Professional Documents
Culture Documents
Matra Pembaruan: Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja Di Daerah
Matra Pembaruan: Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja Di Daerah
Intisari
Provost umumnya berada di institusi yang bersifat militer, namun
provost juga dapat ditemukan di Unit Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP), Provost Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan aktifitas Aparatur
Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Daerah dan anggota Satpol PP. Tujuan
kajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberadaan Provost
Satpol PP ditinjau dari perspektif hukum Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia No 19 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pakaian
Dinas, Perlengkapan Dan Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong
Praja. Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian normatif kualitatif
dengan analisis deskriptif kualitatif. Data sekunder dan primer diperoleh
dengan studi literatur dan wawancara serta observasi. Kesimpulan dari
studi ini adalah dasar hukum pembentukan Provost di Satpol PP tidak
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 19
BADAN PENELITIAN DAN Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan dan Peralatan
PENGEMBANGAN (BPP) Operasional Satuan Polisi Pamong Praja. Pembentukan tersebut hanya
KEMENTERIAN DALAM berdasarkan Keputusan Kepala Satpol PP dan Keputusan Sekretaris
NEGERI Daerah. Selain itu rekrutmen dan pembinaan anggota Provost Satpol PP
Jl. Kramat Raya No 132, Senen, Jakarta juga belum berdasarkan pada keahlian penyidikan.
Pusat
33
I. Pendahuluan juga anggota Satpol PP yang belum menjadi ASN
Penelitian ini tentang latar belakang dan biasanya berada di lingkungan Pemerintah
pemerintah daerah membentuk unit Provost Satuan Daerah. Kedua aparatur ini perlu menerapkan
Polisi Pamong Praja serta permasalahannya. Pada disiplin sesuai dengan kaidah dan norma. Pelanggar
umumnya Provost itu berada pada lingkungan yang disiplin sebaiknya diberikan sanksi yang tegas,
bersifat kemiliteran. Yang dimaksud dengan Provost agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah
adalah lembaga yang bersifat kombatan atau militer dapat berjalan efektif dan efesien. Untuk itu perlu
seperti dalam institusi Tentara Nasional Indonesia ada lembaga yang bertugas mengawasinya. Fungsi
(TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia. pengawasan dan pembinaan inilah yang seharusnya
Provost di dalam organisasi Kepolisian dijalankan oleh lembagsa seperti provost dan PKD
berwenang melakukan pemanggilan (Petugas Keamanan Dalam).
dan pemeriksaan, membantu pimpinan Sebuah penelitian tentang unit Kepolisian
menyelenggarakan pembinaan dan penegakan Republik Indonesia (POLRI) Kepolisian Resort
disiplin, serta memelihara tata tertib kehidupan Kota Pontianak oleh Dereck Kenneth Uninalora
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara
menyelenggarakan sidang disiplin atas perintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
atasan yang berhak menghukum, melaksanakan Tanjungpura Pontianak. Ia berkesimpulan, perlu
keputusan atasan yang berhak menghukum. adanya ketanggapan segera (Responsiveness) atasan
Tugas dan kewenangan Provost Kepolisian dan penegak disiplin anggota Polri. Hasil Penelitian
bertujuan untuk melakukan pengawasan dalam tersebut sangat relevan dengan kajian ini, karena
rangka menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan disiplin oleh atasan dalam bentuk
penegakan disiplin, serta memelihara tata tertib teguran lisan dan tertulis sebagai sanksi anggota
kehidupan anggota POLRI (PP No 2 Tahun 2003 yang tidak disiplin. Jika teguran masih diabaikan
tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian ditindak lanjuti dengan sanksi administrasi. Dari
Negara Republik Indonesia, 2003), selain itu hasil penelitian tersebut Uninalora pada prinsipnya
juga melalui Keputusan Panglima ABRI No menyetujui kebijakan menghukum tersebut.
Kep/04/P /II/1984 tanggal 4 Februari 1984 Mengadopsi kebijakan tersebut di dalam organisasi
tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer pemerintahan daerah juga dibentuk hal yang sama
dilingkungan ABRI dan Kepala Staf TNI AD No seperti Petugas Tindak Internal (PTI) (Permendagri
Kep/11/XII/1984 tanggal 17 Desember 1984 No 19 Tahun 2013 tentang Tentang Pedoman
tentang pencabutan organisasi Dinas Provost TNI Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan Peralatan
AD dan menetapkan menjadi organisasi Pusat Polisi Operasional Satuan Polisi Pamong Praja, 2013).
Militer. Penegakan disiplin terhadap anggota tidak Namun tidak sedikit pemerintahan daerah Juga
saja dilakukan oleh aparat Provost Kepolisian dan membentuk Petugas Keamanan Dalam (PKD) dan
Tentara Nasional Indonesia akan tetapi kepada Provost.
seluruh unsur Aparatur Sipil Negara (ASN) (UU No Penelitian tentang Kelembagaan Satpol PP
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, 2014). juga pernah ditulis Gunawan (2012b) yang berjudul
Membentuk prilaku berdisiplin bagi setiap Kontribusi Kesatuan Perlindungan Masyarakat
orang itu sangatlah mahal. Perlu didikan yang keras dalam Memberikan Rasa Keamanan, Ketertiban,
dan tidak sebentar. Begitu juga dengan disiplin dan Ketentraman Lingkungan: Studi Identifikasi
ASN yang sulit ditegakkan, karena banyak faktor- Profil Satuan Polisi Pamong Praja, Penelitian ini
faktor yang memengaruhi tingkat kedisplinan mendeskripsikan UU No 32 Tahun 2004 tentang
seseorang, mulai dari tingkat pendidikan sampai Pemerintahan Daerah Serta Peraturan Pemerintah No
kebiasaan sehari-hari. Bagi sebagian orang, disiplin 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
merupakan suatu kata yang membuat alergi dan yang menjadi landasan kuat bagi keberadaan Satpol
bisa membuat suasana menjadi tidak nyaman. PP. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terhadap
Pasalnya kedisplinan mengandung unsur memaksa penegakan perda, ketertiban umum dan ketenteraman
seseorang untuk melakukan dan mentaati aturan masyarakat, Satpol PP masih mengalami kendala dan
yang telah disepakati oleh lembaga. Terlebih hambatan serta belum melaksanakan fungsinya dengan
bagi seseorang yang tidak disiplin hampir dapat profesional. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
dipastikan dalam kehidupannya akan terasa berat perekrutan dan pengembangan. Perekrutan anggota
dan tersiksa. Perasaan tersiksa ini dikarenakan Satpol PP belum selektif, Anggota Satpol PP belum
adanya keterbatasan hak-hak seseorang dalam dibekali pendidikan dan pelatihan Penanganan Huru
melakukan sesuatu kegiatannya. Hara (PHH).
Seseorang dalam hal ini adalah anggota Mencermati permasalahan yang muncul terkait
Satpol PP dan ASN. ASN bisa saja seorang anggota dengan eksistensi Satpol PP dalam mengemban tugas-
Satpol PP begitu juga sebaliknya, Namun ada tugas pemerintahan umum dan penyelenggaraan