Jurnal 10

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Andalas Dental Journal P a g e | 20

ARTIKEL PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN GIGI


METODE DONGENG (STORYTELLING) DENGAN METODE BERMAIN
PERAN (ROLE PLAY) PADA SISWA KELAS 3 SEKOLAH DASAR

Resti Khairani1, Nur Indrawati Lipoeto2, Bambang Ristiono1

Abstract

Background and purpose: Dental caries is a problem that often arises in children. One contributing factor is
the child's behavior. Behavior began to form of knowledge, and knowledge to stimulate a change in attitude and
action. The knowledge of elementary school children about dental health at the level of bad and less. Children
have characteristics consistent with the cognitive development, is one of the aspects to be considered in
determining the appropriate target education and the education methods will be used. The purpose of this
education is to see the difference in the effectiveness of storytelling method and role play method as an method
of dental and oral health education on a 3rd grade elementary school. Material and Methods: The research
method was quasi experimental with pretest and posttest design. Samples were taken by using purposive
sampling technique with a sample of 54 students in grades 3 SDN 22 Andalas Padang. The samples were
divided into 2 groups with different treatment, 27 students with storytelling method and 27 students with role
play method. The level of knowledge was measured through filled questionnaires before and after education.
Analysis of the data used is paired T test and independent T test (p <0.05). Results and conclusions: results
analysis of test showed a significant increase in knowledge (p <0.05) after being given an education on each
method with a significance value of 0.000. The average change knowledge in the storytelling method was 14.26
± 4.09 while the role play method was 17.96 ± 3.99. There are differences in effectiveness between the two
methods of education to increase knowledge with a significance value of 0.001 (p <0.05). The conclusion of this
study is role play as a method of dental and oral health education is an effective method to increasing
knowledge.

Keywords:role play, storytelling, education, elementary school students

Affiliasi penulis : 1. Fakultas Kedokteran Gigi aktifitas seperti berbicara, makan, dan
Universitas Andalas, 2. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas bersosialisasi tidak akan terganggu karena
Korespondensi: Resti Khairani, email: terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan
khairaniresti95@gmail.com Telp: 081276913196
malu. Kenyataannya sampai saat ini
tingkat kesehatan gigi dan mulut
PENDAHULUAN masyarakat Indonesia masih rendah. Hal
Kesehatan gigi dan mulut ini terlihat dari peningkatan angka
merupakan bagian dari kesehatan jasmani penduduk Indonesia yang memiliki
yang tidak dapat dipisahkan satu dan masalah gigi dan mulut pada tahun 2007
lainnya karena akan mempengaruhi tubuh sebanyak 23% sedangkan pada tahun 2013
1
secara keseluruhan . Dengan memiliki sebanyak 26% 2. Hasil Riset Kesehatan
gigi dan mulut yang sehat, beberapa Dasar tahun 2013, menunjukkan kebiasaan
Andalas Dental Journal P a g e | 21

menyikat gigi dengan benar penduduk penting meliputi pengetahuan, sikap, dan
Indonesia hanya 2,3%, dan rata-rata indeks tindakan. Perilaku mulai terbentuk dari
DMF-T Indonesia adalah 4,6. Salah satu pengetahuan, kemudian pengetahuan
prevalensi penyakit gigi dan mulut yang menstimulus perubahan sikap dan tindakan
8
tinggi adalah karies gigi. Studi .
epidemiologi mengenai karies Berdasarkan penelitian Hastuti
menunjukkan bahwa prevalensi karies (2010) pada anak SD di Kecamatan Sambi
3
meningkat pada negara berkembang . Kabupaten Boyolali pengetahuan anak
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun tentang kesehatan gigi berada pada
2007, menunjukkan bahwa prevalensi tingkatan buruk dan kurang dan hasil
nasional karies aktif adalah 43,4% dan penelitian Afif Hamdalah (2013) pada
pengalaman karies sebesar 67,2%. siswa SDN 2 Patrang Kabupaten jember
Diprovinsi Sumatera Barat prevalensi tentang pengetahuan siswa mengenai
karies aktif mencapai 41,6% dan kesehatan gigi hanya 11,54% responden
pengalaman karies sebesar 70,6% 4. memiliki pengetahuan tinggi. Pengetahuan
Karies gigi merupakan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada
permasalahan gigi yang sering timbul tidak anak merupakan salah satu faktor
hanya pada orang dewasa tetapi juga penyebab terjadinya karies. Pengetahuan
dialami oleh anak-anak. Oral hygiene yang anak tentang karies berhubungan dengan
buruk dapat menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit karies. Oleh karena itu,
resiko terjadinya karies. Di dunia 60-90% diperlukan suatu upaya untuk peningkatan
5
anak sekolah mengalami karies . Di pengetahuan anak tentang kesehatan gigi
Indonesia 28,9% anak Indonesia usia 5-9 dan mulut agar dapat mengendalikan
tahun mengalami masalah gigi dan mulut tingginya karies pada anak. Salah satu
6
, sedangkan di provinsi Sumatera Barat upaya meningkatkan pengetahuan dan
menunjukkan 23,5% anak usia 5-9 tahun mencegah masalah kesehatan gigi dan
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah dengan upaya
mulut 7. Sebagian besar anak-anak tidak preventif dengan cara memberikan
menyadari dan tidak tahu pentingnya pendidikan kesehatan gigi dan mulut
menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan 9. Salah satu sasaran
dikarenakan anak-anak masih sangat dari penyuluhankesehatan gigi dan mulut
bergantung pada orang tua dalam menjaga adalah anak-anak usia 8-11 tahun yang
kesehatan gigi dan mulut. Dalam duduk di bangku kelas 3-5 Sekolah Dasar.
perubahan perilaku terdapat tiga domain Usia tersebut merupakan usia kritis
Andalas Dental Journal P a g e | 22

terhadap terjadinya karies gigi permanen, adalah cerita fiktif sederhana yang tidak
karena masa transisi pergantian gigi susu benar-benar terjadi yang berfungsi untuk
ke gigi permanen diawali pada usia mendidik juga menghibur13. Metode
tersebut. Anak-anak juga cenderung bercerita ini sangat berpengaruh dan
mengkonsumsi makanan kariogenik disukai dalam pengajaran terhadap anak.
seperti coklat, permen, dan kue-kue yang Berdasarkan penelitian Mehrdad Ghaffari
lengket, jika dikonsumsi berulang bisa Targhi (2015) pada siswa SD dijelaskan
mengakibatkan kerusakan pada gigi anak bahwa metode dongeng memiliki efek
9
.Dengan diberikannya penyuluhan tentang yang lebih signifikan dibandingkan dengan
kesehatan gigi dan mulut pada usia metode ceramah terhadap perubahan
tersebut anak-anak mengerti untuk pengetahuan, sikap dan praktek dalam
menjaga kesehatan gigi agar tetap pendidikan kesehatan gigi dan mulut.
berfungsi dengan baik sampai usia tua. Hasil penelitian Raafi’ud Darajat (2012)
Anak-anak sebagai sasaran penyuluhan pada siswa SD penggunaan metode
memiliki karakteristik tertentu sesuai dongeng dapat meningkatkan pengetahuan
dengan usia dan perkembangan 61% siswa yang mengikuti penyuluhan.
kognitifnya. Anak usia 7-11 tahun berada Bermain merupakan suatu kegiatan dengan
pada tahap perkembangan operasional atau tanpa menggunakan sesuatu dimana
konkrit, yang sudah bisa menggunakan diberikan kesenangan, informasi, dan
14
penalaran, memecahkan masalah nyata imajinasi terhadap sesuatu tersebut .Hasil
10
(konkret), dan memahami sebab akibat . penelitian oleh Makuch (2001) pada anak-
Sehingga metode, pendekatan, dan media anak SD di Inggris menunjukkan bahwa
yang digunakan untuk membantu proses metode bermain telah menjadi pelopor
pendidikan pada anak harus disesuaikan kesehatan dalam promosi kesehatan gigi
supaya apa yang disampaikan dapat dan mulut. Salah satu metode bermain
diterima secara efektif dan penerima yaitu metode bermain peran. Berdasarkan
memahami materi pendidikan. penelitian Shilpa dan Swamy (2015) pada
Metode penyuluhan dapat siswa Sekolah Dasar bermain peran
digunakan sebagai alat, strategi, dan merupakan strategi pendidikan yang
motivasi peserta didik agar dapat dengan efektif dalam menanamkan pengetahuan
cepat menerima informasi. Terdapat kesehatan gigi dan mulut pada anak
berbagai metode untuk penyuluhan Sekolah Dasar. Hasil penelitian Astuti
kesehatan diantaranya metode bermain (2014)pada anak SD metode bermain
11 12
peran , dan metode dongeng . Dongeng peran (Role Play) lebih efektif
Andalas Dental Journal P a g e | 23

dibandingkan dengan metode dongeng METODE


(Storytelling) dalam meningkatkan prestasi Jenis penelitian yang digunakan
siswa Sekolah dasar. adalah penelitian quasi eksperimental
Berdasarkan laporan Dinas dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang
Kesehatan Kota Padang tahun 2015 siswa kelas 3 SDN 22 Andals Kota
menunjukkan Puskesmas Andalas dengan Padang. Penelitian ini difokuskan untuk
kasus karies terbanyak yaitu 662 kasus membandingkan perbedaan peningkatan
karies dari dua puluh dua puskesmas di pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi
kota Padang. Hasil screening Puskesmas melalui metode dongeng (storytelling) dan
Andalas pada seluruh sekolah binaan metode bermain peran (role play).
Puskesmas Andalas menunjukkan SDN 22 Pengumpulan data dari responden
Andalas Padang memiliki angka kejadian penelitian untuk dicocokkan dengan
karies tertinggi yaitu sebanyak 50 kasus. kriteria penelitian. Penelitian ini dibagi
Anak-anak kelas 3 Sekolah Dasar berada atas dua kelompok yaitu kelompok metode
pada masa transisi tumbuh kembang gigi dongeng (storytelling) dan kelompok
dan perkembangan kognitif operasional bermain peran (role play). Penelitian
konkret, masa ini disebut perkembangan dilakukan pada tempat yang berbeda untuk
intelektual dan pada usia ini daya ingatan masing-masing kelompok. Pada saat hari
anak mencapai intensitas terbesar, terbaik, penelitian, peneliti menjelaskan maksud
dan terkuat 10 dan siswa kelas 3 Sekolah dan tujuan peneliti. Setelah itu, peneliti
Dasar umumnya masih menggunakan meminta siswa yang bersedia mengikuti
kurikulum 2006 sedangkan kelas 4 penyuluhandan wali kelas pada masing-
Sekolah Dasar sudah menggunakan masing kelompok untuk mengisi lembar
kurikulum 2013. Sejauh yang peneliti persetujuan mengikuti penelitian, serta
ketahui belum ada penelitian yang serupa peneliti melakukan pre test pada siswa
dengan yang akan peneliti lakukan. tentang kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik Pengumpulan dilakukan langsung setelah
untuk meneliti perbandingan efektifitas pemberian pre test tanpa memberi tahu
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut masing-masing kelompok akan diberikan
metode dongeng (storytelling) dengan post test. Masing-masing kelompok
metode bermain peran (role play) pada diberikan pendidikan kesehatan dengan
siswa kelas 3 SD. metode dongeng (storytelling) atau
bermain peran (role play) sesuai dengan
kelompoknya. Pada kelompok metode
Andalas Dental Journal P a g e | 24

dongeng, responden penelitian hanya


sebagai pengamat selama penceritaan
dongeng. Pada kelompok bermain peran,
responden penelitian berperan aktif
menjadi tokoh-tokoh yang ada di skenario
bermain peran. Responden akan dibagi
menjadi 7 kelompok, masing-masing
Data diatas menunjukkan
kelompok terdiri dari 4 orang untuk
responden terbanyak adalah yang
memerankan 4 karakter tokoh sesuai
perempuan yang berjumlah 28 orang.
skenario. Pada masing-masing kelompok
setelah 20 menit diberikan penyuluhan Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan
kesehatan dan mulut dilakukan post test Sebelum Dan Setelah Penyuluhan Dengan
dengan pertanyaan yang sama pada Metode Dongeng (Storytelling) (Hasil Uji
masing-masing kelompok. Semua hasil Paired T Test)
post test pada subjek masing-masing
kelompok dikumpulkan. Pengolahan data
dan analisa

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1 Karakteristik Responden


Berdasarkan Umur Berdasarkan tabel hasil uji paired T
test di atas didapatkan nilai rata-rata pre
test adalah 64,81, dan nilai rata-rata post
test adalah 79,07. Perbedaan nilai pre test
dan post test sebesar 14,26. Tabel diatas
juga menunjukkan nilai p= 0,000, karena
nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara
Data diatas menunjukkan hasil pre test dan post test penyuluhan
responden terbanyak dari jumlah kesehatan gigi dengan metode dongeng
responden adalah umur 9 tahun yang (storytelling).
berjumlah 38 orang. Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Sebelum Dan Setelah Penyuluhan Dengan
Berdasarkan Jenis Kelamin Metode Bermain Peran (Role Play) (Hasil
Andalas Dental Journal P a g e | 25

Uji Paired T Test) Kelas 3B n rata- sebelum dan setelah penyuluhan kesehatan
rata±Std Δх±Std IC 95% p Pre Test 27 gigi menggunakan metode dongeng
68,89±10,13 17,96±3,99 16,39±19,54 (storytelling) pada kelas IIIA dan metode
0,000 Post Test 27 86,85±9,32 bermain peran (role play) pada kelas IIIB.
Berdasarkan tabel hasil uji paired T test di PEMBAHASAN Analisis Univariat
atas didapatkan nilai rata-rata pre test Secara keseluruhan data
adalah 68,89, dan nilai rata-rata post test persebaran umur subjek penelitian yang
adalah 86,85. Perbedaan nilai pre test dan berumur 8 tahun sebanyak 20,37%,
post test sebesar 17,96. Tabel diatas juga berumur 9 tahun sebanyak 70,37%, dan
menunjukkan nilai p=0,000, karena nilai p berumur 10 tahun sebanyak 9,26%. Anak
< 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat usia 8-10 tahun berada pada masa
perbedaan yang signifikan antara hasil pre perkembangan kognitif operasional
test dan post test penyuluhan kesehatan konkret dimana pada tahap ini merupakan
gigi dengan metode bermain peran (role tahap perkembangan intelektual dan daya
play). ingat anak mencapai intensitas terbesar,
terkuat, dan terbaik. Pada usia 8-10 tahun
anak tidak lagi bersifat egosentris dimana
anak telah dapat menerima pendapat orang
lain 10.
Analisis Bivariat
1. Pengetahuan Siswa Sebelum Dan
Berdasarkan tabel hasil uji
Setelah Diberikan Penyuluhan Kesehatan
independen T test didapatkan perbedaan
Gigi Dengan Metode Dongeng
nilai rata-rata 3,70 antara metode dongeng
(Storytelling) Hasil penelitian
(storytelling) dan metode bermain peran
menunjukkan terjadi peningkatan
(role play). Dari uji homogenitas
pengetahuan kesehatan gigi setelah
menggunakan tes levene menunjukkan
diberikannya penyuluhan kesehatan gigi
hasil p = 0,697, yang artinya kedua
menggunakan metode dongeng
kelompok varian sama karena nilainya tes
(storytelling). Penggunaan metode
levene p > 0,05. Berdasarkan tabel diatas
dongeng (storytelling) sebagai alat bantu
didapatkan nilai p = 0,001, karena nilai p <
penyuluhan kesehatan gigi pada siswa kela
0,05 maka dapat disimpulkan Ho ditolak
IIIA SDN 22 Andalas kota Padang
dan Ha diterima yang artinya terdapat
menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan
perbedaan peningkatan nilai rata-rata
sebelum diberikan penyuluhan adalah
Andalas Dental Journal P a g e | 26

64,81 dan setelah diberikan penyuluhan Hasil penelitian ini didukung oleh
menjadi 79,07. Peningkataan pengetahuan hasil penelitian sebelumnya yang
yang terjadi setelah diberikan penyuluhan dilakukan oleh Mehrdad Ghaffari Targhi
dengan metode dongeng hal ini karena (2015) pada siswa SD yang menjelaskan
pada usia 8-10 tahun anak-anak menyukai bahwa metode dongeng memiliki efek
cerita-cerita15. Dongeng merupakan cerita yang lebih signifikan terhadap perubahan
fiktif sederhana yang berfungsi untuk pengetahuan, sikap, dan praktek dalam
13
menghibur juga mendidik , dengan pendidikan kesehatan gigi dan mulut
mendongeng anak diberikan kesenangan dibandingkan dengan metode ceramah
dan pendidikan melalui alur cerita yang 2. Pengetahuan Siswa Sebelum Dan
dibawakan. Pemberian penyuluhan dengan Setelah Diberikan Penyuluhan Kesehatan
metode dongeng tepat digunakan pada Gigi Dengan Metode Bermain Peran (Role
anak-anak SD karena dengan bercerita Play) Penggunaan metode bermain peran
dapat meningkatkan daya pikir dan sebagai alat bantu penyuluhan kesehatan
pengembangan imajinasi pada anak16. gigi pada sisiwa kelas IIIB SDN 22
Dongeng dapat membantu perkembangan Andalas menunjukkan peningkatan rata-
kepribadian anak, dengan dongeng anak rata nilai pengetahuan sebelum diberikan
dapat memperoleh pemahaman bagaimana penyuluhan adalah 68,89 dan setelah diberi
konflik-konflik yang dibangun dan tokoh penyuluhan rata-rata nilai pengetahuan
yang ditampilkan memecahkan masalah siswa adalah 86,85. Metode Role Play
yang serupa dengannya. Dongeng adalah cara penyuluhan yang menarik dan
merupakan media yang efektif untuk efektif bagi peserta didik dengan
menanamkan nilai moral , sosial dan etika menampilkan situasi-situasi cerita yang
kepada anak, maupun tentang berbagai nyata18. Metode penyuluhan dengan
kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya bermain peran merupakan metode yang
makan sayur dan menggosok gigi. aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan19.
Seringkali dongeng menjadi inspirasi bagi Penyuluhan dengan metode bermain peran
seorang anak dalam bertingkah laku dan efektif digunakan pada anak usia 8-10
bercita-cita.Melalui dongeng, jelajah tahun karena pada usia ini anak tidak lagi
cakrawala pemikiran anak akan menjadi bersifat egosentris sehingga anak dapat
lebih baik, lebih kritis, dan lebih cerdas. bekerjasama dalam melakonkan peran-
Anak dapat membentuk visualisasinya peran di skenario 10.Metode bermain peran
sendiri dari cerita dongeng yang dapat meningkatkan hasil belajar anak
17
didengarkan . sekolah dasar mencapai 92,30% 20.
Andalas Dental Journal P a g e | 27

Metode bermain peran merupakan Metode bermain juga telah menjadi


salah satu metode yang dipilih dalam pelopor kesehatan dalam promosi
proses pembelajaran di kelas karena kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD di
memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa Inggris 23.
sebab biasanya siswa sangat antusias 3. Perbedaan Perubahan Tingkat
terhadap pelajaran yang menyangkut Pengetahuan Kesehatan Gigi Pada Siswa
kehidupan sehari-hari dikalangan Yang Diberikan Penyuluhan Dengan
masyarakat. Metode ini berhubungan Metode Dongeng (Storytelling) Dan
dengan penghayatan suatu peranan sosial Metode Bermain Peran (Role Play)
21
yang dimainkan anak di masyarakat .
Penyuluhan dengan metode bermain peran Untuk melihat perbedaan
semua peserta dapat ikut aktif mengamati, digunakan uji independent T test.
mengalami, dan menghayati perilaku- Berdasarkan hasil uji independent T test
perilaku tertentu sehingga suasana yang dilakukan pada kedua kelompok
penyuluhan menjadi lebih hidup dan yaitu kelompok metode dongeng
tumbuh sikap kritis dari sasaran22. (storytelling) dan kelompok metode
Bermain peran umumnya dapat bermain peran (role play), menunjukkan
memotivasi dan menginspirasi siswa dari bahwa nilai p = 0,001, dengan syarat yang
18
kegiatan tokoh yang diperankan . Metode berlaku yaitu jika nilai p < 0,05 maka
penyuluhan dengan bermain peran sesuai dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha
dengan karakteristik anak sekolah dasar diterima yang artinya terdapat perbedaan
yang senang bermain, mengobservasi, dan peningkatan selisih nilai rata-rata sebelum
mengeksplorasi suatu situasi. Dengan dan setelah penyuluhan kesehatan gigi
metode bermain peran anak diberi menggunakan metode dongeng
kesempatan untuk mengembangkan (storytelling) pada kelas IIIA dan metode
imajinasinya dalam penghayatan bermain peran (role play) pada kelas IIIB.
memerankan tokoh di skenario Hasil Rata-rata peningkatan pengetahuan
penelitian ini didukung oleh penelitian menggunakan metode dongeng
sebelumnya yang dilakukan oleh Mrs (storytelling) adalah 14,26, sedangkan
Shilpa PM dan Mr Swamy PGN (2015) rata-rata peningkatan pengetahuan siswa
bermain peran merupakan strategi yang menggunakan metode bermain peran
pendidikan yang efektif dalam (role play)adalah 17,96. Untuk masing-
menanamkan pengetahuan kesehatan gigi masing kelompok menunjukkan hasil
dan mulut pada anak Sekolah Dasar. perubahan tingkat pengetahuan yang
Andalas Dental Journal P a g e | 28

signifikan. Diantara kedua metode pada urutan 10 sedangkan metode dongeng


penyuluhan terdapat perbedaan yang berada pada urutan ke 6dari puncak
memungkinkan untuk mempengaruhi hasil piramida. Berdasarkan teori Edgar Dale
peningkatan pengetahuan dari kedua semakin jauh posisi metode pembelajaran
kelompok. Padakedua metode penyuluhan dari puncak piramida semakin efektif
terdapat isi materi yang sama, yang metode pembelajaran tersebut. Sehingga
membedakannya adalah dalam hal dengan mengaktualisasikan cerita dapat
penyajian materi. Penyajian materi pada meningkatkan pemahaman dan daya ingat
metode dongeng (storytelling) subjek dari materi penyuluhan yang diberikan
24
penelitian hanya sebagai pengamat dan .Dalam menerima penyuluhan dengan
pendengar sedangkan pada metode metode yang diberikan terdapat faktor
bermain peran (role play) subjek penelitian internal seperti minat, bakat, kesiapan, dan
dituntut untuk memerankan karakter tokoh pengalaman serta faktor eksternal seperti
dalam skenario. keluarga, sekolah, dan masyarakat yang
Hasil penelitian ini menunjukkan berpengaruh terhadap kemauan responden
bahwa metode bermain peran (role play) dalam menerima dan melakukannya 22.
sebagai metode penyuluhan kesehatan gigi KESIMPULAN
menunjukkan hasil peningkatan yang lebih 1. Penggunaan metode dongeng
tinggi dibandingkan dengan metode (storytelling) sebagai metode
dongeng (storytelling).Hal ini dapat penyuluhan menunjukkan hasil
disebabkan oleh dengan bermain peran yang signifikan terhadap
anak ikut aktif dalam penyuluhan peningkatan pengetahuan
sedangkan dengan dongeng anak-anak kesehatan gigi pada siswa kelas
hanya pasif sebagai pendengar. Bermain IIIA di SDN 22 Andalas Kota
peran dapat memotivasi dan menginspirasi Padang.
siswa dari kegiatan tokoh yang diperankan
18
2. Penggunaan metode bermain peran
.Karakteristik anak sekolah dasar
(role play) sebagai metode
diantaranya siswa suka bermain,
penyuluhan menunjukkan hasil
mengeksplorasi suatu situasi, dan
19
yang signifikan terhadap
mengobservasi suatu situasi . Metode
peningkatan pengetahuan
bermain peran dapat meningkatkan minat
kesehatan gigi pada siswa kelas
belajar siswa dalam mengikuti suatu
21.
IIIB di SDN 22 Andalas Kota
proses pembelajaran Pada teori
Padang.
piramida Edgar Dale bermain peran berada
Andalas Dental Journal P a g e | 29

3. Peningkatan pengetahuan (RISKESDAS) Sumatera Barat. Jakarta:


LITBANG DEPKES RI
kesehatan gigi pada siswa kelas 3
8. Maulana, Heri D.J. 2013. Promosi
yang diberi penyuluhan dengan
Kesehatan. Jakarta:EGC (Nurhidayat
metode bermain peran (role play) dkk.,2012)
menunjukkan hasil yang lebih 9. Nurhidayat,Oki. Eram Tunggul P dan
tinggi dibandingkan dengan Bambang Wahyono.2012. Perbandingan

penyuluhan dengan metode Media Power Point Dan Flip Chart Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
dongeng (storytelling).
Gigi Dan Mulut.Unnes Journal of Public
Health (1) (2012) ISSN 2252-6781.
KEPUSTAKAAN 10. Papalia,Diane E. Sally Wendkos Olds dan
1. Lossu,Fara M. Damajanty H.C. Ruth Duskin Feldman.2013.Human
Pangemanan dan Vonny N.S Wowor. Development.Salemba. Jakarta : Humanica
2015. Hubungan Pengetahuan Kesehatan edisi 10
Gigi Dan Mulut Dengan Indeks Gingiva 11. Setiawati,S dan A.C
Siswa SD Katolik 03 Frater Don Bosko Dermawan.2008.Proses Pembelajaran
Manado.Jurnal e GiGi (eG) Vol.3, No.2, Dalam Pendidikan Kesehatan.Jakarta:
Juli-Desember 2015. Trans Info Media
2. Kemenkes RI.Situasi Gigi dan 12. Mancoro, Nurliatin. 2015. Peningkatan
Mulut.InFoDATIN : 2007 & 2013 Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng
3. Sheiham,Aubrey dan Marcelo Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bonecker.2006.Promoting Children’s Siswa Kelas I SDN 2 Tatura. Jurnal
Oral Health Theory & Kreatif Tadulako Online Vo.4 No.4 ISSN
Practice.Brasil:Quintessence Editor Lida 2354-614X.
4. Departemen Kesehatan RI (2007). 13. Willox, Ashlee Cunsolo. Sherille L Harper
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar dan Victoria L Edge.2013.Storytelling In
(RISKESDAS) Nasional. Jakarta: Digital Age: Digital Storytelling As An
LITBANG DEPKES RI Emerging Narrative Method For
5. World Health Organization. 2007. Media Preserving And Promotion Indigenous
Centre Oral Health. Oral Wisdom.Qualitative Research 13(2)
http://www.who.int/mediacentre/factsheet 127-147.SAGE.March 28,2013
s/fs318/en/index.html. diakses Desember 14. Sumantri,Dedi. Yuniar Lestari dan
2016. Mustika Arini. 2012.Pengaruh Perubahan
6. Departemen Kesehatan RI (2013). Tingkat Pengetahuan Gigi Dan Mulut
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Pada Pelajar Usia 7-8 Tahun Di 2 Sekolah
(RISKESDAS) Nasional. Jakarta: Dasar Kecamatan Mandiangin Koto
LITBANG DEPKES RI Selayan Kota Bukittinggi Melalui
7. Departemen Kesehatan RI (2013). Permainan Edukasi Kedokteran
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Gigi.Andalas Dental Journal
Andalas Dental Journal P a g e | 30

15. Singgih, Gunarsa.2008.Dasar dan Teori 20. Aliakhir, Hijria A. Muh.Tahir. Dan
Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Saharudin Barsandji. 2014. Penerapan
Mulia. Metode Bermain Peran Pada Materi
16. Ningsih,Suwarti.2013.Peningkatan Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil
Keterampilan Berbicara Melalui Metode Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio. Jurnal
Berceritasiswa Kelas 3 SD Negeri 1 Kreatif Tadulako Online Vol.4 No. 5 ISSN
Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya 2354-614X
Kabupaten Morowali. Jurnal kreatif 21. Kartini, Tien. 2007. Penggunaan Metode
taduluko online vol 2 no.4 ISSN 2354- Role Playing Untuk Meningkatkan Minat
614X. Siswa Dalam Pembelajaran Pengetahuan
17. Ipriansyah.2011.Peran Dongeng Bagi Sosial Di Kelas V SDN Cileunyi I
Perkembangan Pembentukan Kepribadian Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
Anak.Jurnal Ta’dib Vol.XVI, No.01, Edisi Jurnal, Pendidikan Dasar Nomor 8
Juni 2011. Oktober 2007.
18. Shilpa,PM dan Swamy,PGN.2015. A 22. Herijulianti, Eliza. Tati Svasti Indriani dan
Study To Evaluate The Effectiveness Of Sri Artini..2002. Pendidikan kesehatan
Role Play On Knowledge Regarding Oral gigi. Jakarta:EGC.
Hygiene Among Higher Primary School 23. Makuch Almut dan Recshke Konrad.2001.
Children In Selected School At Tumkur. Playing Games In Promoting Childhood
Journal Of Nursing And Health Science Dental Health Patient Education And
Volume 4,Issue 2 Ver. 1 (Mar-Apr. 2015) Counseling.Patient Education and
PP 37-42 Conseling43.2001;105-110.
19. Simatupang,Syawal.2011.Pengaruh 24. 24. Ali, Zaidin,2010. Dasar-Dasar
Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Pendidikan Kesehatan Masyarakat Dan
Peran Terhadap Kompetensi Sosial Promosi Kesehatan. Jakarta : Trans Info
Kognitif Siswa.Pekbis Jurnal,Vol.3 No.2 Med
Juli 2011:504-511

You might also like