Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Gorontalo

Journal of Public Health


Volume 4 – No. 1 – April 2021
P-ISSN: 2614-5057, E-ISSN: 2614-5065
Kandungan Gizi dalam Minuman Kekinian
“Boba Milk Tea”

Nutrients in Popular Drinks “Boba Milk Tea”

Rosyida Awalia Safitri*, Sunarti, Annisa Parisudha, Yuni Herliyanti


Jurusan Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, Indonesia
*rosyda.safitri@gizi.uad.ac.id

Abstract

Boba Milk Tea is a popular drink in children to young adults. This drink is popular
since 1990s until now. The nutritional content of boba milk tea is only available on
online websites and categorized as high in sugar. Meanwhile, there are no research
journals that discuss it in Indonesia. The researchers are interested in researching
the nutrients in Boba Milk Tea form various brands at affordable prices around the
campus in Yogyakarta, knowing the nutrient in these drinks is expected to be the
basis for educating the public about the potential of Boba Milk Tea against obesity.
This research is a Descriptive Study with Simple Random Sampling. Nutritional
analysis using luff school, Babbock, Bomb Calorimeter, and Chromatography. The
calories contained in Boba Milk Tea are >300 Kcal, the average protein and fat are
0.47% and 2.99%. The average sucrose is 73.44%, while the artificial sweeteners
(cyclamate and saccharin) are not found in all beverage samples. The conclusion
from this study is consumption of Boba Milk Tea have an impact on nutritional
status due to high sugar, if consumption is not considered properly.

Keywords; boba milk tea; calories; lipid; obesity; protein; sucrose

Abstrak

Boba Milk Tea merupakan minuman kekinian yang digemari oleh anak-anak
hingga dewasa muda. Minuman ini popular sejak tahun 1990-an hingga kini.
Kandungan gizi pada Boba Milk Tea hanya tersedia di situs-situs online, dan
dikatakan tinggi gula. Sementara jurnal penelitian yang membahas kandungan
gizi Boba milk tea di Indonesia masih belum ada. Sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti kandungan gizi Boba Milk Tea dari berbagai merk dengan harga yang
terjangkau di sekitar kampus di Yogyakarta, dengan mengetahui kandungan gizi
dalam minuman tersebut diharapkan dapat menjadi dasar edukasi kepada
masyarakat mengenai potensi Boba Milk Tea terhadap obesitas. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan Simple Random Sampling. Analisis zat gizi
menggunakan luff schoorl, Babbock, Bomb Calorimeter, dan Chromatography.
Kalori yang terdapat dalam Boba Milk Tea adalah > 300 Kkal, rata-rata protein,
dan lemak adalah 0,47% dan 2,99%. Rata-rata kandungan sukrosa adalah
73,44%, sedangkan pemanis buatan (siklamat dan sakarin) tidak ditemukan
dalam seluruh sampel minuman. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa konsumsi minuman Boba Milk Tea dapat berdampak pada status gizi
akibat dari tingginya gula, jika konsumsinya tidak diperhatikan dengan baik.

Kata kunci; boba milk tea; kalori; lemak; obesitas; protein; sukrosa

55
Gorontalo Journal of Public Health. Vol 4(1) April 2021
P-ISSN : 2614-5057 E-ISSN: 2614-5065

PENDAHULUAN
Teh susu boba (Boba Milk Tea) pertama kali popular pada tahun 1990-an di
Asia, dan semakin popular di Amerika dan Eropa sejak tahun 2000 (Min et al.,
2017). Minuman ini sangat popular di kota metropolitan dengan pangsa pasar
anak-anak hingga dewasa muda (Veronica & Ilmi, 2020). Teh Susu Boba secara
umum memiliki komposisi sebagai berikut, bubuk minuman dengan varian
rasa, bola tapioka (boba), sirup, gula dan susu kental manis (Sugiarto et al.,
2021). Selain itu, masih terdapat beberapa jenis topping yang dapat
ditambahkan sesuai keinginan pembeli, seperti jeli (nata de coco), egg pudding,
keju, dll., (Min et al., 2017). Rasa manis yang dimiliki oleh teh susu boba ini
membuat beberapa orang mengkategorikan minuman ini sebagai dessert (Min et
al., 2017).
Selain topping yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen, konsumen
dapat menyesuaikan memilih ukuran gelas minumannya yakni besar, sedang
dan kecil (Veronica & Ilmi, 2020). Beberapa aspek yang mempengaruhi
keputusan para konsumen dalam pembelian minuman boba dan sejenisnya
diketahui salah satunya adalah kualitas produk yakni seperti cita rasa, inovasi
produk yang ditawarkan, harga dan juga kemasan (Tj, 2020). Aspek kualitas gizi
dari konsumsi boba tidak banyak diketahui oleh para konsumen. Hal ini
dikarenakan banyak para konsumen yang tidak memahami dampak konsumsi
minuman boba terhadap kesehatan yang diketahui memiliki kandungan kalori
cukup tinggi.
Minuman teh susu boba dan sejenisnya tergolong kelompok sugar
sweetened beverage (SSB). Konsumsi minuman sejenis SSB yang cukup sering
memiliki kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan asupan gula
tambahan serta berdampak pada peningkatan faktor resiko penyakit degeneratif
berupa obesitas dan diabetes mellitus (Veronica & Ilmi, 2020).
Saat ini, data kandungan gizi yang tersedia pada minuman boba berasal
dari media popular atau sumber online, tetapi penelitian yang dipublikasikan
untuk mendokumentasikan kualitas gizi minuman ini masih kurang, terutama
minuman-minuman boba yang dibuat oleh pengusaha local (Min et al., 2017;
Suryani et al., 2021). Data kandungan gizi dari website online menyatakan
bahwa kalori minuman Boba dari berbagai varian berkisar diantara 160 Kkal
hingga 500 Kkal untuk 1 porsi (500ml) (Claudia, 2019; Fatsecret, 2021). Salah
satu peneliti asal Taiwan, Chan, dkk., (2014), menunjukkan bahwa minuman
Boba Milk Tea adalah bagian dari kelompok minuman dengan gula tinggi karena
minuman ini biasanya dimaniskan dengan sirup jagung dengan fruktosa tinggi.
Selain penelitian ini dan banyaknya artikel online tentang kualitas gizi minuman
boba milk tea, masih minimnya pengetahuan tentang kandungan gizi makro
dari minuman boba tersebut (Lei & Lei, 2020). Oleh karena itu, tujuan penelitian
ini adalah menganalisis komposisi gula (sukrosa, dan glukosa), lemak dan
protein pada minuman boba milk tea. Temuan penelitian ini memiliki implikasi
penting bagi kesehatan masyarakat karena pengetahuan tentang komposisi gizi
minuman boba akan memungkinkan peneliti kesehatan masyarakat untuk
mengevaluasi apakah minuman ini harus diklasifikasikan sebagai minuman
berkalori tinggi, dan jika demikian, bagaimana minuman ini mempengaruhi
kesehatan dan obesitas di Indonesia.

METODE
Penelitian ini dilakukan pada Oktober - November 2020 analisis zat gizi
dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Laboratoium Pangan UGM. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan simple random sampling, Sampel yang
digunakan adalah Boba milk tea yang dibeli dari 7 local chain di sekitar kampus

56
Safitri, dkk, kandungan gizi, minuman kekinian, boba milk tea

di Yogyakarta, ukuran cup yang digunakan adalah 16 oz (473 ml) dan hanya
diambil airnya saja, tanpa pearl dan topping. Uji yang dilakukan oleh peneliti
adalah uji kadar glukosa, sakarosa, protein, lemak, dan kualitatif pemanis
buatan siklamat serta sakarin. Sampel yang peneliti ambil adalah komponen
cair. Semua komponen minuman didinginkan pada suhu 4˚C dan dibawa ke
suhu kamar sebelum digunakan.
Analisis kualitatif pemanis dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan lempeng silika gel G R sebagai fase diam, Cuplikan diambil dengan
mikrokapiler sebanyak 20 µL, ditaruh pada plat KLT dengan jarak 2 cm dari
bagian bawah plat, dengan jarak antar noda 2 cm biarkan hingga kering. N-
Butanol, etanol, NH4OH, aquades (20:2:0,5:4,5) sebagai fase gerak dengan total
volume 27 mL, kemudian dimasukkan dalam chamber. Chamber dijenuhkan
menggunakan kertas saring. Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber. Pelarut
dibiarkan merambat dengan jarak rambat 10 cm dari noda. Setelah mencapai
jarak elusi, plat KLT dikeluarkan dan dikeringkan. Hasil bercak warna yang
timbul pada plat KLT dilihat dibawah sinar ultraviolet (Fatimah et al., 2017).
Analisis kadar protein menggunakan metode titrasi formol dengan cara
mengambil 10 ml sampel air minuman dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
ditambahkan beberapa tetes fenoftalein 1%. Kemudian ditambahkan kalium
oksalat jenuh sebanyak 0,4 ml. titrasi dilakukan dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai warna menjadi merah muda. Banyaknya NaOH yang dipakai dicatat,
missal q ml. Titrasi blanko dibuat dengan cara menambahkan 10 ml aquades
dengan 0,4 ml kalium oksalat jenuh, 1 ml formalin 40% + beberapa tetes
fenoftalein 1%, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna menjadi
merah muda, banyaknya NaOH yang terpakai dicatat, missal r ml. kadar protein
minuman boba dihitung dengan rumus: (q-r) ml x 1,70. Analisis Energi
menggunakan Bomb Calorie Meter, analisa gula menggunakan metode luff
schoorl dan lemak menggunakan metode babcock.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemanis Buatan
Pemanis dibagi menjadi dua kategori yakni pemanis berkalori dan pemanis
non-kalori. Pemanis non-kalori meliputi pemanis non-kalori alami dan pemanis
buatan (Grembecka, 2015). Pemanis buatan adalah gula pengganti yang
beberapa kali lebih manis dari gula biasa, pemanis ini diproduksi dari ekstrak
tumbuhan atau bahan-bahan kimia yang tidak berbahaya (Wani & Bhat, 2019).
Sakarin merupakan pemanis buatan yang telah mendapat izin dari Food and
Drug Administration (FDA), sedangkan siklamat tidak diizinkan penggunaannya
di Amerika Serikat namun di beberapa negara mengizinkan penggunaannya
(Fda, 2014, 2018). Penggunaan siklamat dan sakarin juga diperbolehkan di
Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan aturan untuk ambang batas pemanis
buatan yang diperbolehkan melalui surat edaran BPOM bahwa Siklamat
memiliki ambang batas 1.250 mg/Kg produk dan Sakarin sebesar 1.200 mg/Kg
produk (BPOM, 2017). Sementara Acceptable Daily Intake (ADI) yang dituangkan
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 0 mg/Kg-11 mg/Kg berat badan
(BSN, 2004).
Dalam penelitian ini, digunakan uji kualitatif KLT untuk melihat keberadaan
pemanis buatan dalam minuman boba milk tea. Tabel 1 menunjukkan tidak
terdapat sakarin dan siklamat dari ke tujuh sampel Boba Milk Tea. Hal ini
menunjukkan bahwa pemanis yang digunakan dalam minuman boba
merupakan pemanis yang berkalori.

57
Gorontalo Journal of Public Health. Vol 4(1) April 2021
P-ISSN : 2614-5057 E-ISSN: 2614-5065

Tabel 1. Pemanis Buatan dalam Boba Milk Tea


Sampel Sakarin Siklamat
A Negatif Negatif
B Negatif Negatif
C Negatif Negatif
D Negatif Negatif
E Negatif Negatif
F Negatif Negatif
G Negatif Negatif

Kandungan Gizi Makro Boba Milk Tea


Pedoman diet untuk Amerika 2010, minuman yang tergolong SSB
didefinisikan sebagai “cairan yang dimaniskan dengan berbagai bentuk gula
yang menambah kalori. Minuman ini tidak hanya soda, jus buah kemasan, serta
minuman energi (Carolina & Virginia, 2021). Di Indonesia sendiri belum ada
penggolongan yang pasti mengenai SSB ini, terbukti dari jurnal-jurnal yang
diterbitkan masih menggunakan istilah asing Sugar Sweetened Beverage
(Febriyani & Setiawati EM, 2014; Ramadhani & Mahmudiono, 2018).
Berdasarkan komposisi gula yang telah dianalisis dari air boba milk tea (tabel 2)
maka minuman boba milk tea tergolong SSB. Protein dan lemak yang
terkandung dalam boba milk tea (tabel 2) diperoleh dari creamer atau susu
kental manis yang menjadi komposisi resep air boba milk tea (Hu, 2013). Kalori
yang dihasilkan oleh 7 sampel air boba milk tea semua menunjukkan lebih dari
300 Kkal (tabel 2), kalori ini hampir setara dengan 2 porsi nasi (1 porsi = 100 g =
180 Kkal) (Kemenkes, 2017b). Kalori minuman ini sebagian besar didapatkann
dari sukrosa, yakni 77,44% (tabel 2). Data penelitian ini sesuai dengan data dari
website online yang menyatakan kalori boba milk tea berkisar diangka 160-500
Kkal (Claudia, 2019; Fatsecret, 2021).
Boba Milk Tea jelas memiliki kategori minuman dengan tinggi kalori dari
gula (Lin et al., 2018). Penelitian lain juga mengkategorikan minuman boba ke
dalam SSB (Min et al., 2017). Kekhawatiran atas SSB berasal dari bukti yang
mengaitkan asupan gula tambahan dari SSB dengan peningkatan berat badan,
diabetes tipe 2, penyakit metabolik, dan sejumlah komorbiditas terkait obesitas
lainnya (Bray & Popkin, 2014; Hu, 2013).

Tabel 2. Zat Gizi Makro dan Kalori pada Minuman Boba Milk Tea
Sampel Glukosa Sukrosa Lemak Protein Kalori
(%) (%) (%) (%) (Kkal)
A 13,78 75,05 3,14 0,35 360
B 39,52 74,68 0,91 0,73 373
C 4,25 84,2 1,15 0,16 361
D 29,16 68,72 6,41 0,48 363
E 9,5 64,62 2,54 0,23 311
F 10,02 86,15 1,94 0,27 381
G 28,2 60,66 4,9 1,07 318

Pedoman diet Indonesia untuk konsumsi gula adalah 10% dari energi, jika
energi yang kita butuhkan sebesar 2.000 Kkal, maka energi dari gula adalah
200 Kkal (Kemenkes, 2018) Dengan mengkonsumsi Boba Milk Tea sehari, tubuh
telah menerima energi dari gula sebesar 300 Kkal, artinya tubuh telah kelebihan
100 Kkal. Sebuah studi yang mengukur preferensi terhadap minuman boba
menunjukkan 89,4% mahasiswa memilih minuman ini dan mereka memilih
ukuran large cup (antara 16 – 22 oz) (Veronica & Ilmi, 2020). Penelitian lain

58
Safitri, dkk, kandungan gizi, minuman kekinian, boba milk tea

menunjukkan bahwa konsumsi minuman ini sering dilakukan oleh mahasiswa


(Masri, 2018).
Dampak yang terjadi akibat konsumsi kalori yang berlebih dalam tubuh
akan diakumulasi menjadi lemak. Kondisi tubuh yang kelebihan lemak dapat
menimbulkan penyakit yang disebut sebagai obesitas. Obesitas merupakan
penyakit tidak menular (PTM) kronis yang ditandai dengan indeks massa tubuh
(IMT) lebih dari 25, dan lingkar perut untuk ras Asia pria > 90 dan wanita >80
(Purnell, 2018; Rachmi et al., 2017). Prevalensi obesitas pada orang dewasa di
Indonesia meningkat, berdasarkan hasil Riskesdas 2007, 2013 dan 2018
berturut-turut sebesar 10,5%; 14,8%; 21,8% (Harbuwono et al., 2018; Rachmi et
al., 2017). Salah satu faktor peningkatan prevalensi obesitas di kalangan dewasa
adalah karena mengkonsumsi makanan/minuman manis (53,1%) (Kemenkes,
2017a).

Tabel 3. Perbandingan Kalori Boba Milk Tea dengan Kategori


Minuman Tinggi Kalori
Sampel (16 oz) Kalori (Kkal)
Boba Milk Tea 352
Minuman Soda 205
Energy Drink 226
Es Teh Manis(kemasan) 178
Coffee Frappe 493
Fruit Juice(kemasan) 226

PENUTUP
Penelitian kandungan gizi Boba Milk Tea ini adalah penelitian yang pertama
di Indonesia yang mendokumentasikan nilai kalori dan gula secara
eksperimental. Temuan studi ini menunjukkan bahwa minuman boba milk tea
tergolong sebagai minuman tinggi gula. Satu gelas Boba Milk Tea 16 oz memiliki
kandungan gula yang melebihi anjuran dari pedoman diet Indonesia. Penelitian
ini memiliki keterbatasan karena Analisa kandungan gizi yang diteliti hanya air
dari Boba Milk Tea, sementara Pearl dan Topping tidak kami teliti. Karena
keterbatasan tersebut, maka kami menyarankan agar kandungan gizi dari pearl
dan juga Topping yang digunakan juga dianalisa. Penelitian ini tentunya
memerlukan penelitian lanjutan untuk dapat mengetahui seberapa sering
konsumsi Boba Milk Tea yang dapat meningkatkan rIsiko obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2017). Batas Maksimum Penggunaan Pemanis Buatan yang Diiznkan
dalam Produk Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan.
Bray, G. A., & Popkin, B. M. (2014). Dietary sugar and body weight: have we
reached a crisis in the epidemic of obesity and diabetes?: health be damned!
Pour on the sugar. Diabetes Care, 37(4), 950–956.
BSN. (2004). Bahan tambahan pangan pemanis buatan–Persyaratan penggunaan
dalam produk pangan. SNI 01-6993-2004. ICS 67.220. 20.
Carolina, S., & Virginia, W. (2021). Get the Facts: Sugar-Sweetened Beverages
and Consumption. CDC.
Chan, T.-F., Lin, W.-T., Chen, Y.-L., Huang, H.-L., Yang, W.-Z., Lee, C.-Y., Chen,
M.-H., Wang, T.-N., Huang, M.-C., & Chiu, Y.-W. (2014). Elevated serum
triglyceride and retinol-binding protein 4 levels associated with fructose-
sweetened beverages in adolescents. PLoS One, 9(1), e82004.
Claudia, C. (2019). Bubble Tea memang enak, Tapi Sehatkah? Alodokter.
https://www.alodokter.com/

59
Gorontalo Journal of Public Health. Vol 4(1) April 2021
P-ISSN : 2614-5057 E-ISSN: 2614-5065

Fatimah, S., Rahayu, M., & Rinding, A. L. T. (2017). Analisis Sakarin dalam
Jamu Kunyit Asam yang Dijual di Malioboro dan di Pasar Beringharjo
Yogyakarta. Biomedika, 10(1), 30–35.
Fatsecret. (2021). Chatime. Fatsecret Chatime.
https://www.fatsecret.co.id/kalori-gizi/chatime
Fda. (2014). High-Intensity Sweeteners. U.S. Food & Drug Administration.
https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/high-intensity-
sweeteners
Fda. (2018). Additional Information about High-Intensity Sweeteners Permitted for
Use in Food in the United States. U.S. Food & Drug Administration.
https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/additional-information-
about-high-intensity-sweeteners-permitted-use-food-united-states
Febriyani, I., & Setiawati EM, M. (2014). Hubungan Asupan sugar-Sweetened
Beverages dengan Status Gizi Pada Anak Usia Prasekolah. Faculty of
Medicine Diponegoro University.
Grembecka, M. (2015). Sugar alcohols—their role in the modern world of
sweeteners: a review. European Food Research and Technology, 241(1), 1–14.
Harbuwono, D. S., Pramono, L. A., Yunir, E., & Subekti, I. (2018). Obesity and
central obesity in Indonesia: evidence from a national health survey. Medical
Journal of Indonesia, 27(2), 114–120.
Hu, F. B. (2013). Resolved: there is sufficient scientific evidence that decreasing
sugar‐sweetened beverage consumption will reduce the prevalence of obesity
and obesity‐related diseases. Obesity Reviews, 14(8), 606–619.
Kemenkes. (2018). Berapa anjuran konsumsi gula, garam, dan lemak per
harinya? http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/15/berapa-anjuran-
konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya
Kemenkes, R. I. (2017a). Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka
Obesitas (GENTAS). Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular ….
Kemenkes, R. I. (2017b). Tabel komposisi pangan Indonesia. Retrieved from Data
Komposisi Pangan Indonesia: Www. Panganku. Org.
Lei, S., & Lei, S. (2020). Repurchase Behavior of College Students in Boba Tea
Shops: A Review of Literature. College Student Journal, 53(4), 465–473.
Lin, P. Y., Chen, T. C., Lin, F. Y., Doong, J. Y., Chen, W. L., Kamoshita, S., Sari,
I. K., Takeichi, H., & Yamamoto, S. (2018). The effect of limiting tapioca milk
tea on added sugar consumption in Taiwanese young male and female.
Change, 65, 43–49.
Masri, E. (2018). Faktor Determinan Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi pada
Mahasiswa. SCIENTIA: Jurnal Farmasi Dan Kesehatan, 8(1), 53–63.
Min, J. E., Green, D. B., & Kim, L. (2017). Calories and sugars in boba milk tea:
implications for obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food Science &
Nutrition, 5(1), 38–45.
Purnell, J. Q. (2018). Definitions, classification, and epidemiology of obesity.
Endotext [Internet].
Rachmi, C. N., Li, M., & Baur, L. A. (2017). Overweight and obesity in Indonesia:
prevalence and risk factors—a literature review. Public Health, 147, 20–29.
Ramadhani, P., & Mahmudiono, T. (2018). Hubungan Konsumsi Sugar-
Sweetened Beverages Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pada Lansia [The
Correlation Between Sugar-Sweetened Beverages Consumption and Diabetes
Mellitus in Elderly]. Media Gizi Indonesia, 13(1), 49–56.
Sugiarto, M. J., Oei, N. S., & Balpa, R. E. Y. (2021). Perencanaan usaha kecil
pengolahan bubble milk tea “boba mates” kapasitas produksi 100 botol per
hari.

60
Safitri, dkk, kandungan gizi, minuman kekinian, boba milk tea

Suryani, D., Sunarti, S., Safitri, R. A., & Khofifah, H. (2021). Identification of
Coliform bacteria content in ‘Thai Tea’drinks and its correlation with hygiene
factors in Yogyakarta, Indonesia. Public Health of Indonesia, 7(1), 41–47.
Tj, H. W. (2020). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Keputusan
Pembelian Minuman Bobba yang Dimediasi oleh Strategi Promosi (Studi
Kasus: Konsumen Chatime Tanjung Duren). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 5(12), 1566–1575.
Veronica, M. T., & Ilmi, I. M. B. (2020). Minuman kekinian di kalangan
mahasiswa Depok dan Jakarta. Indonesian Journal of Health Development,
2(2), 83–91.
Wani, M. M., & Bhat, T. A. (2019). Sugar substitutes and artificial sweeteners.
JMS SKIMS, 22(1), 90–92.

61

You might also like