
seven participant from NGO in HIV-AIDS community based in Jakarta. Collecting of data were held for a
year from may 2015 – 2016. Results of the study identified three themes as an essence of mother with HIV
positive who undergone pregnancy, namely: mothers too late realized health status of her self and her child;
mother who cares her pregnancy through a program Prevention mother to child transmission (PMTCT);
mother decided to delivery their baby through cesarian although there is another option through normal
labor. This study recommended for maternity nursing too optimalized their role as a counselor so they can
contribute in preparing and caring antenatal care for mother with HIV/AIDS.
ABSTRAK
Ibu HIV/AIDS mempunyai dilema untuk mempersiapkan kehamilan, pengalaman terdahulu terhadap
transmisi virus kepada anak. Ibu HIV/AIDS dapat menjalani fungsi reproduksi sebagai perempuan walaupun
mempunyai status HIV positif dengan menjalani program perventif untuk tidak menularkan virus. Penelitian
ini bertujuan mengeksplorasi cara Ibu hamil dengan status HIV/ AIDS dalam menjalani kehamilan.
Penelitian fenomenologi ini menggunakan analisisdata Stevick-Colaizzi kepada tujuh partisipan yang
merupakan anggota dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak dalam komunitas HIV-AIDS
di Jakarta. Pengambilan data dilakukan selama satu tahun dari bulan Mei 2015 – Mei 2016.Penelitiani ni
mengidentifikasi tiga temasebagai intisari dari gambaran cara ibu hamil dengan hiv/aids dalam menjalani
kehamilanyaitu: ibu terlambat mengetahui status diri dan anak,Ibu merawat kehamilan melalui program
Pervention Mother to Child Transmision (PMTCT); Ibu memutuskan persalinan sesar meskipun ditawari opsi
persalinan normal.Hasiltemuan merekomendasikan perawat maternitas untuk mengoptimalkan peran agar
dapat memberikan dampak nyata dalam melakukan persiapan kehamilan dan perawat antenatal pada ibu
HIV/AIDS.
Tema Tiga: Ibu Memutuskan aku tuh gak mau trauma lagi
Persalinan Sesar walaupun Ditawari seperti nomor 3. Apa, gimana
Pilihan Persalinan Normal caranya anak ini biar gak
seperti kakanya yang seperti itu,
Pengalaman partisipan sebelumnya gak positif gitu(P1)
mendapati anak berstatus HIV positif,
membuat ibu sangat selektif memilih Diskusi
tindakan-tindakan khususnya tindakan Hasil penelitian mendapatkan bahwa ibu
yang berisiko. Lima dari tujuh partisipan mengetahui status tertular dari suami pada
secara otonomi memilih persalinan sesar, saat suami sakit, sudah meninggal, ataupun
walaupun kondisi ibu memungkinkan dalam kondisi kritis. Ibu juga mengetahui
untuk menjalani persalinan normal. status HIV Positif setelah status anak
positif dan keadaan ini yang menyebabkan
Tema kedua ini dibentuk oleh tiga ibu memeriksakan anaknya dan mendapati
kategorik yaitu: (1) mengalami trauma anaknya pun berstatus positif. Hasil ini
pengalaman anak sebelumnya berstatus sejalan dengan penelitian yang dilakukan
HIV positif; (2) menyadari bahwa resiko Decker, et al (2014) yang mendapatkan
penularan virus melalui persalinan sesar bahwa perempuan menjadi korban
lebih rendah; (3) ditawarkan persalinan perluasan penularan penyakit-penyakit
normal kepada ibu dikarenakan kondisi ibu infeksi menular seksual seperti HIV dari
baik. pasangannya. Keterlambatan ini dijelaskan
dapat dikarenakan oleh tidak pernah
Partisipan merupakan anggota dari LSM terpapar dan tidak pernah merasa bahwa
yang sudah mempunyai kondisi lebih baik penyakit HIV/AIDS mengancam mereka.
karena telah terpapar informasi dan telah Perempuan tidak pernah mendapat
melalui fase denial, kondisi yang baik informasi terkait HIV/AIDS sebelumnya.
ditandai dengan nilai viral load yang Perempuan cenderung merasa aman karena
bagus. Kondisi tersebut memungkinkan tidak mengira bahwa mereka adalah
partisipan untuk melahirkan secara normal, populasi yang beresiko tinggi. Resiko
seperti yang telah dijelaskan dokter penularan yang dialami perempuan
kandungan kepada dua partisipan, namun cenderung berasal dari penularan oleh
kemungkinan menularkan pada persalinan suaminya. Meski peningkatan pelayanan
sesar lebih rendah dibandingkan pada kesehatan terkait HIV/AIDS di daerah
persalinan normal, ini disampaikan oleh urban sudah mengalami perbaikan dan
tiga partisipan, sehingga partisipan lebih penyempurnaan dengan perbanyakan
memilih persalinan sesar. Keputusan ini layanan tes, konseling VCT dan kemajuan
teknologi pelayanan, perempuan masih Pada hasil penelitian ini didapatkan kondisi
merasa tidak perlu untuk memeriksakan yang mendasari keputusan partisipan untuk
serostatus karena tidak pernah terpapar hamil adalah keinginan suami dan persepsi
pentingnya hal ini bagi perempuan yang bahwa kehadiran anak adalah sesauatu
hamil (Halli et all, 2015). yang bernilai dalam sebuah ikatan
pernikahan, karena pernikahan sekarang
Keterlambatan mengetahui status juga adalah dengan pasangan yang baru. Hasil
menyebabkan ibu terlambat mengetahui ini bertolak belakang dengan penelitian
status anaknya, dan tidak menyadari Kirshenbaum, et al. (2014) yang
dirinya adalah sumber penularan kepada menemukan bahwa perempuan HIV positif
anaknya. Penularan ini didasari karena cenderung memiliki keinginan yang lebih
kurangnya pengetahuan dan tidak rendah untuk hamil dibandingkan dengan
mengikuti program. Karena bila ibu itu perempuan HIV negatif. Data juga
mengetahui sedari awal, ia mungin akan melaporkan bahwa perempuan HIV positif
melakukan upaya untuk mencegah lebih cendrung berkeinginan
transmisi tersebut dan bisa mengupayakan menggugurkan kehamilannya
anak yang lahir berstatus negatif.
Penjelasan ini sama dengan yang Memutuskan mempunyai anak merupakan
diungkapkan Nguefack, et al. (2016), keputusan yang kompleks bagi penderita
bahwa terjadinya penularan terhadap anak, HIV, karena sebagai seorang pengidap
dikarenakan tidak mengikuti program HIV yang berisiko menularkan virus
PMTCT, sedangkan PMTCT adalah paket kepada bayinya dengan pengalaman
intervensi yang menuntut kepatuhan oleh terdahulu, karena anak terdahulu berstatus
ibu supaya didapatkan hasil yang efektif positif. Namun ibu-ibu masih tetap
dan efesien untuk mencegah penularan. memutuskan untuk memiliki anak, ini
Penerapan program PMTCT di kota besar dikarenakan persepsi nilai anak dalam
adalah program yang berfokus utama keluarga. Hasil Ini sesuai dengan yang
dalam menurunkan kasus HIV/AIDS. dinyatakan oleh Kirshenbaum, et al. (2014)
Kebanyakan perempuan yang akan bahwa perempuan dengan HIV positif di
memiliki anak salah melakukan tindakan, daerah perkotaan cenderung memiliki anak
didasari kurangnya pengetahuan. Selain dikarenakan keinginan untuk menambah
itu, penularan kepada bayi diakibatkan jumlah anggota keluarga dan kesuksesan
pada saat fase-fase penting dan kritis melahirkan pada anak sebelumnya.
seperti saat persalinan dan menyusui. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa
Namun menurut laporan, kejadian yang keinginan untuk memiliki anak merupakan
paling sering terjadi adalah pada fase post penerimaan norma sosial bagi perempuan
natal, yaitu saat menyusui dibandingkan sehingga perempuan merasa diterima.
dengan intra natal. Ketika seorang perempuan tidak memiliki
anak akan dianggap belum lengkap sebagai
Hasil penelitian mendapatkan bahwa seorang wanita oleh norma sosial, sehingga
merawat kehamilan melalui program perempuan HIV positif berada dalam
PMTCT dimulai dengan keputusan untuk pilihan yang sulit. Satu sisi ia
hamil, melakukan konsultasi ahli, diskusi mengkondisikan sebagai seorang
dengan teman sebaya, mengikuti program perempuan dalam masyarakat dan sebagai
khusus dan terencana pada fase perinatal, seorang penderita HIV yang berada dalam
membuka pengaman untuk hamil, kekawatiran akan resiko tertularnya virus
keterlibatan suami serta pemeriksaan viral kepada bayinya bila ia hamil.
load dan CD4. Rangkaian program ini
ditujukan agar mempunyai anak dengan Pencegahan transmisi virus sebaiknya
status negatif. dilakukan dengan merencanakan
kehamilan, karena semua dipersiapkan
dengan baik, dari kondisi ibu, kondisi
suami maupun persiapan konseling dan Hasil penelitian menggambarkan
konsultasi. Persiapan ini terlihat dari perawatan selama kehamilan pada ibu
ungkapan partsipan yang menjelaskan hamil yang berstatus HIV positif dalam
bahwa trauma mempunyai anak yang penelitian ini didapati sama dengan
berstatus psoitif, menuntut ibu untuk perawatan pada ibu hamil yang status
mempersiapkan kehamilan hingga negatif. Perbedaan yang dijelaskan
menyusui dengan baik agar anak yang partisipan adalah pemeriksaan viral load
dilahirkan tidak berstatus positif. dan CD4 dan penerapan keteraturan terapi
Kehamilan dan program terencana ini ARV. Pernyataan ini sejalan dengan
diperkuat dengan hasil penelitian yang pernyataan Patel et all. (2015), menyatakan
mendapati bahwa kejadian seorang ibu bahwa penerapan ARV sebagai upaya
HIV positif dengan kehamilan tak pencegahan penularan ibu ke anak
terencana atau tidak diinginkan cenderung (PMTCT) merupakan suatu penemuan
akan menunjukkan perasaaan negatif, yang besar dalam mengurangi transmisi
keinginan untuk mengakhiri kehamilan dan vertikal dari ibu ke anaknya. Di negara-
motivasi yang rendah untuk memikirkan negara maju jumlah infeksi baru dari bayi
prosedur persalinannya kelak. dikarenakan oleh penularan ibu turun
hingga 93%, pada negara berkembang dan
Melakukan konsultasi ahli dan diskusi miskin masih menunjukkan angka yang
kepada teman untuk memulai kehamilan signifikan, contohnya di Boswana 21%
dilakukan partisipan sebagai sebuah angka penularan terjadi. Pencapaian tujuan
strategi untuk memulai program kehamilan untuk menurunkan setidak nya 90%
yang aman dan melakukan langkah- penularan pada bayi di dunia, memerlukan
langkah yang aman untuk mempunyai anak peran aktif pemerintah, pelaksana program
yang berstatus HIV negatf. Hasil ini dan petugas kesehatan dalam mengatasi
diperkuat dengan hasil penelitian yang hambatan yang muncul dan meningkatkan
menjabarkan bahwa partisipan melakukan akselarasi pelayanan kesehatan. Upaya
konsultasi dengan dokter kandungan, serta PMTCT dalam menanggulangi kasus HIV
dengan teman sebaya yang HIV Positif. memiliki beberapa aspek penting yang
dilakukan oleh ibu dan petugas kesehatan,
Hasil penelitian mendapatkan bahwa yakni pengecekkan sero status HIV setiap
program kehamilan yang diikuti oleh ibu ibu hamil, pemberian ARV sebagai
HIV positif untuk mencegah penularan profilaksis serta perawatan bagi ibu HIV
virus ibu hamil ke bayinya dilakukan oleh positif, mengurangi stigma dan
partisipan dengan mengikuti PMTCT. diskriminasi, pemberian dukungan, serta
Program ini adalah program yang bantuan struktural dan ekonomi.
diselenggrakan WHO dan diadopsi
menjadi PPIA di Indonesia. Program Hasil penelitian mendapatkan keterlibatan
PMTCT diyakini oleh partsisipan dapat suami dalam proses merawat ibu sejak
menjadi strategi untuk menghindari kehamilan hingga menyusui meliputi
transmisi virus HIV. Mariciana (2015) pemberian dukungan psikologi,
menemukan bahwa PMTCT terbukti mengingatkan minum ARV, tanggap bila
meningkatkan angka penularan ibu HIV anak dan ibu sakit untuk mendapatkan
positif kepada anaknya (71,2 % ibu hamil pengobatan, penerimaan status ibu dan
mendapatkan program PMTCT, 67,1 % anak terdahulu, dukungan finansial dan
diantaranya berlanjut hingga proses mau bekerja sama dengan istri dalam
persalinan, 82,6% diantaranya berlanjut merawat bayinya. Penerimaan pasangan
hingga proses menyusui). Ibu hamil HIV terhadap status ibu HIV positif dan anak
negatif atau ibu HIV positif yang belum dari pernikahan sebelumnya membuat ibu
mengetahui statusnya pada awalnya tenang dalam menjalani kehamilannya.
merasa aneh dengan program PMTCT Penerimaan ini tidak hanya pada suami
yang dijalaninya. yang berstatus positif tapi juga pada suami
yang mempunyai status positif (SIC_ed). Hasil penelitian mendapatkan bahwa Ibu
Temuan ini bertolak belakang dengan memutuskan persalinan sesar meskipun
penemuan Joshua (2015) bahwa tantangan mendapatkan pilihan persalinan normal.
lainya pasangan dengan hanya salah satu Keputusan ini dilandasi karena traumatik
saja berstatus HIV positif adalah resiko mendapti anak terdahulu berstatus positif.
emosional yang akan terjadi, pasangan Ibu sebagai sumber penularan ke anaknya
cenderung lebih bersifat emosional adalah kondisi yang berat, karena status
dikarenakan stressor terkait penyakit, posistif anak membuat ibu merasa sangat
stigma, jaringan sosial, dan kekurangan bersalah. Kondisi anak yang menderita
dukungan dari pelayanan kesehatan. Belum penyakit seumur hidup akibat dirinya.
ada pelaporan mengenai perpisahan akibat
perkawinan dengan salah satu pasangan Partisipan menggambarkan dalam
yang berstatus HIV positif, fenomena ini pemahaman yang ia punya sesar dapat
juga memperlihatkan bahwa kondisi ini mengurangi resiko penularan virus
belum menjadi fokus bahasan dalam sebanyak 5%, sehingga walaupun kecil
kehidupan ODHA. Beberapa penelitian tapi lebih baik dibandingkan persalinan
mengemukan bahwa semakin berrtahannya normal. Pendapat pasrtisipan tersebut
hubungan perkawinan pada pasangan yang sesuai dengan penjelasan Buchman, et al.
hanya satu saja berstatus HIV positif (2014) yang menyatakan bahwa
semakin meningkatkan kejadian penularan pengurangan angka mortalitas dan
HIV kepada pasangan lainnya melalui morbilitas dari kasus maternal HIV/AIDS,
hubungan seksual. persalinan dengan sesar memainkan peran
serius dalam pengurangan kematian ibu
Ekspresi ibu saat menggambarkan hamil dengan HIV.
keterlibatan suami, partisipan
menunjukkan ekspresi bahagia, dan Metode persalinan sesar yang menjadi
kepuasaan. Mengucapkan syukur pilihan oleh ibu HIV/AIDS didaasari oleh
mempunyai suami yang menerima dan harapan ibu agar tidak menularkan virus
berkontribusi dalam proses sejak awal HIV/AIDS kepada bayinya. Dampak
hingga anaknya lahir. Dukungan ini negatif yang ada tidak menjadikan bahan
menyebabkan ketenangan bagi ibu dalam pertimbangan yang menurunkan keinginan
menjalani proses kehamilan hingga proses ibu untuk melahirkan secara sesar.
pasca bedah sesar. Penjelasan Mosack dan Keputusan ini ditunjang dengan
Katie, (2016) dapat diketahui bahwa ketersedian fasilitas kesehatan yang
dukungan suami penting untuk mengurangi didapati ibu hamil berisiko seperti HIV
gangguan kesehatan fisik dan mental. positif oleh Jaminan Kesehatan Nasional
Upaya dukungan tersebut dapat dinilai dari (JKN) yang menanggung persalinan sesar
muncul konflik dan usaha menyelesaikan secara gratis bagi pemegang layanan
konflik, komunikasi individu dan Badan Penyelanggara Jaminan Sosial.
pasangan, penanganan tanda dan gejala Jaminan ini yang membuat partisipan
muncul pada kehamilan serta persepsi merasa tenang memilih persalinan sesar
terhadap perjalanan kehidupan istrinya. tanpa memikirkan ketersedian dana untuk
Penjelasan dari Mandelson,et al.(2015), pembiayaan. Namun dua partisipan pun
bahwa perkembangan dalam perawatan siap membiayai secara mandiri persalinan
dan pencegahan HIV turut berkontribusi sesar bila tidak diperbolehkan persalinan
dalam stabilisasi kehidupan ODHA. Salah sesar oleh dokter, terlihat jelas kecemasan
satu cara menjaga kestabilitas kehidupan akan dampak persalinan normal untuk
ODHA dengan menjaga keharmonisan penularan virus lebih besar. Lain halnya
pasangan yaitu regulasi kontak seksual terjadi pada hasil Survey analisis dalam
yang aman antar pasangan. Thompson, et all. (2015) yang dilakukan
pada ibu hamil HIV positif di Philadelpia
tahun 2013 hanya setengah dari jumlah Ibu
hamil, yang melakukan sesar dengan terlihat dari viral load dan CD4 sebagai
jumlah viral load yang tidak diketahui atau hasil dari keteraturan pelaksanaan terapi
jumlah viral load lebih dari 1000 kopi/dl. ARV. Hal ini menyumbang peranan yang
Setengah dari ibu hamil dengan HIV paling tinggi mengurangi penularan virus
positif diusia kehamilan lebih dari 38 dibanding hanya mempermasalahkan
minggu tidak dapat dilakukan persalinan metode persalinan, karena sesar yang
sesar karena keterbatasan layanan dipandang lebih aman oleh Ibu HIV/AIDS,
pemberian sesar. Kondisi ini terjadi akibat juga mempunyai efek yang tidak
kasus kehamilan pada ibu HIV positif diharapkan.
adalah kasus minoritas yang belum
mempunyai kebijakan yang mendukung. Persalinan sesar juga akan meninggalkan
masalah lainya, seperti yang dijelaskan
Disamping itu persalinan pervaginam Kourtis et, al. (2014), menyatakan bahwa
sebagai pilihan lain dalam persalianan ibu persalinan sesar akan menimbulkan
hamil juga menjadi isu yang patut dibahas. komplikasi yang lebih bayak dibandingkan
Pada penelitian ini ditemukan keengganan dengan persalinan normal, seperti infeksi
tidak melakukan persalinan pervaginam. luka bedah, pendarahan berlanjut dan
Walaupun persalinan sesar tidak menjamin truma intra operasi, sehingga dapat
anak yang dilahirkan akan berstatus memperpanjang hari rawatan, peningkatan
negatif, tapi persalinan pervaginam biaya dan peningkatan angka kematian ibu.
mempunya resiko yang lebih besar dari Komplikasi infeksi dan trauma bedah saat
pada persalinan sesar. Persepsi partisipan persalinan sesar ditemukan angka yang
ini pada kondisi saat ini harus diluruskan cukup tinggi dibandingkan pada ibu HIV
karena ibu HIV positif pun bisa melakukan negatif. Oleh karena itu dibutuhkan
persalinan normal dengan persyaratan pemantauan petugas kesehatan secara
terstentu. Penjelasan ini disampaikan Aebi- intensif kepad ibu HIV positif pasca sesar,
popp, (2013) yang menyebutkan rata-rata untuk menjaga komplikasi tersebut.Tidak
PMTCT dinegara Eropa hingga tahun 2010 ada perbedaan dalam perawatan luka baik
persalinan pervagina dapat dilakukan pada ibu HIV negatif ataupun positif (Kourtis.,
ibu hamil dengan HIV positif dengan viral et, al.(2014).
load yang rendah atau tidak terdeteksi
sehingga tidak harus ibu HIV/AIDS Kesimpulan dan Rekomendasi
menjalani sesar. Persalinan pervagina bisa Penelitian ini menemukan tiga tema yang
dijalani jika ibu mau menjalani terapi ARV berkaitan dengan tujuan penelitian, tema
yang teratur. Peningkatan persalinan tersebut menggambarkan usaha ibu hamil
pervagina pada ibu hamil dengan HIV dengan HIV/AIDS dalam menjalani
positif meningkat hingga 52% dari 17% kehamilan pada tema satu, dua dan tiga,
sementara persalinan sesar elektif menurun yaitu (1) Ibu terlambat mengetahui status
dari 65% menjadi 27%. ibu dan anak karena terlambat mengetahui
sumber penularan ke ibu serta cara
Pemahanan mengenai persalinan sesar penularan ke anak; (2) Ibu merencanakan
lebih normal oleh partsipan dalam kehamilan melalui program Pervention
penelitian ini harus diimbangi oleh kondisi Mother to Child (PMTCT); (3)Ibu
pasca sesar yang bisa ditemui dan lebih memutuskan persalinan sesar walaupun
kompleks. Penjelasan Ziruma dan Gidiri, ditawari pilihan persalinan normal.
(2014), menyampaikan bahwa persalinan
melalui bedah sesar pada ibu hamil positif Ucapan Terimakasih
HIV juga menjadi hal kompleks yang Kepada Pimpinan dan Pengurus Yayasan
harus diperhatikan perkembangannya, Pelita Ilmu, dan semua pihak yang telah
sehingga yang paling penting dalam membantu selama penelitian berlangsung
persalinan ini adalah bagaimana ibu bisa baik moril maupun materil.
mengontrol kondisi kesehatannya, yang
Daftar Pustaka Rotheram-Borus M.J., Ehrhardt A.A.
(2014).“Throwing the Dice”:
Aebi-Popp K., Mulcahy F., Rudin C., Pregnancy Decision-Making Among
Hoesli I., Gingelmaier A., Lyons F., HIV-Positive Women in Four U.S.
Thorne C. (2013). National Cities Volume 36, Number 3,
Guidelines for the prevention of May/June 2004 Perspectives on
mother-to-child transmission of HIV Sexual and Reproductive Health,
across Europe - how do countries 2004, 36(3):106–113
differ?. Eur J. Public Health.
23(6):1053-8. Muller E., Barday Z., Mendelson M., Kahn
D.. (2015). HIV-positive-to-HIV-
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). positive kidney transplantation-
Metodologi penelititian kualitatif results at 3 to 5 years. Engl J Med
dalam riset keperawatan. Jakarta: 2015; 372:613-620
PT Raja Grafindo Persada
Mosack., & Katie, E. (2016). An
Frank K.A, Buchmann E.J, Schackis R.C. examination of actor-partner social
(2014). Does HIV infection protect support effect on HIV-related
against pre-eclampsia-eclampsia? problem and interpersonal outcome
Obstet Gynecol. 2004:104(2):238- among a sample of HIV-positive
242. African Dyads. Journal Cultural
diversityðnic
Kourtis A.P, Ellington S, Pazol K, Flowers
L, Haddad L, Jamieson DJ. minority psychologyApril 2016 Vol
(2014).Complication of cesarean 22 Issue
delivery among HIV-infected 2 p196-204. 9p
women in the united
states.Journal AIDS (londong, Mulyana, R.S. (2008). HIV dalam
England) 2014 nov 13 vol 28 kehamilan. Jakarta: EGC.
(17), pp 2609-18 ISSN 02699370
Nguefack H.L.N., Gwet H., Desmonde S.,
Decker M.R., Seage GR 3rd, Hemenway Oukem-Boyer O.O.M., Nkenfou C.,
D., Raj A., Saggurti N., Balaiah D., Téjiokem M, Tchendjou P., Domkam
Silverman J.G. (2014).Intimate I., Leroy V., Alioum A. (2016).
partner violence functions as both a Estimating mother-to-child HIV
risk marker and risk factor for transmission rates in Cameroon in
women’s HIV Infection; finding 2011: a computer simulation
from indian husband-wife dyads. approach. BMC Infection diseases
Journal Of Acquired Immune BMC series. DOI: 10.1186s12879-
Deficiency Syndrome. DOI: 016-1336-2. https://
10.1097/QAI.0b013e33181a255d6 bmcinfectdis.biomedcentral.com
Halli S.S., Khan C.G., Shah S., Patel R.C., Onono M., Gandhi M., Blat C.,
Washington R., Isac S., Moses S., Hagey J., Shade S.B., Vittinghoff
Blanchard J.F.. (2015). Pregnancy E., Bukusi E.A., Newmann S.J.,
among HIV infected women ina Cohen C.R.. (2015).Pregnancy rate
high HIV prevalence distric of India. and HIV positive woman using
BMC Public health.doi.10.11.86/s1 contraceptive and evavirenz based
2889-015-1965-1 or nevaviran based in antiretroviral
in kenya; retrospective cohort
Kirshenbaum S.B., Hirky A.E., Correale J., study. Journal Lancet HIV. Doi
Goldstein R.B., Johnson M.O., 10.1016/s2352-3018(15) 00184-
Daftar Pustaka Rotheram-Borus M.J., Ehrhardt A.A.
8.epub 2015 oct 22
Thompson D.R., Momplaisir F.M., Adams Ziruma dan Gidiri (2014). A randomized
J.W., Yehia B.R., Anderson E.A., clinical trial evaluating prophylactic
Alleyne G., Brady K.A.. (2015). single-dose vs prolonged course of
Male of delivery among HIV- antiobiotics for caesarean section in a
infected pregnant Women in high HIV-prevalence setting. J Obstet
philadelphia, 2005-2013. Journal Gynaecol. 2014 Feb:34(2);160-4 DOI:
Plos one 201 Dec 2014; vol.10 (12), 10.3109/01443615.2013.832737.
pp.e0144592. www.ncbi.mlm.nih.gov