Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No.

1, Agustus 2014 : 29 - 34

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PEMBERIAN
RHIZOBIUM DAN PUPUK UREA PADA MEDIA GAMBUT

(Growth and yield of soybean (Glycine max (L.) Merill) with application of rhizobium and nitrogen
fertilizer on peat media)

INDAH PERMANASARI1, MOKHAMAD IRFAN1 DAN ABIZAR2

1Dosen Program Studi Agroteknologi UIN SUSKA Riau


2Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau
Jl. H.R. Soebrantas Km.15 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293
Email : amalia_permanasari@yahoo.co.id

ABSTRACT

Soybean is legume plant that has ability to symbiosis with Rhizobium. This process produces nitrogen
thus decrease the need of urea fertilizer. The purpose of current research was to investigate the effect
of Rhizobium and urea dosage on growth and yield of soybean. The research was conducted in
experimental field of Agriculture and Animal Science Faculty of State Islamic University of Syarif
Kasim Riau, started from May until July, 2012. Peat soil media and soybean cv. Wilis were used in this
study. Randomized Completed Block Design with two factorials and three replications was employed
for experimental design, in which the first factor was the Rhizobium (with/without Rhizobium
application) whereas the second factor was dosage of urea fertilizer (0, 75, 150 and 225 kg/ha,
respectively). The following parameters were observed e.g. plant height, number, weight and diameter
of root nodules, flowering time, age of harvest time, number of pods/plant, number of seeds/pod,
weight of 25 seeds, weight of dry seed/plant, weight dry plant, weight dry root and colour of leaf. The
result showed that Rhizobium application increased the number of pods/plant. Urea fertilizer with
dosage of 225 kg/ha increased number of seeds/plant, weight of 25 seeds, weight of dry plant, and
weight dry seed. Interaction between Rhizobium and urea fertilizer were significantly different to
weight dry root.

Keywords : Rhizobium, urea, soybean, peat soil media

PENDAHULUAN Pemanfaatan lahan gambut sebagai


media tumbuh bagi tanaman legum ternyata
Kedelai merupakan salah satu jenis banyak menemui faktor pembatas dalam
tanaman palawija yang banyak dibudidayakan pengusahaannya, diantaranya sifat kimia tanah
oleh masyarakat Indonesia. Kedelai yang kurang mendukung bagi pertumbuhan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber dan produksi tanaman secara maksimal
protein nabati, misalnya sebagai bahan baku (Mulyadi, 2012). Miskinnya unsur hara N
tahu, tempe, kecap, tauco, susu dan lain-lain. menjadi salah satu kendala dalam upaya
Dengan bertambahnya penduduk, maka meningkatkan produksi tanaman di lahan
kebutuhan kedelai juga semakin meningkat. masam. Untuk mengatasi kekurangan unsur N
Sementara itu produksi kedelai di Indonesia dapat dilakukan dengan pemupukan urea
belum mampu mengimbangi kebutuhan (Azizah, 2011).
sehingga pemerintah masih melakukan impor Penggunaan pupuk agar efektif harus
karena produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi lima tepat yaitu dosis, macam,
memenuhi 30-40% kebutuhan nasional waktu, cara pemberian, dan harga. Tingginya
(Puslitbangtan, 2012). Produksi kedelai harga pupuk anorganik yang beredar di
nasional dalam beberapa tahun terakhir terus masyarakat sering membuat petani enggan
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 melakukan pemupukan sehingga pertumbuhan
produksi nasional telah mencapai 9,75 juta ton, dan hasil tanamannyapun menjadi rendah.
pada tahun 2012 turun menjadi 7,83 juta ton Urea merupakan salah satu jenis pupuk yang
karena menciutnya luas panen dari 7,23 juta ha mengandung unsur hara N dan merupakan
menjadi 5,70 juta ha (BPS, 2012). Upaya yang pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai
dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil untuk mendukung pertumbuhanya terutama
kedelai diantaranya adalah intensifikasi pada masa pertumbuhan vegetatif. Selain
maupun ekstensifikasi. Upaya ekstensifikasi menyerap unsur hara N dari udara, tanaman
yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan kedelai juga mampu menambat N dari udara
lahan gambut.

29
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Indah Permanasari, dkk)

dengan adanya bantuan bintil akar yang penelitian Rahayu (2001) penggunaan
bekerja sama dengan bakteri Rhizobium. Rhizoplus dan takaran urea serta interaksi
Mulyani (2006) mengatakan bahwa antara keduanya berpengaruh nyata terhadap
hubungan antara bakteri Rhizobium dengan komponen hasil kedelai yaitu jumlah cabang
akar Leguminosae merupakan simbiosis pertanaman, jumlah polong isi pertanaman dan
mutualisme. Artinya, kedua belah pihak produksi per hektar. Sementara itu hasil
mendapat keuntungan. Tumbuhan tidak dapat penelitian Adijaya et al. (2004) menunjukkan
memanfaatkan Nitrogen bebas di udara. Oleh aplikasi legin (Rhizobium) pada uji beberapa
bakteri Rhizobium, Nitrogen diikat sebagai varietas kedelai yaitu Sinabung, Sibayak, Kaba
senyawa zat lemas sehingga dapat dan Tanggamus memberikan peningkatan
dimanfaatkan oleh akar Leguminosae. pertumbuhan dan hasil.
Rhizobium mendapatkan makanan berupa
karbohidrat sebagai sumber energi. Akan tetapi BAHAN DAN METODE
menurut Chanler (1973); Chandler et al. (1982)
cit. Wilkins (1984) tidak semua tanaman Bahan yang digunakan dalam
Leguminosae dapat diinfeksi melalui rambut penelitian ini adalah kedelai varietas Wilis,
akar. Rhizobium, tanah gambut, pupuk urea, TSP
Menurut Campbell et al., (1996) bintil dan KCl. Penelitian ini merupakan penelitian di
akar terbentuk karena adanya proses inkognisi polibag yang dilaksanakan pada bulan Mei
yaitu adanya hubungan antara akar sampai Juli 2012 di lahan percobaan Fakultas
leguminosae dan Rhizobium; invasi yaitu Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
masuknya bakteri rhizobium ke dalam korteks Negeri Sultan Syarif Riau. Rancangan yang
akar mengakibatkan terjadinya pertumbuhan digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
dan pembelahan masa sel sehingga (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dan 3
terbentuklah bintil akar. Dari beberapa ulangan. Faktor pertama adalah pemberian
penelitian keuntungan menggunakan bakteri Rhizobium yang terdiri atas 2 taraf yaitu, R0=
Rhizobium adalah mampu meningkatkan tanpa Rhizobium dan R1= dengan Rhizobium.
ketersediaan unsur hara, tidak mempunyai Rhizobium diberikan bersamaan saat tanam
bahaya atau efek samping, efisiensi dengan cara mencampurkan benih dengan
penggunaan yang dapat ditingkatkan sehingga Rhizobium (legin) dengan dosis 30 gram
bahaya pencemaran lingkungan dapat legin/8-12 kg benih kedelai. Faktor kedua
dihindari, harga relatif murah dan teknologi adalah dosis pupuk urea (N) yang terdiri atas 4
penerapan relatif murah dan mudah (Novriani, taraf yaitu: P1= 0 kg/ha, P1= 75 kg/ha, P2= 150
2011). kg/ha, dan P3= 225 kg/ha.
Menurut Mengel dan Kirby (1987)
dalam bidang pertanian, beberapa spesies HASIL DAN PEMBAHASAN
Rhizobium mampu bersimbiosis dengan
tanaman legum dalam memfiksasi Nitrogen. Rhizobium yang diberikan pada
Fiksasi yang aktif dapat menghasilkan 100-400 tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata
kg N/ha/tahun. Pengadaan bakteri Rhizobium terhadap tinggi tanaman yang diamati mulai
dapat dilakukan dengan beberapa cara umur 2 minggu sampai 8 minggu. Hasil
diantaranya yaitu dengan pemberian bakteri penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
secara eksogen. Rao (1994) menyatakan Rahayu (2001) bahwa penggunaan pupuk
bahwa Rhizobium mampu mencukupi 80% mikroba Rhizoplus tidak berpengaruh nyata
kebutuhan nitrogen tanaman legum, sehingga terhadap tinggi tanaman kedelai. Begitu juga
mampu mengurangi penggunaan pupuk dengan penelitian Rahmadhani (2009) bahwa
Nitrogen. pemberian rhizobium tidak berpengaruh nyata
Menurut hasil penelitian Risnawati terhadap tinggi tanaman pada umur 3 dan 6
(2010) pemberian pupuk urea hingga 100 kg/ha minggu setelah tanam pada tanaman kedelai.
pada tanaman kedelai dapat meningkatkan Lain halnya dengan hasil penelitian Hadie
tinggi tanaman, kadar klorofil, jumlah bintil akar (2010) pemberian legin pada media gambut
dan berat kering biji. Supriono (2010) yang mengandung isolat rhizobium 3,4 x 109
berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan sel/ml pada kacang tunggak varietas Nagara,
bahwa penggunaan pupuk nitrogen dosis KT-2 dan KT-5 secara nyata menghasilkan
rendah (100 kg/ha) mampu meningkatkan tinggi panjang tanaman yang lebih panjang
tanaman, jumlah polong per tanaman, hasil biji dibandingkan dengan pemberian legin dengan
per tanaman, berat tanaman segar dan hasil biji isolat 1,2 x 108 sel/ml.
kedelai per petak dibandingkan dengan Pada pengamatan (Gambar 1) terlihat
pemberian pupuk urea dosis sedang (150 bahwa tinggi tanaman kedelai masih
kg/ha) dan dosis tinggi (200 kg/ha). Hasil mengalami penambahan meskipun tanaman

30
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, Agustus 2014 : 29 - 34

sudah memasuki fase generatif, padahal tanaman dalam membentuk polong sehingga
berdasarkan deskripsi varietas yang tanaman yang diberi Rhizobium mempunyai
dikeluarkan oleh Balitkabi, menunjukkan bahwa jumlah polong yang lebih banyak dibandingkan
kedelai varietas Wilis mempunyai tipe dengan tanaman yang tidak diberi Rhizobium
pertumbuhan determinit yaitu pertumbuhan (Tabel 2). Hasil penelitian ini sejalan dengan
tinggi tanaman akan berhenti apabila tanaman penelitian Adijaya et al. (2004) aplikasi legin
telah memasuki fase generative (berbunga) (Rhizobium) mampu meningkatkan jumlah
akan tetapi berdasarkan penelitian ini, tanaman polong/tanaman. Jumrawati (2008)
masih mengalami penambahan tinggi tanaman menambahkan jumlah polong yang dihasilkan
sampai menjelang waktu panen. Pertumbuhan tanaman kedelai sangat ditentukan oleh
tinggi tanaman terbesar terjadi pada pertumbuhan vegetatif dalam hal ini seperti laju
pengamatan minggu keempat sampai keenam fotosintesis dan pasokan hasil asimilasi.
yaitu terjadi kenaikan masing-masing sebesar Mengel dan Kirby (1987) menyatakan bahwa
113% dan 112% untuk perlakuan pemberian inokulasi dengan bakteri fiksasi Nitrogen tidak
rhizobium dan tanpa rhizobium. selamanya berhasil meningkatkan produksi
Pemberian beberapa dosis pupuk urea tidak yang besar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi Millet dan Feldman (1984) cit. Mengel dan Kirby
tanaman kedelai. Akan tetapi berdasarkan (1987) yang melaporkan bahwa inokulasi
penelitian Supriono (2010) penggunaan urea gandum dengan A. brasilense hanya
100 kg/ha telah mampu meningkatkan tinggi meningkatkan hasil sebesar 8%. Lain halnya
tanaman kedelai. dengan penelitian Mayani dan Hapsoh (2011)
bahwa pemberian Rhizobium tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong
perplot.
Peningkatan jumlah polong per
tanaman mulai terjadi pada pemberian pupuk
urea dengan dosis 150 kg/ha. Dengan
bertambahnya dosis urea yang diberikan
jumlah polong yang terbentuk juga semakin
banyak. Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian dengan hasil penelitian Mayani
dan Hapsoh (2011), yaitu bahwa dengan
pemberian pupuk N (50 kg/ha) sudah
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kedelai pada memberikan pengaruh yang nyata terhadap
Perlakuan Rhizobium jumlah polong pertanaman pada tanaman
Keterangan: R0 : tanpa Rhizobium, R1 : dengan kedelai. Begitu juga dengan hasil penelitian
Rhizobium Supriono (2010) bahwa pemberian pupuk urea
dengan dosis 110 kg/ha telah mampu
Tabel 1. Jumlah, Berat dan Diameter Bintil meningkatkan jumlah polong pertanaman
Akar Pada Umur 80 Hst Pada kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis
Perlakuan Rhizobium dan Pupuk tersebut unsur Nitrogen yang terkandung pada
Urea pupuk urea sudah mempengaruhi pertumbuhan
Kombinasi Diameter yaitu pembentukan polong. Peningkatan jumlah
Jumlah Berat (g)
Perlakuan (mm) polong berkaitan dengan fungsi Nitrogen pada
R0P0 0,00 0,00 0,00 tanaman.
R0P1 0,00 0,00 0,00 Hal ini dijelaskan oleh Lakitan (1993)
R0P2 0,00 0,00 0,00 bahwa fungsi unsur Nitrogen bagi tanaman
R0P3 0,00 0,00 0,00 adalah sebagai penyusun protein dan klorofil.
R1P0 0,00 0,00 0,00
Pembentukan klorofil berguna dalam proses
R1P1 2,00 0,09 3,50
R1P2 0,00 0,00 0,00 fotosintesis, dimana unsur ini berperan sebagai
R1P3 2,00 0,23 5,50 sintesis klorofil. Klorofil berfungsi untuk
menangkap cahaya matahari yang berguna
Jumlah polong per tanaman yang untuk pembentukan makanan dalam proses
terbentuk dipengaruhi oleh perlakuan fotosintesis. Hasil dari fotosintesis akan
pemberian Rhizobium maupun perbedaan digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan
dosis pupuk urea yang diberikan. Pemberian generatif tanaman seperti pembentukan polong
Rhizobium meningkatkan jumlah polong tanaman. Sementara itu menurut Rahardjo dan
sebesar 13,22% dibandingkan tanpa pemberian Pribadi (2010), unsur hara Nitrogen merupakan
Rhizobium. Hal ini berarti bahwa bakteri yang unsur hara makro yang terbanyak diserap oleh
bekerja sama dengan bintil akar mempengaruhi tanaman. Apabila unsur Nitrogen berasal dari

31
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Indah Permanasari, dkk)

pupuk urea maka diperlukan 350 kg/ha urea peningkatan total bahan kering dapat dicapai
untuk menggantikan Nitrogen yang diserap oleh dengan mengoptimalkan indeks luas daun (ILD)
tanaman, dengan asumsi efisiensi penyerapan derajat fotosintesis setiap satuan luas daun.
N dari urea 100%. Sementara itu Lakitan (1993) menjelaskan
bahwa perkembangan biji lebih dipengaruhi
Tabel 2. Jumlah polong per tanaman pada oleh pasokan N selama pembentukan biji.
pemberian Rhizobium dan pupuk urea Unsur P juga dibutuhkan untuk sintesa protein,
Jumlah P yang cukup pada pengisian biji akan
Perlakuan polong/tanaman memperbesar biji yang akan dihasilkan
(polong) sehingga meningkatkan bobot 100 biji. Hasil
Rhizobium penelitian Suharto (2009) dalam pengisian
- Tanpa Rhizobium 11,04 b polong dan pembentukan biji sangat tergantung
- Dengan Rhizobium 12,50 a pada ketersediaan N, baik N yang diambil oleh
Pupuk urea (kg/ha) bakteri Rhizobium dari udara maupun N yang
- 0 10,42 c tersedia dalam tanah dan dipengaruhi juga oleh
- 75 10,42 c ketersediaan unsur P. Apabila ketersedian N
- 150 11,75 b berada dalam kondisi seimbang akan
- 225 14,50 a mengakibatkan pembentukan asam amino dan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf
protein meningkat dalam pembentukan biji
kecil yang tidak sama berbeda nyata pada UJD 5%. sehingga polong terisi penuh. Unsur Nitrogen
yang diserap tanaman melalui tanah, mula-
Tabel 3. menunjukkan bahwa bobot 25 mula ditumpuk di bagian batang dan daun.
biji, bobot biji/tanaman dan bobot kering Setelah terbentuk polong, N tersebut dihimpun
tanaman mulai meningkat dengan pemberian ke dalam polong, dengan semakin tua polong
urea pada dosis 225 kg/ha. Akan tetapi bobot sebagian N (30 – 90%) diserap ke dalam biji.
biji per tanaman pada pemberian urea dengan Sementara itu menurut Jumrawati (2010),
dosis 150 kg/ha tidak berbeda nyata dengan persentase pengisian polong tanaman kedelai
pemberian urea 225 kg/ha. Pada pemberian pertanaman dipengaruhi oleh inokulasi
urea 225 kg/ha secara nyata meningkatkan Rhizobium dan pemberian unsur Nitrogen.
bobot 25 biji sebesar 12,78%, bobot biji
kering/tanaman kedelai sebesar 39,37% dan Tabel 3 Bobot 25 Biji, Bobot Biji/Tanaman,
bobot kering tanaman sebesar 32,09%. dan Bobot Kering Tanaman pada
Peningkatan ukuran biji dipengaruhi oleh Pemberian Dosis Pupuk Urea yang
besarnya fotosintat yang dihasilkan oleh Berbeda
tanaman untuk didistribusikan ke biji. Pupuk urea Bobott 25 Bobot biji / Bobot kering
Peningkatan bobot 25 biji, bobot biji kering per (kg/ha) biji (g) tanaman (g) tanaman (g)
tanaman dan bobot kering tanaman pada 0 2,27 b 1,93 b 7,76 b
pemberian urea 225 kg/ha menunjukkan bahwa 75 2,15 b 1,79 b 7,27 b
fotosintat yang dihasilkan dari proses 150 2,16 b 2,11 ab 8,09 b
fotosintesis yang dilakukan oleh daun yang 225 2,56 a 2,69 a 10,25 a
kemudian didistribusikan ke biji untuk
pembesaran biji lebih banyak dibandingkan Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf
kecil yang tidak sama berbeda nyata pada UJD 5%.
dengan pemberian urea dengan dosis yang
lebih rendah. Hal ini tentunya berkaitan dengan
Pemberian Rhizobium meningkatkan bobot
penyerapan unsur Nitrogen yang dilakukan oleh
kering akar pada pemberian urea 150 kg/ha
tanaman baik dalam perannya untuk
yaitu sebesar 91,11% (Tabel 4). Hal ini
pembentukan klorofil maupun pertumbuhan
menunjukkan bahwa interaksi Rhizobium dan
ukuran daunnya. Unsur Nitrogen salah satunya
urea dengan dosis tersebut mampu
berperan dalam pembentukan dan
meningkatkan bobot kering akar dan
pertumbuhan organ-organ vegetatif yaitu
merupakan kombinasi terbaik dalam
batang, daun, dan akar (Sutejo, 2002). Dengan
pembentukan akar tanaman. Tanaman yang
tersedianya unsur N tersebut makan daun yang
diberi Rhizobium dan urea dengan dosis 0, 75
terbentuk juga akan semakin banyak yang
dan 225 kg/ha meskipun secara statistic tidak
berakibat meningkatnya luas daun tanaman.
berbeda nyata dengan tanaman yang tidak
Luasnya daun yang terbentuk akan
diberi Rhizobium akan tetapi cenderung
mempengaruhi akumulasi asimilat yang
mempunyai bobot kering akar yang lebih
dihasilkan. Menurut Jumin (2008), pertambahan
ringan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
luas daun sangat penting karena pengaruhnya
hasil penelitian Armiadi (2007) bobot kering
terhadap total produksi bahan kering mendekati
akar kedelai sangat nyata lebih tinggi jika
70%. Gupta (1981) menjelaskan bahwa
diberikan perlakuan N tanpa inokulasi karena

32
Jurnal Agroteknologi, Vol. 5 No. 1, Agustus 2014 : 29 - 34

akar lebih resposif terhadap perlakuan N berpengaruh nyata terhadap peningkatan


dibandingkan inokulasi. Pupuk dasar terutama warna hijau daun muda tanaman Cassava.
N diperlukan bagi tanaman legume untuk Selanjutnya Sulistyaningsih et al. (2005)
membentuk perakaran pada saat awal menambahkan salah satu pendekatan untuk
pertumbuhan. Sementara itu hasil penelitian mengetahui jumlah klorofil daun adalah dengan
Arinong (2005) bahwa inokulasi bradyrhizobium mengukur tingkat kehijauan warna daun.
tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap bobot kering akar tanaman kedelai. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan warna daun Pemberian Rhizobium menaikkan jumlah


terlihat bahwa pemberian Rhizobium dan urea polong pertanaman kedelai. Pemberian urea
memberikan pengaruh terhadap warna daun. 225 kg/ha secara nyata meningkatkan bobot 25
Perlakuan yang mempunyai angka-angka yang biji sebesar 12,78%, bobot biji kering/tanaman
lebih besar menunjukkan bahwa warna daun kedelai sebesar 39,37% dan bobot kering
semakin hijau muda bahkan menjadi kuning. tanaman sebesar 32,09%. Interaksi antara
Untuk lebih memudahkan pengamatan maka Rhizobium dan pupuk urea mempengaruhi
nilai atau skor dari warna daun dijadikan ke bobot kering akar pertanaman
dalam sebuah diagram seperti terlihat pada
Gambar 2. DAFTAR PUSTAKA

Tabel 4. Interaksi Antara Rhizobium dan Urea Adijaya, I., N.P.Suratmini dan K. Mahaputra.
terhadap Bobot Kering Akar 2004. Aplikasi Pemberian Legin
Bobot kering akar (g) (Rhizobium) pada Uji Beberapa Varietas
Pupuk urea Kedelai di Lahan Kering. Balai
Tanpa Dengan
(kg/ha) Pengkajian Teknologi Pertanian. Bali.
Rhizobium Rhizobium
Anand, M.H. and G. Byju. 2008. Chlorophyll
0 2,67 abcd 2,18 bcd
Meter and Leaf Colour Chart to Estimate
75 2,34 abcd 1,97 d Chlorophyll Content, Leaf Colour, and
150 1,81 d 3,46 ab Yield of Cassava. Photosynthetica, (4):
225 3,96 a 3,36 abc 511-516.
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf Arinong, A. R. 2005. Inokulasi Berbagai Strain
kecil yang tidak sama pada baris dan lajur berbeda Bradyrhizobium Japonicum terhadap
nyata pada UJD 5%. Pertumbuhan dan Produksi Kedelai di
Lahan Sawah. Agrosistem, 1(1):1-12.
Perlakuan Rhizobium dengan dosis urea Armiadi. 2007. Efektivitas Penambat N Udara
225kg/ha mempunyai warna daun yang paling oleh Bakteri Rhizobium dengan
hijau. Hal ini diduga pemberian Rhizobium Penambahan Unsur Hara Molybdenum
mampu berinteraksi dengan pupuk urea dalam pada Tanaman Leguminosa Herbal.
mendukung pertumbuhan daun terutama pada Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
kehijauan daunnya. Semakin tinggi dosis pupuk Ashiyami, N. R. 2007. Pengaruh Molibdenum
urea yang diberikan membuat warna daun lebih terhadap Infektivitas dan Efektifitas Isolat
hijau. Rhizobium Toleran Masam pada
Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merril). Skripsi. Universitas Islam Negeri
Malang:
Azizah. 2011. Pengaruh Tiga Inokulan Bakteri
Rhizobium terhadap Pembentukan Bintil
Akar Tanaman Kedelai. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. www.
BPS.go.id.
Campbell, N., A. Reece, B. Jane, Mitchell, G.
Lawrence. 1996. Biologi. Terjemahan
oleh Wasmen Manalu. 2003. Jakarta.
576 hal.
Gambar 2. Histogram warna daun pada
Gupta, U.S. 1981. Crop Physiology. Oxford and
perlakuan Rhizobium dan
pemberian dosis urea. IBH Publ. Co. New Delhi.
Hadie, J., B. Guritno, H. T. Sebayang dan E.
Penelitian Anand dan Byju (2008) Handayanto. 2009. Keragaan kacang
memperlihatkan bahwa pemupukan N tunggak pada pembubuhan bahan

33
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Indah Permanasari, dkk)

organik kai apu (Salvinia natans) dan Teknologi Kedelai di Beberapa Daerah.
urea di lahan lebak. Agroscientiae, Berita Puslitbangtan. No.51 Oktober
3(16):204-213. 2012.
Ichriani, G.I., Basuki dan I. Fahruji. 2008. Rahardjo, M. dan E.R. Pribadi. 2010. Pengaruh
Perkembangan bintil akar dan hasil Pupuk Urea, SP36, dan KCl terhadap
tanaman kacang kedelai (Glycine max Pertumbuhan dan Produksi Temulawak.
L.Merrill) varietas Wilis di tanah gambut JurnalLittri, 16(3):98-105.
akibat pemberian pupuk organik padat. Rahayu, M. 2001. Pengaruh Pemberian
Ziraa’ah, 22(2):69-75. Rhizoplus dan Takaran Urea terhadap
Jumin, H. B. 2008. Dasar - dasar Agronomi. PT Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Balai
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hal. Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Jumrawati. 2010. Efektifitas Inokulasi Nusa Tenggara Barat.
Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan Rahmadani, E. 2009. Respon Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kedelai pada Tanah dan Produksi Kedelai (Glycine Max. (L).
Jenuh Air. Dinas Pertanian Provinsi Merrill.) terhadap Perbedaan Waktu
Sulawesi Tengah. Tanam dan Inokulasi Rhizobium.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Seminar Hasil. Fakultas Pertanian.
Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jakarta. 205 hal.
Margarettha. 2005. Pengaruh Molibdenum Risnawati. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk
terhadap Nodulasi dan Hasil Kedelai Urea dan Beberapa Formula Pupuk
yang Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Hayati Rhizobium terhadap Pertumbuhan
Ultisol. JurnalAgronomi, 9(2):73-76. dan Hasil Kedelai (Glycine Max (L.)
Mayani, N. dan Hapsoh. 2011. Potensi Merril) di Tanah Masam Ultisol. Skripsi.
Rhizobium dan Pupuk Urea untuk Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Meningkatkan Produksi Kedelai (Glycine Ibrahim. Malang.
Max (L)) pada Lahan Bekas Sawah. Ilmu Suharjo, U. K. J. 2001. Efektivitas Nodulasi
Pertanian Kultivar, 5(2). 67-75. Rhizobium Japonicum pada Kedelai yang
Mengel, K dan E.A. Kirby. 1987. Principles of Tumbuh di Tanah Sisa Inokulasi dan
Plant Nutrition. International Potash Tanah Dengan Inokulasi Tambahan.
Institute. Switzerland. 687 hal. Jurnal Ilmu Pertanian. 3 (1): 31-35.
Mulyadi, A. 2012. Pengaruh Pemberian Legin , Sulistyaningsih, E., K. Budiastuti dan E.
Pupuk NPK (15:15:15) dan Urea pada Kurniasih. 2005. Pertumbuhan dan Hasil
Tanah Gambut terhadap Kandungan N, Caisim pada Berbagai Warna Sungkup
P Total Pucuk dan Bintil Akar Kedelai Plastik. Ilmu Pertanian, 12 (1) : 65-76.
(Glycine max. (L). Merrill.) Kaunia, 8(1) : Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara
21-29. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 174
Mulyani, S.E.S. 2006. Anatomi Tumbuhan. hal.
Kanisius. Yogyakarta. 325 hal. Wilkins, M.B. 1984. Advanced Plant Physiology.
Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Pitman. Publishing. Inc. Plain Street.
Meningkatkan Ketersedian Nitrogen bagi Mrrshfield, Massachucetts. London. 510
Tanaman Kedelai. Agronobis, 3(5):35-42. hal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. 2012. Pengembangan

34
Volume 5 Nomor 1, Agustus 2014 PRINT ISSN 2087-0620
ONLINE ISSN 2356-4091

ISOLASI DAN ENUMERASI BAKTERI TANAH GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT.
TAMBANG HIJAU KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR
Mokhamad Irfan ...................................................................................................................................... 1-8

PENGARUH PEMBERIAN MYOINOSITOL DAN ARANG AKTIF PADA MEDIA SUB KULTUR
JARINGAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium SP)
Pebra Heriansyah, Trinop Sagiarti, Rover ....................................................... 9-16

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS


BOKASHI SAMPAH PASAR DENGAN DUA KALI PENANAMAN SECARA VERTIKULTUR
(Response of Mustard (Brassica juncea L.) with application of several doses of market waste
bokashi in twice planting on verticulture system)
Aulia Rani Annisava, Lesti Anjela, Bakhendri Solfan .......................................................................... 17-24

PEMBERIAN MIKROORGANISME SELULOLITIK (MOS) PADA APLIKASI TANDAN KOSONG


KELAPA SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI TBM-II
(Giving of cellulolytic microorganisms application oil palm empty fruit bunch to the growth of oil palm
(Eleis guineensis Jacq.) in TBM-II)
Toni Kasmir Lumbantoruan, Gusmawartati, Sampoerno ........................................................................ 25-28

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DENGAN PEMBERIAN
RHIZOBIUM DAN PUPUK UREA PADA MEDIA GAMBUT
(Growth and yield of soybean (Glycine max (L.) Merill) with application of rhizobium and nitrogen
fertilizer on peat media)
Indah Permanasari, Mokhamad Irfan, Abizar .......................................................................................... 29-34

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN NON-SIMBIOTIK TANAH


GAMBUT CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU
Rahel Kaburuan, Hapsoh, Gusmawartati ............................................................................................... 35-39

You might also like