Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

KEANDALAN BANGUNAN RUMAH SUSUN

STUDI KASUS : RUMAH SUSUN SARIJADI BANDUNG


Anggraeni Dyah S1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur
Jl. Raya Ciledug Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : eni_ds@yahoo.com

Abstract– uneven development between urban and rural areas cause significant differences in socio-
economic life of society. This inequality gives the impression of the city as a gold mine for those who
want to work hard. Droves of local residents speculate on the town with the hope of a more promising
life.
Urbanization regularly every year, making the city's population to be crowded. The level of
competition is tight economy, causing social groups are more varied. So for those who are less
fortunate, sometimes had to take shelter in cheek by jowl in a very limited area. And the view is like a
fungus that adorn the big cities in Indonesia.
Want to respond to this problem, the government created a solution by providing a vertical housing
facilities on limited land prices are still reasonable, given the limitations of its purchasing power. Their
funding limitations residential facilities are designed as efficiently as possible.
Efficient means as necessary and not excessive. But that happened in some flats in Indonesia, efficient
interpreted as meaning visual symbol without real function. Thus the flats into a facility that is not
habitable, the safety and comfort of residents into the expensive price they can not afford to pay.
Flats Sarijadi in Bandung is one of the urban flats that implement the design of "minimalist". With a
shortage of funds, residential facilities created with seminimalis possible, in the sense unfit for
habitation because it does not correspond to the architectural standards that have been determined.
This study will assess the extent of the standard architecture that has been used in the design of the
building Flats Sarijadi Bandung as perceived reliability of buildings made by the Government of
Indonesia.

KeyWords— House flats, Sarijadi Bandung, Reliability Building Flats.

memanfaatkan sumber daya lahan yang ada untuk


I. PENDAHULUAN meningkatkan pendapatan daerah, di sisi lain
adanya tuntutan masyarakat yang semakin kritis
1.1. Latar Belakang
dalam mendapatkan pelayanan dan kenyamanan
Pesatnya perkembangan kota, di samping
lingkungan termasuk sarana sosial, taman dan
berakibat pada peningkatan aktifitas penduduk
ruang terbuka hijau.
juga pada pertumbuhan penduduk yang signifikan
Salah satu alternatif untuk memecahkan
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Dep.
kebutuhan rumah di perkotaan yang terbatas
Kimpraswil, pertumbuhan penduduk perkotaan di
adalah dengan mengembangkan model hunian
Indonesia mencapai 4,2% pada periode tahun
secara vertikal berupa bangunan rumah susun.
1990-2000. Konsekuensi logis dari adanya
Untuk kelompok masyarakat berpendapatan
pertumbuhan penduduk tersebut adalah
tinggi rumah susun disedikan dalam bentuk
meningkatnya kebutuhan pelayanan akan
rumah susun mewah (flat/condominium)
prasarana dan sarana kota termasuk kebutuhan
sedangkan untuk kelompok masyarakat
perumahan yang layak bagi penduduk yang
berpendapatan menengah dan rendah adalah
mencapai sekitar 800.000 rumah baru per tahun,
rumah susun sederhana (rusuna).
belum termasuk jumlah kebutuhan perumahan
Di beberapa kota besar seperti Jakarta,
yang belum tuntas terpenuhi di tahun sebelumnya
Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang,
(backlog). [1]
Medan dan Makassar; rusuna sudah dibangun
Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya
sebagai alternatif penyediaan kebutuhan hunian.
lahan perkotaan sehingga pemerintah kota dituntut
Evaluasi yang pernah dilakukan pada beberapa
untuk dapat memanfaatkan lahan secara efisien
rusuna yang telah dihuni menunjukkan adanya
dengan meningkatkan intensitas penggunaannya.
ketidaksesuaian antara bangunan dan penghunian
Tuntutan akan penggunaan lahan perkotaan
bangunan. Hal ini diperkirakan antara lain karena:
cenderung semakin meningkat seiring
diterapkannya otonomi daerah. Hal ini terjadi
karena di satu sisi Pemerintah Kota perlu
1. faktor teknis yaitu yang berkaitan dengan 2. Sejauh mana penerapan Undang Undang
perencanaan dan perancangan bangunan Bangunan Gedung pada Rumah Susun
secara keseluruhan. Sarijadi Bandung.
2. faktor non-teknis yaitu yang berkaitan dengan
penghunian bangunan. II. KEANDALAN BANGUNAN DAN
3. pengelolaan bangunan. PERUNDANGAN RUMAH SUSUN DI INDONESIA
Pengelolaan bangunan yang meliputi
pemeliharaan bangunan memegang peranan Keandalan bangunan gedung di Indonesia
penting dalam keberlangsungan penghunian mencakup faktor [2] :
bangunan maupun dalam menentukan usia 1. Keselamatan
bangunan. Kurang memadainya sistem  Gempa
pengelolaan telah mengakibatkan banyaknya  Kebakaran
rusuna yang terkesan kumuh. Di beberapa  Petir
bangunan ditemukan kerusakan fasilitas bangunan  Evakuasi
yang sudah kurang berfungsi sebagaimana 2. Kesehatan
mestinya. Penggunaan ruang pada satuan rumah  Air
susun (sarusun) terlebih pada ruang bersama  Udara
banyak yang tidak sesuai dengan rencana. Hal ini
 Limbah
menunjukan masih kurangnya kesadaran penghuni
3. Kenyamanan
dalam menggunakan dan memelihara tempat
 Thermal
tinggalnya terutama pada bagian milik bersama.
Di sisi lain pengelola sendiri kurang tanggap  Visual
terhadap kelalaian para penghuninya.  Suara
Pengelolaan bangunan merupakan hal penting 4. Kemudahan
agar penghunian rusuna berjalan dengan baik.  Penyandang cacat
Bervariasinya model rancang bangun, jenis sarana  Operasional
dan prasarana yang disediakan serta sistem  Perawatan
penghunian rusuna mengindikasikan adanya
sistem manajemen bangunan yang beragam. Peraturan, perundangan, norma, standar,
Tetapi belum adanya sistem pengelolaan pedoman dan manual berkaitan dengan
bangunan rusuna yang tepat dapat mempercepat perencanaan dan pengelolaan rumah susun
terjadinya penurunan kualitas bangunan. sederhana di Indonesia adalah sebagai berikut [3,
Rumah Susun Sarijadi di Sukajadi Bandung 4, 5, 6, 7] :
merupakan salah satu rumah susun di perkotaan 1. Undang-Undang republik Indonesia
yang terkesan kumuh pada penampilan No.4/1992 tentang Perumahan dan
bangunannya, dikarenakan kurang memadainya Permukiman.
sistem pengelolaan bangunan secara keseluruhan. 2. Undang-undang Nomor 16 /1985 tentang
Hal ini terlihat pada beberapa fasilitas yang tidak Rumah Susun.
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
bangunan menjadi tidak layak huni karena tidak No.4/1988 tentang Rumah Susun.
sesuai dengan standar yang telah ditentukan. 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
Pengelolaan bangunan merupakan hal penting 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis
agar penghunian rusuna berjalan dengan baik. Pembangunan Rumah Susun.
Bervariasinya model rancang bangun, jenis sarana 5. SNI 03-2845-1992 tentang Tata Cara
dan prasarana yang disediakan serta sistem Perencanaan Rumah Susun Modular.
penghunian rusuna mengindikasikan adanya 6. SNI 03-2846-1992 tentang Tata Cara
sistem manajemen bangunan yang beragam. Perencanaan Kepadatan Bangunan
Tetapi belum adanya sistem pengelolaan Lingkungan,Bangunan Rumah Susun Hunian.
bangunan rusuna yang tepat dapat memepercepat 7. SNI 03-6573-2001 tentang Transportasi
terjadinya penurunan kualitas bangunan. Vertikal.
8. SNI 03-453-1987 tentang Tata Cara Instalasi
1.2. Permasalahan Petir Untuk Bangunan.
Berdasarkan kondisi Rumah Susun Sarijadi di 9. SNI 03-1727-1989 tentang Tata Cara
Sukajadi Bandung yang tidak layak huni karena Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
beberapa fasilitas tidak berfungsi sebagaimana Gedung.
mestinya sehingga tidak sesuai dengan standar 10. SNI 03-1728-1989 tentang Tata Cara
yang telah ditentukan, maka akan dikaji : Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung.
1. Sejauh mana kesesuaian perancangan dan 11. SNI 03-1734-1989 tentang Tata Cara
perencanaan Rumah Susun Sarijadi Bandung Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
terhadap Keandalan Bangunan Gedung. Dinding Bertulang untuk Rumah dan
Gedung.
12. SNI 03-1736-1989 tentang Tata Cara III. METODE PENELITIAN
Perencanaan Struktur Bangunan Pencegah Metode yang digunakan untuk penelitian ini
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah adalah deskriptif kualitatif. Yang dimaksud dengan
dan Gedung. deskriptif yaitu berupa uraian yang didapat dari data
13. SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara primer yang ada di lapangan dan teori-teori dasar
Pemasangan Sistem Hidran Untuk terkait dari beberapa literatur. Sedangkan metode
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada kualitatif berupa uraian kajian pustaka, data kasus
Bangunan Rumah dan Gedung. kemudian dianalisa berdasarkan teori untuk
14. SNI 03-2397-1991 tentang Tata Cara mendapatkan hipotesis.
Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Angin. Adapun urutan metoda yang digunakan secara
15. SNI 03-2847-1992 tentang Tata Cara umum antara lain :
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan 1. Metode Deskriptif dengan mencari data primer di
dan Gedung. lapangan. Obyek yang diteliti adalah Rumah
16. SNI 03-1735-1993 tentang Tata Cara Susun Sarijadi di Sukajadi Bandung.
Perencanaan Bangunan dan Lingkungan 2. Metode Kualitatif yaitu analisa objek penelitian
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada terhadap kajian pustaka dan standar baku yang
Bangunan Rumah dan Gedung. terkait.
17. SNI 03-3985-1995 tentang Tata Cara
Perencanaan Pemasangan Sistem Deteksi IV. RUMAH SUSUN SARIJADI BANDUNG
Alarm Untuk Pendegahan Bahaya Kebakaran Kasus proyek : Rumah susun
Pada Bangunan Rumah dan Gedung. Sarijadi.
18. SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Lokasi : Bandung.
Perencanaan Sistem Ventilasi dan Massa bangunan : Majemuk dengan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. 11 blok.
19. SNI 03-2396-2001 tentang Tata Cara Unit hunian : 24 hunian per blok.
Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Jumlah lantai : 4 lantai.
pada Bangunan Gedung. Dimensi hunian : 36 m2.
20. SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Sistem struktur : Beton blok.
Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Dinding : Precast.
Bangunan Gedung. Sistem kepemilikan : Tunai/kredit.
21. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Developer : Perum Perumnas.
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung.
22. SNI 03-6806-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Beton Tidak Bertulang
Struktural.
23. SNI 03-6759-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.
24. SNI 03-7565-2002 tentang Spesifikasi Bahan
Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
25. Konsep Pedoman tentang :
 Tata cara pemanfaatan sarusun.
 Tata cara pemanfaatan bagian bersama.
 Tata cara sistem evakuasi.
 Tata cara sosialisasi kepada penghuni
rusuna/rusunawa. Gambar 3.1. Lokasi Rumah Susun
 Tata cara pemeriksaan kerusakan Sarijadi Bandung
bangunan.
 Tata cara evaluasi kondisi dan
pemeliharaan komponen dan bahan
bangunan. V. KEANDALAN BANGUNAN RUMAH SUSUN
 Tata cara pemeliharaan sistem plambing. SARIAJI BANDUNG
 Tata cara pengoperasian dan perawatan
sistem pengolahan limbah. 5.1. Analisa Keandalan Bangunan dan
 Tata cara pengelolaan persampahan. Kesesuaian dengan Perundangan Rumah
Susun
A. Identifikasi Permasalahan Arsitektural
1. Permasalahan pencahayaan udara. Utilitas tangga kebakaran dibuat hanya bagi
2. Permasalalan besaran dan dimensi ruang. mereka yang muda dan sehat, bagaimana dengan
3. Permasalahan perletakan ruang. para orang tua, anak-anak dan penderita sakit
4. Permasalahan penghawaan ruang. atau difable? Sebuah pemecahan disain yang
5. Permasalahan aksesibilitas. sangat normatif, tanpa memperhitungkan kondisi
6. Permasalahan sirkulasi. nyata di lapangan.
7. Permasalahan penataan ruang luar.
8. Permasalahan disain image.
9. Permasalahan parkir.

B. Identifikasi Visual
Kondisi eksisting Rumah Susun Sarijadi
Bandung didesain dengan tampilan arsitektur
yang terlihat cenderung menekankan funsgi ruang
semata. Dengan demikian disain yang dibuat
sekedar hanya memenuhi standar perancangan Gambar 4.3. Tangga Darurat
ruang, standar utilitas, dan finishing yang
seefisien mungkin.
Bordes dan kanopi jendela difungsikan oleh
penghuni menjadi tempat vegetasi kering. Hal ini
dilakukan karena keinginan penghuni untuk
memiliki sebuah taman disekitar rumahnya,
walaupun hanya sekedar taman kering kecil.

Gambar 4.1. Kondisi Eksisting Rumah


Susun Sarijadi Bandung

Tidak terlihat upaya memberikan sentuhan


estetika atau penambahan elemen dekoratif dan Gambar 4.4. Pemanfaatan Bordes dan
penambahan finishing warna atau tekstur yang Kanopi untuk Penghijauan
memungkinkan tampilan bangunan lebih
mempunyai vitalitas, kegairahan dan daya hidup
layaknya manusia sebagai penghuninya. Lahan Kosong disisi paling timur Rusun
Taman belakang dan pedestrian digunakan Sarijadi dipakai untuk pengembangan jangka
sebagai tempat parkir dan kios dagang. Hal ini panjang. Baik untuk membangun Rusun,
terjadi karena ketersediaan lahan untuk parkir bangunan penunjang ataupun fasilitas komersial
tidak mengikuti standar jumlah penghuni, lainnya. Dan untuk sementara waktu masih
sehingga penghuni memanfaatkan sisa lahan dimiliki oleh Perum Perumnas.
disekeliling lingkungan untuk parkir kendaraan
dan berdagang.

Gambar 4.5. Lahan Kosong

Setiap unit memiliki sirkulasi vertikal masing-


masing. Tetapi tidak terdapat sirkulasi horisontal
antar unit, sehingga tidak terdapat ruang interaksi
yang pada akhirnya berdampak pada nilai
efisiensi terhadap jalur sirkulasi antar unit.
Gambar 4.2. Pemanfaatan Taman dan
Pedestrian untuk Berjualan dan Parkir
Ya Tidak
No Pertanyaan
(%) (%)
1. Apakah anda merasa 80% 20%
nyaman tinggal di
rumah susun Sarijadi ?
2. Apakah lingkungan 100% -
anda cukup aman ?
3. Apakah rumah anda 85% 15%
mempunyai pandangan
Gambar 4.6. Sirkulasi Antar Unit keluar yang baik ?
4. Apakah jumlah ruang 40% 60%
tidur anda sesuai
Tangga dijadikan sebagai tempat jemur dengan jumlah anggota
keluarga anda
pakaian karena adanya keterbatasan luasan hunian. 5. Apakah luas rumah 30% 70%
Hal ini berdampak negatif pada estetika bangunan anda cukup bagi jumlah
serta berdampak pada kelembaban udara di keluarga anda?
sekitarnya. 6. Apakah anda 30% 70%
membutuhkan ruang
tidur yang lebih besar?
7. Apakah anda 60% 40%
membutuhkan
penambahan ruang
tidur?
8. Apakah saat ini anda 50% 50%
membutuhkan lebih
dari 2 ruang tidur?
9. Apakah anda 35% 65%
Gambar 4.7. Pemanfaatan Tangga mempunyai rencana
untuk Tempat Menjemur untuk menambah ruang
tidur?
10. Apakah ruang tamu 70% 30%
Sistem utilitas bangunan yang tidak memenuhi anda cukup memadai
bagi kegiatan?
standar arsitektur, berdampak pada 11. Apakah dapur cukup 35% 65%
ketidaknyamanan penghuni bangunan. lebar untuk memasak?
12. Apakah anda 65% 35%
membutuhkan ruang
makan tersendiri?
13. Apakah pencahayaan 100% 0%
matahari pada ruang
rumah anda cukup?
14. Apakah udara di dalam 10% 90%
rumah saudara terasa
panas?
Gambar 4.8. Sistem Utilitas Bangunan 15. Apakah di dalam 20% 80%
rumah anda merasa
Tidak Sesuai Standar bising?
16. Apakah kebisingan 10% 90%
karena kegiatan
C. Kuesioner dan Wawancara tetangga anda?
Pengisian Kuisioner bertujuan bertujuan untuk 17. Apakah anda terganggu 5% 95%
mendapatkan asumsi penghuni yang berkaitan dengan kegiatan
tetangga anda?
dengan : 18. Apakah anda terganggu 35% 65%
dengan suara-suara di
1. Penghawaan dan sirkulasi udara. luar rumah anda?
2. Pencahayaan dan penerangan alami. 19. Apakah anda 40% 60%
3. Kenyamanan dalam ruang. mempunyai tanaman?
4. Besaran ruang yang dibutuhkan. 20. Apakah anda 100% 0%
membutuhkan taman
5. Jumlah ruang yang dibutuhkan. bagi rumah anda?
6. Tingkat kenyamanan pada tiap ruang.
7. Prediksi kebutuhkan ruang jangka panjang.
8. Masalah parkir. Dari hasil kuisener ini , maka dapat
9. Masalah keamanan. disimpukan hasil analisa adalah :
10. Masalah kebisingan dan kepadatan. 1. Komposisi ruang yang ada cukup nyaman
11. Kebutuhan fasilitas penunjang. dengan lingkungan yang cukup aman (80% -
12. Masalah citra bangunan. 100% responden).
Pada kuisiner diambil responden 20 penghuni 2. View yang dihasilkan dari penempatan ruang
dari 32 penghuni pada tiap blok yang berjumlah cukup baik (85% responden).
total 11 blok bangunan rumah susun, maka 3. 60% responden membutuhkan jumlah ruang
didapatkan hasil seperti di bawah ini : tidur lebih banyak karena tidak sesuai lagi
dengan membesarnya jumlah anggota sehingga setelah rusun operasional lebih 10
keluarga. tahun terjadi permasalahan perparkiran.
4. 70% responden tidak membutuhkan dimensi 2. Fasilitas sosial, umum dan fasilitas
ruang tidur yang lebih besar (tetapi jumlah perniagaan yang tidak asessible, dalam arti
ruang tidur yang semestinya ditambah). tidak memberikan cukup pelayanan dan
5. 65% responden menyatakan perlu perluasan sebagai sebuah prasarana kurang mendapat
dapur untuk memasak. perhatian warga rusun.
6. 65% responden ingin mempunyai ruang 3. Besaran ruang dirasa masih kurang
makan tersendri. memenuhi kenyamanan penghuni seperti
7. 70% responden menyatakan puas dengan dapur dan kamar mandi.
dimensi ruang tamu. 4. Adanya keinginan untuk menambah jumlah
8. 65% responden menginginkan ruang tamu ruang tidur yang selama ini dirasa tidak
yamg lebih besar. sesuai dengan perkembangan jumlah jiwa
9. Sistem pencahayaan dan penghawaan yang penghuninya.
ada cukup memuaskan reponden (90% - 5. Terdapat sejumlah penghuni yang ingin
100% responden menyatakan puas). mempunyai ruang makan sendiri sebagai
10. (90% - 100% responden) Para penghuni sebuah private zone dalam rumahnya.
rumah susun ingin membutuhkan taman Masalah lain yang tidak kalah penting adalah
tersendiri. kondisi psikologis penghuni yang tidak setuju
Wawancara dilakukan untuk mengetahui dengan image yang dimunculkan bahwa rumah
secara langsung kondisi bangunan melalui susun Sariaji dihuni oleh masyarakat yang kurang
dampak apa yang dirasakan pengguna bangunan mampu. Padahal pada kenyataanya ada sejumlah
selama menghuni rumah susun Sarijadi. Melalui penghuni yang berpendidikan S1, sehingga harus
wawancara yang diambil secara acak pada dirubah untuk memberikan image baru sebagai
beberapa penghuni dewasa maka wawancara hunian yang layak dan baik, dalam artian bukan
menghasilkan beberapa statemen yaitu: lagi sebagai hunian yang dihuni karena
1. Penghuni ingin menghilangkan citra bahwa keterpaksaaan ataupun sebagai hunian
menghuni rumah susun tidak identik dengan masyarakat marginal di perkotaan.
orang miskin. Rumah susun Sarijadi juga bukan berarti
2. Sebagian penghuni membutuhkan ruang hunian kelas dua yang jauh dari nyaman secara
parkir mobil. sosial. Rumah susun Sarijadi bahkan tidak hanya
3. Kebutuhan untuk penyediaan harus nyaman secara teknis dan sosial, tapi juga
kebutuhan/fasilitas umum yang dekat dari aman dan mempunyai kelengkapan fasilitas
rumah. umum yang memadai.
4. Keinginan untuk mempunyai rumah yang
dapat diperlebar sesuai dengan kebutuan 5.2. Sintesa Keandalan Bangunan dan
ruang tidur untuk menampung perkembangan Kesesuaian dengan Perundangan Rumah
anak yang makin dewasa. Susun
Dari hasil kuisiner dan wawancara , maka Berdasarkan data observasi lapangan,
dapat disimpulkan keluhan dari penghuni rumah kuesioner dan wawancara; maka permasalahan
susun Sarijadi , yaitu: pada rumah susun Sarijadi di Sukajadi Bandung
1. Dibutuhkan penambahan ruang tidur bagi berdasarkan ketidaksesuaian terhadap Keandalan
penghuni. Bangunan Gedung adalah :
2. Dibutuhkan penambahan ruang makan.
3. Dibutuhkan perluasan ruang dapur. Keandalan
Ketidaksesuaian
4. Dibutuhkan ruang parkir mobil bagi sebagian Bangunan Rusun
1. Keselamatan :
penghuni.
5. Dibutuhkan zoning bagi penyediaan fasilitas  Gempa Overstak bagian atas bukaan
dan kebutuhan umum. tidak didesain dengan
pembebanan diatasnya 
6. Dibutuhkan taman yang lebih luas. Sehingga menjadi rawan
retak/patah jika diletakkan
D. Hasil Analisa dan Wawancara barang oleh penghuni rusun
Rusun Sarijadi secara umum kurang pada saat terjadi gempa.
memenuhi standar teknis bangunan dengan fakta  Kebakaran 1. Tidak terdapat
yang dapat dijelaskan dari hasil survai lapangan perencanaan sistem
dan survai angket yang telah disebarkan. Terdapat deteksi alarm untuk
beberapa permasalahan yang berhubungan dengan pencegahan bahaya
kebakaran.
permasalahan teknis, psikologis dan sosial, yaitu : 2. Tangga darurat tidak
1. Sistem parkir yang tidak didesain sejak awal sesuai dengan standar
sesuai dengan jumlah penghuni rumahnya, keamanan dan
ketentuan yang berlaku.
Keandalan Keandalan
Ketidaksesuaian Ketidaksesuaian
Bangunan Rusun Bangunan Rusun
3. Tidak terdapat sistem  Penyandang Tidak terdapat fasilitas bagi
hidran untuk cacat penyandang cacat pada :
pencegahan bahaya 1. Sirkulasi horizontal dan
kebakaran. vertikal.
2. Sistem pencegah bahaya
kebakaran.
3. Standar bukaan dan
kamar mandi dalam
bangunan.
 Petir Tidak ada.
 Evakuasi Tidak terdapat perencanaan
bangunan dan lingkungan  Operasional 1. Kebutuhan parkir tidak
untuk pencegahan bahaya sesuai dengan standar
kebakaran. jumlah penghuni.
2. Kurangnya lahan terbuka
hijau.
2. Kesehatan : 3. Tidak ada sirkulasi
horisontal yang
 Air Tidak ada. menghubungkan antar
 Udara Jarak antar muka bangunan unit.
hanya 5 m dengan ketinggian 4. Tidak ada ruang servis
18 m  Sehingga ventilasi pada unit hunian.
dan pengkondisian udara 5. Sistem mekanikal
alami pada bangunan menjadi elektrikal yang kurang
kurang nyaman. memenuhi persyaratan
teknis.
6. Kurangnya fasilitas
umum.
 Limbah Sistem pembuangan limbah 7. Kurangnya fasilitas
pada riool kota tidak dirawat sosial.
sesuai standar peraturan yang 8. Kurangnya fasilitas
telah ditentukan  Sehingga perdagangan.
dapat mengganggu kesehatan 9. Luasan besaran unit
penghuni rumah susun. hunian kurang memenuhi
persyaratan arsitektur.

3. Kenyamanan :
 Thermal Koridor muka bangunan
dengan lebar 5 m dan tinggi
18 m ditambah dengan  Perawatan Tidak ada perawatan
sirkulasi vertikal (tangga) bangunan terhadap :
sepanjang koridor  1. Sistem utillitas
Membuat sirkulasi udara pada (mekanikal elektrikal dan
koridor menjadi tidak optimal, drainase).
dan hal ini mengurangi 2. Fasad bangunan.
kenyaman thermal bagi
penghuni rumah susun.
Berdasarkan data observasi lapangan,
kuesioner dan wawancara; maka permasalahan
 Visual Koridor muka bangunan pada rumah susun Sarijadi di Sukajadi Bandung
dengan lebar 5 m dan tinggi berdasarkan ketidaksesuaian terhadap
18 m ditambah dengan Perundangan Rumah Susun di Indonesia adalah :
sirkulasi vertikal (tangga)
sepanjang koridor 
Membuat pencahayaan alami
Perundangan Rumah Susun di Pelanggaran
pada koridor tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal. Indonesia Ya Tidak
 Suara Tidak ada. 1. Undang-Undang republik 
Indonesia No.4/1992
4. Kemudahan : tentang Perumahan dan
Permukiman.
2. Undang-undang Nomor 16 
/1985 tentang Rumah Susun.
3. Peraturan Pemerintah 
Republik Indonesia
No.4/1988 tentang Rumah
Susun.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan 
Umum No. 60/PRT/1992
tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah
Perundangan Rumah Susun di Pelanggaran Perundangan Rumah Susun di Pelanggaran
Indonesia Ya Tidak Indonesia Ya Tidak
Susun. Sistem Pencahayaan Alami
5. SNI 03-2845-1992 tentang  pada Bangunan Gedung.
Tata Cara Perencanaan 21. SNI 03-1726-2002 tentang 
Rumah Susun Modular. Tata Cara Perencanaan
6. SNI 03-2846-1992 tentang  Ketahanan Gempa untuk
Tata Cara Perencanaan Bangunan Gedung.
Kepadatan Bangunan 22. SNI 03-6806-2002 tentang 
Lingkungan,Bangunan Tata Cara Perhitungan
Rumah Susun Hunian. Beton Tidak Bertulang
7. SNI 03-6573-2001 tentang  Struktural.
Transportasi Vertikal. 23. SNI 03-6759-2002 tentang 
8. SNI 03-453-1987 tentang  Tata Cara Perencanaan
Tata Cara Instalasi Petir Teknis Konservasi Energi
Untuk Bangunan. Pada Bangunan Rumah dan
9. SNI 03-1727-1989 tentang  Gedung.
Tata Cara Perencanaan 24. SNI 03-7565-2002 tentang 
Pembebanan untuk Rumah Spesifikasi Bahan Bangunan
dan Gedung. Untuk Pencegahan Bahaya
10. SNI 03-1728-1989 tentang  Kebakaran Pada Bangunan
Tata Cara Pelaksanaan Rumah dan Gedung.
Mendirikan Bangunan 25. Konsep Pedoman tentang :
Gedung.  Tata cara pemanfaatan 
11. SNI 03-1734-1989 tentang  sarusun.
Tata Cara Perencanaan  Tata cara pemanfaatan 
Beton Bertulang dan bagian bersama.
Struktur Dinding Bertulang  Tata cara sistem 
untuk Rumah dan Gedung. evakuasi.
12. SNI 03-1736-1989 tentang   Tata cara sosialisasi 
Tata Cara Perencanaan kepada penghuni
Struktur Bangunan rusuna/rusunawa.
Pencegah Bahaya  Tata cara pemeriksaan 
Kebakaran pada Bangunan kerusakan bangunan.
Rumah dan Gedung.
 Tata cara evaluasi 
13. SNI 03-1745-1989 tentang 
kondisi dan
Tata Cara Pemasangan
pemeliharaan
Sistem Hidran Untuk
komponen dan bahan
Pencegahan Bahaya
bangunan.
Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung.  Tata cara 
pemeliharaan sistem
plumbing.
14. SNI 03-2397-1991 tentang 
Tata Cara Perencanaan  Tata cara 
Rumah Sederhana Tahan pengoperasian dan
Angin. perawatan sistem
15. SNI 03-2847-1992 tentang  pengolahan limbah.
Tata Cara Perhitungan  Tata cara pengelolaan 
Struktur Beton untuk persampahan.
Bangunan dan Gedung.
16. SNI 03-1735-1993 tentang 
Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Lingkungan
VI. KESIMPULAN
Untuk Pencegahan Bahaya 1. Rumah Susun di Indonesia kurang
Kebakaran Pada Bangunan memperhatikan persyaratan Keandalan
Rumah dan Gedung.
17. SNI 03-3985-1995 tentang  Bangunan Gedung pada perencanaan dan
Tata Cara Perencanaan perancangan bangunannya.
Pemasangan Sistem Deteksi 2. Rumah Susun di Indonesia kurang
Alarm Untuk Pendegahan memenuhi persyaratan Perundangan Rumah
Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Susun yang berlaku.
Gedung. 3. Pelanggaran Keandalan Bangunan Gedung
18. SNI 03-6572-2001 tentang  dan Perundangan Rumah Susun di Indonesia
Tata Cara Perencanaan seperti yang terdapat pada Rumah Susun
Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Sarijadi di Bandung.
Bangunan Gedung. 4. Ketidaksesuaian Rumah Susun Sariaji
19. SNI 03-2396-2001 tentang  Bandung terhadap Keandalan Bangunan
Tata Cara Perancangan Gedung dan Perundangan Rumah Susun
Sistem Pencahayaan Buatan
pada Bangunan Gedung.
terdapat pada :
20. SNI 03-6575-2001 tentang   Kebutuhan parkir tidak sesuai dengan
Tata Cara Perancangan standar jumlah penghuni.
 Tangga kebakaran tidak sesuai standar
arsitektur.
 Kurangnya lahan terbuka hijau.
 Tidak ada sirkulasi horisontal yang
menghubungkan antar unit.
 Tidak ada ruang servis pada unit hunian.
 Kurangnyamannya sistem pengkondisian
udara dalam unit hunian.
 Sistem drainase yang kurang memenuhi
persyaratan teknis.
 Sistem mekanikal elektrikal yang kurang
memenuhi persyaratan teknis.
 Kurangnya fasilitas umum.
 Kurangnya fasilitas sosial.
 Kurangnya fasilitas perdagangan.
 Luasan besaran unit hunian kurang
memenuhi persyaratan arsitektur.
 Pelanggaran terhadap perundangan
rumah susun di Indonesia terkait
dengan : kepadatan penghuni, sirkulasi
vertikal dan horizontal, fasilitas pencegah
kebakaran, pengkondisian udara dan
pencahayaan alami, fasilitas
umum/bersama, serta perawatan terhadap
utilitas bangunan.

REFERENSI

[1] Materi kulliah Pranata Pembangunan


Universitas Trisakti ”Undang Undang
Bangunan Gedung”.
[2] Standar. Tata Cara Perencanaan Rusuna
Modular.
[3] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.4/1988 tentang Rumah Susun.
[4] Undang-undang Nomor 16 /1985 tentang
Rumah Susun.
[5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun.
[6] Undang-Undang repubilk Indonesia
No.4/1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
[7] Puslitbang Permukiman. 1995-1998.
Penelitian dan Pengembangan Dasar
Perencanaan Desain Rumah Susun Serta
Lingkungannya. Bandung: Puslitbang
Permukiman- Balitbang PU- Dep. Pekerjaan
Umum.

You might also like