Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. V, No. 3, September-Desember 2006: 288-296 hlm.

ISSN 1412-5838

BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN SAWAH


SUMATERA BARAT

Atman
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat

Abstract
Soybean development at lowland in West Sumatra. Soybean represent one of the high
nutritious food commodity at the price of reached. This commodity will increasing from year to
year, but domestic product capacities tend to downhill from year to year, including in West
Sumatra. Productivity at farmer level about 1.2 t / ha while its potency reach 2 t / ha. Even if
when conducting in fertile environment can yield 2.5-3.0 t / ha. Province West Sumatra have
potency to develop soy after rice field paddy in wet rice field (50,688 ha), country side
irrigation rice field farm (50,858), and simple irrigation rice field farm (43,790 ha). this Farm
exploiting for the conducting of soy can improve planting index from 170% becoming 200-
250% per year with planting pattern rice–soybean–soybean. Besides also can add earnings
around Rp.380,160-456,192 billion per year (before lessened by the expense of farm if
soybean cost at just wet rice field dependant to rain field . To get optimum soybean production
require to be paid attention technological component of soybean conducting, covering: season
plant, variety, requirement of seed, preparation of farm, cultivation, rhizobium inoculation,
weed eradication, irrigating, fertilization, management of pest, management of disease,
harvest and post harvest management. Besides, criterion according to soil compatibility has to
guidance.
KeycP

288
Atman: Pengembangan Kedelai pada Lahan Masam di Sumatera Barat ISSN 1412-5838

t/tahun dan 478 t/tahun (BPS, 2004). Selain pada lahan kering, Sumatera
Produksi di tingkat petani rata-rata baru 1,2 Barat sebenarnya berpotensi besar untuk
t/ha sedangkan potensi hasilnya bisa mengembangkan kedelai di lahan sawah.
mencapai 2 t/ha. Bahkan, bila dibudidayakan Pada Tabel 2 terlihat bahwa seluas 50.688 ha
di lingkungan yang subur mampu lahan sawah tadah hujan, 50.858 ha lahan
menghasilkan 2,5-3 t/ha. sawah irigasi desa, dan 43.790 lahan sawah
irigasi sederhana berpotensi untuk budidaya
Tabel 1. Perkembangan produksi kedelai kedelai setelah padi sawah. Biasanya,
tahun 1996-2004 di Sumatera sebagian besar lahan ini dibiarkan bera
Barat. setelah panen padi untuk waktu cukup lama
(1-3 bulan). Pemanfaatan lahan ini untuk
Tahun Produksi Produktivitas budidaya kedelai dapat meningkatkan indeks
(t/th) (t/ha) pertanaman yang hanya 170% menjadi 200-
1996 13.408 1,10 250% per tahun, dengan pola tanam padi-
1997 13.126 1,13 kedelai-padi.
1998 10.094 1,20
Menurut Hilman, et al. (2004),
1999 8.874 1,15
keberagaman hasil kedelai antara lain
2000 12.686 1,23
disebabkan: (1) kurangnya minat petani
2001 7.614 1,15
bertanam kedelai, (2) produktivitas kedelai
2002 4.937 1,20 masih rendah, (3) implementasi inovatif yang
2003 2.122 1,31 sangat lamban, dan (4) kemitraan agribisnis
2004 1.575 1,30 yang belum berkembang.
Sumber: BPS, 1999, 2003 dan 2004.

Tabel 2. Sebaran luas areal sawah (ha) menurut jenis irigasi pada setiap kabupaten/kota di
Sumatera Barat, 2003.
Kabupaten/Kota Teknis Semi Seder Irigasi Tadah Jumlah
teknis desa hujan
hana
Mentawai - - - 12 2.729 2.741
Pesisir Selatan 520 8.327 4.465 6.339 7.847 27.709
Solok 7.240 9.145 6.017 9.618 1.844 33.864
Sawahlunto/Sijunjung 4.240 1.592 2.902 2.746 7.444 18.924
Tanah Datar - 3.395 8.101 5.919 5.767 23.182
Padang Pariaman 4.803 4.265 4.649 4.748 4.989 23.454
Agam 1.620 13.226 4.656 5.145 3.128 27.775
50 Kota 499 4.728 6.616 2.848 9.159 23.850
Pasaman 9.703 11.356 2.743 11.338 7.755 42.895
Padang 4.173 218 543 1.588 291 6.813
Solok - 575 393 - 286 1.254
Sawahlunto - 35 379 157 1.395 1.966
Padang Panjang - - 695 - - 695
Bukittinggi - 181 173 45 54 453
Payakumbuh 956 885 806 293 120 3.060
Pariaman - 1.339 652 74 609 2.674
Jumlah 33.754 59.267 43.790 50.858 50.688 238.357
Rata-rata hasil (t/ha) 4,5-5,0 4,0-4,5 3,5-4,5 3,0-3,5 2,5-3,5 4,40
Sumber: BPS (2003).

289
Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. V, No. 3, September-Desember 2006: 288-296 hlm. ISSN 1412-5838

faktor lingkungan yang sangat menentukan


KESESUAIAN LAHAN
keberhasilan usahatani). Pada Tabel 3
Dalam rangka perencanaan penerapan disajikan kriteria kesesuaian lahan bagi
dan pengembangan teknologi budidaya, yang tanaman kedelai, yang dibagi atas sangat
sangat perlu diketahui adalah prasyarat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3),
tumbuh terutama iklim dan tanah (merupakan dan tidak sesuai (N).

Tabel 3. Kriteria kesesuaian lahan bagi tanaman kedelai.


Karakteristik Tingkat Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
o
Suhu rata-rata ( C) 23-28 29-30 21-32 >32
22-20 19-18 <18
Ketersediaan air
Bulan kering (<75 mm) 3-75 7,6-8,5 8,6-9,5 >9,5
Curah hujan rata-rata 1000-1500 1500-2500 2500-3500 >3500
(mm/th) 100-700 700-500 <500
Lingkungan akar
Drainase cukup baik, agak jelek, agak jelek sangat jelek,
baik berlebihan loam sandy berlebihan
Tekstur lapisan atas loam, sandy clay sandy loam silty clay gravels,
loam, silt loam, silt, sandy clay clay sands,
clay loam, silty massive
clay loam clay
Dalam perakaran (cm) >59 30-49 15-29 <15
Retensi hara
KTK (me/100 g) > sedang Rendah sgt rendah
pH 6,0-7,0 7,1-7,5 7,6-8,5 >8,5
5,9-5,5 5,4-5,0 <5,0
Ketersediaan hara
N total sedang rendah sgt rendah
P2O5 tinggi sedang rendah-sangat
rendah
K2O sangat rendah
Salinitas (mmhos/cm) >2,5 2,5-4 4-8 >8
Kemiringan lahan (%) 0-5 5-15 15-20 >20
Sumber: FAO dalam Manwan, et, al. (1990).

mendapat serangan hama yang lebih tinggi


WAKTU DAN MUSIM TANAM
(Nurdin dan Atman, 1998).
Penanaman kedelai pada waktu yang Sesuai dengan kondisi iklim dan pola
tepat dapat terhindar dari kendala kekeringan tanam yang berlaku dewasa ini maka waktu
atau kebanjiran serta gangguan hama dan tanam kedelai di lahan sawah adalah bulan
penyakit. Misalnya, penanaman kedelai Maret-April (Musim Kemarau I=MK I) atau
segera sesudah panen padi, pada saat mana Juni-Juli (MK II). Kadang-kadang diikuti
curah hujan sudah berkurang namun masih pertanaman ketiga apabila memungkinkan
cukup untuk pertumbuhan kedelai. yaitu antara bulan Juni-September. Waktu
Penanaman yang terlambat biasanya tanam ini dapat juga disesuaikan dengan
kondisi iklim setempat. Curah hujan yang
290
Atman: Pengembangan Kedelai pada Lahan Masam di Sumatera Barat ISSN 1412-5838

cukup selama pertumbuhan dan berkurang yang ditanam sesudah padi sawah tanpa olah
saat pembungaan dan menjelang pemasakan tanah lebih baik dibandingkan dengan yang
biji akan meningkatkan hasil kedelai. tanahnya diolah karena pada tanah yang
diolah air menguap lebih cepat sehingga
PEMILIHAN VARIETAS persediaan air tanah tidak mencukupi untuk
pertumbuhan tanaman. Selain itu,
Varietas unggul yang memiliki pengolahan tanah menyebabkan tertundanya
produktivitas tinggi dan mempunyai sifat waktu tanam sehingga tanaman akan
ketahanan terhadap cekaman biotik dan mengalami kekeringan pada stadia
abiotik serta karakteristik yang sesuai dengan perkembangan dan pengisian biji, khususnya
permintaan pasar merupakan modal utama di musim kemarau (Hamzah, et al., 1987).
dalam upaya meningkatkan produksi dan
pendapatan petani. Hasil penelitian Penanaman kedelai di lahan sawah
Puslitbangtan, untuk lahan sawah pada MK I sesudah panen padi sangat besar artinya
dianjurkan penggunaan varietas berumur dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sedang (85-90 hari), seperti: Wilis, Kerinci, sawah tadah hujan atau yang beririgasi
Tampomas, Krakatau, dan Jayawijaya. Pada sederhana dan irigasi desa sehingga dapat
MK II dianjurkan penanaman varietas meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Di
berumur genjah (70-75 hari), seperti: Lokon, Sumatera Barat luas lahan tersebut mencapai
Tidar, Malabar, Lawu, Dieng, Tengger, 145.336 ha, yang terdiri dari sawah tadah
Petek, dan Lumajang Bewok. Menurut hujan 50.688 ha, sawah beririgasi sederhana
Hilman, et al. (2004), varietas unggul baru 43.790 ha, dan sawah beririgasi desa 50.858
yang dianjurkan pada lahan sawah adalah ha (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan
Kaba, Sinabung, Bromo, Agromulyo, bahwa usahatani kedelai pada lahan sawah
Mahameru, dan Anjasmoro. mempunyai prospek yang baik karena selain
kedelai berumur pendek (2,5-3 bulan) juga
TEKNIK BUDIDAYA produksinya di lahan sawah lebih tinggi
dibanding di lahan kering, yaitu 2,5-3,0 t/ha.
Teknik budidaya kedelai yang sesuai Keuntungan lain yang didapat adalah
setelah padi sawah adalah tanpa olah tanah putusnya siklus hidup hama dan penyakit
(TOT) atau dikenal juga dengan nama “zero padi serta dapat melaksanakan usaha
tillage”. Teknologi ini sesuai dikembangkan optimasi pola tanam di lahan sawah. Jika
sebagai antisipasi terbatasnya tenaga kerja di seluruh lahan sawah tadah hujan saja yang
Sumatera Barat dan sekaligus memanfaatkan dimanfaatkan untuk pertanaman kedelai,
sisa ketersediaan air tanah pada saat panen maka Propinsi Sumatera Barat akan dapat
padi, terutama di daerah-daerah yang menghasilkan kedelai sebanyak 126.720-
beririgasi sederhana atau lahan sawah tadah 152.064 ton per tahun. Jika harga kedelai
hujan. Diketahui bahwa pada lahan sawah di sebesar Rp.3.000 per kg maka akan didapat
bawah lapisan olah terdapat lapisan berkadar tambahan pendapatan sebesar Rp. 380,160-
besi dan mangan yang tinggi (Koenings, 456,192 milyar per tahun sebelum dikurangi
1950). Hal ini menyebabkan persediaan air biaya usahatani. Pendapatan ini akan
tanah terbatas pada lapisan atas saja. Bila meningkat lagi jika lahan sawah beririgasi
penanaman kedelai sesudah padi dilakukan sederhana dan irigasi desa yang tidak
pengolahan tanah menyebabkan air tanah ditanami pada saat musim kemarau juga
akan menguap sehingga tanah cepat menjadi dimanfaatkan untuk pertanaman kedelai.
kering dan kedelai yang ditanam akan Untuk mencapai produksi kedelai
terhalang pertumbuhannya serta juga akan yang optimum di lahan sawah setelah tanam
menyebabkan tertundanya waktu tanam. padi, maka dibawah ini disajikan teknik
Hasil penelitian di Indonesia dan budidayanya (Tabel 4).
Filipina menunjukkan bahwa hasil kedelai
291
Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. V, No. 3, September-Desember 2006: 288-296 hlm. ISSN 1412-5838

Tabel 4. Teknik budidaya kedelai di lahan sawah setelah padi sawah.


Komponen teknologi Uraian
Musim tanam MK I (Maret-April) atau MK II (Juni-Juli)
Varietas Kaba, Sinabung, Bromo, Agromulyo, Mahameru, Anjasmoro
Kebutuhan benih 45-50 kg/ha
Persiapan lahan  Sawah dikeringkan 1-2 minggu sebelum panen padi
 Waktu panen padi tunggul jerami dipotong sekitar 20-30 cm dari
permukaan tanah
 Lahan tidak perlu diolah, tetapi dibuat saluran drainase setiap 3-5
m
Penanaman Kedelai ditanam paling lambat 5 hari setelah panen padi dengan
jarak tanam disesuaikan dengan jarak tanam padi (20x20 cm atau
25x25 cm)
Inokulasi rhizobium Campur benih dengan nitragin atau legin sebanyak 5-10 g/kg benih
atau campur benih dengan bekas tanah yang ditanami kedelai
sebanyak 100-250 g/kg benih
Pemberantasan gulma Umur 3, 7, dan 10 minggu setelah tanam
Pengairan Saat tanam, periode pembungaan, dan pembentukan polong
Pemupukan  50-75-75 kg Urea-TSP-KCl/ha pada tanah Grumosol
 100-75-100 kg Urea-TSP-KCl/ha pada tanah Hidromorf
 50-100 kg Urea+75-100 kg TSP+50-100 kg KCl/ha pada tanah
yang kandungan NPKnya rendah
Pengendalian hama Bercocok tanam, biologi, varietas tahan, mekanis, dan kimiawi
Pengendalian penyakit  Virus dengan sanitasi, eradikasi, dan pergiliran tanaman
 Karat dengan varietas tahan, kultur teknis, tanam serempak, dan
fungisida
Panen dan pasca panen  Panen dengan sabit saat hari tidak hujan.
 Ciri-ciri tanaman siap panen bila 90% atau lebih polong yang
masak atau daunnya telah rontok, berwarna kuning/coklat dan
mengering
 Setelah panen polong langsung dijemur dan dirontok
 Keringkan biji sampai kadar air 12% lalu simpan dalam karung

Persiapan lahan. Persiapan lahan tanaman mati dan terserang menjadi


sangat menentukan agar kedelai tumbuh dan berkurang. Oleh karena kedelai tidak tahan
berproduksi dengan baik. Terlebih dahulu kekeringan dan genangan air maka
sawah dikeringankan 1-2 minggu sebelum diperlukan pembuatan saluran drainase
panen padi agar tanah tidak terlalu becek sebelum bertanam dengan jarak 3-5 m dan
waktu menanam kedelai. Usahakan sesudah kedalaman 20-30 cm. Saluran ini selain
padi dipanen, populasi gulma (tumbuhan mengalirkan air supaya tidak tergenang juga
pengganggu) sangat sedikit, permukaan tanah berfungsi untuk pengairan bila tanaman
tidak keras, dan tanahnya subur. Waktu mengalami kekeringan, khususnya bila air
panen padi, tunggul jerami dipotong sekitar irigasi tersedia.
20-30 cm dari permukaan tanah yang Penanaman. Kendala lain dalam
bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bertanam kedelai sesudah padi sawah adalah
tunas baru dan memudahkan penanaman masa tanam yang singkat setelah panen padi.
kedelai. Selain itu, juga berfungsi Dianjurkan paling lambat lima hari setelah
menghalangi hama lalat bibit kacang panen padi, kedelai sudah selesai ditanam.
meletakkan telur pada keping biji sehingga
292
Atman: Pengembangan Kedelai pada Lahan Masam di Sumatera Barat ISSN 1412-5838

Keterlambatan tanam bisa mengganggu dipertanaman masih banyak perlu dilakukan


pertumbuhan kedelai karena gulma sudah penyiangan. Perlu diperhatikan, jangan
mulai tumbuh dan persediaan air tanah dilakukan penyiangan pada saat tanaman
berkurang bila hujan tidak turun sehingga kekeringan dan saat berbunga karena dapat
tanah kering dan keras. Penanaman menambah keringnya tanah dan gugurnya
sebaiknya dilakukan secara tugal bunga kedelai. Umumnya penyiangan
menggunakan pola bujur sangkar dengan dilakukan umur 3, 7, dan 10 minggu setelah
jarak tanam 20x20 cm atau 25x25 cm atau tanam (Hilman, et al., 2004).
disesuaikan dengan jarak tanam padi. Lubang
Pengairan. Tanaman kedelai
tanam sedalam 3-5 cm dibuat di samping
sedikitnya memerlukan tiga kali pengairan
tunggul jerami dan diisi 2-3 biji per lubang,
yakni saat tanam, periode pembungaan, dan
lalu ditutup dengan tanah agar tidak
pembentukan polong. Bila tidak ada hujan
tergenang air jika hujan turun. Kebutuhan
(tanaman kekeringan) sedangkan air irigasi
benih berkisar 45-50 kg/ha.
tersedia juga dapat diairi 1-2 minggu sekali
Inokulasi rhizobium. Kedelai hingga tanah menjadi lembab dengan lama
merupakan salah satu tanaman kacang- penggenangan 15-30 menit, lalu airnya
kacangan yang bersimbiose dengan bakteri dikeluarkan dari petakan.
rhizobium yang membentuk koloni sebagai
Pemupukan. Jumlah pupuk yang
bintil akar dan berfungsi dalam penyediaan
diberikan untuk tanaman kedelai sesudah
hara nitrogen. Bakteri ini terdapat pada
padi sawah masih menjadi dilema karena
tanah-tanah yang pernah ditanami kedelai
sangat tergantung pada respon varietas
dan sebaliknya pada tanah yang belum
kedelai, kesuburan tanah, dan jumlah pupuk
pernah ditanami kedelai atau kacang-
yang diberikan pada tanaman padi
kacangan lainnya. Untuk itu, pada tanah-
sebelumnya. Bila varietas tidak respon dan
tanah yang belum pernah ditanami kedelai
tanah cukup subur maka pemupukan tidak
perlu dilakukan penularan (inokulasi) bakteri
perlu dilakukan. Dianjurkan pemberian
kedalam tanah dengan cara mencampurkan
pupuk 50 kg Urea+75 kg TSP+75 kg KCl per
benih kedelai kedalam inokulasi buatan
hektar pada tanah Grumosol atau 100 kg
(nitragin atau legin) sebanyak 5-10 g
Urea+75 kg TSP+100 kg KCl per hektar
inokulum/kg benih. Jika inokulum buatan
pada tanah Hidromorf. BPTP Sumatera Barat
tidak tersedia, benih kedelai dapat dicampur
menyarankan pemberian 50-100 kg Urea
dengan bekas tanah yang ditanami kedelai
ditambah 75-100 kg TSP ditambah 50-100
sebanyak 100-250 g/kg benih.
kg KCl per hektar pada tanah-tanah yang
Pemberantasan gulma. Segera kandungan NPK-nya rendah. Pupuk
setelah tanam, jerami sebanyak 5 t/ha diberikan pada lubang tugal atau larikan
dihamparkan di atas permukaan tanah. Cara dikiri-kanan lubang tanam dengan jarak 5-7
ini dapat menghambat pertumbuhan gulma cm dari barisan tanaman.
dan mengurangi penguapan air tanah serta
Pengendalian hama. Dilaporkan
mencegah serangan hama lalat bibit kacang.
terdapat 111 jenis serangga hama pada
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa cara
tanaman kedelai (Okada, et al., 1988),
ini dapat meningkatkan hasil kedelai sampai
dimana 20 jenis diantaranya dapat
30% dan mengurangi biaya yang dikeluarkan
menimbulkan kerugian ekonomis setiap
untuk penyiangan serta pembelian
tahunnya (Soejitno, 1987). Berdasarkan
insektisida. Pemberian mulsa jerami
bagian tanaman yang diserang, hama penting
dianjurkan bila saluran drainase sudah baik
kedelai di Sumatera Barat digolongkan
dan tidak musim hujan karena jika lahan
menjadi tiga (Tabel 5).
terlalu lembab dapat membantu
berkembangnya jamur/cendawan patogenik
yang membahayakan. Jika gulma
293
Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. V, No. 3, September-Desember 2006: 288-296 hlm. ISSN 1412-5838

Tabel 5. Hama penting kedelai di Sumatera e. Cara kimiawi, meliputi: penyemprotan


Barat berdasarkan bagian tanaman dengan monocrothopos umur 7-9 hari
yang diserang. setelah tanam (hst) atau carbosulfan
Bagian Nama Hama (Curater) yang dimasukkan ke lobang
yang tanam atau carbosulfan (Marshall) yang
diserang dicampur dengan benih untuk
Batang  Lalat bibit kacang (Ophiomya mengendalikan lalat bibit kacang.
phaseoli) Penyemprotan dengan isoxathion,
Daun  Ulat grayak (Spodoptera methamidosphos, cyanophenfos,
litura) monocrotophos, fenithrothion, penthoate,
 Ulat penggulung daun dan chlorpyriphos pada saat kerusakan
(Lamprosema indicata) telah mencapai ambang kendali/ekonomi
 Ulat jengkal (Plusia atau umur 30 hst untuk hama daun.
chalsites) Sedangkan untuk hama polong
 Kumbang kedelai (Phaedonia penyemprotan umur 45-50 hst bila
inclusa) ditemukan 3 kepik hijau tiap 5 tanaman
Polong  Kepik hijau (Nezara viridula) atau 1 ekor larva penggerek polong, atau
 Kepik Piezodorus kerusakan polong mencapai 2%.
rubrofaciatus Pengendalian penyakit. Untuk
 Kepik polong Riptortus penyakit, dilaporkan lebih dari 100 patogen
linearis yang menyerang tanaman kedelai, 35
 Penggerak polong (Etiella diantaranya mempunyai arti ekonomis
spp.) (Sudjono, et al., 1985). Saleh (1996)
 Ulat pemakan polong menyatakan bahwa diantara penyakit tersebut
(Heliothis armigera) yang paling penting adalah penyakit virus
Sumber: Nurdin dan Atman (1998). dan penyakit karat yang dapat menimbulkan
kerugian hasil sampai 70%. Penyakit virus
Pengendalian hama tersebut dapat yang menonjol adalah SSV, CMMV,
dengan cara: BICMV, PStV, BYMV, dan SMV (Baliadi
dan Saleh, 1989). Pengendalian penyakit
a. Cara bercocok tanam, meliputi: virus dapat dilakukan dengan mengurangi
pengaturan waktu tanam, sanitasi sumber inokulum virus (sanitasi dan
lingkungan, tanam serempak, pergiliran eradikasi) dan mengendalikan vektor virus
tanaman, penggunaan tanaman (Aphis sp., pergiliran tanaman dengan bukan
perangkap Sesbania rostrata, inang). Sedangkan pengendalian penyakit
penggunaan jerami. karat dapat dengan menggunakan varietas
b. Cara biologi, meliputi: pemanfaatan tahan (Pangrango), kultur teknis
musuh alami (parasitoid, predator, dan (penambahan pupuk K2O), tanam serempak,
patogen) dengan cara memperbanyak dan dan fungisida antracol, benlate, cobox,
melepaskannya di lapangan difolatan, dithane M45, manzate, dan
(augmentasi). Diketahui ada 107 jenis polyram combi.
musuh alami, terdiri dari 61 predator, 41 Panen dan pasca panen. Panen
parasitoid, dan 5 patogen. sebaiknya dilakukan menggunakan sabit
c. Varietas tahan. Belum ada varietas yang pada waktu hari tidak hujan. Panen yang
stabil ketahanannya terhadap hama dilakukan waktu hujan menyebabkan biji
kedelai. berkecambah beberapa hari kemudian. Ciri-
ciri tanaman kedelai dapat dipanen jika 90%
d. Cara mekanis, meliputi: menangkap
atau lebih polong yang masak atau daunnya
serangga muda, dewasa atau mengumpul-
telah rontok, berwarna kuning/coklat dan
kan telur untuk dimusnahkan.
294
Atman: Pengembangan Kedelai pada Lahan Masam di Sumatera Barat ISSN 1412-5838

mengering. Setelah panen, polong langsung DAFTAR PUSTAKA


dijemur. Bila polong sudah kering, dapat 1. Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 1999.
dilakukan perontokkan. Biji yang sudah Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan
dibersihkan dikeringkan lagi sampai kadar air sawah-kering-pasang surut. Penebar
12% dan selanjutnya disimpan ke dalam Swadaya. 86 hlm.
karung (Hamzah, et al., 1987). 2. Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai.
Sumber Pertumbuhan produksi dan Teknik
PENUTUP Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30
hlm.
Kedelai adalah salah satu komoditas 3. Baliadi, Y. dan N. Saleh. 1989. Virus-virus
pangan bergizi tinggi dengan harga utama di sentra produksi kedelai di Jawa
terjangkau. Permintaan akan komoditas ini Timur. Prosiding Kongres Nasional X dan
terus meningkat dari tahun ke tahun, namun Seminar Ilmiah PFI Denpasar; 100-103 hlm.
kapasitas produksi dalam negeri cenderung 4. BPS. 2004. Sumatera Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera
menurun dari tahun ke tahun, termasuk di
Barat. 584 hlm.
Sumatera Barat. Produksi di tingkat petani 5. BPTP Sumbar. 2002. 35 Paket teknologi
rata-rata 1,2 t/ha sedangkan potensinya Pertanian Spesifik Lokasi Sumatera Barat.
mencapai 2 t/ha. Bahkan bila dibudidayakan Edisi Khusus. 98 hlm.
di lingkungan yang subur mampu 6. BPTP Sumbar. 2004. Kiprah BPTP
menghasilkan 2,5-3,0 t/ha. Sumatera Barat. 144 hlm.
7. Hamzah, Z., I. Rusli, Z. Zaini, A.
Propinsi Sumatera Barat berpotensi
Syarifuddin, K. 1987. Budidaya kedelai
untuk mengembangkan kedelai setelah padi tanpa pengolahan tanah sesudah padi sawah.
sawah pada lahan sawah tadah hujan (50.688 Risalah Temu Alih Teknologi. Balittan
ha), lahan sawah irigasi desa (50.858), dan Sukarami. 22-29 hlm.
lahan sawah irigasi sederhana (43.790 ha). 8. Hilman, Y. A. Kasno, dan N. Saleh. 2004.
Pemanfaatan lahan ini untuk budidaya Kacang-kacangan dan umbi-umbian:
kedelai dapat meningkatkan indeks Kontribusi terhadap ketahanan pangan dan
pertanaman dari 170% menjadi 200-250% perkembangan teknologinya. Dalam
per tahun dengan pola tanam padi-kedelai- Makarim, et al. (penyunting). Inovasi
kedelai. Selain itu juga dapat menambah Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan
pendapatan sekitar Rp.380,160-456,192 Bogor; 95-132 hlm.
9. Ismail, I.G., dan S. Effendi. 1985.
milyar per tahun (sebelum dikurangi biaya
Pertanaman kedelai pada lahan kering.
usahatani) bila kedelai diusahakan pada lahan Dalam Kedelai. Puslitbangtan. Hlm. 103-
sawah tadah hujan saja. 119.
Untuk mendapatkan produksi kedelai 10. Koenings, F.F. 1950. A ”sawah” profil near
yang optimum perlu diperhatikan komponen Bogor (Java). Contributions No. 105 of The
teknologi budidaya kedelai, meliputi: musim General Agricultural Research Station,
Nogor.
tanam, varietas, kebutuhan benih, persiapan
11. Nurdin, F. dan Atman. 1998. Teknologi
lahan, penanaman, inokulasi rhizobium, pengendalian terpadu hama penting kedelai.
pemberantasan gulma, pengairan, Makalah pada Pertemuan Paket Aplikasi
pemupukan, pengendalian hama, Teknologi BPTP Sukarami di Batusangkar,
pengendalian penyakit, dan panen/pasca 11-12 November 1998.
panen. Selain itu, kriteria kesesuaian lahan 12. Okada, T., W. Tengkano, and T.
juga harus dipedomani. Djuwarso. 1988. An outline of soybean pest
in Indonesia in faunistic aspects. Seminar
Balittan Bogor, 6 December 1988; 37 p.
13. Saleh, N. 1996. Hasil-hasil penelitian
mendukung pengendalian terpadu penyakit
karat daun dan virus pada tanaman kedelai.
Dalam Marwoto, et al. (penyunting). Hasil-
295
Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. V, No. 3, September-Desember 2006: 288-296 hlm. ISSN 1412-5838

hasil penelitian pengendalian hama dan Workshop, Cipayung, Indonesia, 22-24


penyakit terpadu. Edisi Khusus Balitkabi February 1987: 217-226 p.
Malang:89-100 hlm. 15. Sudjono, M.S., M. Amir, dan R.
14. Soejitno, J. 1987. Status and current Martoatmodjo. 1985. Penyakit kedelai dan
research of soybean insect pest in Indonesia. penanggulangannya. Dalam Kedelai.
In Bottema, et al. (Eds.). Soybean Research Puslitbangtan. Hlm. 331-356.
Development in Indonesia. Proc. Of a

296

You might also like