2017 SNLLB3180-85 Syarifuddinetal

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327700663

ANALISIS SEMEN BERBASIS KOMPUTERISASI (CASA) UNTUK MEMPREDIKSI


FERTILITAS SPERMA SAPI BALI Computerized-Assisted Semen Analysis
(CASA) to Predict Sperm Fertility of Bali Bulls

Conference Paper · September 2018

CITATIONS READS

0 353

4 authors:

Nursyam Andi Syarifuddin Latief Toleng


Universitas Lambung Mangkurat Universitas Hasanuddin
12 PUBLICATIONS   14 CITATIONS    25 PUBLICATIONS   152 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ismartoyo Ismartoyo Djoni PRAWIRA Rahardja


Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
46 PUBLICATIONS   43 CITATIONS    24 PUBLICATIONS   87 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Determination the nutritive value and index value of feed for ruminant. View project

Radioimmunoassay (RIA) View project

All content following this page was uploaded by Nursyam Andi Syarifuddin on 17 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

ANALISIS SEMEN BERBASIS KOMPUTERISASI (CASA) UNTUK MEMPREDIKSI


FERTILITAS SPERMA SAPI BALI

Computerized-Assisted Semen Analysis (CASA) to Predict Sperm Fertility of


Bali Bulls

Nursyam Andi Syarifuddin1*, Abd Latief Toleng2, Djoni Prawira Rahardja2, Ismartoyo2
1 Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Jend. A. Yani Km. 36, Banjarbaru,
Indonesia
2 Prodi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea,

Makassar, Indonesia.
*Surel: nursyam_pronak@yahoo.com

Abstract
Low sperm fertility in bulls may decrease reproductive efficiency, thereby decreasing the number of populations that may
affect food security. This study aims to predict the fertility of sperm Bali bulls fed with feed supplement Moringa oleifera
(Moringa) leaf and Zn mineral by using Computerized-Assisted Semen Analysis (CASA). Two Bali bulls were kept three
periods, each period of eight weeks. The first period (control), given concentrate 1% of body weight and ad lib rice
straw. The second period (giving of Moringa leaves) was fed same with the first period plus Moringa 15% of concentrate
weight. The third period (giving Zn), was fed same with the first period plus Zn mineral equivalent to Zn on Moringa leaf
in the second period. The sperm motility characteristic values (DCL, DSL, DAP, VCL, VSL, VAP, LIN, STR, ALH, BCF,
and WOB) were measured twice a week using CASA to predict sperm fertility. The value of characteristics fresh sperm
motility of Bali bulls were fed with moringa leaves and Zn minerals were significant (P<0.05) better than controls, but
there was no significant difference (P> 0.05) between those with Moringa leaves and mineral Zn. The values of sperm
characteristics post-thawing motility showed no significant difference (P> 0.05) between control, Moringa leaf and Zn
mineral. Zn minerals in Moringa leaves play a role in improving the sperm motility of fresh sperm of Bali bulls, so it is
predicted to produce more fertile sperm.

Key words: CASA, fertility, Moringa oleifera, Zn mineral, and Bali bulls.

1. PENDAHULUAN Produksi semen di laboratorium tradisional


biasanya dilengkapi dengan mikroskop cahaya
Fertilitas sperma yang rendah pada sapi pejantan untuk memperkirakan motilitas sperma. Salah satu
dapat menurunkan angka konsepsi, menurunkan kelemahan metode ini adalah evaluasi bersifat
angka kebuntingan dan angka kelahiran, sehingga subjektif, sehinga evaluasi penentuan motilitas tidak
dapat menurunkan jumlah populasi yang dapat akurat. Penggunaan CASA dalam pengujian
mempengaruhi ketersediaan daging, yang pada motilitas spermatozoa dimaksudkan untuk
akhirnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan. mengatasi subyektifitas penilaian. Penggunaan
Fertilitas merupakan suatu proses kompleks yang metode ini didasarkan atas pengembangan
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisiologi, teknologi digital-image untuk mendapatkan hasil
nutrisi, manajemen dan lingkungan (Anggraeni analisa spermatozoa yang cepat, akurat, mampu
2007). Menurut Sarastina, Susilawati & Ciptadi meningkatkan dan menstandarkan pengujian
(2012) bahwa,tidak ada pengujian tunggal yang parameter motilitas spermatozoa yang relevan untuk
dapat memprediksi fertilitas pejantan. Pengujian menilai fertilitasnya (Simmet, 2004). Perangkat
kualitas spermatozoa secara umum dapat dilakukan lunak yang digunakan mampu mengorganisir,
dengan mudah di balai-balai produsen semen menyimpan, dan menghasilkan data serta
ataupun di lapangan adalah pengujian motilitas menyediakan ringkasan laporan masing-masing
spermatozoa. Pengujian motilitas spermatozoa hasil analisis.
merupakan satu parameter penting yang dapat Evaluasi mengggunakan CASA selain dapat
dijadikan dasar informasi tentang kemampuan mengetahui persentase total spermatozoa motil dan
fertilisasi spermatozoa. progresif juga dapat memberikan informasi
karakteristik motilitas spermatozoa yang lengkap,

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


80
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

seperti dance average path velocity (DAP), dance segar dan semen beku pejantan sapi Bali, sehingga
curvilinear velocity (DCL), dance straight line dapat digunakan untuk memprediksi fertilitasnya.
velocity (DSL), velocity average path (VAP), velocity
curvilinear (VCL), velocity straight line (VSL), 2. METODE
straightness (STR), linearity (LIN), wobble (WOB), 2.1 Ternak Percobaan, Pemberian Pakan
amplitude lateral head displacement (ALH), dan beat dan Periode Pemeliharaan
cross frequency (BCF). Nilai-nilai karakteristik
motilitas sperma tersebut berkorelasi positif dengan Penelitian ini menggunakan dua ekor pejantan sapi
fertilitas (Januškauskas and Žilinskas, 2002 dan Bali dalam kondisi sehat, umur 4 – 6 tahun, bobot
Perumal, Srivastava, Ghosh, Baruah 2014), badan 230 - 262 kg. Bahan pakan yang digunakan
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi adalah pakan konsentrat, daun kelor kering udara
kemampuan fertilisasi sperma. (KA, 29-30%), mineral Zn (Seng Sulfat–
Salah satu faktor yang memengaruhi kualitas ZnSO4.7H2O, produksi PT. Indofarma, Bekasi,
semen adalah pemberian ransum dengan nilai Indonesia), dan jerami padi. Pakan konsentrat terdiri
nutrisi yang baik. Salah satu mineral yang harus ada atas campuran: dedak padi (25%), tepung kulit
dalam ransum untuk meningkatkan reproduksinya coklat (12%), tepung kepala udang (15%), ampas
dan mampu mengatasi infertilitas adalah mineral Zn. tahu (40%), garam (5%) dan mineral mix untuk sapi
Proses pembentukan spermatozoa terjadi di dalam potong (3%). Kandungan nutrisi pakan konsentrat,
tubuli seminiferi testes yang dikenal sebagai proses daun kelor dan jerami padi yang digunakan disajikan
spermatogenesis. Siklus spermatogenesis pada pada Tabel 1.
ternak terdiri atas dua tahapan, yaitu
spermatositogenesis dan spermiogenesis. Pada .Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan konsentrat,
proses ini diperlukan mineral Zn agar sapi jantan daun kelor, dan jerami padi
mampu menghasilkan sperma secara optimal
(Widhyari, Esfandiari, Wijaya, Wulansari, Widodo & Zat-zat Daun Jerami
Maylina 2015). Zn memainkan peranan penting No Konsentrat
makanan (%) Kelor Padi
dalam produksi berbagai hormon seks termasuk 1. Kadar air 36.38 11.84 10.14
testosteron dan Gonadotropin Releasing Hormone 2. ProteinKasar 13.47 25.70 4.12
(GnRH). Zn merangsang sel-sel Leydig testis untuk 3. Lemak 5.64 10.20 1.35
memproduksi testosteron. Zn ini dilokalisasi pada 4. Serat Kasar 21.69 9.48 33.25
badan Golgi atau vesikel sekretori dari 5. BETN 34.76 41.56 44.89
interstitiotrophs, folliculotrophs, dan laktotrop dari 6. Abu 24.76 13.06 16.39
kelenjar hipofisis. Elemen ini memainkan peran 7. Ca 2.53 3.34 0.46
penting dalam produksi dan sekresi FSH, LH, dan 8. P 0.67 0.39 0.10
prolaktin secara bergiliran, mengatur produksi 9. Zn(µg/g) 21.77 12.56 68.96
testosteron (Roy, Baghel, Mohanty & Mondal 2013). Keterangan:
Mineral Zn menstimulir sel leidig pada testes untuk = Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan
memproduksi testosteron karena mineral ini Ternak, Fakultas Peternakan Unhas, Makassar.
merupakan komponen protein yang terlibat dalam
sintesis dan sekresi testosteron (Kumar, Verma, Sapi jantan dipelihara selama tiga periode,
Singh, Varshney, Dass 2006). setiap periode delapan minggu. Sapi pejantan diberi
Daun kelor mengandung mineral Zn sebesar ransum sesuai standar kebutuhan nutrisi untuk
31,03 mg/kg (Moyo, Masika, Hugo & Muchenje pejantan (NRC, 2000). Periode pertama (kontrol),
2011) atau 0,6 mg/100g daun segar (Krisnadi, diberi pakan konsentrat 1% dari bobot badan dan
2015). Mineral Zn yang terdapat pada daun kelor, jerami padi ad lib. Periode kedua (pemberian daun
telah terbukti berperan dalam meningkatkan kelor), diberi pakan sama dengan periode pertama
motilitas total dan motilitas progresif semen segar ditambah daun kelor 15% dari bobot konsentrat.
pejantan sapi Bali (Syarifuddin, Toleng, Rahardja, Periode ketiga (pemberian Zn), diberi pakan sama
Ismartoyo & Yusuf 2017). Oleh karena itu, penelitian dengan periode pertama ditambah Zn ekuivalen
ini mencoba memberi pakan tambahan daun kelor kandungan Zn daun kelor periode kedua.
dan mineral Zn (Seng sulfat) pada pejantan sapi Bali
untuk menilai karakteristik motilitas semen segar 2.2 Prosedur Penelitian
dan semen bekunya dengan menggunakan CASA.
Penelitian ini akan melihat peran mineral Zn dalam Penampungan semen dilakukan dua kali seminggu
daun kelor terhadap karakateristik motilitas semen pukul 07.00 pagi. Semen yang tertampung ditangani

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


81
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

sesuai prosedur Ax, Dally, Didion, Lenz, Love, (P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang
Varner, Hafez & Bellin (2000). Semen langsung signifikan (P>0,05) antara daun kelor dengan
dinilai secara makroskopis dilanjutkan penilaian mineral Zn. Jarak lateral gerakan kepala sperma
mikroskopis. Semen yang hanya memenuhi standar pada setiap rata-rata alurnya (ALH) signifikan lebih
untuk produksi semen beku dilakukan prosessing jauh pada kelompok perlakuan dibanding dengan
untuk pembuatan semen beku. Jumlah straw yang kontrol (P<0.05), namun tidak terdapat perbedaan
dihasilkan disesuaikan dengan volume semen yang yang signifikan (P>0,05) antara daun kelor dengan
ditampung. Straw yang dihasilkan, disimpan selama mineral Zn. Frekuensi gerakan sperma (BCF) atau
satu minggu pada kontainer berisi N2 cair pada suhu rata-rata alur curve linear sperma melewati rata-rata
-196oC, kemudian dilakukan thawing dan dievaluasi alurnya, signifikan lebih tinggi pada kelompok
kualitasnya. perlakuan dibandingkan dengan kontrol (P<0,05),
Penilaian secara mikroskopis untuk namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan
memprediksi fertlitas sperma menggunakan (P>0,05) antara daun kelor dengan mineral Zn.
Computer Assisted Semen Analyzer (CASA) dengan Hasil penilaian karakteristik motilitas sperma
program Sperm VisionTM Versi 3.7.5. Peubah yang menunjukkan bahwa, pemberian pakan tambahan
diamati: daun kelor dan mineral Zn meningkatkan jarak
1. Karakteristik motilitas semen segar berupa: DCL tempuh dalam satu detik pada DCL, DSL, dan DAP,
= distance curve line; DSL = distance straight kecepatan pada VCL, VSL, dan VAP serta frekuensi
line; DAP = distance average path; VCL = curve (BCF) dan amplitudo (ALH) sperma pejantan sapi
linear velocity; VSL = straight line velocity; VAP Bali, dan tidak ada perbedaan antara perlakuan
= average path velocity; LIN = linearity = daun kelor dengan mineral Zn. Hal ini membuktikan
(VSL/VCL); STR = straightness (VSL/VAP); ALH bahwa mineral Zn yang terdapat pada daun kelor
= amplitude of lateral head movement; BCF = berperan dalam meningkatkan nilai karakteristik
beat cross frequency; dan WOB = wobble = motilitas sperma pejantan sapi Bali. Menurut
(VAP/VCL), Susilawati (2011), terdapat tiga pola motilitas
2. Karakteristik post thawing motility (PTM) berupa sperma, yaitu kelompok hiperaktifasi memiliki nilai
: motilitas total, motilitas progressif, DCL, DSL, VCL ≥ 100 µm/detik, LIN < 60% dan ALH ≥ 5
DAP, VCL, VSL, VAP, LIN, STR, ALH, BCF,
dan WOB. Tabel 2. Karakteristik motilitas semen segar pejantan sapi Bali pada
Data hasil pengamatan libido dan kualitas kelompok kontrol dan perlakuan
semen dianalisis menggunakan One Way Anova
No Karakteristik Kontrol Perlakuan
dibantu dengan Program SPSS® Versi 21.
. Motilitas Daun kelor Mineral Zn
Semen Segar Rata-rata (± SEM)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. DCL (µm/s) 30.41 ± 1.19a 54.01 ± 1.65b 54.57 ± 2.81bc
3.1 Karakteristik Motilitas Semen Segar 2. DSL (µm/s) 13.00 ± 0.28a 16.28 ± 0.35b 15.68 ± 0.34bc
3. DAP (µm/s) 18.08 ± 0.59a 26.24 ± 0.67b 25.92 ± 0.86bc
4. VCL (µm/s) 72.74 ± 2.67a 126.61 ± 3.15b 136.47 ± 7.05bc
Karakteristik motilitas semen segar pejantan sapi 5. VSL (µm/s) 31.48 ± 0.62a 40.22 ± 0.77b 39.88 ± 0.88bc
Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan 6. VAP (µm/s) 43.55 ± 1.30a 64.89 ± 1.48b 65.32 ± 2.20bc
disajikan pada Tabel 2. 7. LIN (%) 0.44 ± 0.01a 0.32 ± 0.01b 0.30 ± 0.01bc
Jarak yang dapat ditempuh oleh sperma 8. STR (%) 0.72 ± 0.01a 0.63 ± 0.01b 0.61 ± 0.01bc
9. ALH (µm) 5.56 ± 0.14a 7.01 ± 0.15b 6.77 ± 0.18bc
dalam satu detik pada lintasan curve (DCL), pada 10. BCF (Hz) 19.78 ± 0.30a 20.63 ± 0.11b 20.71 ± 0.25bc
lintasan straight (DSL), dan pada lintasan rata- 11. WOB (%) 0.60 ± 0.01a 0.51 ± 0.01b 0.48 ± 0.00bc
rata alurnya (DAP), signifikan lebih jauh pada Keterangan :
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
(P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang perbedaan yang nyata (P< 0.05).
signifikan (P>0,05) antara daun kelor dengan
mineral Zn. Velocity (kecepatan) sperma pada µm/detik, non hiperaktifasi apabila memiliki nilai
lintasan curve (VCL), pada lintasan straight (VSL), VSL ≥ 40 µm/detik, LIN ≥ 60% dan ALH < 5
dan pada lintasan rata-rata alurnya (VAP), signifikan µm/detik, serta kelompok transisi yang memiliki nilai
lebih cepat pada kelompok perlakuan dibandingkan diantaranya. Berdasarkan kategori tersebut, sperma
dengan kontrol (P<0,05), namun tidak terdapat pada kelompok perlakuan mengalami hiperaktifasi.
perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara daun Hiperaktifasi spermatozoa diperlukan sesaat
kelor dengan mineral Zn. Persentase LIN, STR, dan sebelum reaksi akrosom secara in vitro yaitu
WOB signifikan lebih rendah pada kelompok pergerakan dalam oviduct saat fertilisasi. Motilitas
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol sperma terhiperaktifasi berkorelasi positif dengan

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


82
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

kemampuan untuk menembus zona. Angka fertilitas Walaupun demikian, nilai post thawing motility
kelompok hiperaktifasi memiliki keberhasilan yang semen beku yang diperoleh masih lebih tinggi
lebih tinggi dibandingan dengan kelompok non dibandingkan dengan standar menurut Vincent,
hiperaktifasi (Susilawati, 2011). Berdasarkan hal Underwood, Dolbec, Bouchard, Kroetsch & Blondin
tersebut, maka mineral Zn pada daun kelor dapat (2012), sapi Bali di perusahaan peternakan di
menyebabkan terjadinya hiperaktifasi, sehingga Malaysia (Sarsaifi, Rosnina, Ariff, Wahid, Hani,
dapat meningkatkan fertilitas sperma pejantan sapi Yimer, Vejayan, Naing & Abas, 2013, sapi Bali,
Bali. Madura, dan PO di BBIB Singosari (Salim,
Susilawati & Wahyuningsih 2012), sapi Limousin,
3.2 Karakteristik Post Thawing Motility Simmental, dan Friesian Holstein di BIB Lembang,
(PTM) Bandung, Jawa Barat (Komariah, Arifiantini &
Nugraha 2013), dan sapi Brahman (Pratiwi,
Hasil penilaian kualitas semen beku Tabel 3. Kualitas semen beku pejantan sapi Bali pada kelompok
pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol kontrol dan perlakuan
dan perlakuan disajikan pada Tabel 3.
Nilai post thawing motility berupa Kontrol
Perlakuan
motilitas total dan motilitas progressif No Kualitas Semen Beku Daun kelor Mineral Zn
Rata-rata (± SEM)
sperma tidak menunjukkan perbedaan
1. Motilitas total (%) 74.65 ± 1.44 80.37 ± 4.93 73.33 ± 1.59
signifikan (P>0.05) antara kelompok kontrol, 2. Motilitas Progresif (%) 59.30 ± 1.53 66.20 ± 4.93 58.95 ± 1.48
daun kelor, dan mineral Zn. Demikian pula 3. Karakteristik motilitas:
pada karakteristik motilitas post thawing  DAP (µm/s) 20.35 ± 0.42 21.56 ± 0.81 19.85 ± 0.45
motility, tidak menunjukkan perbedaan yang  DCL (µm/s) 41.43 ± 1.33 43.95 ± 1.26 38.88 ± 1.12
 DSL (µm/s) 13.43 ± 0.06 13.90 ± 0.30 13.13 ± 0.24
signifikan (P>0.05) antara kelompok kontrol  VCL (µm/s) 103.52 ± 2.74 109.57 ± 3.07 97.38 ± 2.80
dengan daun kelor, dan mineral Zn. Jarak  VAP (µm/s) 51.36 ± 0.74 54.27 ± 1.92 50.13 ± 1.08
yang dapat ditempuh oleh sperma dalam  VSL (µm/s) 34.20 ± 0.09 35.30 ± 0.68 33.44 ± 0.57
satu detik pada lintasan curve (DCL), pada  LIN (%) 0.32 ± 0.01 0.32 ± 0.00 0.34 ± 0.01
lintasan straight (DSL), dan pada lintasan  ALH (µm) 5.83 ± 0.15 5.90 ± 0.04 5.47 ± 0.10
 STR (%) 0.66 ± 0.01 0.65 ± 0.01 0.66 ± 0.00
rata-rata alurnya (DAP), tidak menunjukkan  BCF (Hz) 20.71 ± 0.16 20.91 ± 0.19 20.40 ± 0.12
perbedaan yang signifikan (P>0.05) antara  WOB (%) 0.49 ± 0.00 0.49 ± 0.00 0.51 ± 0.01
kelompok kontrol, daun kelor, dan mineral Keterangan:
Zn. Velocity (kecepatan) sperma pada a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
lintasan curve (VCL), pada lintasan straight perbedaan yang nyata (P< 0.05).
(VSL), dan pada lintasan rata-rata alurnya
(VAP), tidak menunjukkan perbedaan yang Affandhy & Ratnawati 2009). Hasil yang sama pada
signifikan (P>0.05) antara kelompok kontrol, daun bangsa-bangsa sapi di Bangladesh yaitu sapi
kelor, dan mineral Zn. Persentase LIN, STR, dan pejantan Lokal (L), Friesian (F), Sahiwal (SL),
WOB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Local×Friesian (L×F), Sahiwal×Friesian (SL×F),
(P>0.05) antara kelompok kontrol, daun kelor, dan Local× Friesian×Friesian (LF1×F),
mineral Zn. Jarak lateral gerakan kepala sperma Local×Friesian×Friesian× Friesian (LF2×F) (Hossain,
pada setiap rata-rata alurnya (ALH) tidak Khatun, Islam & Miazi, 2012). Nilai karakteristik
menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05) motilitas yang diperoleh masih lebih rendah
antara kelompok kontrol, daun kelor, dan mineral dibandingkan dengan sapi Bali di perusahaan
Zn. Frekuensi gerakan sperma (BCF) atau rata-rata peternakan di Malaysia (Sarsaifi et al. 2013). Hal ini
alur curve linear sperma melewati rata-rata alurnya, mungkin disebabkan oleh perbedaan metode
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan penampungan semen yang digunakan. Penelitian ini
(P>0.05) antara kelompok kontrol, daun kelor, dan menggunakan metode vagina buatan, sedangkan
mineral Zn.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian Sarsaifi et al. (2013) menggunakan
tidak ada perbedaan post thawing motility berupa metode pengurutan pada ampula (RM) yang
motilitas total and motilitas progressif sperma serta dilanjutkan dengan metode elektroejakulator (EE).
karakteristik motilitas post thawing motility antara Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, kombinasi
kelompok kontrol, daun kelor, dan mineral Zn. Hal ini RM dan EE pada pejantan sapi Bali ternyata lebih
menunjukkan bahwa mineral Zn yang terdapat pada berhasil dibandingkan metode RM. Penggunaan RM
daun kelor tidak berperan dalam meningkatkan post sebelum EE mengakibatkan mungkin adanya
thawing motility semen beku dan karakteristik pergerakan sperma masuk ke panggul uretra
motilitas post thawing motility semen beku.

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


83
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

sehingga mengurangi jumlah rangsangan diperlukan Central Cattle Breeding and Dairy Farm of
untuk ejakulasi. Walaupun demikian, dinyatakan Bangladesh. Bang. J. Anim. Sci., 41(1),1-5.
bahwa, hasil metode ini tidak konsisten dan motilitas Januškauskas A, Žilinskas H. 2002. Bull semen
sperma yang beragam, sehingga hal ini evaluation post-thaw and relation of semen
characteristics to bull’s fertility. Veterinarija Ir
kemungkinan hasil yang diperoleh lebih tinggi.
Zootechnika, 17(39).
Krisnadi AD. 2015. Kelor Super Nutrisi. Kelorina.Com.
4. SIMPULAN Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman
Kelor Indonesia. Lembaga Swadaya Masyarakat –
1. Pemberian daun kelor dan mineral Zn signifikan Media Peduli Lingkungan (LSM-MEPELING).
memperbaiki nilai-nilai karakteristik motilitas http://kelorina.com/ebook-2/.
sperma segar pejantan sapi Bali, namun tidak Komariah, Arifiantini I, Nugraha FW. 2013. Kaji banding
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kualitas spermatozoa sapi simmental, limousin, dan
pemberian daun kelor dengan mineral Zn. friesian holstein terhadap proses pembekuan.
Buletin Peternakan, 37(3), 143-147.
2. Nilai-nilai karakteristik motilitas sperma pasca
Kumar N, Verma RP, Singh LP, Varshnet VP, Dass R. S.
thawing tidak menunjukkan perbedaan yang Dass. 2006. Effect of different levels and sources of
signifikan antara kontrol, pemberian daun kelor zinc supplementation on quantitative and qualitative
dan pemberian mineral Zn. semen attributes and serum testosterone level in
3. Sperma yang diberi daun kelor dan mineral Zn crossbred cattle (Bos indicus × Bos taurus) bulls.
mengalami hiperaktifasi sehingga dapat Reprod Nutr Dev., 46, 663–675. DOI:10.1051/
diprediksi spermanya lebih fertil. rnd:2006041.
4. Mineral Zn yang terdapat pada daun kelor dapat Moyo B, Masika PJ, Hugo A, Muchenje V. 2011.
berperan meningkatkan fertilitas sperma Nutritional characterization of Moringa (Moringa
pejantan sapi Bali. oleifera Lam.) leaves. African Journal of
Biotechnology, 10(60), 12925-12933. Online at
http://www.academicjournals.org/AJB.doi:
5. UCAPAN TERIMA KASIH 10.5897/AJB10.1599.
Nutrient Requirements of Beef Cattle. 2000. Seventh
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Revised Edition: Update Subcommittee on Beef
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Cattle Nutrition, Committee on Animal Nutrition,
Tinggi, Indonesia yang telah membiayai penelitian National Research Council.
ini melalui PENELITIAN DISERTASI DOKTOR http://www.nap.edu/catalog/9791.html.
dengan perjanjian penelitian No. 070 / SP2H / LT / Perumal P, Srivastava SK, Ghosh SK, Baruah KK. 2014.
DRPM / IV / 2017 tanggal 4 Mei, 2017. Penulis juga Computer-Assisted Sperm Analysis of freezable
and nonfreezable Mithun (Bos frontalis) semen. J.
mengucapkan terima kasih kepada Samata
Anim. Article ID 675031, 6 p. http://dx.doi.org/
Integrated Farming System, Kabupaten Gowa, 10.1155/2014/675031.
Sulawesi Selatan yang telah menyediakan kandang Pratiwi WC, Affandhy L, Ratnawati D. 2009. Effects of
dan sapi percobaan dan membantu dalam thawing on frozen semen quality of Limousin and
penampungan semen. Brahman Bulls. Anim. Product., 11(1), 48‐52.
Roy B, Baghel RPS, Mohanty TK, Mondal G. 2013. Zinc
6. DAFTAR PUSTAKA and male reproduction in domestic animals: A
Review. Indian J Anim Nutr., 30(4), 339-350.
Abdu SB. 2008. Effect of vitamins deficiencies on the Salim MA, Susilawati T, Wahyuningsih S. 2012. Effect of
histological structure of the testis of albino mice thawing technique to quality frozen semen
Mus musculus. Saudi Journal of Biological spermatozoa in Bali, Madura and PO cattle.
Sciences, (15), 269 - 278. Agripet., 12(2),14-1.
Anggraeni A. 2007. Indeks reproduksi sebagai faktor https://doi.org/10.17969/agripet.v12i2.197.
penentu efisiensi reproduksi sapi perah: fokus Sarastina, Susilawati T, Ciptadi G. 2012. Analisa
kajian pada sapi perah Bos taurus. Prosiding beberapa parameter motilitas spermatozoa pada
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah berbagai bangsa sapi menggunakan computer
Menuju Perdagangan Bebas – 2020:61-74. assisted semen analysis (CASA). J. Ternak
Ax RL, Dally MRM, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Tropika, 6(2), 1-12.
Varner DD, Hafez B, Bellin ME. 2000. Artificial Sarsaifi K, Rosnina Y, Ariff MO, Wahid H, Hani H, Yimer
Insemination. In: Hafez ESE, Hafez B. Editor. N, Vejayan J, Naing SW, Abas MO. 2013. Effect of
Reproduction in farm animals. 7th ED. Lippincott semen collection methods on the quality of pre- and
William & Wilkinz, USA. post-thawed Bali cattle (Bos javanicus)
Hossain ME, Khatun MM, Islam MM, Miazi OF. 2012. spermatozoa. Reprod. Dom. Anim., 48, 1006–1012.
Semen characteristics of breeding bulls at the Doi: 10.1111/rda.12206.

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


84
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 80-85 April 2018

Syarifuddin NA, Toleng AL, Rahardja DP, Ismartoyo, Vincent P, Underwood SL, Dolbec C, Bouchard N,
Yusuf M. 2017. Daun kelor sumber mineral seng Kroetsch T, Blondin P. 2012. Bovine semen quality
(Zn) untuk meningkatkan libido dan kualitas semen control in artificial insemination centers. Anim.
pejantan sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Reprod., 9(3), 153-165.
Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 180-186. Widhyari SD, Esfandiari A, Wijaya A, Wulansari R,
Simmet C. 2004. The Great Vision Behind Sperm Vision. Widodo S, Maylina L. 2015. Tinjauan penambahan
Sperm Notes Special Edition. Mini mineral zn dalam pakan terhadap kualitas
Susilawati T. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya spermatozoa pada sapi frisian holstein jantan.
Press, Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 20(1), 72 –
77.

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


85

View publication stats

You might also like