Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.

2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164


Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

ANALISIS PENGELOLAAN AGRIBISNIS PETANI HORTIKULTURA


STUDI KASUS : KABUPATEN ASAHAN

Gustami Harahap
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Medan Area
Email: gustami@staff.uma.ac.id

Abstract
This study aims to determine the management of agribusiness horticulture farmers in the District
Asahan. Research method using library research method. This research uses literature review
method (library research). The discussion in this paper is based on statistical data obtained from
BPS from various research results related to the management of agribusiness. From the discussion
it can be concluded that the planning of horticultural commodities agribusiness: vegetables and
fruits associated with the demand for commodities what the market needs gradually increasingly
sensitive farmers, evidenced by the cultivation of new commodities of mushrooms from 2011 to
2012. Farmers have not monitoring the properties of horticultural commodity products: vegetables
and fruits more effectively and efficiently, due to the fact that farmers are limited to post-harvest
technology knowledge, so they tend to sell their commodities more quickly. Organizing sources of
labor production factors in the family consisting of: (husband, wife and children) full of work in
cultivating horticultural commodities of vegetables and fruits, has not been calculated as a
sacrifice of production costs, because the farmers have not recorded in the bookkeeping of his farm
. KUD as a supporting institution in increasing the income of farmers, can not be regarded as a
pillar of the economy, due to lack of awareness of farmers to become members of the KUD,
evidenced there are still a lot of farmer groups (Gapoktan) horticulture that do not have KUD
institutions

Kata kunci : agribussiness, horticulture

PENDAHULUAN harga akan tinggi dengan konsekuensi


Pengelolaan produk hortikultura permintaan berkurang akan tetapi
(on-farm) apakah buah-buahan dan sayur- memberikan implikasi dengan
sayuran sampai saat sekarang ini meningkatnya penawaran.
merupakan bagian permasalahan yang Kondisi fisik produk hortikultura
segera harus dilakukan oleh produsen baik yang sangat rentan terhadap perubahan
yang berskala kecil yang mengusahakan temperatur, yang berakibat dengan
mengubah produk tersebut ke arah produk penyusutan yang lebih tinggi, dihubungkan
yang (off-farm) yang siap dikonsumsi dengan fluktuasi perubahan harga
ataukah merupakan sumber bahan baku komoditas hortikultura dari pergerakan
dari produsen pabrik yang berskala besar. kurva permintaan dan kurva penawaran di
Permasalahan utama pada produk pasar, maka pengelolaan terhadap
hortikultura adalah 1. mudah busuk komoditas hortikultura harus secepatnya
(bulkiness), 2. banyak menggunakan tempat dilakukan (as soon as possible doing) agar
(volumness), 3. tingkat penyusutan yang produsen tidak mengalami kerugian.
lebih tinggi, 4. mudah rusak, 5. sangat Salah satu untuk mempertahankan
tergantung dengan musim, yang kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk
memberikan konsekuensi apabila pada hortikultura yang harus dipertahankan
musim panen raya apabila jumlah produksi dalam jangka waktu yang relatip lama
meningkat, maka harga produk akan turun, adalah dengan menggunakan bantuan
sebaliknya permintaan akan produk teknologi pasca panen, agar kondisi buah
semakin banyak sedangkan penawaran dan sayur dapat dipertahankan dan tidak
berkurang, sebaliknya pada musim paceklik akan berpengaruh terhadap perubahan
dimana jumlah produksi sedikit, berakibat harga dan permintaan konsumen. Pada

8
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

aspek lain jika teknologi pasca panen mengunakan konsep manajemen agribisnis
kurang mampu mengadopsi buah dalam secara professional dan mendominasi lahan
jumlah relatip besar, maka salah satu perkebunan di Indonesia.
teknologi pengolahan dari produk hulu (on- Oleh karena itu agar manajemen
farm) harus diubah menjadi produk agribisnis di lingkup pengelolaan komoditas
hilirisasi (off-farm) yang disebut dengan hortikultura, bukan saja dalam tataran
agroindustri. konsep, maka diperlukan untuk
Pengelolaan usahatani dari mulai mensosialisasikan bagaimana peran
produk (on-farm) hingga merubah menjadi ekonomi kelembagaan (koperasi unit desa/
produk yang (off-farm) dengan didukung KUD) sebagai salah satu pilar penggagas
pengolahan secara industrialisasi menjadi untuk mengembangkan konsep agribisnis di
produk hilirisasi yang mempunyai nilai kalangan petani yang berskala lahan sempit.
tambah (value added) terhadap produk Pertimbangan KUD sebagai institusi yang
hortikultura sekaligus berpengaruh mampu sebagai stimulator konsep
terhadap peningkatan pendapatan petani agribisnis, dikarenakan bahwa lembaga ini
adalah salah satu kegiatan yang harus mempunyai peran bukan saja sebagai
dilanjutkan dengan melibatkan sistem dan penghimpun dan penyalur dana produksi
aplikasi dari fungsi-fungsi manajemen yang kepada petani, akan tetapi melalui KUD
terstruktur rapi, dengan didukung dengan dapat pula digunakan sebagai lembaga
pemasaran (marketing) dan stakeholder lain pemasaran komoditas hortikultura petani
produk hilir tersebut dengan mengadopsi yang sekaligus meningkatkan pendapatan
dari ketepatan kebijakan pemasaran dari
petani, dengan otomatisnya kelompok tani
mulai kebijakan tempat, kebijakan harga,
sebagai anggota dari KUD yang merasakan
kebijakan memproduksi produk dan
kesejahteraan dari perkembangan dan
kebijakan promosi, maka seluruh aktivitas
pertumbuhan sisa hasil usaha (SHU) yang
yang diusahakan di atas merupakan bagian
dimiliki KUD secara runtun waktu.
dari kegiatan professional di dalam
Semakin besar aktivitas KUD, maka
pengelolaan usahatani modern yang
secara langsung akan meningkatkan SHU
sekarang ini dikenal dengan dengan
manajemen agribisnis. yang otomatis dengan meningkatnya SHU,
Pada aspek realisasi kebijakan maka akan didistribusikan ke anggota, yang
manajemen agribisnis kita dapat bertanya sesuai dengan azas KUD demokrasi dari
sudahkah konsep ini dilaksanakan oleh para anggota, untuk anggota dan oleh anggota,
petani ? ataukah konsep agribisnis ini Namun kenyataan yang tampak di lapangan
hanya dilakukan produsen yang berskala bahwa KUD di dalam pengelolaan
besar saja ? Oleh karena itu secara fakktuil komoditas hortikultura ada yang
bahwa Indonesia pada umumnya dan di mempunyai ketegori : sehat, kurang sehat
Provinsi Sumatera khususnya bahwa corak dan tidak sehat. Apabila ditelusuri lebih
pertanian kita masih tergolong kepada dalam bahwa kategori KUD yang kurang
dualisme pertanian, yakni petani yang sehat dan tidak sehat lebih mendominasi
berskala luas lahan sempit (67 %), dari KUD yang sehat, sehingga memberikan
sedangkan petani yang berskala luas lahan implikasi bahwa kesejahteraan KUD
luas (37%). hortikultura pada umumnya masih dalam
Pada umumnya petani yang berskala taraf miskin. Penelitian ini bertujuan untuk
lahan sempit belum menggunakan konsep mengetahui petani berusahatani
di atas, bukan berarti tidak bisa, namun hortikultura merencanakan usahatani
harus didukung dengan ekonomi komoditas apa yang diprediksi ketika panen
kelembagaan yang professional, maka on-farm memberikan keuntungan yang
usahatani yang berlahan sempit dapat saja maksimum, apa petani hortikultura
mengikuti konsep dari pada manajemen melakukan pengawasan terhadap sifat-sifat
agribisnis, sebaliknya di lingkungan petani produk on-farm dalam melakukan tata-
yang berskala luas lahan luas bahwa konsep niaganya, mengetahui pengelolaan
tersebut masih belum sempurna pengorbanan curahan tenaga kerja dalam
dilaksanakan, kecuali perusahaan keluarga telah diperhitungkan sebagai
perkebunan asing yang hampir pengorbanan biaya produksi usahatani

9
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

hortikultura dan mengetahui kondisi petani Dari sebelas komoditas sayuran


hortikultura di dalam mengembangkan yang ada jelas tampak secara proporsional
usahataninya telah menggunakan KUD komoditas yang mengalami penurunan
sebagai lembaga pendukung selama dua tahun terakhir, meliputi : sawi,
cabe besar, terung, ketimun, labu siam,
METODE PENELITIAN kangkung dan semangka. Sedangkan
Penelitian ini menggunakan metode komoditas sayuran yang surplus meliputi
tinjauan literatur (library research). adalah : kacang panjang, cabe kecil, jamur
Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan dan bayam.
pada data-data statistik yang diperoleh dari Perubahan yang tampak di dua
BPS dari berbagai hasil-hasil penelitian tahun terakhir bahwa petani horti sayuran
mengenai topik yang dibahas. sudah berubah secara perlahan-lahan
mengintai permintaan pasar dibandingkan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi
3.1. Profil komoditas sayur-sayuran di ini tampak pada Tahun 2012 bahwa petani
Kab. Asahan horti sudah membudidayakan komoditas
Untuk mengetahui bagaimana profil sayuran Jamur. Kondisi ini tampak bahwa
komoditas sayur-sayuran di Kabuapten yang cenderung mengkonsumsi jamur
Asahan yang diusahakan oleh petani dapat sebagai sayuran yang banyak mengandung
dilihat pada Tabel 1 berikut : protein adalah bangsa Indonesia keturunan
Tabel 1. Perkembangan produksi rata-rata Tionghoa. Perkembangan ini secara
sayur-sayuran di Kab. Asahan pada perlahan-lahan di Tahun 2013 telah diiukuti
dua tahun terakhir oleh petani lain, akan tetapi kesukaran
No Nama Produksi Perkemban Produksi Perkemb Keterangan meraka adalah bahwa meraka kurang
kw/ha gan (%) kw/ha angan :
2011 2012 (%) Pertambaha
mengetahui tempat pemasaran yang lebih
n+ menguntungkan apakah tergolong kepada
Penurunan
- pasar tradisional ataukah pasar modern.
1. Sawi 80.00 9.52 79.48 8.67 -0.85
2. K. 15.00 1,78 61.27 6.69 4.91 * Tabel 2. Perkembangan rata-rata produksi
Panjang
3. Cabe 52.00 6.19 62.93 6.87 0.68 buah-buahan di Kab. Asahan pada
kecil dua tahun terakhir
4. Cabe 68.51 8.15 67.85 7.40 -0.75 No Nama Produksi ton Perkemb. Produksi Perkemb. Keterangan :
besar /ha 2011 (%) ton/ha 2012 (%) Pertambahan +
5. Jamur - - 16.10 1.75 1.75 ** Penurunan -
6. Terung 85.12 10.13 85.75 9.36 -0.77 1. Alpukat 92.20 0.74 110.00 0.53 -0.21
7. Ketimun 134.08 15.96 137.30 14.99 -0.97 2. Mangga 701.20 5.68 1.962.00 9.59 3.91 **
3. Rambutan 1.689.00 13.69 2.414.00 11.93 -1.76
8. Labu 150.00 17.86 150.00 16.37 -1.49
4. Duku/langsat 14.10 0.11 26.00 0.12 0.01
siam 5. Jeruk Siam 174.80 1.41 98.00 0.47 -0.94
9. Kangku 55.03 6.55 55.84 6.09 -0.46 6. Durian 369.30 2.99 1.284.00 6.27 3.28 ***
ng 7. Jambu biji 378.20 3.06 293.00 1.43 -1.63
10. Bayam 59.92 7.13 58.56 8.39 1.26 *** 8. Jambu air 750.40 6.08 1.025.00 5.01 -1.07
11. Semang 140.00 16.67 140. 69 15.36 -1.31 9. Sawo 401.30 3.25 840.00 4.10 0.85
ka 10. Pepaya 1150.40 9.32 1.291.00 6.31 -3.01
Jumlah 839.66 100.0 915.77 100.0 11. Pisang 4.419.70 35.82 8.594.00 42.03 6.21 *
12. Nenas 38.90 0.31 58.00 0.28 -0.03
Sumber : Data BPS, diolah dari Tahun 2011 13. Salak 419.70 3.40 626.00 3.06 -0.34
14. Marquisa 7.00 0.05 18.00 0.08 0.03
& 2012 15. Manggis 148.50 1.20 299.00 1.46 0.26
16. Cempedak 839.00 6.80 710.00 3.47 -3.33
17. Jeruk besar 257.00 2.08 218.00 1.06 -1.02
Berdasarkan data di atas secara 18. Sukun 90.10 0.73 91.00 0.44 -0.29
19. Melinjo 163.90 1.32 174.00 0.85 -0.47
runtun waktu dari Tahun 2011 s.d. 2012 20. Sirsak 80.20 0.65 86.00 0.42 -0.23

memperlihatkan bahwa dari sebelas 21. Belimbing


Jumlah
151.30
12.336.200
1.22
100.0
230.00
20.447,0
1.12
100.0
-0.10

komoditas sayuran yang dibudidayakan di Sumber : Data BPS, diolah dari Tahun 2011 & 2012
Kab. Asahan memperlihatkan bahwa petani
hortikultura umumnya tidak mempunyai Perkembangan produksi dari dua
perencanaan tentang komoditas sayuran tahun terakhir dari Tahun 2011 ke 2013
apa yang akan di tanam sesuai dengan khususnya buah-buahan mengalami
permintaan pasar, oleh karena selama dua peningkatan yang terbasar berdasarkan
tahun terkahir komoditas yang ditanam urutan rangking adalah Proporsi komoditas
tetap sama saja, belum memperhatikan pisang yang terbesar adalah sampai
permintaan dan kebutuhan pasar. mencapai 6.21 % terutama jenis pisang
yang mendominasi adalh pisang barangan

10
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

secara lokal memenuhi konsumsi keuntungan kepada pengusaha dan bukan


kebutuhan masyarakat kota Medan, kepada petani.
sedangkan sisanya dilakukan untuk ekspor Pengawasan dari sifat-sifat produk
terutama ke Singapura dan Malaysia yang komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan
umumnya bukan dilakukan oleh petani, umumnya yang dilakukan petani belum
melainkan para pengekspor hasil bumi yang mendukung tersedianya teknologi pasca
berada di Medan. Kondisi ini panen yang ampuh dalam mempertahankan
memperlihatkan bahwa petani telah melihat komoditas horti untuk tetap bertahan lama,
apakah sebenarnya kebutuhan pasar oleh karena itu dengan adanya
terutama komoditas buah-buahan. perkembangan musim, maka petani
Urutan kedua adalah komoditas dihadapkan dengan melakukan penjualan
Mangga terjadi peningkatan sebesar 3,91 % komoditas secara lebih tepat, jika terlambat
dari Tahun 2011 ke Tahun 2012 yang untuk melakukan penjualan, maka
sebagian digunakan untuk konsumsi lokal di mengakibatkan sayur dan buah menjadi
kota Medan yang digunakan sebagai bahan busuk, sehingga secara langsung akan
baku untuk membuat dalam bentuk syrup berpengaruh terhadap rendahnya harga
mangga dengan merk (brand) yang dibuat pasar terhadap komoditas, dan berdampak
oleh pengusaha lokal yang bermukim di langsung rendahnya tingkat pendapatan
Medan. Konsumsi dari pada syrup-syrup petani.
mangga ini sangat digemari, sehingga Oleh karena diperlukan bantuan
permintaan syrup di hari-hari besar sangat stakeholder, terutama pemerintah dalam
besar. Kondisi ini memberikan refleksi menyediakan fasilitas teknologi pasca
terhadap peningkatan pendapatan panen agar petani merasa terbantu akan
produsen syrup yang mengelola mangga sifat produk on-farmnya, atau dengan
menjadi syrup (produk off-farm), pada sisi mengakomodir para petani dalam gapoktan
lain petani tidak menikmati nilai yang mampu mengolah komoditas sayur
pertambambahan tersebut, dikarenakan dan buah-buahan dalam bentuk
produksi yang dijual petani adalah dalam agroindustri hilir yang nilainya mempunyai
bentuk produk mangga (on-farm). Kondisi nilai tambah di dalam meningkatkan
ini membutuhkan kebijakan yang kesejahteraan petani dan bukan
sentralistik dari pemerintah daerah untuk kesejahteraan pengusaha yang padat modal.
mengakomodir petani dalam bentuk Kemudian bila di lihat dari aspek
gapoktan terhadap lahirnya pengolahan fungsi organisasi manajemen agribisnis di
mangga menjadi syrup-syrup. lingkungan petani memperlihatkan bahwa
Produksi urutan ketiga adalah secara umum petani di dalam mengelola
durian terjadi peningatan secara runtun usahatani horti belum menggunakan
waktu dari Tahun 2011 ke 2012 sebesar pembukuan usahatani yang cermat sebagai
3,28 %. Produksi banyak digunakan untuk alat bantu di dalam mengambil keputusan,
memenuhi konsumsi lokal, hinterland sehingga alokasi tenaga, dana dan waktu
maupun kota Medan. Konsumsi durian yang dicurahkan petani dan keluarga petani
dipergunakan juga sebagai bahan campuran di dalam mengelola usahatani tidak
untuk cake-cake lain yang banyak diperhitungkan sebagai faktor produksi
dimanfaatkan oleh produsen cake-cake yang yang dipergunakan dalam proses produksi,
berada di kota Medan. Tantangan yang sehingga yang menjadi ukuran keberhasilan
mendasar mengapa durian belum bisa yang dianggap petani benar adalah dari
diekspor adalah terutama pengelolaan besar kecilnya penerimaan yang diterima
pasca panen terhadap komoditas durian petani saja, dan bukan dari keuntungan
yang belum ditemukan, sehingga diperlukan yang diperoleh. Kondisi ini disebabkan
teknologi pasca panen yang dapat selain kurangnya pencatatan segala input
mempertahankan kualitas durian dalam faktor produksi dan sarana produksi yang
bentuk, aroma, warna serta tekstur yang terlibat pada petani yang keliru bukan
dapat mempertinggi harga, atau dengan dianggap sebagai pengorbanan biaya
mengolah durian menjadi produk-produk (opportunity cost)
agroindustri lain yang banyak member Pada aspek lain, jika petani sadar
akan kekurangan di dalam mengelola

11
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

produk hortikultura mereka, maka solusi petani belum melakukan pencatatan ke


yang harus ditempuh di dalam dalam pembukuan usahataninya.
meningkatkan kesejahteraan petani adalah KUD sebagai lembaga pendukung di
bagaimana petani sadar untuk menjadi dalam meningkatkan pendapatan petani,
anggota koperasi unit desa (KUD) yang belum dapat dianggap sebagai soko guru
mana dengan melalui lembaga KUD ini perekonomian, dikarenakan kurangnya
dimungkinkan untuk dapat dibantu segala kesadaran petani untuk menjadi anggota
yang mencakup kekurangan petani, dan KUD, dibuktikan masih banyak gabungan
pelaksanaan KUD secara tidak langsung kelompok tani (Gapoktan) hortikultura
akan menambah tingkat pendapatan di yang belum mempunyai lembaga KUD.
lingkungan petani yang menjadi angota KUD Saran
dari adanya distribusi sisa hasil usaha 1. Dibutuhkan kebijakan pemerintah
(SHU) dari KUD yang bersangkutan. daerah yang sinergisitas antar dan inter
Kendala apa yang terjadi di dinas pertanian, koperasi dan instansi
lingkungan petani hortikulrura untuk belum yang terkait untuk mensosialisasikan
menjadi dan membentuk KUD sebagai soko program pembinaan kepada petani
guru yang dapat meningkatkan hortikultura untuk sadar dan mau
kesejahteraan petani diperlukan untuk membentuk KUD yang sehat
diteliti lebih lanjut, sehingga dapat member 2. Khususnya Dinas Pertanian yang terkait
masukan kepada Dinas dan pemerintah untuk dapat menginventarisasi dan
daerah dalam meningkatkan frekuensi mensosialisasikan teknologi pasca
kunjungan kepada petani KUD untuk penen kepada petani horti agar mereka
mensosialisasikan bagaimana membentuk dapat mempertahankan dan mengawasi
KUD, apa syarat-syarat yang diperlukan sifat-sifat komoditasnya masing-masing
untuk membentuk KUD, serta bagaimana 3. Sudah saatnya petani diajari
mengurus administrasi pemilikan badan pembukuan usahatani yang sederhana
hukum dari KUD yang telah dibentuk. melalui stakeholder yang terkait,
sehingga mereka dapat memilahkan
KESIMPULAN DAN SARAN perhitungan biaya produksi dan
Kesimpulan sekaligus dapat mengambil keputusan
Perencanaan agribisnis komoditas yang tepat
hortikultura : sayur-sayuaran dan buah-
DAFTAR PUSTAKA
buahan yang dikaitkan dengan permintaan
A.T. Mosher, 1965 Menggerakkan dan
komoditas apa yang dibutuhkan pasar
membangun Pertanian, Penerbit
secara lambat laun petani semakin peka,
Yasaguna Aksara, Jakarta
dibuktikan dengan adanya pembudidayaan
komoditas baru yakni Jamur dari Tahun
Asahan dalam Angka, 2011 dan 2012, Biro
2011 ke Tahun 2012.
Pusat Statistika, Medan
Petani belum melakukan
pengawasan terhadap sifat-sifat produk Buku I Paradigma Pembangunan Pertanian
komoditas hortikultura : sayur-syuran dan Abad 21, 1997 Pembangunan
buah-buahan secara lebih efektif dan Pertanian Yang Berkebudayaan
efisien, dikarenakan bahwa petani terbatas Industri, Penerbit Kerjasama IPB
akan pengetahuan teknologi pasca panen, dengan Badan Perencana
sehingga cenderung menjual komoditasnya Pembangunan Nasional
secara lebih cepat.
Pengorganisasian sumber faktor Fadholi Hernanto, 1989 Ilmu Usahatani,
produksi tenaga kerja dalam keluarga yang Penerbit Penebar Swadaya, Jakart
terdiri dari : (suami, istri dan anak) yang
penuh bekerja dalam membudidayakan Harjadi S., H. K. Purwadaria dan S.
komoditas hortikultura sayur-sayuran dan Manuwoto, 1996. Pengembangan
buah-buahan, belum dihitung sebagai hortikultura berkebudayaan
pengorbanan biaya produksi, disebabkan industrial. Makalah Temu Pakar I
IPB Bappenas., Bogor
12
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.8 No.2/Oktober 2015 p-ISSN:1979-8164
Available onlinehttp://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Soeharto Prawirokusumo, 1997 Ilmu


Usahatani, penerbit BPFE, Jakarta

Tulus Tambunan, 2010, Pembangunan


Pertanian dan Ketahanan Pangan,
Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press) Jakarta

13

You might also like