Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi II 2019

Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali


Rusydi
IAIN Bengkulu
………………………………………………………………………………………………………………
Abstract: The Concept of Repentance According to Imam Al-Ghazali. Humans are inseparable from a mistake that
becomes sin, from small and big sins, sins that are willful and unintentional, sins that are born and are inwardly, and sins that
are visible and invisible. Therefore, we as humans who are given reason to think and awareness become a desire to return to be
close to the Creator. In life in this impermanent world, we often do things that violate the rules of Allah SWT in terms of its
prohibitions. In which all of His prohibitions are things that are temporary enjoyment that ultimately cause misery or accidents
for the doer. Nobody in this world wants an accident on him, in general they want good safety when they are in a world that
wants an accident on him. In general, they want salvation both when they are in this world and in the hereafter. The problem in
this research is what is the opinion of Imam al-Ghazali regarding the concept of repentance? The purpose of this research is to
explain how the concept of repentance according to Imam al-Ghazali. This research uses library research method. For that in data
collection the author uses the documentation method. Meanwhile, in the data analysis method, the researcher conducted a
content analysis to explore the authenticity of the text and then descriptive analysis to describe the condition of the research
subject based on facts. The conclusion in this study is that repentance according to Imam al-Ghazali is an effort of some heart
work. In short, according to the scholars, repentance is to cleanse the heart from sins. Imam al-Ghazali emphasized that
worshipers are required to repent for two reasons: First, in order to succeed in obtaining help in order to achieve obedience,
because various acts of sin can give birth to bad luck and result in misfortune for the perpetrator. In addition, sinful actions can
also hinder our efforts to obey and serve Allah SWT.

Keyword: Repentance and Al-Ghazali

Abstrak: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali. Manusia tak lepas dari suatu kesalahan yang menjadi dosa,
dari dosa kecil dan besar , dosa yang disengaja dan tidak di sengaja, dosa lahir dan dosa batin, dan dosa yang
tampak dan tidak nampak. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal untuk berpikir dan kesadaran
menjadi suatu keingan kembali pada untuk dekat dengan Sang Maha Pencipta. Dalam kehidupan di dunia yang
tidak kekal ini, sering kita melakukan hal-hal yang melanggar aturan Allah SWT dalam artian larangan-
larangannya. Yang mana semua larangan-larangan-Nya itu merupakan suatu hal yang bersifat kenikmatan
sementara yang pada akhirnya menimbulkan kesengsaraan atau kecelakaan bagi pelakunya. Tidak seorang pun di
dunia ini menghendaki kecelakaan atas dirinya, pada umumnya mereka menghendaki keselamatan baik pada saat
mereka berada di dunia yang menghendaki kecelakaan atas dirinya. Pada umumnya mereka menghendaki
keselamatan baik pada saat mereka berada di dunia maupun di akhirat kelak. Masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pendapat Imam al-Ghazali mengenai konsep taubat? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan
bagaimana konsep taubat menurut Imam al-Ghazali. Penelitian ini menggunakan metode library research. Untuk
itu dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Sementara dalam Metode Analisis Data
peneliti melakukan Analisis isi untuk menggali keaslian teks lalu Analisis Deskriptif untuk menggambarkan
keadaan subyek penelitian berdasarkan fakta. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa taubat menurut Imam
al-Ghazali adalah suatu usaha dari beberapa pekerjaan hati. Singkatnya, menurut para ulama, taubat itu ialah
membersihkan hati dari dosa. Imam al-Ghazali menekankan bahwa, para pelaku ibadah diharuskan untuk ber-
taubat karena dua hal: Pertama, agar berhasil memperoleh pertolongan guna mencapai ketaatan, karena berbagai
perbuatan dosa dapat melahirkan kesialan dan mengakibatkan kemalangan bagi pelakunya. Selain itu, perbuatan
dosa juga bisa menghambat upaya kita untuk mematuhi dan mengabdi kepada Allah Swt.

Kata Kunci: Taubat dan Al Ghazali

87 | J u r n a l M a n t h i q
Rusydi: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali.

Pendahuluan Islam adalah agama sempurna


Manusia tak lepas dari suatu yang mempunyai prinsip-prinsip dan
kesalahan yang menjadi dosa, dari aturan bagi umat manusia, agar
dosa kecil dan besar, dosa yang sebagai pedoman dan petunjuk dalam
disengaja dan tidak di sengaja, dosa menata sebuah kehidupan, sehingga
lahir dan dosa batin, dan dosa yang akan mencapai kebahagiaan dunia
tampak dan tidak nampak. Oleh dan akhirat.1 Dalam syariat islam
karena itu, kita sebagai manusia yang manusia dilarang melakukan hal-hal
diberi akal untuk berpikir dan yang merugikan diri sendiri apalagi
kesadaran menjadi suatu keingan merugikan orang lain, seperti
kembali pada untuk dekat dengan mendzolimi, mencuri, memakan harta
Sang Maha Pencipta. Dalam yang bukan haknya, berzina, mabuk,
kehidupan di dunia yang tidak kekal membunuh dan lain sebagainya,
ini, sering kita melakukan hal-hal semua perbuatan tadi adalah hal yang
yang melanggar aturan Allah SWT disebut maksiat, yang tentu saja akan
dalam artian larangan-larangannya. dapat murkanya Allah jika tidak
Yang mana semua larangan-larangan- segera bertaubat. Selanjutnya orang
Nya itu merupakan suatu hal yang yang mengaku mukmin, wajib secara
bersifat kenikmatan sementara yang pasti menjaga dan memelihara diri
pada akhirnya menimbulkan dari segala dosa. Apabila telah
kesengsaraan atau kecelakaan bagi melakukan dosa, hendaknya bersegera
pelakunya. Tidak seorang pun di bertaubat pada Allah dari dosa itu,
dunia ini menghendaki kecelakaan berazam untuk tidak melakukan dosa
atas dirinya, pada umumnya mereka yang sama lagi dan menyesali diri atas
menghendaki keselamatan baik pada dosa yang telah dilakukan.
saat mereka berada di dunia yang Karenanya, Allah SWT
menghendaki kecelakaan atas dirinya. memerintahkan kepada semua umat
Pada umumnya mereka menghendaki manusia yang telah melakukan dosa
keselamatan baik pada saat mereka
berada di dunia maupun di akhirat
1
kelak. Muhammad Syaithout, Islam Sebagai Aqidah
dan Syari’ah, terj. Bustani A. Gani dan B. Hamdani Ali
(Jakarta:Bulan Bintang, 1968), hlm, 19

88 | J u r n a l M a n t h i q
Rusydi: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali.

untuk segera bertaubat. Allah SWT


berfirman: Metode ini dipergunakan
untuk mencari data-data yang
‫ﻋ َﺴ ٰﻰ‬ َ ‫ﺼﻮ ًﺣﺎ‬ ِ ‫ٰ َٓﻳﺄَﻳﱡ َﻬﺎٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ َءﺍ َﻣ ُﻨﻮﺍْ ﺗُﻮﺑ ُٓﻮﺍْ ِﺇ َﻟﻰ ﱠ‬
ُ ‫ٱ; ﺗ َۡﻮ َﺑ ٗﺔ ﻧﱠ‬ bersangkutan dengan teori-teori yang
‫ِﻴّﺎ ِﺗ ُﻜﻢۡ َﻭﻳ ُۡﺪﺧِ َﻠ ُﻜﻢۡ َﺟ ٰﻨﱠﺖٖ ﺗ َۡﺠ ِﺮﻱ ﻣِ ﻦ‬P ‫ﺳ‬
َ ۡ‫َﺭﺑﱡ ُﻜﻢۡ ﺃَﻥ ﻳُ َﻜﻔّ َِﺮ َﻋﻨ ُﻜﻢ‬ dikemukakan para ahli. Hal ini
‫ﺗ َۡﺤ ِﺘ َﻬﺎ ۡٱﻷ َ ۡﻧ ٰ َﻬ ُﺮ َﻳ ۡﻮ َﻡ َﻻ ﻳ ُۡﺨ ِﺰﻱ ٱﻟﻠﱠ ُﻬﭑﻟﻨﱠ ِﺒ ﱠ‬
‫ﻲ َﻭٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ َءﺍ َﻣﻨُﻮ ْﺍ‬ dilakukan untuk mendukung dalam
ٓ ‫ﻮﺭ ُﻫﻢۡ َﻳ ۡﺴ َﻌ ٰﻰ َﺑ ۡﻴﻦَ ﺃَ ۡﻳﺪِﻳ ِﻬﻢۡ َﻭ ِﺑﺄ َ ۡﻳ ٰ َﻤ ِﻨ ِﻬﻢۡ َﻳ ُﻘﻮ ُﻟﻮﻥَ َﺭﺑﱠ َﻨﺎ‬
ُ ‫َﻣ َﻌ ۖۥﻪُ ُﻧ‬ penulisan skripsi sebagai landasan
ٞ ‫ٱﻏﻔ ِۡﺮ َﻟ َﻨ ۖﺎ ٓ ﺇِﻧﱠﻚَ َﻋ َﻠ ٰﻰ ُﻛ ِّﻞ ﺷ َۡﻲ ٖء َﻗﺪ‬
‫ِﻳﺮ‬ ۡ ‫ﻮﺭﻧَﺎ َﻭ‬ َ ‫ﺃَ ۡﺗﻤِ ﻢۡ َﻟﻨَﺎ ُﻧ‬ teori ilmiahnya. Kepustakaan atau
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman,
bisa juga disebut dengan kajian
bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni- pustaka merupakan sebuah uraian
murninya). Mudah-mudahan Rabbmu atau deskripsi tentang literatur yang
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
relevan dengan bidang atau topik
dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai- tertentu.Ia memberikan tinjauan
sungai, pada hari ketika Allah tidak mengenai apa yang telah dibahas atau
menghinakan Nabi dan orang-orang
dibicarakan, oleh penulis, teori-teori,
mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di dan hipotesis yang mendukung,
sebelah kanan mereka, sambil mereka permasalahan-permasalahan yang
mengatakan: "Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami diajukan atau ditanyakan, kemudian
dan ampunilah kami; Sesungguhnya metode serta metodologi yang sesuai.3
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" Sebuah kajian pustaka mungkin
(QS. At-Tahrim Ayat : 8)2.
hampir sepenuhnya memuat
Masalah dalam penelitian ini deskripsi, yang memberikan suatu
adalah bagaimana pendapat Imam al- pemaparan penting tentang pustaka
Ghazali mengenai konsep taubat? dalam suatu bidang tertentu. Metode
Tujuan penelitian ini adalah untuk pengumpulan data dalam penelitian
menjelaskan bagaimana konsep taubat ini penulis menggunakan metode
menurut Imam al-Ghazali. Penelitian dokumentasi.“Metode dokumentasi
ini menggunakan metode library adalah mencari data mengenai hal-hal
research, yaitu peneliti mengadakan atau variabel yang berupa catatan,
kajian dan penelusuran terhadap transkip, buku, surat kabar, majalah,
buku-buku yang berkaitan dengan prasasti, notulen rapat, lengger,
dengan permasalahan skripsi ini.
2 3
Department Agama RI, Ayat Al Quran dan Punaji Setyosari, Metode Penelitian
Terjemahnya ( Bandung : Deponegoro, 2015 ) QS : 66 Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,
:8, hlm 561 2010), hlm. 72

88 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi II 2019

agenda dan sebagainya”.4 Oleh karena menyajikan apa adanya.5 Dalam


itu, Metode pengumpulan data yang penelitian ini metode tersebut penulis
penulis gunakan adalah metode gunakan untuk menggambarkan atau
dokumentasi yang mana biasanya melukiskan serta menjabarkan
peneliti memegang check-list untuk keadaan subyek penelitian yaitu Imam
mencari variabel yang telah Al-Ghazali dengan cara
ditentukan.Untuk mencatat hal-hal mengumpulkan beberapa data yang
yang belum ditentukan dalam daftar valid dan relevan sebagai bahan
variabel, peneliti dapat menggunakan rujukan.
kalimat bebas.
Pembahasan
Dalam hal analisis data,
Taubat secara bahasa artinya
peneliti menggunakan beberapa
kembali.Secara istilah artinya kembali
tahap, yaitu: a) Analisis isi
kepada Allah yang Maha Pengampun
untuk menggali keaslian teks atau
dan Maha Penyayang.Menyerah diri
melakukan kegiatan pengumpulan
pada-Nya dengan hati penuh
data dan informasi untuk mengetahui
penyesalan yang sungguh-sungguh.
kelengkapan dan keaslian teks
Yakni kesal, sedih, susah serta rasa
tersebut. Dalam penelitian kualitatif
tidak patut atas dosa-dosa yang
yang banyak menggunakan data dari
pernah kita dilakukan sehingga
buku maupun bacaan yang lain tentu
menangis. Hati terasa pecah-pecah
metode ini sangat kami perlukan
bila mengingati dosa-dosa yang
untuk mengolah data yang kami
dilakukan itu. Memohon agar Allah
peroleh; 2) Analisis Deskriptif, yaitu
yang Maha Pengampun akan
menggambarkan atau melukiskan
menerima taubat kita. Hati menyesal
atau menjabarkan keadaan subyek
akan perbuatan dosa yang kita
penelitian berdasarkan fakta-fakta
lakukan itu menjadikan anggota-
yang tampak sebagaimana adanya
anggota lahir (mata, telinga, kepala,
dengan menuturkan atau menafsirkan
kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan
data yang berkenaan dengan fakta,
patuh dengan syariat yang Allah telah
keadaan, variable, dan fenomena yang
tetapkan dan berjanji tidak akan
terjadi saat penelitian berlangsung dan
mengulangi lagi perbuatan-perbuatan

4 5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
2010), hlm. 274 hlm. 6

89 | J u r n a l M a n t h i q
Rusydi: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali.

itu kembali. Itulah pengertian taubat, Qardhawi, hak tersebut dapat


tidak cukup dengan hanya mengganggu hati orang yang
mengucapkan istighfar di mulut, beragama, sehingga apabila ia tidak
“Astaghfirullahal adzim.”Hati tidak segera menyucikannya dengan
merasa bersalah dan berdosa. Tidak bertaubat maka sedikit demi sedikit
semudah itu Allah SWT hendak pengaruh dari perbuatan dosa itu
menerima taubat hamba-hamba-Nya menjadi membengkak.7
kecuali setelah menempuh syarat- Taubat adalah awal tempat
syarat (proses) yang telah ditetapkan- pendakian orang-orang yang mendaki
Nya.6 dan maqam pertama bagi sufi pemula.
Taubat semestinya merupakan Hakikat taubat secara sederhana
pintu masuk pertama bagi seorang dimaknai “kembali”. Kata taba berarti
hamba untuk mendekatkan diri kembali, maka tobat maknanya juga
kepada Allah Azza wa Jalla, sebab di kembali.Artinya, kembali dari sesuatu
dalam taubat ada penyesalan terhadap yang dicela dalam syariat menuju
perbuatan tercela yang telah sesuatu yang dipuji dalam
dilakukan di masa silam sekaligus syariat.8Sahabat Anas bin Malik r.a.
terdapat daya tarik (ikhtiar) berkata :
kebangkitan jiwa dari seorang hamba “Saya pernah mendengar
Rasulullah Saw. bersabda:
untuk bebuat kebaikan di masa yang
Artinya: “Seseorang yang tobat
akan datang. Salah satu alasan inilah dari dosa seperti orang yang tidak
punya dosa, dan jika Allah
mengapa kemudian konsep taubat mencintai seorang hamba, pasti
Imam Al-Ghazali menarik untuk dosa tidak akan
membahayakannya”. (H.R. Ibnu
9
dilakukan pembahasan. Majah)
Bertaubat dengan segera
Adapun hadits yang kedua berbunyi:
adalah tuntutan bagi seorang mukmin
sejati. Tidak boleh menunda-nunda Artinya: “Abdullah Ibn
Maslamah Ibn Qa’nab al Qa’nabi
taubat (ta’khir) atau menangguhkan
7
(tawsit) taubat, karena menurut Yusuf Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat
Kembali ke Cahaya Allah, (Bandung: Mizan Pustaka,
2008), Cet. I, h. 55-57
6 8
Abul Husain an-Nuri, mengungkapkan Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-
definisi tentang taubat."Taubat adalah menolak dari Qusyairi An-Naisaburi, Ar-Risalatul Qusyairiyah fi
semua, kecuali Allah yang Maha Tinggi", Sedang al- ‘ilmit Tashawwuf, diterjemahkan oleh Umar Faruq,
Ghazali menyatakan, bahwa hakikat taubat adalah (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), h. 115.
9
kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari jalan H.R. Ibnu Mas’ud dan dikeluarkan oleh Ibnu
yang jauh menuju jalan yang dekat. Imam Al-Ghazali, Majah dalam Al-Jami’ush Shaghir, Al-Hakim, At-
Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mukmin, Turmudzi dari Abu Sa’id, As-Suyuthi di Al-Jami’ush
(Bandung: Diponegoro, 1975), hlm. 851. Shaghir, Juz I, no. 3385.

90 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi II 2019

telah menceritakan pada kami, al- dapat didekati dengan jiwa yang suci
Mughirah telah menceritakan
atau tak berdosa.13
pada, dari Abi Zinad, dari A’raj,
dari Abu Hurairah berkata:
Rasulullah Saw. bersabda: Menurut Ibn Qayyim al-
Sungguh Allah sangat bahagia Jauziah dalam Madarijus Salikin,
dengan taubat seseorang,
dibanding kebahagiaan seseorang mengatakan bahwa taubat merupakan
yang menemukan barangnya yang
media permulaan, pertengahan dan
hilang.”10 (H.R. Muslim dan
lainnya) akhir bagi seorang yang sedang

Tasawuf sejatinya ingin melakukan perjalan kepada Allah

membimbing seseorang agar lebih Swt.14 Dari kesemuanya itu, taubat

dekat dengan Allah Swt. melalui jalan sejatinya merupakan pintu masuk

kesufian (thariqah), yaitu jalan bagi seorang hamba untuk

penyucian jiwa untuk mendekatkan mendekatkan diri kepada Allah

diri pada Sang Maha Suci (Allah),11 Rabbul ‘Alamin, sebab dalam taubat

sedangkan tobat diakui secara umum ada penyesalan terhadap perbuatan

sebagai maqam pertama yang harus yang tercela yang telah dilakukan di

dilalui seorang salik (penempuh jalan masa lampau, sekaligus terdapat daya

ketuhanan) untuk sampai kepada- tarik (ikhtiar) kebangkitan jiwa dari

Nya. Maqam adalah latihan dan seorang hamba untuk berbuat

perjuangan menuju Allah Swt sebagai kebaikan di masa yang akan datang.

tujuan hakiki.12Dan Allah tak dapat


Imam al-Ghazali berpendapat
didekati sebelum bertobat. Karena
bahwa, taubat adalah suatu usaha
dengan bertaubat jiwa salik bersih dari
dari beberapa pekerjaan hati.
dosa, sementara Allah Swt. hanya
Singkatnya, menurut para ulama,
taubat itu ialah membersihkan hati
dari dosa. Guru kami Rahimahullah
berkata, taubatitu adalah tidak lagi
10
Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Taubah ,
Bab fi al-Hadl ‘ala at-Taubah wa al-Farah Biha, II:
mengerjakan dosa yang pernah
490; Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Kitab az-Zuhd, Bab dikerjakan, maupun segala dosa
Zikr al-Taubah, no. hadits 4277, II: 1419; alTirmidzi,
Sunan at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, no. hadits 3538,
IV: 386; dan hadits semakna juga dapat dilihat di
13
Bukahri, Shahih Bukhari, Kitab ad-Da’awat, Bab at- Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme
Taubah, IV: 99. dalam Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1992), h. 66.
11 14
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat: Study Ibnu Qayyim al-Jauziah, Madarijus
Pemikiran dan Pengalaman Sufi, (Jakarta: Raja (Pendakian Menuju Tuhan) Penjabaran Konkrit
Grafindo, t.th.,), h. 45. “Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in, terjem. Kathur
12
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat: Study Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998), Cet. I, h.
Pemikiran dan Pengalaman Sufi, h. 54. 38.

91 | J u r n a l M a n t h i q
Rusydi: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali.

yang setingkat dengan itu, dengan Bagaimana mungkin bisa


niat mengagungkan Allah dan takut mengklaim diri sebagai seorang
akan murka-Nya.15 hamba yang mengabdi, sementara
dirinya bergelimang dosa dan
Imam al-Ghazali menekankan
kemaksiatan? Bagaimana mungkin
bahwa, para pelaku ibadah
bisa mendekatkan diri dengan cara
diharuskan untuk ber-taubatkarena
bermunajat kepada-Nya, sementara
dua hal: Pertama, agar berhasil
tubuhnya dilumuri oleh kotoran-
memperoleh pertolongan guna
kotoran dan najis yang
mencapai ketaatan, karena berbagai
menjijikkan? Dalam hal ini, tidak
perbuatan dosa dapat melahirkan
ada salahnya, jika kita mengingat
kesialan dan mengakibatkan
kembali sabda Rasulullah SAW :16
kemalangan bagi pelakunya. Selain
itu, perbuatan dosa juga bisa “Jika seorang hamba berbuat
kebohongan, niscaya dua malaikat (baca:
menghambat upaya kita untuk
Raqib dan ‘Atid) akan menjauhinya,
mematuhi dan mengabdi kepada karena tidak tahan mencium aroma
busuk yang keluar dari mulutnya.”
Allah Swt., karena tumpukan dosa
yang terus menerus dilakukan, akan Oleh karena begitu pentingnya

dapat membuat kalbu menjadi konsep taubat untuk diperhatikan

hitam, sehingga yang didapat agar sesuai dengan ketentuan al-

hanyalah kegelapan, kekerasan, tiada Quran dan Sunnah, maka tidak

keikhlasan, kelezatan dan kesucian. mengherankan jika sebahagian ulama

Jika saja Allah Swt. tidak memberikan banyak yang menulis atau mengkaji

anugerah dan rahmat-Nya, niscaya tentang konsep taubat ini. Konsep-

dosa-dosa itu akan mengantarkan konsep taubat yang ditawarkan oleh

pelakunya menuju kekufuran dan para ulama tersebut ada yang

kesengsaraan. Sebab, bagaimana bercorak falsafi, syar’I (fiqih), bahkan

mungkin akan memperoleh bercorak tasawuf. Di antara ulama

petunjuk untuk melakukan ketaatan yang menulis konsep taubat dengan

, sementara dia berada dalam corak tasawuf adalah Imam Al-

kenistaan dosa dan kekerasan hati? Ghazali. Oleh karena itu, di sinilah
kajian ini menarik diteliti lebih jauh.
15
Al-Ghazali, Minhajul Abidin, terj. oleh
Abul Hiyadh. Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995; dan
16
edisi terj. oleh M. Rofiq. Yogyakarta: Diva Press, 2007; Abu Hamid al-Ghazali, Minhaj Al-‘Abidin
serta edisi terj. oleh R. Abdullah bin Nuh. Jakarta: (Menyingkap Rahasia Kesempurnaan Ibadah Kekasih
Mizan, 2014), h. 42 Allah)….h. 41-42.

92 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi II 2019

Berdasarkan semua uraian


yang tercantum diatas, lebih jauh
peneliti berkeinginanmengkaji konsep DAFTAR PUSTAKA
taubat ini terutama dalam pandangan
Imam Al-Ghazali dalam sebuah karya
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-
ilmiah yang berjudul“Konsep Taubat Qusyairi An-Naisaburi, Ar-Risalatul
menurut Imam al-Ghazali dalam Qusyairiyah fi ‘ilmit Tashawwuf,
diterjemahkan oleh Umar Faruq,
kitabnya Minhajul‘Abidin”,Selain (Jakarta: Pustaka Amani, 2007)
sebagai bentuk tuntunan bertaubat
Al-Ghazali, Minhajul Abidin, terj. oleh Abul
yang benar juga untuk menggali Hiyadh. Surabaya: Mutiara Ilmu,
hikmah-hikmah taubat sebagai 1995; dan edisi terj. oleh M. Rofiq.
Yogyakarta: Diva Press, 2007; serta
motivasi diri untuk hijrah menuju edisi terj. oleh R. Abdullah bin Nuh.
perkara yang lebih baik lagi. Jakarta: Mizan, 2014)

Department Agama RI, Ayat Al Quran dan


Kesimpulan
Terjemahnya( Bandung : Deponegoro,
2015 )
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa taubat Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam
Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1992)
menurut Imam al-Ghazali adalah
suatu usaha dari beberapa pekerjaan H.R. Ibnu Mas’ud dan dikeluarkan oleh Ibnu
Majah dalam Al-Jami’ush Shaghir, Al-
hati. Singkatnya, menurut para ulama, Hakim, At-Turmudzi dari Abu Sa’id,
taubat itu ialah membersihkan hati As-Suyuthi di Al-Jami’ush Shaghir,
Juz I
dari dosa. Imam al-Ghazali
menekankan bahwa, para pelaku Ibnu Qayyim al-Jauziah, Madarijus (Pendakian
Menuju Tuhan) Penjabaran Konkrit
ibadah diharuskan untuk ber- “Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in,
taubatkarena dua hal: Pertama, agar terjem. Kathur Suhardi, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 1998), Cet. I
berhasil memperoleh pertolongan
guna mencapai ketaatan, karena Muhammad Syaithout, Islam Sebagai Aqidah
dan Syari’ah, terj. Bustani A. Gani dan
berbagai perbuatan dosa dapat B. Hamdani Ali (Jakarta:Bulan
melahirkan kesialan dan Bintang, 1968)

mengakibatkan kemalangan bagi Muslim, Shahih Muslim, Kitab al-Taubah , Bab fi


pelakunya. Selain itu, perbuatan al-Hadl ‘ala at-Taubah wa al-Farah Biha,
II: 490
dosa juga bisa menghambat upaya
kita untuk mematuhi dan mengabdi Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat: Study
Pemikiran dan Pengalaman Sufi,
kepada Allah Swt. (Jakarta: Raja Grafindo, t.th.,)

93 | J u r n a l M a n t h i q
Rusydi: Konsep Taubat Menurut Imam Al-Ghazali.

Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali


ke Cahaya Allah, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2008), Cet. I,

94 | J u r n a l M a n t h i q

You might also like