Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BITUNG

Etmon Taalongonan

F.D.J. Lengkong

Alden Laloma

ABSTRACT
This research aims to get an overview or description of the implementation of the policy of the Ministry of health of
the poor in the HOSPITALS of the city of Bitung. The type of research used in this research is descriptive qualitative
approach method. Descriptive research aims to describe, summarize a variety of conditions, the situation or the
various variables that arise in society which became the object of the research. Penelitiaannya focus on the factor of
communication, resources, attitudes andbureaucratic structure.
Conclusions are in General, almost all indicators of policy implementation services Jamkesmas held
in Bitung city HOSPITALS already are good enough, the indicator of the system/equipment medical facilities are
already full enough. Meanwhile, implementing any policy stance is already pretty good and friendly in serving the
people who came for the medication, but became the indicator needs to be fixed is the slowness of the distribution
of the cards to the general wards of JAMKESMAS recipient JAMKESMAS card.
Then there are some factor restricting the achievement of success of implementation of the policy of the Ministry of
health of the poor in the HOSPITALS of the city of Bitung IE from external factors, such as lack of understanding of
the people about the ownership card JAMKESMAS.

Keywords: Healthcare, Policy Implementation

Pendahuluan masyarakat yang tidak tergolong miskin

Derajat kesehatan masyarakat miskin, mendapatkan kartu jaminan kesehatan (kartu

masih sangat rendah di Indonesia. Kondisi JAMKESMAS) dan masyarakat miskin tidak

rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin mendapatkan kartu Jaminan Kesehatan (kartu

ini, dapat kita lihat dari kualitas pelayanan JAMKESMAS), dan masih adanya alternative

kesehatan yang kurang berpihak pada lain seperti membeli obat bebas di warung tanpa

masyarakat miskin, seperti pelayanan yang melalui resep dokter. itu adalah bukti-bukti

kurang diakses, prosedur yang berbelit belit bahwa masyarakat kurang memahami manfaat

ketika pengurusan administrasi kesehatan, kartu Jaminan Kesehatan ( JAMKESMAS),

kurangnya sosialisasi oleh Rumah sakit dan Seperti kita ketahui biaya kesehatan yang

Puskesmas tentang pentingnya Program Jaminan meningkat dari waktu ke waktu menjadikan

Kesehatan bagi Masyarakat, kurang tepatnya warga miskin semakin jauh dalam hal

pemilihan kriteria target penerima manfaat kartu pencapaian pelayanan kesehatan. Kendala faktor

JAMKESMAS, diindikasikan terdapat sosial ekonomi ini memerlukan campur tangan


pemerintah dan pihak rumah sakit untuk ialah Untuk mendapatkan gambaran atau
melindungi warga miskin melalui kebijakan deskripsi tentang Implementasi Kebijakan
kesehatan. Kondisi ini bertolak belakang dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di
Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang RSUD kota Bitung.
System Jaminan Sosial Nasional yang Kebijakan public adalah sejumlah
mengamanatkan pemerintah untuk memberikan aktivitas pemerintah, baik secara langsung
perlindungan bagi fakir miskin, anak dan orang maupun melalui berbagai lembaga
terlantar serta orang tidak mampu yang mempengaruhi kehidupan masyarakat ( peters,
pembiayaan kesehatannya dijamin oleh 1984). Dengan defenisi ini ada tiga tingkat
pemerintah. pengaruh kebijakan public terhadap kehidupan
Upaya ± upaya pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu : 1). Pada tingkat pertama,
penduduk miskin, memerlukan penyelesaian adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang
menyeluruh dan perlu disusun strategi serta dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah, atau
tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang yang lain yang bertujuan menggunakan kekuatan
peduli terhadap penduduk miskin. public untuk mempengaruhi kehidupan warga
Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan masyarakat, adapun keputusan ini dibuat oleh
kesehatan miskin terutama di kota Bitung, anggota legislatif, presiden, gubernur,
diharapkan peran pemerintah kota dan pihak administrator serta pressure groups, dimana yang
rumah sakit dapat membantu dan mendukung dimunculkan pada level ini adalah sebuah
penyelenggaraan implementasi kebijakan kebijakan terapan. 2). Pada tingkat kedua, adanya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin output kebijakan. Pilihan kebijakan yang sedang
yang ada di kota Bitung. diterapkan pada tingkat ini membuat pemerintah
Pemerintah pusat menyediakan kebijakan melakukan pengaturan, menganggarkan,
pelayanan kesehatan, sedangkan pemerintah kota membentuk personil dan membuat regulasi
dapat berkontribusi memberikan pembiayaan dalam bentuk program yang akan mempengaruhi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang kehidupan masyarakat. Lebih lanjut menurut
mampu/miskin di kota Bitung. peter (1984) dalam penerapannya kebijakan
Permasalahan yang dirumuskan adalah tersebut memiliki berbagai instrument kebijakan
bagaimanakah Implementasi Kebijakan yaitu: 1). Hokum: 2). Pelayanan/jasa; 3). Dana;
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di 4). Pajak; dan 5). Persuasi yang digunakan bila
RSUD Kota Bitung ? dan Faktor-faktor yang instrument lain gagal mempengaruhi masyarakat.
mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kebijakan sebagai perilaku aktor dalam kegiatan
Pelayanan Masyarakat Miskin ?. Berdasarkan tertentu, yang di maksud dengan aktor adalah
perumusan masalah maka tujuan penelitian ini berupa individu, atau organisasi pemerintah
maupun non pemerintah. Demikian pula dengan Beberapa konsep kebijakan public yang telah
kegiatan tertentu di artikan sebagai kegiatan dikemukakan di atas sangat varitif sifatnya, maka
administratif, politis, ekonomis,dll, (Anderson, dunn (1999) menyimpulkan bahwa kebijakan
dalam abdulwahab,1997). Sedangkan carl public merupakan serangkaian pilihan yang
friedrich memandang kebijakan sebagai suatu kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan
arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, untuk tidak berbuat ) yang dibuat oleh badan-
kelompok atau pemerintah dalam suatu badan atau kantor-kantor pemerintah,
lingkungan tertentu yang memberikan hambatan- diformulasikan dalam bidang-bidang isu (issue
hambatan dan peluang-peluang terhadap areas) yaitu arah tindakan actual atau potensial
kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dari pemerintah yang didalamnya terkandung
dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu konflik diantara kelompok masyarakat.
tujuan yang atau merealisasikan suatu sasaran Model yang digunakan sebagai dasar
atau suatu maksud tertentu. Defenisi yang tema penelitian ini ialah turunan model
diberikan oleh friedrich ini menyangkut dimensi implementasi top-down yang disebut
yang luas karena kebijakan tidak hanya dipahami directandindirectimpact on implementation yaitu
sebagai tindakan yang dilakukan oleh model teori yang dikembangkan oleh George C.
pemerintah, tetapi juga oleh kelompok maupun Edwards III (1990). Menurut pandangan Edwards
oleh individu (Winarno, 2012). III (dalam Subarsono,2011, h.90), implementasi
David Easton (Dye, 1987) kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang
mendefenisikan kebijakan sebagai akibat saling berhubungan satu sama lain, diantaranya :
aktivitas pemerintah ( the impact of goverment 1. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa
practices). Sedangkan Carl I. Friedrich ( dalam setiap kebijakan akan dapat di laksanakan dengan
Winarno, 2012) mendefinisikannya sebagai baik jika terjadi komunikasi efektif antara
serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, pelaksana program(kebijakan) dengan para
kelompok, atau pemerintah dalam suatu kelompok sasaran(target group). Tujuan dan
lingkungan tertentu dengan ancaman dan peluang sasaran dari program/kebijakan dapat di
yang ada, kebijakan yang diusulkan tersebut sosialisasikan secara baik sehinggah dapat
ditunjukkan untuk memanfaatkan potensi menghindar adanya distorsi atas kebijakan dan
sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam program.
rangka mencapai tujuan tertentu. 2. Sumber Daya, yaitu menunjukan setiap
Kebijakan publik menurut Thomas Dye kebijakan harus d dukung oleh sumber daya yang
(1987) adalah apapun pilihan pemerintah untuk memadai, baik sumber daya manusia maupun
melakukan atau tidak melakukan (public policy is sumber daya finansial. Sumber daya manusia
whatever governments choose to do or not to do). adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas
implementor yang dapat melingkupi seluruh implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi
kelompok sasaran. Sumber daya finansial adalah ini mencangkup dua hal penting pertama adalah
kecukupan modal investasi atas sebuah mekanisme, dan struktur organisasi pelaksana
program/kebijakan. Keduanya harus diperhatikan sendiri. Mekanisme implementasi program
dalam implementasi program/kebijakan biasanya sudah ditetapkan melalui standar
pemerintah. Sebab tanpa kehandalam operating procedur (SPO) yang dicantumkan
implementor, kebijakan menjadi kurang kurang dalam guideline program/kebijakan. SOP yang
enerjik dan berjalan lambat dan baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas,
seadanya.sedangkan sumber daya finansial sistematis, tidak berbelit dan mudah di pahami
menjamin keberlangsungan program/kebijakan. oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam
Tanpa ada dukungan finansial yang memadai, bekerjanya implementor. Sedangkan struktur
program tak dapat berjalan efektif dan cepat organisasi pelaksana pun sejauh mungkin
dalam mencapai tujuan dan sasaran. menghindari hal yang berbelit, panjang dan
3. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus
yang menempel erat kepada implementor dapat menjamin adanya pengambilan keputusan
kebijakan/program. Karakter yang penting atas kejadian luar biasa dalam program secara
dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, cepat. Dan hal ini hanya dapat lahir jika struktur
komitmen dan demokratis. Implementor yang didesain secara ringkas dan fleksibel
memiliki komitmen tinggi dan jujur akan PHQJKLQGDUL ³ YLUXV ZHEHULDQ´ \DQJ NDNX WHUODOX
senantiasa bertahan diantara hambatan yang di hirarkhis dan birokratis.
temui dalam program/kebjakan. Kejujuran
Keempat variabel diatas dalam model
mengarahkan implementor untuk tetap berada
yang di bangun oleh Edward memiliki
dalam baras program yang telah digariskan dalam
keterkaitan satu dengan yang lain dalam
guideline program. Komitmen dan kejujurannya
mencapai tujuan dan sasaran program/kebijakan.
membawa semakin antusias dalam melaksanakan
Semuanya saling bersinergi dalam mencapai
tahap-tahap program secara konsisten. Sikap
tujuan dan satu variabel akan sangat
yang demokratis akan meningkatkan kesan baik
mempengaruhi variabel yang lain. Misalnya saja,
implementor dan kebijakan dihadapan anggota
impementor yang tidak jujur akan mudah sekali
kelompok sasaran. Sikap ini akan menurunkan
melakukan mark up dan korupsi atas dana
resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan
program/kebijakan dan program tidak dapat
rasa percaya dan kepedulian kelompok sasaran
optimal dalam mencapai tujuan. Begitupun ketika
terhadap implementor dan program/kebijakan.
watak dari implementor kurang demokratis akan
4. struktur birokrasi, menunjuk bahwa
struktur birokrasi menjadi penting dalam
sangat mempengaruhi proses komunikasi dengan tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,
kelompok sasaran. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
METODE PENELITIAN
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
Jenis penelitian yang digunakan dalam yang alamiah dan dengan memanfaatkan
penelitian ini ialah metode deskriptif dengan berbagai metode alamiah. Penelitian ini hanya
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dalam menggambarkan apa adanya tentang suatu
Bungin (2001, h.48) bertujuan untuk variabel, gejalah, keadaan, dan tidak bermaksud
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, menguji hipotesis.
situasi atau berbagai variabel yang timbul di Adapun model atau pendekatan yang
masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. digunakan untuk mengkaji implementasi
Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu kebijakan adalah pendekatan masalah
ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi dan implementasi ( implementation problems
variabel tertentu. approach) yang dikemukakan oleh edward iii
Dalam melaksanakan penelitian dengan (1984) dengan mengamati factor-faktor yang
pendekatan kualitatif sesuai dikutip dalam mendukung dan menghambat implementasi
Moleong(2007, h.8), seorang peneliti harus kebijakan program jamkesmas. Sehubungan
memperhatikan ciri-ciri yang mencangkup latar dengan maksud tersebut, Edward iii merumuskan
alamiah, manusia sebagai alat atau instrumen, empat factor yang merupakan syarat utama
metode kualitatif, analisa deskriptif, lebih keberhasilan proses implementasi, yakni
mementingkan proses daripada hasil, adanya komunikasi, sumber daya, sikap aparat
kriteria khusus untuk keabsahan data, desain pelaksana, dan struktur birokrasi termasuk tata
yang bersifat sementara serta hasil penelitian aliran kerja birokrasi.
yang dirundingkan dan disepakati bersama. Pada dasarnya fokus dari penelitian dengan
Dalam penelitian ini lokasi penelitian MXGXO´ LPSOHPHQWDVL NHELMDNDQ SHOD\DQDQ
dilaksanakan di desa Manembo-nembo, kota kesehatan masyarakat miskin di RSUD kota
Bitung. Sedangkan situs penelitian ini yaitu di Bitung. Perlu fokus penelitian ini adalah untuk
RSUD kota Bitung. mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui
program JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan
Masyarakat) di RSUD kota Bitung.
A. Jenis Penelitian 6WDKKRSH 3HQJHUWLDQ ³SHOD\DQDQ´
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. \DQJ EHUDUWL ³XVDKD PHOD\DQL NHEXWXKDQ RUDQJ
Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian ODLQ´ DWDX GDUL SHQJHUWLDQ ³PHOD\DQL´ \DQJ EHUDUWL
yang bermaksud untuk memahami fenomena ³PHPEDQWXFPHQ\LDSNDQ PHQJXUXVi) apa yang
GLSHUOXNDQ VHVHRUDQJ´ 6HGDQJNDQ SHQJHUWLDQ karena itu jumlah kelompok ini dalam suatu
kesehatan menurut Undang-undang Nomor 23 populasi sangat besar(lebih kurang 85
tahun 1992, pasal 1 ayat 1 adalah keadaan %).Pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health
memungkinkan setiap orang produktif secara service), atau juga merupakan pelayanan
sosial ekonomi. Jadi pengertian kesehatan kesehatan primer atau utama (primary health
cakupannya sangat luas,mencakup sehat fisik care).Contohnya : Puskesmas, Puskesmas
maupun non fisik (jiwa, sosial ekonomi). keliling, puskesmas pembantu.
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan 2). Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary
kesehatan yang tujuan utamanya adalah health services). Pelayanan kesehatan jenis ini
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak
masyarakat. dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
Menurut levei dan loamba (dalam Azrul 1996, primer.Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah
h.35), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya Sakit tipe D dan memerlukan tersedianya tenaga-
yang diselenggarakan sendiri atau secara tenaga spesialis.
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
3). Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
health service). Pelayanan kesehatan ini
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
diperlukan untuk kelompok masyarakat atau
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh
kelompok dan ataupun masyarakat.
pelayanan kesehatan sekunder.Pelayanan sudah
Menurut Azwar (1996: 37) :Sistem
kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super
pelayanan kesehatan merupakan jaringan
spesialis. Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan
pelayanan interdisipliner, komprehensif, dan
Rumah sakit tipe B.
kompleks, terdiri dari aktivitas diagnosis,
treatmen, rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan,
dan pencegahan untuk masyarakat pada seluruh ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak
kelompok umur dan dalam berbagai keadaan. berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam
A. Bentuk pelayanan kesehatan suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila
1). Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary pelayanan kesehatan primer tidak dapat
health care). Pelayanan kesehatan jenis ini melakukan tindakan medis tingkat primer maka
diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan tingkat pelayanan diatasnya, demikian
kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu
pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan c. Dari Puskesmass Pembantu dapat langsung
yang lain ini disebut rujukan. merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah
Sakit Swasta
Sistem RujukanMenurut SK Menteri
d. Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik
Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan
perawat, Puskesmass, RB, BP dapat langsung
adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
Sakit Swasta
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari e. Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa
unit yang berkemampuan kurang kepada unit menangani dapat langsung merujuk ke Rumah
yang lebih mampu atausecara horizontal dalam Sakit tipe A/B.
arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya.
Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal PEMBAHASAN
yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga Undang-Undang Dasar 1945 dan
masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang
sarana, bahan-bahan laboratorium, dan System Jaminan Social Nasional pada prinsipnya
sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti dimaksudkan memberikan arah dan pedoman
berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang dilaksanakan Pemerintah dan jajarannya.
yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota)
diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang juga diwajibkan menyediakan fasilitas pelayanan
setingkat. Jalur Rujukan Dalam kaitan ini jalur kesehatan berupa jaminan kesehatan masyarakat
rujukan untuk kasus gawat darurat dapat (JAMKESMAS) Daerah, agar seluruh
dilaksanakan sebagai berikut : masyarakat Indonesia dapat memenuhi standar
a. Dari kader dapat langsung merujuk ke kesehatan mereka dan masyarakat berhak
Puskesmass Pembantu, Pondok bersalin atau memperoleh perlindungan terhadap
Bidan Desa, Puskesmass Rawat Inap, dan Rumah kesehatannya dan Negara bertanggung jawab
sakit pemerintah atau swasta. mengatur agar terpenuhi agar terpenuhi hak hidup
b. Dari posyandu dapat langsung menuju ke sehat bagi penduduknya termasuk bagi
Puskesmass Pembantu, Pondok bersalin atau masyarakat miskin dan tidak mampu. dengan
Bidan Desa, Puskesmass Rawat Inap, dan Rumah dimasukkannya System Jaminan Social Nasional,
sakit pemerintah atau swasta. menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah
dan pemangku kepentingan terkait memiliki
komitmen yang besar untuk mewujudkan
kesejahteraan social bagi seluruh rakyatnya.
karena melalui System Jaminan Nasional sebagai dengan jelas pula oleh implementor, target group,
salah satu bentuk perlindungan social pada dan pihak lain yang berkepentingan, terutama
hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh berkaitan dengan maksud, tujuan dan sasaran
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar kebijakan public yang akan diimplementasikan.
hidup yang layak. pelaksanaan jamkesmas Menurut informan kunci seperti Kepala
mengikuti prinsip penyelenggaraan sebagaimana Seksi Rekam Medic di RSUD Kota Bitung
yang di atur dalam UU System Jaminan Social menyatakan bahwa :
Nasional, yaitu dikelola secara Nasional, Nirlaba, menurut kami, penerapan dimensi komunikasi
Portabilitas, Transparan, Efektif Dan Efisien. dalam proses Implementasi Kebijakan Pelayanan
Hasil penelitian yang diperoleh melalui JAMKESMAS di RSUD Kota Bitung ini
wawancara, kusioner, observasi, dan studi GLVDPSDLNDQ VHFDUD WUDQVSDUDQ GDQ WHUEXND´
dokumentasi menunjukkan bahwa implementasi berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat
kebijakan pelayanan kesehatan masyarakat dipahami bahwa informasi yang dikembangkan
miskin di rsud kota bitung sudah dilaksanakan oleh manajemen pada RSUD kota Bitung telah
dengan baik dan benar, serta sudah memenuhi terpola dengan baik dari system sehingga
kriteria yang efektif dan efisien, rasional sesuai memudahkan dan mempercepat pelaksanaan
kebutuhan atau keluhan dari masyarakat tersebut. kebijakan untuk mengimplementasikan substansi
ini dapat memberikan petunjuk bahwa penerapan program/kebijakan pelayanan Jamkesmas. begitu
pelayanan Jamkesmas di RSUD kota Bitung pula dari informasi unsure masyarakat
sudah dilakukan secara tepat, maka dalam menyatakan bahwa implementasi kebijakan
mengelola pelayanan atau menerapkan pelayanan Jamkesmas sudah dikomunikasikan
implementasi kebijakan ada 4 (empat) hal penting dan disosialisasikan dengan baik kepada
yang secara intergrative merupakan satu kesatuan masyarakat. hanya saja saat penerimaan kartu
yang tidak terpisahkan yaitu : JAMKESMAS belum tepat sasaran, karena
a. Dimensi Komunikasi masih banyak masyarakat miskin yang tidak
komunikasi merupakan sarana untuk menjadikan mendapatkan kartu JAMKESMAS.
pelaksana kebijakan memahami apa yang Dengan demikian, implementasi
seharusnya mereka lakukan. setiap kebijakan kebijakan pelayanan Jamkesmas dari dimensi
yang akan diimplementasikan dapat disalurkan komunikasi sudah dikomunikasikan dengan baik
kepada orang-orang yang tepat melalui oleh pihak dinas kesehatan dan pihak rumah
komunikasi yang harus dinyatakan dengan jelas, sakit.
tepat, dan konsisten. komunikasi yang jelas, tepat b. sumber daya
dan konsisten diharapkan dapat efektif dalam sumber daya dalam konteks implementasi
menyampaikan informasi yang dapat diterima kebijakan pelayanan Jamkesmas terdiri dari
sumber daya manusia, mulai dari pimpinan diberi, siapa melakukan apa dan melapor kepada
sampai pada pegawai pelaksana, peralatan, siapa, mekanisme koordinasi formal dan pola
fasilitas kerja, material financial dan LQWHUDNVL \DQJ DNDQ GLLNXWL´
kewenangan. tanpa sumber daya yang memadai, pemerintah sangat sulit mencegah pengaruh nilai-
dapat dipastikan kebijakan tidak dapat nilai dan kepentingan umum yang semestinya
diimplementasikan secara efektif. lebih diutamakan pelayanannya dan kepuasaan
untuk mengimplementasikan kebijakan para pengguna pelayanan, karena dalam
pelayanan Jamkesmas, maka rsud kota bitung penerapan pelayanan public yang dilakukan
didukung oleh sumber daya yang cukup memadai pemerintah lebih bersifat monopoli, maka
dan berkualitas karena para petugas berlatar keinginan untuk meningkatnya kualitas
belakang pendidikan kesehatan yang tepat pelayanan cenderung kurang bermutu. lebih
bagian/jabatan fungsional di RSUD kota Bitung. celaka lagi apabila pihak penyelenggara Negara
dari aspek peralatan dan fasilitas kerja, yang menerapkan program justru memanfaatkan
ternyata rumah sakit dapat dikatakan sudah cukup untuk kepentingan lain atau kepentingan
lengkap peralatan medis dan peralatan kerja pribadi/kelompok tertentu. menghadapi
lainnya untuk menunjang implementasi persoalan mengenai lebih mengutamakan
kebijakan pelayanan Jamkesmas. kepuasan pelanggan internal, terutama kepuasan
c. disposisi (sikap aparat pelaksana): pimpinan organisasi ataukah harus
salah satu dimensi dari implementasi kebijakan mengutamakan kepuasan masyarakat luas, semua
yang menentukan keberhasilan atau kegagalan ini adalah permasalahan yang biasa timbul di area
implementasi adalah sikap aparat pelaksana penerapan pelayanan public.
kebijakan itu sendiri. hal ini terkait dengan berdasarkan hasil penelitian yang
keinginan atau tekat para pelaksana dalam dilakukan menunjukkan bahwa penerapan
melaksanakan dan menerapkan substansi pelayanan Jamkesmas di RSUD kota Bitung pada
kebijakan yang akan diimplementasikan. umumnya sudah dilaksanakan dengan cukup baik
d. struktur organisasi pelaksana kebijakan dan benar sesuai dengan peraturan Mentri
struktur organisasi adalah system formal dari Kesehatan Republic Indonesia nomor
beberapa hubungan dan tugas dan otoritas untuk 903/menkes/per/V/2011 tentang pedoman
mengendalikan orang-orang organisasi dan program Jaminan Kesehatan Masyarakat, UU
mengkoordinir tindakan-tindakan mereka dalam nomor 40 Tahun 2004 tentang System Jaminan
menggunakan sumber daya untuk mencapai Social Nasional. ini mempunyai makna bahwa
tujuan organisasi (Jones,2003). Robbins (1994) Implementasi Kebijakan Pelyanan Kesehatan
mengemukakan bahwa struktur organisasi adalah Masyarakat Miskin di RSUD kota Bitung pada
³VXDWX V\VWHP SHQHUDSDQ WXJDV-tugas yang akan
umumnya telah dilaksanakan dengan baik dan indicator yang perlu di perbaiki adalah lambatnya
benar. penyaluran kartu JAMKESMAS dari kelurahan
Namun dari hasil wawancara dan data kepada masyarakat penerima kartu
dokumtasi, masih ditemukan beberapa JAMKESMAS.
kelemahan dan kendala dalam penerapan2) ada beberapa factor penghambat pencapaian
pelayanan Jamkesmas, dimana masih banyak keberhasilan Implementasi Kebijakan Pelayanan
masyarakat miskin yang belum mendapatkan Kesehatan Masyarakat Miskin di RSUD kota
kartu JAMKESMAS, ini diakibatkan oleh Bitung yaitu dari factor eksternal, seperti
kelalaian dari pemerintah yang tidak efektif kurangnya pemahaman masyarakat tentang
dalam menentukan siapa yang sebenarnya berhak kepemilikan kartu JAMKESMAS.
untuk mendapatkan kartu JAMKESMAS
Saran
tersebut, sehingga masih banyak terdapat
Mengacu pada hasil temuan dalam
kecurangan yang dapat merugikan masyarakat,
penelitian ini, maka dipandang perlu untuk
khususnya masyarakat miskin. kendala lain yaitu
memberikan beberapa saran, yaitu sebagai
lamanya pemberian kartu JAMKESMAS dari
berikut :
masing-masing kelurahan kepada masyarakat
peserta Jamkesmas sehingga masyarakat banyak 1) implementor perlu lebih mengoptimilkan
yang tidak mengetahui bahwa mereka memiliki sumber daya dari unsur peralatan medis agar
kartu JAMKESMAS. proses Implementasi Kebijakan Pelayanan
Jamkesmas berjalan dengan lebih baik sehingga
Kesimpulan
kinerja pelayanan dapat dicapai secara optimal,
Berdasarkan hasil penelitian kepada 13
efisien dan efektif.
orang informan tentang implementasi kebijakan
2) untuk mengatasi factor penghambat
pelayanan kesehatan masyarakat miskin di rsud
seperti kurangnya pemahaman masyarakat dan
kota bitung, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai
lamanya penyaluran kartu JAMKESMAS kepada
berikut :
pengguna kartu JAMKESMAS maka disarankan
1) secara umum, hampir semua indicator dari
kepada Pemerintah kota Bitung agar melakukan
implementasi kebijakan pelayanan Jamkesmas
koordinasi dan pembinaan kepada instansi/dinas
yang diselenggarakan di RSUD kota Bitung
terkait serta mengoptimilkan sosialisasi kepada
sudah cukup baik, indicator dari system
masyarakat.
fasilitas/peralatan medis sudah cukup lengkap.
sementara itu, sikap pelaksana kebijakan pun
DAFTAR PUSTAKA
sudah cukup baik dan ramah dalam melayani
masyarakat yang datang berobat, namun menjadi
Abdul Wahab, Solichin. (1997). Analisis Parson, W. (1997) Public Policy, An
Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Introduction to the Theory and Practice of
Implementasi kebijaksanaan Negara. Jakarta : Policy Analysis. U.K, Aldershot Edward Elgar
Bumi Aksara. Publishing

Subarsono, AG. (2011) Analisis Kebijakan


Agustino, Leo. (2008) Dasar-Dasar Kebijakan
Publik. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Publik. Bandung, Alfabeta
Winarno, Budi. 2012, Kebijakan Publik, (Teori,
Azwar, Asrul. (1996) Menjaga Mutu Pelayanan
Proses, Dan Studi Kasus).yogyakarta.CAPS
Kesehatan. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Sumber lain:
Bungin, Burhan. (2001) Metodologi Penelitian
Sosial: Format-format Kuantitatif dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Kualitatif. Surabaya, Airlangga University Press Indonesia Tahun 1945.

Dye, Thomas R. 1987. Policy Analysis. USA: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
The University of Alabama Press Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Denhard, Janet Vinzant And Robert B. Denhardt. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
2003. The New Public Service: Serving, Not Sistem Jaminan sosial
Stering. M.E. sharpe, inc.: new york. Nasional.

Edward III, George C.1980. Implementing


Public Policy. Washington, Congressional
Quartely Press

Moleong J. Lexy. (2007) Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

You might also like