769 2076 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN DENGAN DOSIS


KRIOPROTEKTAN GLISEROL YANG BERBEDA DALAM BAHAN
PENGENCER TRIS SITRAT KUNING TELUR

Brahman Bull’s Frozen Semen Quality with Differen Doses of Cryprotectant


Glycerol in Yolk Tris Sitrat Diluent

Nano Setionoa, Sri Suharyatib, Purnama Edy Santosa b

a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

The research was conducted at the Technical Service Unit Area - Regional Artificial Insemenation
Center of Lampung, Terbanggi Besar District, Central Lampung Regency, Lampung Province on
July 25th to 30th 2014, aims to: 1) determine the effect of different glycerol doses in yolk tris-sitrat
diluent on Brahman’s frozen semen quality; 2) determine the best glycerol dose which can improve
the Brahman bull’s frozen semen quality. The design used a completely randomized design with 5
treatments with glycerol doses in the yolk tris-sitrat diluent (5%, 6%, 7%, 8%, 9%) and 3 repetitions.
The measured parameters were the percentage of sperm motility and live spermatozoa. The data
were analyzed by analysis of variance with the real level 5% or 1% and continued with
Orthogonal Polynomials test at significance level 5% or 1%. The results showed the different
glycerol doses did not significantly effect (P>0.01) against the percentage of sperm motility and live
spermatozoa post equilibration, but provides a significant influence (P<0.01) against the
percentage of sperm motility and live spermatozoa post thawing. Orthogonal polynomials test
also showed the different doses of glycerol gives a significant influence (P<0.01) against the
percentage of sperm motility and live spermatozoa post-thawing. The Effect of different glycerol
doses (5%, 6%, 7%, 8%, 9%) of the percentage sperm motility are 35.00%, 37.32%, 32.54%,
20.66%, 1.68% and the percentage of live spermatozoa post-thawing are 44.37%, 55.52%,
50.32%, 38.07%, 9.84%. Based on research results, it proved that 6% glycerol dose is the best dose
to maintain the percentage of motility and live spermatozoa post-thawing.

(Keywords: Brahman bull, Glycerol dose, Frozen semen quality, Yolk tris sitrat)

PENDAHULUAN lebar dengan banyak lipatan- lipatan.


Telinga panjang menggantung dan berujung
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong
dikenal dengan istilah kawin suntik pada terbaik untuk dikembangkan. Oleh sebab
ternak sapi telah banyak diterapkan di itu, potensi penggunaan semen beku sapi
Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008), IB tersebut dapat digunakan sebagai bibit unggul
merupakan salah satu upaya pemanfaatan dalam rangka perbaikan mutu genetik sapi di
bibit pejantan unggul secara maksimal Indonesia.
dalam rangka perbaikan mutu genetik ternak. Keberhasilan IB ditentukan oleh
Salah satu jenis sapi yang memililiki potensi beberapa faktor yaitu keterampilan
yang baik dikembangkan adalah sapi inseminator, kondisi ternak dan kualitas semen
Brahman. beku. Selama proses pengolahan, kulitas
Sapi Brahman merupakan sapi yang semen beku akan dipengaruhi oleh proses
berasal dari India yang merupakan keturunan koleksi, pengenceran, pengemasan, dan
dari Sapi Zebu (Bos Indicus). Menurut Pane pembekuan semen. Proses pengenceran
(1990), ciri khas sapi Brahman adalah memiliki tujuan untuk memperbanyak volume
berpunuk besar dan berkulit longgar, semen; melindungi spermatozoa dari cold
gelambir di bawah leher sampai perut shock; menyediakan zat makanan sebagai

61
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

sumber energi bagi spermatozoa; perlakuaan dan tiga ulangan, yaitu G1


menyediakan buffer untuk mempertahankan (penambahan gliserol 5% dalam bahan
pH, tekanan osmotik, dan keseimbangan pengencer), G2 (penambahan gliserol 6 %
elektrolit; mencegah kemungkinan terjadinya dalam bahan pengencer), G3(penambahan
pertumbuhan kuman (Partodihardjo, 1992). gliserol 7% dalam bahan pengencer), G4
Bahan pengencer yang dapat (penambahan gliserol 8% dalam bahan
digunakan untuk semen sapi adalah pengencer pengencer), G5 (penambahan gliserol 9%
tris sitrat kuning telur. Pengencer tris dalam bahan pengencer). Data yang
memiliki sifat buffer yang baik, kandungan diperoleh akan dianalisis ragam pada taraf
glukosa yang digunakan sebagai bahan nyata 5% dan 1% dan apabila berbeda nyata
sumber energi dan kandungan kuning telur akan dilanjutkan dengan uji Polinomial
merupakan sumber asam amino bagi Ortogonal (Steel dan Torrie 1993).
spermatozoa. Pembekuan spermatozoa Prosedur penelitian ini dimulai
merupakan proses penghentian kehidupan dengan proses penampungan semen
spermatozoa secara sementara untuk menggunakan vagina buatan dan segera
mengurangi proses metabolisme hampir dilakukan evaluasi mikroskopis (volume,
secara total dengan tujuan mengurangi warna, konsistensi semen segar dan pH
penggunaan energi. Masalah yang semen) dan makroskopis(motilitas massa,
ditimbulkan dari proses pembekuan semen motilitas individu dan konsentrasi sperma)
adalah stres terhadap cekaman dingin (cold untuk mengetahui kelayakannya. Semen
shock) dan terbentuknya kristal es akibat segar yang memenuhi syarat akan diproses
proses pengeluaran air secara intraseluler. lebih lanjut ke tahap pengenceran dengan
Gliserol merupakan bahan pelindung dosis gliserol yang berbeda. Semen
(krioprotektan) yang dapat langsung masuk diencerkan dengan menggunakan bahan
dan diserap ke dalam sel sperma. Menurut pengencer tris sitrat kuning telur. Komposisi
Mumu (2009), penambahan gliserol dalam bahan pengencer tris sitrat kuning telur
bahan pengencer memiliki fungsi yang digunakan terdiri dari kuning telur 20
sebagai bahan pelindung dinding sel karena ml, asam sitrat 0,56 g, fruktosa 2,5g,
dapat berdifusi dan di metabolisme sebagai antibiotik (penisilin 0,1 100.000 IU/100ml
sumber energi (fruktosa). Gliserol dapat dan streptomisin 0,1 g), aquabides 80 ml
memodifikasi kristal-kristal es yang terbentuk serta gliserol yang berbeda. Proses
dalam medium sewaktu pembekuan sehingga pembuatan bahan pengencer tris sitrat
mampu menghambat kerusakan membran sel kuning telur terdiri dari dua tahap yakni
secara mekanis pada waktu penurunan suhu pembuatan larutan stock solution dan
(cooling rate). Penggunaan dosis gliserol pengenceran. Pembuatan larutan stock
dalam bahan pngencer tris sitrat kuning telur solution dilakukan dengan cara menambahkan
yang tepat dapat memberikan perlindungan tris aminomethan, citric acid, fruktosa,
terhadap sel spermatozoa. Sampai saat ini aquabides dengan dosis yang telah ditentukan.
belum diketahui dosis gliserol yang tepat Proses pengenceran dilakukan dengan cara
untuk pembekuan semen sapi Brahman. menambahkan larutan ±74% stock
Oleh sebab itu, dengan adanya penelitian ini solution, ±20% kuning telur, gliserol (dengan
diharapkan memberikan informasi mengenai dosis yang telah ditentukan),streptomisin dan
dosis gliserol yang optimal pada pengencer penisilin. Setelah larutan tercampur,
tris sitrat kuning telur pada semen beku sapi dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk
Brahman. menghomogenkan bahan pengencer (BIB
Poncowati, 2012).
Setelah proses pengenceran dilakukan
BAHAN DAN METODE ekuilibrasi dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan terhadap persentase motilitas
Penelitian ini dilaksanakan di spermatozoa dan persentase spermatozoa
Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah hidup. Semen selanjutnya dikemas melalui
Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD- proses filling dan selling. Pengolahan
BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian semen dilanjutkan dengan proses pembekuan
berlangsung pada Juli 2014. Semen yang diawali dengan prefreezing dan setelah
digunakan berasal dari Sapi Brahman dilakukan prefreezing dilakukan pemeriksaan
dengan satu kali koleksi. terhadap persentase motilitas spermatozoa dan
Rancangan percobaan pada penelitian persentase spermatozoa hidup. Dilanjutkan
ini menggunakan metode Rancangan dengan proses freezing dan selanjutnya
Acak Lengkap (RAL) dengan lima dilakukan pemeriksaan terhadap persentase

62
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

motilitas spermatozoa dan persentase Selain itu kebanyakan pejantan yang fertil
spermatozoa hidup setelah thawing. mempunyai 50 -- 80% spermatozoa yang
motil aktif progresif. Hal tersebut sesuai
dengan hasil evaluasi motilitas sebesar 70%
HASIL DAN PEMBAHASAN yang menunjukkan semen segar dalam kondisi
yang baik.
Penilaian Kualitas Semen Segar Sapi Hasil penilaian gerakan masa adalah
(++). Kondisi tersebut dalam keadaan baik
Berdasarkan evaluasi semen segar karena menurut Toilehere (1993), penilaian
,Sapi Brahman dinyatakan dalam kondisi yang gerakan masa (++) menunjukkan bahwa
baik sehingga dapat dilakukan pengolahan spermatozoa dalam keadaan baik karena
semen lebih lanjut. Hasil evaluasi semen terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis,
segar disajikan pada Tabel 1. jarang, kurang jelas dan agak lamban.
Spermatozoa dalam suatu kelompok
Tabel 1. Evaluasi semen segar Sapi Brahman mempunyai kecenderungan untuk bergerak
bersama-sama ke suatu arah merupakan
Sifat Nilai gelombang yang tebal atau tipis, bergerak
Volume (ml) 11,4 cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi
Warna Putih Susu sperma hidup di dalamnya gerakan massa
Bau Khas spermatozoa yang normal berkisar antara (++)
Konsistensi Kental dan (+++).
Konsentrasi sperma 1.613 Jumlah perhitungan persentase
(juta/ml) spermatozoa hidup adalah 81,33%. Artinya di
Motilitas masa ++ dalam semen segar yang ditampung terdapat
Motilitas individu (%) 70 81,33% spermatozoa yang hidup. Kondisi
Spermatozoa hidup (%) 81,33 tersebut menunjukkan semen segar dalam
kondisi yang baik karena persentase hidup
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa semen sapi segar yang baik sebesar 60--80%
volume semen segar yang diperoleh dari hasil (Hafez, 2000). Selain itu Bearden dan Fuquay
penampungan adalah 11,4 ml. Hasil ini (2000) menambahkan bahwa persentase
menunjukkan bahwa angka yang dihasilkan spermatozoa hidup akan selalu lebih tinggi
dalam kondisi yang normal, artinya volume daripada motilitas spermatozoa.
semen tersebut dalam kondisi yang baik. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Toelihere Pengaruh Berbagai Dosis Gliserol
(1993) yang menyatakan bahwa volume Terhadap Motilitas Spermatozoa
semen sapi jantan berkisar 1--15 ml.
Semen segar yang dihasilkan berwarna Motilitas spermatozoa merupakan
putih susu, konsistensi kental dengan bau penentuan kelayakan kualitas spermatozoa
yang khas. Kondisi tersebut dalam keadaan setelah pembekuan karena sangat
normal dan sesuai dengan pendapat Toelihere mempengaruhi kemampuan pembuahan sel
(1993) yang menyatakan bahwa secara normal telur. Nugroho (2003) berpendapat bahwa
semen sapi berwarna seperti susu atau krem motilitas atau daya gerak dapat dijadikan
keputih-putihan dan keruh. Semen yang patokan dalam menilai kualitas semen.
memiliki bau khas menunjukkan bahwa dalam Widiastuti (2001) mengatakan bahwa
keadaan normal tanpa adanya kontaminasi motilitas atau daya gerak spermatozoa
akibat bakteri atau penyakit yang digunakan sebagai penilaian kemampuan
menyebabkan bau busuk. spermatozoa untuk membuahi sel telur, oleh
Konsentrasi spermatozoa semen segar karenanya motilitas mempunyai peranan yang
adalah 1.613 juta/ml. Hal tersebut sesuai penting dalam proses fertilisasi. Pada
dengan pendapat Partodihardjo (1992) bahwa penilitian ini penilaian motilitas spermatozoa
spermatozoa per ejakulasi adalah 6 milyar selama pembekuan meliputi penilaian setelah
atau konsentrasi per ml adalah 1.200 x 106. ekuilibrasi, prefreezing, dan post thawing
Toelihere (1993) menyatakan bahwa semen motility (PTM). Hasil penelitian disajikan
sapi dengan konsistensi krem mempunyai pada Tabel 2.
konsentrasi 1000--2000 juta sel/ml atau lebih.

63
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

Tabel 2. Hasil rataan persentase motilitas Sapi Brahman

Penilaian
Perlakuan
Gliserol Setelah Ekuilibrasi Setelah Prefreezing Post Thawing Motility

------------------%------------------
5% 53,33 ± 2,89 33,33 ± 2,89 33,33 ± 2,89
6% 58,33 ± 2,89 43,33 ± 2,89 40,00 ± 0,00
7% 56,67 ± 5,00 38,33 ± 2,89 35,00 ± 0,00
8% 51,67 ± 2,89 21,67 ± 2,89 15,00 ± 0,00
9% 46,67 ± 5,77 6,67 ± 2,89 4,33 ± 1,15

Proses ekuilibrasi merupakan tahap terhadap motilitas setelah prefreezing dan


yaitu spermatozoa diadaptasikan dengan sisanya oleh faktor di luar perlakuan.
perubahan kondisi lingkungan yang dingin
selama 4 jam pada suhu 5 oC. Sugiarti et al.,
(2004) menyatakan bahwa proses pendinginan
pada suhu 5°C akan menyebabkan penurunan
motilitas spermatozoa akibat adanya asam
laktat sisa metabolisme sel yang menyebabkan
kondisi medium menjadi semakin asam karena
penurunan pH. Kondisi tersebut
menyebabkan perubahan kondisi asam yang
bersifat toksik terhadap spermatozoa. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa dosis gliserol
dalam pengencer tris kuning telur tidak
memberikan pengaruh terhadap motilitas
spermatozoa selama proses ekuilibrasi. Hal
tersebut diduga karena sel belum mengalami
cekaman dingin yang berarti, dan perubahan Gambar 1. Hubungan antara dosis gliserol
pH akibat metabolisme sel spermatozoa dengan persentase motilitas
selama proses adaptasi selama 4 jam pada spermatozoa Sapi Brahman
suhu 5 oC. Pada kondisi tersebut gliserol setelah prefreezing
belum dapat dimanfaatkan secara optimal
sebagai kriopretektan sel.
Hasil analisis ragam terhadap motilitas Perubahan kondisi motilitas
Sapi Brahman setelah prefreezing spermatozoa selama prefreezing disebabkan
menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat adanya perubahan suhu yang sangat rendah
nyata (P<0,01).Penambahan dosis gliserol 6% yaitu -140 o C. Penambahan dosis gliserol 6%
pada prefreezing memberikan pengaruh pada bahan pengencer tris sitrat kuning telur
terhadap motilitas spermatoza sebesar mampu memberikan perlindungan sehingga
43,33% dan hasil ini lebih tinggi jika pengaruh kerusakan sel akibat cekaman dingin
dibandingkan penambahan glierol sebanyak (cold shock) dapat dicegah. Penambahan
5%, 7%, 8%, dan 9% dengan motilitas gliserol yang tepat memberikan perlindungan
33,33%, 38,33%, 21,67%, dan 6,67%. Uji berupa memodifisier kristal-kristal es yang
Polinomial Ortogonal (Gambar 1) terbentuk selama proses pembekuan, sehingga
menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan kerusakan organel-organel sel spermatozoa
terhadap spermatozoa hidup setelah dapat dihindarkan (Siswanto, 2006). Pada
prefreezing berpola kuadratik dengan proses prefreezing sel spermatozoa mengalami
persamaan regresi perubahan suhu yang ekstrim, pada kondisi
Ŷ=-138,72+58,37x-4,74x2 dan memiliki tersebut gliserol memberikan perlindungan
koefisien korelasi (R) sebesar 97% serta terhadap sel guna mengurangi pembekuan air
koefisien determinan (R2) sebesar 094%. di dalam sel yang menyebabkan kerusakan sel.
Nilai R menunjukkan bahwa antara motilitas Hal tersebut sesuai dengan pendapat
dengan dosis gliserol memiliki hubungan yang Susilawati (2011), yang menyatakan gliserol
erat sebesar 97%, sedangkan nilai R2 merupakan krioprotektan intraseluler yang
menunjukkan pada dosis gliserol yang dapat berdifusi ke dalam sel-sel spermatozoa.
bervariasi memberikan pengaruh sebesar 94% Gliserol memiliki peranan mencegah

64
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

pengumpulan molekul H2O dan mencegah melaporkan bahwa, penggunaan gliserol yang
kristalisasi es pada daerah titik beku larutan dianjurkan 6--8%, jika kurang dari itu maka
(Mazur, 1980). Selama proses prefreezing gliserol tidak akan memberikan efek yang
spermatozoa mengalami proses adaptasi berarti, sedangkan jika lebih tinggi maka akan
terhadap cekaman yang ditimbulkan oleh menimbulkan efek toksik pada spermatozoa.
perubahan suhu yang sangat rendah. Pada Toksik dapat berupa kerusakan organel sel,
dosis 5% gliserol tidak memberikan pengaruh gangguan metabolisme, dan kematian sel
yang optimal terhadap motilitas spermatozoa. spermatozoa. Efek toksik diduga
Hal tersebut disebabkan penggunaan dosis menyebabkan respirasi di dalam mitokondria
yang belum optimal menyebabkan penurunan sel menjadi terganggu. Apabila kondisi
kualitas spermatozoa. Pada dosis 7%, 8% dan tersebut terjadi organel sel tersebut akan
9% gliserol dalam bahan pengencer tris mengalami kerusakan dan menyebabkan
memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan sel spermatozoa terganggu karena
motilitas spermatozoa. Penurunan motilitas akibat dari terganggunya metabolisme energi.
spermatozoa yang digambarkan pada Gambar Pada PTM hasil analisis ragam
1 menunjukkan bahwa dosis gliserol 7%, 8% menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01).
dan 9% diduga menyebabkan penurunan Uji Polinomial Ortogonal penambahan dosis
motilitas spermatozoa selama pembekuan. gliserol 6% memberikan pengaruh optimum
Pada dosis gliserol 7% dan 8% pengaruh terhadap persentae motilitas spermatoza
perlakuan menunjukkan motilitas sebesar sebesar 40,00%. Hasil ini lebih tinggi jika
37,61% dan 24,88%, namun jika dibandingkan penambahan glierol sebanyak
dibandingkan dengan dosis gliserol 9 % 5%, 7%, 8%, dan 9% dengan persentase
menunjukkan penurunan motilitas yang sangat motilitas 33,33%, 35,00%, 15,00%, dan
ekstrim yaitu berada pada motilitas 2,67 %. 4,33%. Hasil penelitian digambarkan pada
Kondisi tersebut berarti bahwa dosis gliserol Gambar 2.
9% memberikan efek toksik bagi
spermatozoa.
Efek toksik yang ditimbulkan berupa
perubahan tekanan osmotik larutan di dalam
pengencer seiring bertambahnya dosis
gliserol. Selama proses pengolahan semen
beku dosis gliserol yang berlebih di dalam
bahan pengencer diduga menyebabkan
perubahan konsentrasi larutan yang
menyebabkan perubahan osmolaritas larutan.
Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan
osmotik di dalam sel yang menyebabkan
kerusakan membran plasma sel. Tekanan
osmotik harus dipertahankan selama proses
pembekuan semen karena bila tidak
dipertahankan akan mengakibatkan tekanan Gambar 2. Hubungan antara dosis gliserol
osmotik di dalam dan di luar sel berbeda dengan persentase motilitas
sehingga air akan mengalir ke daerah yang spermatozoa Sapi Brahman setelah
bertekanan osmotik tinggi (Siswanto, 2006). thawing
Jika proses tersebut terjadi sel akan
mengalami dehidrasi dan menyebabkan
kematian sel karena air di dalam sel akan Uji Polinomial Ortogonal
keluar sebagai dampak dari sifat gliserol yang menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
mengikat air serta perubahan osmolaritas terhadap spermatozoa hidup setelah
larutan. Selain itu, perubahan tekanan prefreezing berpola kuadratik dengan
osmotik ditandai dengan adanya peningkatan persamaan regresi Ŷ = -83,10+41,37x-3,55x2
kejadian spermatozoa dengan ekor melingkar, dan memiliki koefisien korelasi (R) sebesar
menurunkan viabilitas dan integritas membran 95% serta koefisien determinan (R2) sebesar
plasma spermatozoa (Siswanto, 2006). 90%. Nilai R menunjukkan bahwa antara
Kondisi tersebut tentunya menyebabkan motilitas dengan dosis gliserol memiliki
gangguan pergerakan sel spermatozoa yang hubungan yang erat sebesar 95%, sedangkan
berdampak pada penurunan motilitas. nilai R2 menunjukkan pada dosis gliserol yang
Hal tersebut bersesuaian dengan bervariasi memberikan pengaruh sebesar 90%
pendapat Evan dan Maxwel (1987) yang terhadap motilitas setelah thawing dan sisanya

65
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

oleh faktor di luar perlakuan. Berdasarkan uji (1992) yang mengatakan bahwa efek toksisitas
tersebut dosis 5% memiliki nilai motilitas dari gliserol adalah memodifikasi struktur
35% , kemudian meningkat pada dosis 6% membran plasma dan pada konsentrasi yang
dengan nilai motilitas 37,32% namun tinggi dapat menghambat metabolisme energi.
mengalami penurunan yang sangat rendah Akibat dari terganggunya mekanisme ini
pada dosis 8% dengan nilai motilitas 20,66% spermatozoa akan mengalami kekurangan
dan kembali terjadi penurunan yang sangat energi sehingga viabilitas dan motilitasnya
tajam pada dosis 9% dengan nilai motilitas menurun.
1,68%.
Dosis 6% memberikan pengaruh Pengaruh berbagai dosis gliserol terhadap
optimum terhadap persentae motilitas spermatozoa hidup selama pembekuan
spermatozoa jika dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan Hasil analisis ragam menunjukkan
pendapat Sinha et al., (1992), tingkatan tidak adanya pengaruh dosis gliserol terhadap
gliserol sebesar 6% dalam pengencer motilitas spermatozoa (P>0,05) pada waktu
memberikan persentase motilitas yang lebih ekuilibrasi. Dari perlakuan tersebut rataan
tinggi (58,10%) sesudah thawing pada motilitas dalam keadaan cukup baik
dibandingkan dengan penambahan gliserol meskipun terjadi penurunan selama proses
sebesar 5% (57,93%) dan 7% (57,93%). ekuilibrasi. Persentase motilitas spermatozoa
Dosis gliserol yang optimum akan berada dalam kisaran 52,01--63,41%. Selama
memberikan perlindungan yang efektif pada proses ekuilibrasi semen diadaptasikan dengan
speratozoa. Pada proses pembekuan semen, perubahan kondisi lingkungan yang dingin
gliserol di dalam bahan pengecer tris sitrat selama 4 jam pada suhu 5 oC.
kuning telur mampu mempertahan kondisi Selama proses adaptasi tersebut
spermatozoa terhadap cekaman dingin dan spermatozoa masih tetap dapat beradaptasi
perubahan tekanan osmotik. Selama proses dengan dosis gliserol yang beragam sehingga
pembekuan peranan gliserol memberikan kerusakan sel spermatozoa masih dapat
perlindungan terhadap sel sehingga organel- dicegah. Hal tersebut didukung pendapat
organel di dalam sel dapat terhindar dari Sharma dan Tomar (1984) yang menyatakan
kerusakan sel selama proses pendinginan. penambahan gliserol sebanyak 5%, 7,5% dan
Siswanto (2006) menyatakan peranan lain dari 10% ke dalam bahan pengencer susu-glukosa-
gliserol adalah mencegah terjadinya dehidrasi, kuning telur dan susu-glisin-kuning telur
karena memiliki daya pengikat air yang kuat. tidak berbeda nyata terhadap lama hidup
Sifat demikian mempengaruhi tekanan uap spermatozoa sapi yang disimpan pada suhu 5
o
sehingga titik beku medium menurun, C.
akibatnya sel spermatozoa akan memperoleh Hasil analisis ragam setelah
kesempatan lebih lama untuk mengeluarkan prefreezing menunjukkan dosis gliserol yang
air. berbeda memberikan pengaruh yang sangat
Rendahnya motilitas spermatozoa nyata (P<0,01) terhadap persentase hidup
setelah thawing pada dosis gliserol 7%, 8% spermatozoa. Berdasarkan rataan persentase
dan 9% diduga disebabkan efek toksik spermatozoa hidup berada pada kisaran 12,71-
gliserol. Rizal et al., (2002) berpendapat -60,78%. Hasil uji Polinomial Ortogonal
bahwa konsentrasi gliserol yang berlebihan menunjukkan (Gambar 3) adanya hubungan
akan menimbulkan efek toksik pada yang digambarkan dalam grafik pola
spermatozoa, sebaliknya apabila kurang, persamaan regresi berpola kuadratik.
gliserol tidak akan memberikan efek yang Uji Polinomial Ortogonal
optimal. Dosis yang tidak optimum ataupun menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
terlalu tinggi menyebabkan gliserol yang terhadap spermatozoa hidup setelah
seharusnya dapat melindungi spermatozoa prefreezing berpola kuadratik dengan
selama proses pembekuan menyebabkan persamaan regresi Ŷ = -187,93+77,17x-
kerusakan sel. Chatterjee et al., (2001) 6,13x2 memiliki koefisien korelasi (R) sebesar
menyatakan pembekuan spermatozoa juga 97% serta koefisien determinan (R2) sebesar
dapat menurunkan viabilitas spermatozoa 94%. Nilai R menunjukkan bahwa antara
maupun group sulfidril yang terkandung motilitas dengan dosis gliserol memiliki
dalam membran protein spermatozoa sehingga hubungan yang erat sebesar 97%, sedangkan
menimbulkan stress fisik dan kimia pada nilai R2 menunjukkan pada dosis gliserol yang
membran spermatozoa yang dapat bervariasi memberikan pengaruh sebesar 94%
menurunkan viabilitas dan kemampuan terhadap spermatozoa hidup setelah thawing
fertilitasnya. Pendapat McLaughlin et al., dan sisanya oleh faktor di luar perlakuan.

66
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

Tabel 3. Hasil rataan persentase spermatozoa hidup Sapi Brahman

Penilaian
Perlakuan
Gliserol Setelah Ekuilibrasi Setelah Prefreezing Post Thawing
Motility
------------------%------------------
5% 54,20 ± 6,03 45,49 ± 2,81 44,37 ± 5,68
6% 63,41 ± 1,92 60,78 ± 4,82 55,52 ± 3,08
7% 61,34 ± 6,92 52,41 ± 7,52 50,32 ± 8,06
8% 53,03 ± 5,16 41,34 ± 2,40 38,07 ± 1,23
9% 52,01 ± 2,20 12,71 ± 1,99 9,84 ± 1,61

Penambahan dosis gliserol 6% yang tersebut disebabkan dosis gliserol yang tidak
optimal memberikan pengaruh terhadap optimal di dalam bahan pengencer yang
persentase spermatoza hidup sebesar 57,46%. menyebabkan penurunan kualitas
Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan spermatozoa. Selain itu penambahan dosis
penambahan gliserol sebanyak 5%, 7%, 8%, gliserol yang semakin tinggi cenderung
dan 9% dengan motilitas 46,58%, 55,4%, menyebabkan efek toksik. Penurunan kualitas
40,4%, dan 12,46%. Perubahan lingkungan spermatozoa dapat dilihat pada pola
yang sangat ekstrim selama proses prefreezing penurunan grafik (Gambar 3) pada dosis 7%,
diduga menyebabkan penurunan persentase 8% dan 9%. Rendahnya spermatozoa hidup
spermatozoa hidup. Selama prefreezing dosis pada dosis tersebut diduga disebabkan efek
gliserol 6% memberikan hasil optimal, hal ini toksik yang ditimbulkan gliserol. Efek negatif
di duga karena dosis gliserol mampu yang dapat ditimbulkan gliserol adalah
memberikan perlindungan yang efektif menghambat metabolisme energi dan
terhadap cold shock jika dibandingkan dengan meningkatnya tekanan osmotik pada
dosis gliserol lainnya. Selama proses tersebut pengencer seiring bertambahnya dosis gliserol
spermatozoa di bekukan selama 9 menit dalam pada konsentrasi yang tinggi. Perubahan
suhu -140 OC, gliserol didalam pengencer tekanan osmotik menyebabkan adanya
mampu memberikan perlindungan terhadap perubahan osmolaritas larutan, sehingga
efek cold shock. Gliserol akan memberikan terjadi perpindahan air di dalam sel kedalam
perlindungan yang efektif terhadap bahan pengencer karena konsentrasinya yang
spermatozoa pada dosis yang optimal tinggi. Jika kondisi tersebut berlangsung sel
sedangkan apabila tidak tepat penggunaannya akan mengalami dehidrasi dan mengalami
akan menyebabkan efek yang kurang baik kerusakan membran plasma yang dapat
karena dapat bersifat toksik. menyebabkan kematian sel. Menurut
Toelihere, (1993) gliserol juga dapat merusak
struktur membran spermatozoa selama proses
pembekuan, menyebabkan cekaman osmotik
dan menimbulkan efek negatif terhadap
antibiotik di dalam pengencer.
Rataan persentase spermatozoa hidup
terhadap dosis gliserol pada (PTM) berada
pada kisaran 9,84--55,52%. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa penambahan dosis
gliserol memberikan pengaruh yang sangat
nyata (P<0.01) terhadap persentase
spermatozoa hidup. Dosis gliserol memiliki
hubungan terhadap spermatozoa hidup setelah
thawing yang digambarkan (Gambar 4) pada
grafik regresi kuadratik.
Gambar 3. Hubungan antara dosis gliserol Uji Polinomial Ortogonal
dengan persentase spermatozoa menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
hidup Sapi Brahman setelah terhadap spermatozoa hidup setelah thawing
prefreezing berpola kuadratik dengan persamaan regresi Ŷ
= -187,93+77,17x-6,13x2 memiliki koefisien
Pada dosis 5% menunjukkan hasil yang korelasi (R) sebesar 97% serta koefisien
rendah jika dibandingkan pada dosis 6%, hal determinan (R2) sebesar 94%. Nilai R
menunjukkan bahwa antara motilitas dengan

67
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

dosis gliserol memiliki hubungan yang erat yang tidak optimal menyebabkan efek negatif
sebesar 97%. Sedangkan nilai R2 terhadap antibiotik di dalam pengencer
menunjukkan pada dosis gliserol yang (Toilehere, 1993).
bervariasi memberikan pengaruh sebesar 94%
terhadap spermatozoa hidup setelah thawing
dan sisanya oleh faktor di luar perlakuan. SIMPULAN

Penambahan dosis gliserol 5%, 6%,


7%, 8% dan 9% dalam bahan pengencer tris
sitrat kuning telur berpengaruh sangat nyata
terhadap persentase motilitas semen beku Sapi
Brahman setelah thawing sebesar 35,00%,
37,32% , 32,54%, 20,66% dan
1,68%.Penambahan dosis gliserol 5%, 6%,
7%, 8% dan 9% dalam bahan pengencer tris
sitrat kuning telur berpengaruh sangat nyata
terhadap persentase spermatozoa hidup semen
beku Sapi Brahman setelah thawing sebesar
44,37%, 55,52%, 50,32%, 38,07% dan 9,84%.
Gambar 4. Hubungan antara dosis gliserol Dosis gliserol 6 % merupakan dosis terbaik
dengan persentase spermatozoa yang digunakan di dalam bahan pengencer tris
hidup Sapi Brahman setelah sitrat kuning telur.
thawing.

Penambahan dosis gliserol 5% di DAFTAR PUSTAKA


dalam pengencer tris sitrat kuning telur
terhadap spermatozoa hidup menunjukkan Bearden, H.J. dan J.W. Fuquay. 2000.
nilai 44,67% ,selanjutnya terjadi peningkatan Applied Animal Reproduction 5th Ed.
pada pemberian gliserol 6% sebesar 54,41% Prentice Hall. Upper Saddle River.
dan kemudian terjadi penurunan yang cukup New Jersey
tajam pada 7%, 8% dan 9% dengan nilai BIB Poncowati. 2012. Standar Operating
sebesar 51,89%, 37,11% dan 10,07%. Procedure (SOP) Produksi Mani Beku.
Berdasarkan penelitian ini dosis 6% Dinas Peternakan dan Kesehatan
memberikan hasil yang optimal dalam Hewan Provinsi Lampung UPTD Balai
menjaga daya hidup spermatozoa selama Inseminasi Buatan. Lampung.
proses pembekuan semen. Hal tersebut Chatterjee, S., Smith ER., Hanada K., Stevens
diduga peranan gliserol di dalam pengencer VL., Mayor S. 2001. GPI anchoring
tris sitrat kuning telur mampu melindungi sel leads to sphingolipid-dependent
spermatozoa dari cekaman dingin (cold shock) retention of endocytosed proteins in the
sehingga dampak dari kerusakan sel dapat recycling endosomal compartment.
dicegah. Selain itu gliserol mampu mengikat EMBO J. 20: 1583--1592.
air sehingga proses kristalisasi air dalam sel Evans, G. dan W.M.C. Maxwel. 1987.
dapat dicegah guna mengurangi kerusakan Salamon’s Artificial Insemination of
organel sel. Pada dosis 9% persentase Sheep and Goat. Sydney: Butterworths.
spermatozoa hidup setelah thawing sebesar Hafez, E. S. E.. 2000. Semen Evaluation in
10,07% , hal tersebut menunjukkan dosis 9% Reproduction In Farm Animals. 7th
memberikan efek negatif terhadap edition. Lippincott Wiliams and
spermatozoa selama proses pembekuan. Wilkins. Maryland.
Hal tersebut disebabkan karena dosis Mazur, P. 1980. Fundamental aspects of the
gliserol yang terlalu tinggi menyebabkan freezing of cells, with emphasis on
cekaman osmotik berupa kerusakan membran mammalian ova and embryos. 9th
sel karena perbedaan tekanan antara sel International Conggress on Animals
dengan bahan pengencer. Perpindahan air di Reproduction & AI. Vol I :99--114.
dalam sel ke bahan pengencer dapat merusak Mclaughlin, E. A., Ford, W. C. L., and Hull,
membran sel dan menyebabkan sel mengalami M. G. R. 1992. Motility characteristics
dehidrasi. Akibatnya sel tersebut mengalami and membrane integrity of
kematian karena kerusakan membran sel dan cryopreserved human spermatozoa. J.
diikuti kerusakan organel sel yang berdampak Reprod. 95: 527--534.
pada kematian spermatozoa. Dosis gliserol

68
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(2): 61-69, Mei 2015 Nano Setiono et al.

Mumu, M.I. 2009. Viabilitas semen Siswanto, 2006. Kualitas Semen di dalam
Sapi Simental yang dibekukan Pengencer Tris dan Natrium Sitrat
menggunakan krioprotektan gliserol. dengan Berbagai Sumber Karbohidrat
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian dan Level Gliserol Pada Proses
Universitas Tadulako J. Agroland 16 Kriopreservasi Semen Rusa Timor
(2) : 172--179. (Cervus timorensis). Tesis. Sekolah
Nugroho, W. E. 2003. Efektivitas konsentrasi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
kuning telur dan plasma semen pada Bogor.
bahan pengencer tris terhadap kualitas SNI 4896.1. 2008. Semen Beku Sapi. Badan
semen beku Saenen. Skripsi. Fakultas Standarisai Nasional (BSN) : Jakarta.
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni
Bogor. Bogor. /detail_sni/7026. Diakses pada 5
Pane, I. 1990. Upaya Peningkatan Mutu Maret 2014.
Genetik Sapi Bali. Proceeding Seminar Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip
Nasional Sapi Bali. Bali. 20--22 dan Prosedur Statistika. Edisi II
September 1990. Sumantri B, Penerjemah. Gramedia
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Pustaka Utama. Jakarta.
Hewan. Sumber Widya. Jakarta. Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P.
Rizal, M., Toelihere. M.R., Yusuf. T.L., Situmorang, R. G. Sianturi dan D. A.
Purwantara. B., dan Situmorang. 2002. Kusumaningrum. 2004. Penggunaan
Kaulitas semen beku domba Garut Katalase dalam Produksi Semen
dalam berbagai dosis gliserol. J. Vet. 7 Dingin Sapi. Puslitbang Peternakan.
(3): 194-199. Bogor
Sharma, K.B. and N.S. Tomar. 1984. Studies Susilawati, T. 2011. Spermatozoatology.
on the effect of glycerol on the keeping Universitas Brawijaya Press. Malang.
quality of bovine semen at 5 oC. Indian Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi
Vet. J., 61: 496--500. pada Ternak. Bandung : Angkasa.
Sinha, S., B.C. Deka, M.K. Tamulu, dan B.N. . 1993. Inseminasi Buatan
Borgohain. 1992. Effect of Pada Ternak. cetakan ke-3. Penerbit
equilibration period and glicerol level Angkasa.. Bandung.
in tris extender of quality of frozen Widiastuti, E. 2001. Kualitas semen beku sapi
goat semen. Indian Vet. J. 69: 1107-- FH dengan penambahan antioksidan
1110. vitamin C dan E. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

69

You might also like