Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Eksistensi Provost Satuan Polisi

MATRA Pamong Praja di Daerah


PEMBARUAN
Dida Suhada *
*
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam
Negeri, Jl. Kramat Raya No. 132 – Senen, Jakarta
www.matrapembaruan.com
Dikirim: 1 Maret 2017; Direvisi: 20 Maret 2017; Diterbitkan: 30
Maret 2017
e-ISSN: 2549-5283
p-ISSN: 2549-5151
Matra Pembaruan 1 (1) (2017): 33-41 Abstract
Provost is usually found on military based institution, but the provost
also be found in the Civil Service Police Unit, Satpol PP Provost in carrying
out its duties and functions in the monitoring and implementation of
development activities at the State Civil Administrative Region Government
Keywords: Institution formation,
and its members. The purpose of this study was to determine the extent
Provost, Functions, Legal Basis,
of the presence of Provost Civil Service Police Unit reviewed from a legal
Municipal Police
perspective of the Minister of Home Affair Regulation Number 19 Year
2013 on Guidelines for Office Clothing, Supplies And Equipment Operations
Kata Kunci: Provost, Tugas, Dasar Civil Service Police Unit. The study used a qualitative research approach
Hukum, Satpol PP. normative qualitative descriptive analysis. Secondary and primary data
obtained by the study of literature and interviews and observations. The
conclusion from this study is that the legal basis for the establishment of the
*Korespondensi Provost at the municipal police are not in accordance with the Regulation of
Phone : +62 812 266 95151 the Minister of Home Affair Number 19 Year 2013 on Guidelines for Office
Email : didasuhada@gmail.com Clothing, Supplies And Equipment Operations Civil Service Police Unit. The
formation only by Decision of the Head municipal police and Decision of the
Regional Secretary. Besides recruiting and training members of municipal
police Provost also not based on the expertise of the investigation.

Intisari
Provost umumnya berada di institusi yang bersifat militer, namun
provost juga dapat ditemukan di Unit Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP), Provost Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
melakukan pengawasan dan pembinaan pelaksanaan aktifitas Aparatur
Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Daerah dan anggota Satpol PP. Tujuan
kajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberadaan Provost
Satpol PP ditinjau dari perspektif hukum Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia No 19 Tahun   2013 Tentang Pedoman Pakaian
Dinas, Perlengkapan Dan Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong
Praja. Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian normatif kualitatif
dengan analisis deskriptif kualitatif. Data sekunder dan primer diperoleh
dengan studi literatur dan wawancara serta observasi. Kesimpulan dari
studi ini adalah dasar hukum pembentukan Provost di Satpol PP tidak
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 19
BADAN PENELITIAN DAN Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan dan Peralatan
PENGEMBANGAN (BPP) Operasional Satuan Polisi Pamong Praja. Pembentukan tersebut hanya
KEMENTERIAN DALAM berdasarkan Keputusan Kepala Satpol PP dan Keputusan Sekretaris
NEGERI Daerah. Selain itu rekrutmen dan pembinaan anggota Provost Satpol PP

Jl. Kramat Raya No 132, Senen, Jakarta juga belum berdasarkan pada keahlian penyidikan.
Pusat

33
I. Pendahuluan juga anggota Satpol PP yang belum menjadi ASN
Penelitian ini tentang latar belakang dan biasanya berada di lingkungan Pemerintah
pemerintah daerah membentuk unit Provost Satuan Daerah. Kedua aparatur ini perlu menerapkan
Polisi Pamong Praja serta permasalahannya. Pada disiplin sesuai dengan kaidah dan norma. Pelanggar
umumnya Provost itu berada pada lingkungan yang disiplin sebaiknya diberikan sanksi yang tegas,
bersifat kemiliteran. Yang dimaksud dengan Provost agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah
adalah lembaga yang bersifat kombatan atau militer dapat berjalan efektif dan efesien. Untuk itu perlu
seperti dalam institusi Tentara Nasional Indonesia ada lembaga yang bertugas mengawasinya. Fungsi
(TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia. pengawasan dan pembinaan inilah yang seharusnya
Provost di dalam organisasi Kepolisian dijalankan oleh lembagsa seperti provost dan PKD
berwenang melakukan pemanggilan (Petugas Keamanan Dalam).
dan pemeriksaan, membantu pimpinan Sebuah penelitian tentang unit Kepolisian
menyelenggarakan pembinaan dan penegakan Republik Indonesia (POLRI) Kepolisian Resort
disiplin, serta memelihara tata tertib kehidupan Kota Pontianak oleh Dereck Kenneth Uninalora
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dari Program Studi Ilmu Administrasi Negara
menyelenggarakan sidang disiplin atas perintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
atasan yang berhak menghukum, melaksanakan Tanjungpura Pontianak. Ia berkesimpulan, perlu
keputusan atasan yang berhak menghukum. adanya ketanggapan segera (Responsiveness) atasan
Tugas dan kewenangan Provost Kepolisian dan penegak disiplin anggota Polri. Hasil Penelitian
bertujuan untuk melakukan pengawasan dalam tersebut sangat relevan dengan kajian ini, karena
rangka menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan disiplin oleh atasan dalam bentuk
penegakan disiplin, serta memelihara tata tertib teguran lisan dan tertulis sebagai sanksi anggota
kehidupan anggota POLRI (PP No 2 Tahun 2003 yang tidak disiplin. Jika teguran masih diabaikan
tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian ditindak lanjuti dengan sanksi administrasi. Dari
Negara Republik Indonesia, 2003), selain itu hasil penelitian tersebut Uninalora pada prinsipnya
juga melalui Keputusan Panglima ABRI No menyetujui kebijakan menghukum tersebut.
Kep/04/P /II/1984 tanggal 4 Februari 1984 Mengadopsi kebijakan tersebut di dalam organisasi
tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian Militer pemerintahan daerah juga dibentuk hal yang sama
dilingkungan ABRI dan Kepala Staf TNI AD No seperti Petugas Tindak Internal (PTI) (Permendagri
Kep/11/XII/1984 tanggal 17 Desember 1984 No 19 Tahun 2013 tentang Tentang Pedoman
tentang pencabutan organisasi Dinas Provost TNI Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan Peralatan
AD dan menetapkan menjadi organisasi Pusat Polisi Operasional Satuan Polisi Pamong Praja, 2013).
Militer. Penegakan disiplin terhadap anggota tidak Namun tidak sedikit pemerintahan daerah Juga
saja dilakukan oleh aparat Provost Kepolisian dan membentuk Petugas Keamanan Dalam (PKD) dan
Tentara Nasional Indonesia akan tetapi kepada Provost.
seluruh unsur Aparatur Sipil Negara (ASN) (UU No Penelitian tentang Kelembagaan Satpol PP
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, 2014). juga pernah ditulis Gunawan (2012b) yang berjudul
Membentuk prilaku berdisiplin bagi setiap Kontribusi Kesatuan Perlindungan Masyarakat
orang itu sangatlah mahal. Perlu didikan yang keras dalam Memberikan Rasa Keamanan, Ketertiban,
dan tidak sebentar. Begitu juga dengan disiplin dan Ketentraman Lingkungan: Studi Identifikasi
ASN yang sulit ditegakkan, karena banyak faktor- Profil Satuan Polisi Pamong Praja, Penelitian ini
faktor yang memengaruhi tingkat kedisplinan mendeskripsikan UU No 32 Tahun 2004 tentang
seseorang, mulai dari tingkat pendidikan sampai Pemerintahan Daerah Serta Peraturan Pemerintah No
kebiasaan sehari-hari. Bagi sebagian orang, disiplin 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
merupakan suatu kata yang membuat alergi dan yang menjadi landasan kuat bagi keberadaan Satpol
bisa membuat suasana menjadi tidak nyaman. PP. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terhadap
Pasalnya kedisplinan mengandung unsur memaksa penegakan perda, ketertiban umum dan ketenteraman
seseorang untuk melakukan dan mentaati aturan masyarakat, Satpol PP masih mengalami kendala dan
yang telah disepakati oleh lembaga. Terlebih hambatan serta belum melaksanakan fungsinya dengan
bagi seseorang yang tidak disiplin hampir dapat profesional. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
dipastikan dalam kehidupannya akan terasa berat perekrutan dan pengembangan. Perekrutan anggota
dan tersiksa. Perasaan tersiksa ini dikarenakan Satpol PP belum selektif, Anggota Satpol PP belum
adanya keterbatasan hak-hak seseorang dalam dibekali pendidikan dan pelatihan Penanganan Huru
melakukan sesuatu kegiatannya. Hara (PHH).
Seseorang dalam hal ini adalah anggota Mencermati permasalahan yang muncul terkait
Satpol PP dan ASN. ASN bisa saja seorang anggota dengan eksistensi Satpol PP dalam mengemban tugas-
Satpol PP begitu juga sebaliknya, Namun ada tugas pemerintahan umum dan penyelenggaraan

Matra Pembaruan 1 (1) (2016): 33-41


34
pemerintahan daerah di seluruh Indonesia, diperlukan dan pembina yang bertugas dalam melaksanakan
profil yang mampu menggambarkan komposisi pengawasan di lingkungan intern pemerintahan
personal, kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daerah sangatlah penting.
daya manusia dan sumber daya lainnya sesuai dengan Kajian ini bertujuan untuk menganalisis
kondisi realistik di lapangan. Dalam penelitian tersebut, sejauhmana pemerintah derah membentuk Provost
Gunawan mengidentifikasi dan menyusun profil Satpol Satpol PP dan serta untuk mengetahui dasar hukum
PP dalam menunaikan tugas-tugas pemerintahan umum pembuatan lembaga tersebut. Berdasarkan tujuan
terutama di bidang ketertiban umum, ketentraman kajian, penulismenggunakan beberapa pendekatan.
dan perlindungan masyarakat. Metode penelitian Pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori
yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan yang mendukung masalah dalam kajian ini yang
statistik deskriptif. Penelitian tersebut menyimpulkan, berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan
pertama, penyelenggaraan Satpol PP belum seluruhnya dalam mengkaji.
mengacu kepada PP No 6 Tahun 2010. Kedua, dalam Seperti pada penelitian yang berjudul Teori
hal ketatalaksanaan belum dibuat Standard Operating Hukum; Suatu Kajian Normatif, Empirik, Dan Posisi
Procedure (SOP). Ketiga, sumber daya aparatur belum Hukum Agama Dalam Ranah Publik Oleh Balian
sesuai, dan keempat anggaran masih sedikit. Zahab, 2011 yang menggunakan yurisprudensi
Belum semua anggota Satpol PP melaksanakan (teori atau filsafat hukum). Secara konseptual
SOP inilah yang mendorong banyak pemerintah daerah yurisprudensi adalah aturan yang menempatkan
membentuk lembaga pembina dan pengawas yang legalitas, menggunakan instrumen yurisdiksi terdiri
beragam, seperti Provost Satpol PP atau bisa disebut dari hukum, yurisprudensi dan doktrin yang pada
dengan PTI. Lembaga-lembaga ini bertugas melakukan akhirnya akan menyadari sebagai “Reward dan
pengawasan dan pembinaan terhadap aktivitas anggota Punishment”. Namun, berdasarkan norma hukum
Satpol PP dan ASN. Sebagai contoh Pemerintah yang paling mendasar (grundnorm) dengan tujuan
Kabupaten Malang telah membentuk Provost Satpol PP dan pemahaman ilmu hukum itu sendiri, hukum
yang difungsikan sebagai PKD, yaitu sebagai penegak untuk membuka serta memberikan rasa keadilan,
disiplin intern Satpol PP dalam ketaatan personil dapat menerima apapun perubahan yang terjadi
dalam berpakaian, disiplin kerja, dan menjalankan di masyarakat dan mencoba menempatkannya
sesuai protap maupun SOP yang berlaku. Selain itu, dalam tatanan sosial. Oleh karena itu sering terjadi
Provost juga bertugas membantu Bupati dalam rangka kontradiksi antara studi normatif dan empiris
meningkatkan disiplin pegawai seperti keikutsertaan perspektif.
ASN pada apel pagi dan setelahnya, Provost mencatat Hasil diskusi ini adalah, cara kerja sistem
ASN yang terlambat, serta meminimalisasi ASN hukum tidak akan terlepas dari hukum sebagai
keluyuran pada jam kerja. Keberadaan Provost di Satpol normatif dan empiris, dua sistem tidak bisa berjalan
PP merupakan fakta objektif saat ini yang harus diakui. sendiri, jika kedua sistem berjalan sepanjang itu
Provost Satpol PP diharapkan dapat memberikan sanksi akan achieved seperti apa yang disebut “Sein-
bagi pelanggar hukum sehingga dappat meningkatkan Sollen” seperti kerja hukum yang berangkat dari
kedisiplinan anggota Satpol PP dan ASN di kalangan tatanan sosial masyarakat, di mana sistem sosial
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota. akan memiliki aturan hukum formal sebagai acuan
Meningkatkan disiplin ASN dan Satpol mereka untuk interaksi antara makhluk sosial.
PP di daerah diperlukan sanksi tegas. Untuk Demikian juga, hukum agama, komunitas tertentu
itulah keberadaan Provost dibutuhkan. Tetapi akan lebih mudah untuk menerapkan seperangkat
kenyataannya Satpol PP sebagai lembaga penegakan aturan (hukum) sebagai ruh atau nafas dari UU
disiplin, ketertiban, dan keamanan justru tidak tersebut serta tidak bertentangan dengan idealisme
jarang melakukan pelanggaran. Sebagai contoh agama mereka sehingga antara hukum formal
petugas Satpol PP pernah ditangkap polisi karena dan hukum agama akan berjalan beriringan di
memaksa sepasang remaja yang tertangkap basah masyarakat.
melakukan asusila di Bekasi. Seorang oknum Satpol Aturan yang ada yang akan diaplikasikan
PP Kota Bekasi, Jawa Barat, yang diduga berbuat atau digunakan oleh masyarakat dalam hal ini
asusila terhadap dua remaja sepasang kekasih adalah aturan pemerintah daerah yang tidak boleh
dilaporkan ke Polisi. Oknum itu dituding memaksa bertentangan dengan hukum diatasnya. Penegakan
korban melakukan oral seks di sebuah ruangan hukum yang dimaksud di sini adalah penegakan
di kantor Pemerintah Kota Bekasi. Beberapa disiplin. Sangat perlu adanya ketegasan untuk
kasus menunjukkan perlu adanya lembaga yang menjaga eksistensi hukum itu sendiri. Untuk itu
mengawasi anggota Satpol PP seperti kasus kiranya perlu adanya sanksi yang tegas sebagai
tindakan pencabulan oknum Satpol PP di Monumen efek jera. Sebelumnya juga sudah dilakukan kajian
Nasional serta kasus dua anggota Satpol PP tewas yang terkait dengan Satpol PP yang dilakukan oleh
di Kota Cimahi kibat miras oplosan Agustus 2014 Gunawan (2012a) dengan judul Penyelenggaraan
lalu. Untuk itulah keberadaan lembaga pengawas

Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja di Daerah


Dida Suhada
35
Ketentraman dan Ketertiban Umum oleh Satpol PP hukum administrasi, yaitu pemaksaan pemerintah,
dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Aceh. menarik keputusan keuntungan (izin subsidi,
Kajian tersebut mengidentifikasi tugas pembayaran), Biaya paksaan pemerintah, dan denda
dan fungsi Satpol PP dalam penyelenggaraan administrasi. Kebijakan konsep sanksi administrasi
ketentraman dan ketertiban umum, sehingga Qanun menurut deskripsi UU No 11 Tahun 2006
memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan tentang Pemerintah Aceh menunjukkan Qanun
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Kajian juga adalah aturan yang menimpa aturan lain dengan
menyimpulkan kelembagaan belum masuk dalam mengikuti prinsip-prinsip Lex Specialis derogaat Lex
jabatan struktural, pembentukan sekretariat belum Generalis. Pasal 18 dari UUD 1945 merupakan dasar
dilaksanakan, dan kualitas sumber daya manusianya hukum untuk pelaksanaan otonomi daerah dengan
belum optimal. Disarankan agar segera melakukan memberikan kepala lokal dengan otoritas yang luas,
perubahan sistem jabatan struktural yang melekat nyata dan bertanggung jawab. Penelitian di atas
pada PPNS diubah menjadi Jabatan Fungsional menyebutkan, Qanun sangat bertentangan dengan
PPNS, membentuk Sekretariat PPNS pada Kantor aturan diatasnya seperti halnya dengan penelitian
Satpol PP, dan melakukan diklat bagi para pegawai. ini, keberadaan kebijakan Provost Satpol PP tidak
Kajian tersebut juga menegaskan di dalam unit sesuai dengan Permendagri No 19 Tahun 2013
Satpol PP sitem pembinaan PPNS struktural tidak Tentang Pedoman Pakaian Dinas, perlengkapan dan
berjalan optimal. Untuk itu disarankan mengubah Peralatan Satpol PP.
sistem menjadi fungsional seperti halnya penyidik Penelitian yang sebelumnya juga pernah
Kepolisian, dilakukan oleh Gunawan yang berjudul Kontribusi
Penelitian ini berbeda dengan kajian Kesatuan Perlindungan Masyarakat dalam
sebelumnya. namun bila dikaitkan secara runtun Memberikan Rasa Keamanan, Ketertiban, dan
akan menemui simpul yaitu tugas fungsi Provost Ketentraman Lingkungan: Studi Identifikasi Profil
adalah tugas pengawasan terhadap anggota Satuan Polisi Pamong Praja. mencermati beberapa
Satpol PP dan Anggota Perlindingan Masyarakat permasalahan yang muncul terkait dengan
yang melanggar SOP. Sebagai pengawas tentu eksistensi Satpol PP dalam mengemban tugas-
harus memiliki dasar-dasar ilmu penyidikan dan tugas pemerintahan umum dan penyelenggaraan
penyelidikan, sedangkan ilmu tersebut hanya pemerintahan daerah di seluruh Indonesia,
didapat di Kepolisian dan Kementerian Hukum diperlukan profil yang mampu menggambarkan
dan Ham seperti yang dilakukan oleh PPNS. Dapat komposisi personal, kelembagaan, ketatalaksanaan,
di bayangkan bila seorang provost tidak memiliki sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dasar-dasar penyidikan maka tindakan yang sesuai dengan kondisi realistik di lapangan.
diakukan tidak akan terarah. Penelitian Gunawan berbeda dengan kajian ini,
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan sebab penelitian di atas menyimpulkan kelembagaan
sebagian besar anggota Provost belum menjadi Satuan Perlindungan Masyarakat di Organisasi
PPNS bahkan masih menjadi tenaga honorer. Lebih Satuan Polisi Pamong Praja belum mengacu kepada
ironis tatkala mereka tidak memiliki kemampuan PP No 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong
dalam hal melakukan penindakan dan penyidikan, Praja. Kajian ini hanya berfokus pada keberadaan
karena tugas Provost adalah melakukan pembinaan Provost di Unit Satpol PP tidak sesuai dengan
dan tindakan disipliner terhadap anggota Satpol PP Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2013
dan PNS. Sementara Provost melakukan pengawasan Tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan
dan setiap pelanggaran memungkinkan dilanjutkan Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong,
ke persidangan. Hal ini menunjukan, pengangkatan Peneliti juga menambahkan beberapa teori yang
anggota Provost di daerah belum memiliki kriteria yang berkaitan dengan masalah kajian ini seperti
yang jelas siapa yang berhak menjadi angota pengertian kebijakan publik menurut James E.
Provost. Anderson dalam Kamal Fuadi, 2012, yang dimaksud
Kajian Hukum Normatif terhadap Sanksi kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan
Administrasi Negara dalam Qanun Kota Banda oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah
Aceh yang ditulis oleh Djusfi (et.al.) menyebutkan, serta selalu terkait dengan apa yang dilakukan
perkembangan hukum administrasi Indonesia atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Pengertian
ditunjukkan ketika pemerintah menggunakan ini, menurutnya, berimplikasi: (1) kebijakan selalu
aturan hukum dengan menentukan keputusan memunyai tujuan tertentu atau tindakan yang
tentang larangan atau dengan penerbitan sistem berorientasi pada tujuan, (2) kebijakan berisi
perizinan. Qanun berdasarkan Hukum Aceh adalah tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-
peraturan daerah yang mengatur administrasi pejabat pemerintah, (3) kebijakan merupakan apa
pemerintahan dan masyarakat daerah setempat. yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, (4)
Umumnya, beberapa sanksi dicatat dan menentukan kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan
aturan administrasi secara jelas. Ada sanksi dalam beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai

Matra Pembaruan 1 (1) (2016): 33-41


36
suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam menetapkan kebijakan-kebijakan umum yang
arti merupakan keputusan pejabat pemerintah terkait dengan kebaikan dan kepentingan bersama.
untuk tidak melakukan sesuatu, (5) kebijakan, dalam Dalam pengambilan keputusan ini biasanya para
arti positif, didasarkan pada peraturan perundang- decision-maker akan melakukan berapa rangkaian
undangan dan bersifat memaksa (otoritatif). yang saling terkait, mulai dari menetapkan masalah
Selain itu definisi kebijakan lainnya yang benar, merumuskan alternatif-alternatif guna
diungkapkan oleh Suharto (2008), yang menjelaskan menyelesaikan masalah yang ada, menghitung
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument kerugian dan keuntungan (cost and benefits) yang
pemerintahan, bukan hanya government yang dapat tercipta dari alternatif kebijakan yang telah
hanya menyangkut aparatur negara, tetapi juga disusun, sampai dengan pengambilan keputusan.
governance yang menyentuh pengelolaan sumber Dunn (2000) menjelaskan, Kebijakan publik
daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan adalah pola ketergantungan yang kompleks dari
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung,
yang secara langsung mengatur pengelolaan termasuk keputusan-keputusan untuk tidak
dan pendistribusian sumber daya alam, finansial bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor
dan manusia demi kepentingan publik yakini pemerintah. Selanjutnya menurut Suharto 2008,
rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga dalam merumuskan suatu kebijakan dapat
negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya dikelompokan melalui tiga tahap yaitu tahap
sinergi, kompromi, atau bahkan kompetisi antara identifikasi masalah dan kebutuhan, tahap
berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan- pertama perumusan kebijakan sosial adalah
kepentingan yang mewakili sistem politik suatu mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial
negara. yang dialami masyarakat dan mengidentifikasikan
Sedangkan menurut Charle O Jones (2008) kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi.
istilah kebijakan digunakan dalam praktik sehari- Analisis masalah dan kebutuhan yaitu mengolah,
hari. Namun, digunakan untuk menggantikan memilah dan memilih data mengenai masalah dan
kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis
sering dipertukarkan dengan tujuan, program, dan ditransformasikan ke dalam laporan yang
keputusan, standar, proposal dan grand design. terorganisasi. serta menginformasikan rencana
Secara umum, istilah kebijakan dipergunakan kegiatan dan perumusan tujuan kebijakan pemilihan
untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam model kebijakan, dan penentuan indikator sosial
suatu bidang kegiatan tertentu. Dengan demikian, membangun dukungan dan legitimasi publik.
dari beberapa definisi kebijakan di atas, maka Selanjutnya tahap implementasi yaitu perumusan
dapat disimpulkan, kebijakan adalah rangkaian kebijakan. Rencana kebijakan yang sudah disepakati
konsep pokok yang menjadi garis besar dalam bersama dirumuskan ke dalam strategi dan pilihan
pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung tindakan beserta pedoman peraturan pelaksannya.
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek- Tahap kedua adalah perancangan dan
praktek yang terarah bercirikan konsistensi implementasi program: Kegiatan utama pada tahap
dan pengulangantingkah laku dari mereka yang ini adalah mengoperasionalkan kebijakan kedalam
mematuhi keputusan tersebut. usulan-usulan program atau proyek sosial untuk
Kemudian teori lain yaitu tentang kebijakan dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran
publik yang dalam istilah publik berasal dari bahasa program. Tahap berikutnya adalah tahap evaluasi
inggris ‘public’ yang berarti umum, masyarak dan tindak lanjut. Evaluasi dilakukan baik terhadap
atau negara. Sebenarnya dalam bahasa Indonesia proses maupun hasil implementasi kebijakan.
sesuai bila diberi terjemahan praja, hanya sejak penilaian terhadap proses kebijakn difokuskan pada
zaman pendudukan Belanda kata-kata sangsekerta tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk
tersebut sudah salah kaprah. Arti sebenarnya dari melihat keterpaduan antar tahapan, serta sejauh
kata praja tersebut adalah rakyat, sehingga untuk mana program dan pelayanan sosial mengikuti garis
pemerintah yang melayani keperluan seluruh kebijakan yang telah ditetapkan.
rakyat diberi istilah pamong praja (pelayan rakyat). Melihat dari berbagai teori yang telah
Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki dipaparkan sebelumnya kajian ini lebih tepat pada
kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan evaluasi kebijakan dalam penerapakan kebijakan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai- yang telah ada, yaitu evaluasi keputusan dan
nilai norma yang mereka miliki. peraturan daerah tentang keberadaan Provost
Berbicara tentang kebijakan publik, maka terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
tentu saja kita akan bersinggungan dengan Indonesia No 19 Tahun 2013 tentang Pedoman
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan Pakaian Dinas, Perlengkapan dan Peralatan
merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan Operasional Satuan Polisi Pamong Praja atau kajian
oleh pihak berwenang dalam negara untuk normatif.

Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja di Daerah


Dida Suhada
37
II. Metode Kepolisian memiliki dasar hukum dalam
Kajian ini menggunakan pendekatan membentuk Provost yaitu Peraturan Pemerintah
penelitian studi pustaka dan observasi, kemudian Republik Indonesia No 2 Tahun 2003 tentang
diskripsikan dan dianalisis secara kualitatif. Noor Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara
Muhamad Aziz (2012) dalam Sunaryati Hartono Republik Indonesia. Provos adalah satuan fungsi
(2013), mengatakan pendekatan tersebut memiliki pada POLRI yang bertugas membantu pimpinan
manfaat seperti mengetahui atau mengenal apa untuk membina dan menegakkan disiplin serta
dan bagaimana hukum positif dari suatu masalah memelihara tata tertib kehidupan anggota POLRI.
tertentu, dapat menyusun dokumen-dokumen Keberadaan Provost menurut sifat
hukum (pekerjaan penegak dan praktisi hukum), kelembagaannnya dalam unit Kepolisian maupun
menulis makalah atau buku hukum, dapat TNI termasuk dalam katagori Militer atau kombatan,
menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain sedangkan unit Provost didalam unit Satpol PP
apa dan bagaimana hukum mengenai peristiwa atau bersifat non kombatan atau militer. Sifat non
masalah tertentu, melakukan penelitian dasar (basic kombatan atau militer dalam kelembagaan Satpol
research) di bidang hukum, menyusun rancangan PP masih dalam perdebatan, Satpol PP bersifat semi
peraturan perundang-undangan, serta menyusun militer karena pelatihan dan pembinaan anggota
rencana pembangunan hukum banyak yang dilatih di lembaga kemiliteran, tidak
Kajian ini juga menitik beratkan pada sedikit sifat kelembagaan Satpol PP termasuk dalam
kesesuaian amanat yang terdapat pada Peraturan murni sipil. Atas dasar itulah maka keberadaan
Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2013 tentang Provost Satpol yang dibentuk oleh pemerintah
Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan dan daerah terkesan tidak jelas.
Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong Praja Sebagai gambaran penulis mencoba mencari
serta Perda yang terkait dengan keberadaan Satpol informasi dari berbagai media dan mengamati
PP khususnya Provost Satpol PP. Peneliti juga langsung terhadap beberapa kasus yang terjadi di
mengamati dan melakukan observasi baik dari beberapa daerah. Seperti kasus keberadaan Provost
pengamatan langsung ketika melakukan perjalanan Satpol PP yang dilansir harian Sumatera Utara
dinas ke Provinsi Kabupaten Halmahera, Maluku Pos (sumutpos 20 April 2010). Berita memuat
Utara, Kota Batam, Provinsi Riau, serta Kota Bekasi Satpol PP versus warga Sumatera Utara. Berita
Provinsi Jawa Barat. Peneliti juga melakukan tersebut mengutip pernyataan Anggota Satpol PP
observasi ke Manado, Sulawesi Utara dan Medan, yang menggunakan pakaian dinas Provost, ketika
Sumatera Utara. melakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima
Observasi dilakukan dengan mengamati dan bentrok dengan warga. Kira-kira seperti inilah
langsung di kantor dan lapangan aktivitas Provost cuplkan pernyataannya. “Apalagi sampai ada korban
Satpol PP yang berpakaian dinas Provost, Intel jiwa. tetapi saat di lapangan, bisa saja terjadi di luar
berpakaian preman, serta anggota Satpol PP, koordinasi dan koridor. “Sebagai manusia biasa, ada
dari hasil pengamatan inilah diwujudkan dalam saja hal yang berakhir di luar koridor. Ketika sudah
interprestasi dan penafsiran terhadap aktifitas. berhadapan dengan warga yang marah-marah,”
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kata Satpol PP yang di lengannya ada ban provost
terhadap anggota Provost dan anggota Satpol PP itu,” Dari kalimat terakhir “kata Satpol PP yang di
serta ASN, wawancara difokuskan pada aktifitas lengannnya ada ban provost.” Artinya Kota Medan,
dan dasar hukum dalam melaksanakan kegiatan di Sumatera Utara telah membentuk unit Provost
lingkungan kantor pemerontah. Hasil wawancara Satpol PP, dan Provost disini berfungsi melakukan
dan observasi kemudian dikumpulkan untuk dan mengendalikan emosi anggotanya.
dianalisis secara kualitatif dengan mensandingkan Selain kasus di Kota Medan, Provinsi Riau
beberapa aturan dan kebijakan daerah terkait juga telah membentuk Provost yang dimuat dalam
dengan keberadaan Provost selanjutnya Riaupos.Co yang menyatakan Satpol PP Provinsi
dinterprestasikan secara kualitatif atau naratif. Riau menyadari benar pembenahan internal SDM
sangat diperlukan dalam tugas menegakkan Perda.
Untuk itu, peranan provos Satpol PP yang sekarang
III. Hasil dan Pembahasan disebut Petugas Tindak Internal (PTI). Dari kalimat
Hasil dan pembahasan akan dimulai dengan redaksi jelas, Provinsi Riau telah melegalkan
penjelasan provost di Indonesia dan selanjutnya keberadaan Provost. “peranan Provost Satpol PP
mencoba menselaraskan antara keberadaan provost merupakan juga Petugas Tindak Internal (PTI)”
di lembaga lain dengan provost di Satpol PP. Sebagai Seharusnya kata lembaga Provost diganti
pembanding yaitu antara Provost Satpol PP dengan saja dengan PTI, karena dalam Permendagri No
Provost di POLRI dan TNI. Provost adalah lembaga 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas,
yang bertugas mengawasi anggota dan bersifat Perlengkapan Dan Peralatan Operasional Satuan
intern, seperti halnya Provost di indtitusi POLRI. Polisi Pamong Praja pada Bab I Pasal 1 Ayat 11

Matra Pembaruan 1 (1) (2016): 33-41


38
menjelaskan, Pakaian Dinas Petugas Tindak Komandan a) Membantu tugas komandan dalam
Internal yang selanjutnya disingkat PDPTI adalah setiap melaksanakan tugas, serta b) Mewakili
Pakaian yang digunakan oleh anggota Satpol PP dan mengambil alih tugas komandan apabila
dalam melaksanakan tugas pengawasan internal berhalangan.  
dan kode etik Satpol PP. Baik nomenklatur Provost Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten
maupun Petugas Tindak Internal, sebenarnya Malang dalam membentuk Provost kurang
sangat berkaitan sekali, karena jika melihat mendasar dan menyalahi aturan hukum yaitu
Permendagri tersebut, Provost tidak dikenal dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun
aturan tersebut, akan tetapi PTI sudah diakui 2013 Tentang Pedoman No 19 Tahun 2013 tentang
keberadaannya oleh hukum. Namun keduanya Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan
memiliki fungsi dan tugas yang sama untuk Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong Praja.
melakukan pengawasan internal dilingkungan Pada Bab I Pasal 1 Ayat 11 menjelaskan, pakaian
pemerintahan daerah. dinas PTI yang selanjutnya disingkat PDPTI adalah
Kasus berikutnya terjadi di Kota Batam yang pakaian yang digunakan oleh anggota Satpol PP
menggelar pelatihan pembinaan fisik, mental, dalam melaksanakan tugas pengawasan internal
jasmani, dan rohani di halaman Engku Putri. YONIF dan kode etik Satpol PP. Padahal jelas dalam
134 turun tangan memberikan materi kepada 10 Perda Kabupaten Malang tersirat, “mengacu pada
anggota Provost Satpol PP. dengan kondisi hujan, kententuan perundangan yang berlaku”
Provost Satpol PP Kota Batam tetap bersemangat Hal serupa juga terjadi pada Pemerintah Kota
dalam pelatihan tersebut. Pemerintah daerah Jakarta Selatan yang telah membentuk Satgas
berharap pelatihan bisa meningkatkan kinerja Provost Satpol PP berdasarkan instruksi Walikota
para petugas dalam pengamanan dan keamanan. Jakarta Selatan, Satgas terdiri dari 12 orang petugas
Pelatihan juga diaharapkan dapat memberikan pilihan, ditambah seorang komandan regu, dengan
yang terbaik untuk kemajuan institusi dan tujuan untuk mencegah arogansi petugas Satpol
sumberdaya manusia para petugas. Pelatihan juga PP dalam setiap tugas penertiban. Provost Satpol
diharapkan dapat memupuk rasa kedisiplinan PP diharapkan bekerja sesuai dengan prosedur
dan kesetiakawanan para anggota Provost Satpol tetap yang direncanakan. Instruksi Walikota Jakarta
PP. Kejadian tersebut mengindikasikan jelas Selatan membentuk Satgas Provost Satpol PP
Kota Batam telah membentuk Provost Satpol PP. perlu diapresiasi, namun instruksi tersebut pun
Tindakan pemerintah daerag dalam beberapa kasus bertentangan dengan peraturan di atasnya yaitu
tersebut menurut hemat penulis adalah tindakan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2013
mubazir dan hanya menghabiskan anggaran saja. tentang Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan dan
Pasalnya untuk pembentukan Provost Satpol PP Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong Praja.
tidak memiliki dasar hukum. Provost juga hanya Permendagri No 19 Tahun 2013 tidak menjelaskan
terdapat di institusi bersifat militer atau kombatan adanya Provost melainkan PTI dari sisi pakaian dan
seperti TNI dan POLRI. atribut yang digunakan juga berbeda dengan yang
Di Kabupaten Malang pun demikian, mereka kita lihat, dari atribut topi saja jika provos Satpol PP
telah membentuk Provost dan bertanggung jawab menggunakan topi baret biru tua sedangkan dalam
dalam melaksanakan beberapa urusan di antaranya Permendagri No 19 Tahun 2013 di atur, topi atau
sebagai Komandan bertugas a) Memimpin dan baret dengan warna coklat kaki.
mengendalikan Anggota dalam rangka penegakan Kabupaten Tegal juga telah membentuk
disiplin pegawai terutama pada seksi operasional Provost Satpol PP melalui Satpol PP Kabupaten
dan pengawasan dengan mengacu pada kententuan Tegal selaku institusi Penegak Perda yang mulai
perundangan yang berlaku serta kententuan teknis menggalakkan pembinaan dan penataan Pedagang
yang telah di sepakati, b) Membantu penegakan Kaki Lima (PKL) khususnya di wilayah Kota
displin karyawan/karyawati Pemerintah Slawi dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan
Kabupaten Malang dalam pelaksanaan Apel pagi persiapan menyongsong penilaian Adipura yang
dan Upacara, c) Melaksanakan proses pemeriksaan dimulai Oktober 2012. Kegiatan Pembinaan PKL
terhadap pelanggaran displin dilingkungan Satpol berlangsung selama beberapa hari. Sehigga pemda
PP Kababupaten Malang. d) Membantu penegakan menrjunkan menerjunkan satu regu Satpol PP dan
displin karyawan/karyawati pemerintah dalam unit Provost. Petugas Satpol PP menyisir sejumlah
penataan dan pengamanan parkir kendaraan, titik pantau dan pinggiran jalan yang ditempati para
e) Melaksanakan evaluasi tugas setiap minggu PKL berjualan. Penyisiran dimulai dari kawasan
dan atau sewaktu-waktu bila dianggap perlu, f) Alun–alun Slawi (AAS), Jalan Gajah Mada, Jalan KS
Menyusun jadwal tugas rutin anggota dengan Tubun, Jalan Letjend Suprapto (komplek pertokoan
diketahui Kepala Seksie Operasi dan pengawas Ruko Slawi), Jalan HOS Cokroaminoto (Timur kantor
serta Kepala Satuan, serta g) Melaksanakan tugas- Kecamatan Slawi), dan Jalan Letjen Sutoyo.
tugas lain sesuai petunjuk pimpinan. Tupoksi Wakil Kabupaten Indramayu juga telah membentuk

Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja di Daerah


Dida Suhada
39
Provost. Hal itu terlihat dari susunan organisasi di dengan fungsi Provost secara implisit tidak ada
Satpol PP, kepala dibantu satu unsur Staf Kasubag namun kemiripan terdapat pada Permendagri No
TU (dibantu Bendahara & Staf lainnya). Selanjutnya 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas,
unsur Teknis Kasie Pengembangan Kapasitas PPNS, Perlengkapan dan Peralatan Operasional Satuan
Kasie ketertiban, dan Kasi operasional Masing- Polisi Pamong Praja. Merujuk pada Peraturan
masing. Kasie dibantu anggota Satpol PP senior Pemerintah No 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
selaku koordinator. Yaitu Karno: provost, pamwal Pamong Praja pada Bab VIII Pasal 23, pakaian
+ PKD (rumdin Bup, Wabup, Sekda), lalin. Narka: dinas, perlengkapan, dan peralatan operasional
piket Dewan, serta Kapsin: operasi. Kabupaten Satpol PP ditetapkan dengan peraturan gubernur
Bengkalis juga telah membentuk Provost. Hal atau peraturan bupati/walikota berpedoman pada
itu terlihat dari berita, sebanyak 7 anggota Peraturan Menteri.
Provost Satpol PP Bengkalis dikukuhkan oleh Dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun
Kakansatpol PP Bengkalis, Arjunaidi. Pengukuhan 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang
yang dilaksanakan di aula Kantor Satpol PP Jalan diperintahkan hanya dalam bentuk satuan
Wonosari itu merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat, Satpol PP, dan Penyidik
meningkatkan disiplin internal anggota Satuan PNS serta aparatur lainnya yang ditugasi sebagai
Satpol PP Kabupaten Bengkalis. pengawas fungsional tidak disebutkan secara
Dibalik pembentukan Provost Satpol implisit untuk membentuk Provost. Permendagri No
PP terdapat juga beberapa daerah yang telah 19 Tahun 2013 juga hanya berbicara pakaian yang
membubarkan unit Provost Satpol PP, di antaranya digunakan Satpol PP. Dalam aturan ini juga tidak
Kabupaten Garut sesuai dengan keputusan unsur ada perintah untuk membentuk unit Provost dan
pimpinan kantor Satpol PP Kabupaten Garut. Hal hanya diperintahkan penggunaan PDPTI. Artinya
tersebut mendapat protes dari belasan anggota baik PP No 6 Tahun 2010 maupun Permendagri
Provost Satpol PP. Mereka merasa keberatan dengan No 19 Tahun 2013 tidak bisa dijadikan dasar dalam
keputusan tersebut, pasalnya tanpa alasan jelas. pembentukan unit satuan tugas Provost di dalam
Pembubaran Provost Satpol PP nyatanya tidak hanya institusi Satpol PP.
terjadi di tubuh Satpol PP. Hal demikian terjadi pula Menurut salah satu informan yang merupakan
di dalam tubuh militer. Batalyon Provost Marinir di Provost Satpol PP di daerah. Provost sebagian besar
lingkungan TNI AL kini tak ada lagi sebagai satuan belum menjadi Pegawai Negeri dan sebagaian besar
pengawas diinternal anggota, dan resmi berganti merupakan Out Sourching atau pegawai kontrak dan
menjadi Batalyon Polisi Militer Marinir.. tidak tetap (PTT). Dari 12 anggota Satgas Provost
Pembentukan Satuan tugas atau unit hanya dua sampai dengan empat orang saja. Artinya
Provost Satpol PP di Provinsi Kabupaten Kota sekira 20 sampai 40 persen saja yang telah menjadi
hanya didasari oleh keputusan intern saja seperti PNS atau ASN di Daerah. Kemudian dari 12 anggota
instruksi Walikota, Keputusan Kepala Satpol PP, Satuan Tugas Provost tersebut yang memiliki Surat
maupun keputusan Bupati. Keputusan maupun Keputusan Polri Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Skep
instruksi yang dibuat walikota, bupati, maupun POLRI PPNS) hanya berkisar antara 1-2 orang saja.
Kasatpol PP ataupun surat edaran bupati untuk Dengan adanya keterbatasan sumber daya
membentuk Provost di daerahnya tidak memiliki manusia yang memiliki Skep POLRI PPNS. Maka
landasan hukum yang kuat. Hal tersebut diakui oleh akan menghambat jalanya fungsi pengawasan dan
salah satu pemerintah daerah di antaranya Pemda pembinaan terhadap anggota Satpol PP dan ASN
Kabupaten Malang. Menurutnya ketika pihaknya di daerah yang memiiki pendidikan Master Hukum
meminta penjelasan kepada Direktorat Jenderal (M.Hum). Menurut hukum, yang berhak memeriksa
Pemerintahan Umum Kemendagri, keberadaan dan menggeledah seseorang adalah orang yang
Provost di Satpol PP tidak memiliki dasar hukum. memiliki Skep PPNS atau peneng (lencana) PPNS
Tetapi untuk penegakkan disiplin intern Satpol PP dan Kartu anggota PPNS aktif dari Kementerian
dan PNS maka fungsi Provost diadakan. Hukum dan HAM. Di Era Globalisasi dan teknologi
“Di Kabupaten Malang ada Surat Keputusan sekarang ini bila seseorang merasa terganggu
Kasatpol dan Edaran Sekda mengenai kedisiplinan dan terusik kepribadiannya akan dengan mudah
PNS, jadi itulah yang kami gunakan sebagai dasar, melanjutkannya ke persidangan dengan delik
di mana penegakkan disiplin PNS dikoordinasikan hukum perbuatan tidak menyenangkan. Untuk
oleh Satpol PP, serta didukung Inspektorat untuk itu dikhwatirkan jika anggota Satgas Provost tidak
sidak dan BAPnya. untuk Provost di bawah Kasi memiliki Skep PPNS atau peneng (lencana) PPNS
Pengendalian Kabid Pengendalian dan Ketertiban dan Kartu anggota PPNS dari Kementerian Hukum
Umum,” tutur salah satu informan. dan HAM akan berurusan dengan meja peradilan.
Keputusan dan peraturan yang berkenaan

Matra Pembaruan 1 (1) (2016): 33-41


40
IV. Kesimpulan selanjutnya yang menjadi PTI diutamakan bagi
Mempelajari kasus perkasus dan fenomena anggota satuan polisi pamong praja yang telah
yang terjadi di setiap daerah peneliti menyimpulkan, mengikuti dan memiliki SKEP Penyidik Pegawai
pemerintah daerah membentuk Satuan tugas Negeri Sipil Aktif.
Provost Sapol PP dengan baret biru muda dan
bertuliskan Provost di lengan kanan atau kirinya
yang mirip sekali dengan dinas kemiliteran POLRI V. Daftar Pustaka
dan TNI. Hal itu dimaksudkan, 1) pemerintah Azis, N. M. (2012). Urgensi Penelitian Dan Pengkajian
daerah ingin memiliki pasukan atau petugas yang Hukum Dalam Pembentukan Peraturan
menyerupai institusi yang bersifat kombantan atau Perundang-Undangan. Jurnal Rechtsvinding,
militer, padahal Satpol PP itu sendiri bersifat sipil. 1(1), 257–275.
2) Pemerintah daerah hanya ingin membentuk Gunawan. (2012a). Penyelenggaraan Ketentraman
Provost sebagai prestise atau gagah gagahan saja, dan Ketertiban Umum oleh Satpol PP dan
tidak melihat lagi dasar hukum yang melandasinya. Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Provinsi
Dengan demikian dapat dipastikan, pemerintah Aceh. Jurnal Bina Praja, 4(2), 117–126.
daerah tersebut telah menyalahi dan melanggar https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21787/
aturan, terutama Peraturan Pemerintah No 6 jbp.4.2012.117-126
Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong dan Gunawan, G. (2012b). Kontribusi Kesatuan
Permendagri No 19 Tahun 2013 tentang Pedoman Perlindungan Masyarakat dalam Memberikan
Pakaian Dinas, Perlengkapan dan Peralatan Rasa Keamanan, Ketertiban, dan Ketentraman
Operasional Satuan Polisi Pamong Praja. Lingkungan: Studi Identifikasi Profil Satuan
Selain itu, keanggotaan Satuan Tugas Provost Polisi Pamong Praja. Bina Praja, 4(1), 35–44.
Satpol PP yang dipilih bukan anggota yang telah https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21787/
memiliki dan menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil jbp.04.2012.35-44
(PPNS), karena dengan memiliki latar belakang Hartono, S. (2013). Pengertian Hukum Normatif.
PPNS akan sangat memudahkan jika melakukan Diambil dari https://idtesis.com/pengertian-
penyidikan dan penyelidikan sampai kepada Sidang penelitian-hukum-normatif-adalah/
Pengadilan jika yang diawasi dan ditertibkan tidak Permendagri No 19 Tahun 2013 tentang Tentang
menerima dan melanjutkan ke jalur hukum. Pedoman Pakaian Dinas, Perlengkapan Dan
Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan Peralatan Operasional Satuan Polisi Pamong
bagi Kementerian Dalam Negeri segera Praja (2013). Republik Indonesia: Kementerian
menginstruksikan kepada seluruh pemerintah Dalam Negeri.
daerah yang telah membuat peraturan daerah, PP No 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
keputusan atau Instruksi Gubernur, Kabupaten/ Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
Kota, maupun Walikota untuk segera mencabut (2003). Republik Indonesia.
dan membatalkan peraturan yang dibuatnya dan Suharto, E. (2008). Kebijakan Sosial Sebagai
segera menyesuaikan dengan Permendagri No Kebijakan Publik (2008 ed.). Bandung: Penerbit
19 Tahun 2013 tentang Pedoman Pakaian Dinas, Alfabeta.
Perlengkapan dan Peralatan Operasional Satuan UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Polisi Pamong Praja. (2014). Republik Indonesia.
Saran berikutnya kepada pemerintah daerah Winarno, B., & Ismawan, I. (2008). Teori dan proses
yang telah memiliki satuan tugas provost segera kebijakan publik (2008 ed.). Yogyakarta: Media
diubah menjadi petugas tindak internal (PTI), Pressindo.

Eksistensi Provost Satuan Polisi Pamong Praja di Daerah


Dida Suhada
41

You might also like