Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

159

Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167
Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (online)
ISSN 2089-4503 (cetak)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI ASERTIF DENGAN


KEJADIAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

Endang Mei Yunalia1), Sri Haryuni2)


1),2)
Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
E-mail: endang_mei@unik-kediri.ac.id

ABSTRACT

Aggressive behavior is an action that aims to dominate or behave destructively by using verbal or physical strength
aimed at the object. Aggressive behavior can occur at any stage of age including adolescents. Emotional development
in adolescence causes adolescents to have a high desire for something, where this period is a critical period and a time
of rebellion. One of the factors that influence the aggressive behavior in adolescents is the ability to carry out
assertive communication. The purpose of the study was to determine the relationship between assertive
communication skills and aggressive behavior in adolescents. This study used descriptive correlation design with
cross sectional approach. The sample of 42 was recruited using simple random sampling in SMA 5 Kota Kediri.
The result showed that there most a half respondent (40,5%) have good assertive communication skills with
moderate levels of aggressive behavior. Based on Chi Square: ρ-value 0,000< 0,05 it has been recognized that
there is a correlation between assertive communication skills and aggressive behavior in adolescents. Based on the
results of these studies it is expected that parents or the school will provide education about the importance of
assertive communication and can be a role model for adolescents in behaving so that the incidence of aggressive
behavior and juvenile delinquency can be reduced.

Keywords: Assetiveness communication; aggressive behavior; adolescents.

ABSTRAK

Perilaku agresif adalah tindakan yang bertujuan untuk mendominasi atau berperilaku destruktif
dengan menggunakan kekuatan verbal ataupun kekuatan fisik yang ditujukan pada objek. Perilaku
agresif dapat terjadi pada setiap tahapan usia termasuk remaja. Perkembangan emosi pada masa
remaja menyebabkan remaja memiliki keinginan yang tinggi terhadap sesuatu, dimana masa ini
merupakan masa kritis dan masa memberontak. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya
perilaku agresif pada remaja adalah kemampuan dalam melakukan komunikasi asertif. Tujuan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara kemampuan komunikasi asertif dengan perilaku
agresif pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 siswa di SMA 5 Kota Kediri
yang diambil dengan mengggunakan tekhnik simple random sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan hampir dari setengah responden (40,5%) memiliki kemampuan komunikasi asertif
yang baik dengan tingkat perilaku agresif sedang. Hasil uji Chi-Square didapatkan ρ-value 0,000 (ρ
< α (0,05), yang artinya ada hubungan antara kemampuan komunikasi asertif dengan perilaku
Cara mengutip: Yunalia, E. Mei & Haryuni, Sri. (2020). Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Asertif Dengan Kejadian Perilaku
Agresif Pada Remaja. Care:Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(2), 159-167

Retrieved from https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/1362


160
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

agresif pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan bagi orangtua ataupun pihak
sekolah agar memberikan edukasi tentang pentingnya komunikasi asertif dan bisa menjadi role
model bagi remaja dalam berperilaku sehingga kejadian perilaku agresif dan kenakalan remaja bisa
diturunkan.

Kata Kunci: Komunikasi asertif; perilaku agresif; remaja.

PENDAHULUAN munculnya perilaku agresif pada remaja


Masa remaja adalah masa dimana terjadi (Lutfiani, Sri, & Setyawati, 2018). Perilaku
perubahan atau merupakan masa transisi agresif merupakan suatu luapan emosi
pada individu yang ditandai dengan adanya sebagai reaksi terhadap kegagalan individu
perubahan fisik dan emosi atau psikologis. yang ditampakkan dalam pengrusakan
Memasuki masa remaja atau masa pubertas terhadap manusia atau benda dengan unsur
bagi sebagian remaja diartikan sebagai masa kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-
yang sulit dan masa yang berpengaruh pada kata (verbal) dan perilaku (non verbal).
keadaan fisik maupun psikologis remaja Perilaku agresif merupakan permasalahan
selanjutnya (Yunalia, 2017). Salah satu faktor umum yang terjadi pada remaja dan dapat
yang menonjol pada masa perkembangan menyebabkan terjadinya permasalahan pada
remaja adalah perkembangan aspek emosi. remaja yang melakukan perilaku agresif
Emosi merupakan reaksi tubuh sebagai ataupun remaja yang menjadi korban (Shao,
umpan balik terhadap suatu kondisi akibat Liang, Yuan, & Bian, 2014).
munculnya suatu stimulus yang
menimbulkan perubahan perilaku pada Studi yang dilakukan WHO tentang perilaku
remaja (Fatchurahman, 2012). agresif dalam anak sekolah – Aged children
(HBSC) untuk membandingkan prevelensi
Perubahan emosi dan perkembangan psikis kekerasan negara didapatkan data bahwa dari
dalam masa remaja menyebabkan individu 161.082 siswa terlibat tawuran yaitu sebanyak
menjadi ingin tahu tentang lingkungan di 37-69% untuk laki-laki dan 13-32% untuk
sekitarnya sekaligus menjadi rentan dalam perempuan (Hall, 2012). Data KPAI
membedakan baik dan buruk suatu hal, maka menyatakan bahwa anak dan remaja yang
dari itulah masa ini disebut pula sebagai masa berhadapan dengan hukum jumlahnya
kritis dan masa memberontak. Salah satu mengalami peningkatan. Pada tahun 2016
akibat adanya perubahan emosi dan terdapat sejumlah 298 kasus dan diantaranya
perkembangan psikis dalam masa ini adalah remaja melakukan perilaku kekerasan fisik.
161
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

Jumlah ini meningkat 15% dibandingkan Perilaku agresif pada remaja bisa terjadi
dengan data pada tahun 2015 (Arofa, karena berbagai macam faktor, misalkan
Hudaniah, Zulfiana, 2018). Berdasarkan data karena kurangnya perhatian dari orang
ini dapat disimpulkan bahwa kejadian terdekat, merasa tertekan dengan beban
perilaku agresif dengan berbagai akibatnya hidup, atau pengaruh media massa yang
masih tinggi di Indonesia. menunjukkan suatu peristiwa kekerasan.
Sedangkan dampak dari perilaku agresif ini
Data tentang jumlah remaja di Jawa Timur dapat terjadi pada pelaku maupun pada
menunjukkan angka mencapai 16,19% dari korban. Dampak ini dapat menyebabkan
total penduduk yaitu mencapai 6.133.053 munculnya penyakit fisik dan gangguan
jiwa menurut kelompok usia (Yunalia, 2017). psikologi serta kerugian material akibat
Data di Jawa Timur juga ditemukan tentang perilaku agresif tersebut (Restu & Yusri,
kasus penganiayaan sebanyak 554 kasus pada 2013).
tahun 2014, kasus ini lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yaitu 484 kasus (Yunalia & Perilaku agresif yang terjadi pada remaja,
Etika, 2019). berkaitan dengan kemampuan komunikasi
asertif. Komunikasi asertif merupakan usaha
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan untuk memperjuangkan hak diri sendiri
pada siswa SMA 5 Kota Kediri menunjukkan dengan tidak mengganggu hak orang lain.
bahwa dari 15 siswa, 6 diantaranya memiliki Komunikasi asertif berguna bagi
kebiasaan melakukan perilaku agresif baik remaja ataupun individu secara umum untuk
secara verbal seperti mencaci, menyindir menjaga kejujuran dalam
ataupun mengucapkan kata – kata kasar pada melakukan komunikasi dan mampu untuk
orang lain. Selain perilaku agresif secara melakukan pengendalian diri (Abdulkarim,
verbal, juga melalui tindakan fisik seperti Zainul, & Maryani, 2014). Ketidakmampuan
memukul ataupun menendang. Perilaku remaja dalam melakukan komunikasi asertif
agresif ini dilakukan oleh remaja pada akhirnya dapat menyebabkan remaja
penyebabnya paling sering adalah karena perilaku yang menyimpang, salah satu
orang lain tidak bisa memenuhi yang mereka perilaku yang dapat muncul adalah perilaku
inginkan. Dari perilaku agresif ini akhirnya agresif (Wardani, 2011). Berdasarkan
bisa mengakibatkan siswa yang melakukan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan
perilaku agresif dijauhi oleh teman – penelitian yang berjudul hubungan antara
temannya.
162
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

kemampuan komunikasi asertif dengan pertanyaan dinyatakan valid, sedangkan dari


kejadian perilaku agresif pada remaja. hasil uji reliabilitas diperoleh nilai r table
0,444 sehingga dinyatakan instrument
METODE PENELITIAN reliable. Data bivariat dianalisis
Penelitian ini dilakukan pada bulan April menggunakan uji statistik uji korelasi Chi-
sampai dengan Mei tahun 2019 di SMA 5 Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Kediri, Kota Kediri. Jenis penelitian ini Setelah mendapat surat keterangan laik etik
adalah penelitian analitik korelasional dengan (No.28/EC/KEPK-UNIK/10/2018), dan
menggunakan cross sectional study. Populasi mendapatkan persetujuan dari tempat
dalam penelitian ini adalah siswa di SMA 5 penelitian, peneliti memulai pelaksanaan
Kota Kediri kelas XI, dengan sampel penelitian dengan member lembar inform
berjumlah 42 responden yang diambil consent kepada calon responden dan
dengan dengan menggunakan teknik simple selanjutnya memberikan instrumen BPAQ
random sampling. dan instrument ASA.

Variabel dalam penelitian ini diukur dengan HASIL


menggunakan kuesioner yang telah diukur Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner sebagian besar responden adalah perempuan
digunakan untuk mengukur komunikasi (66,7%), sebagian besar (59,5%) responden
asertif dan perilaku agresif. Perilaku agresif memiliki jumlah saudara 2-3 saudara dan
diukur dengan menggunakan Buss – Perry hampir seluruhnya responden tinggal dengan
Aggression Questionnaire (BPAQ). Berdasarkan orang tua (80,9%).
hasil analisis instrument, didapat nilai Tabel 1. Tabel distribusi frekuensi
koefisien alpha cronbach 0,852 yang berarti karakteristik responden
instrume reliable dan uji validitas Variabel Total
menunjukkan angka r table 0,1956 yang f (%)
Jenis Kelamin
berarti intrumen valid. Analisis data dalam Laki – laki 14 33,1
penelitian ini adalah analisis data univariat Perempuan 28 66,7
Jumlah Saudara
dan bivariat. Data komunikasi asertif Anak tunggal 9 21,4
2-3 saudara 25 59,5
diperoleh dengan menggunakan instrument
>3 saudara 8 19,1
Assertiveness Scale for Adolescents (ASA), dimana Tempat Tinggal
Bersama orangtua 34 80,9
pada instrument ini diperoleh nilai product Tidak bersama orangtua
moment sebesar 0,798 sehingga item 8 19,1
163
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi


sebagian besar (40,5%) orangtua responden karakteristik orangtua responden
sebagai petani, setengahnya (50%) usia orang Variabel f (%)
tua responden adalah lansia awal, dan Pekerjaan orangtua
Petani 17 40,5
pendidikan orang tua responden adalah Wiraswasta 9 21,5
Swasta 11 26,1
sekolah Menengah (69%). PNS 5 11,9
Usia Orangtua
Dewasa awal 0 0
Dewasa akhir 8 19
Lansia awal 21 50
Lansia akhir 11 26,2
Manula 2 4,8
Pendidikan Orangtua
Dasar 4 9,6
Menengah 29 69
Tinggi 9 21,4

Tabel 3. Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Asertif dengan Kejadian Perilaku Agresif
Komunikasi Perilaku Agresif
Asertif Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Total
rendah tinggi
f % f % f % f % f % f %
Baik 4 9,5 17 40,5 2 4,8 0 0 0 0 23 54,8
Sedang 2 4,8 5 11,9 9 21,4 0 0 0 0 16 38,1
Kurang 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 3 7,1
Total 6 14,3 22 52,4 14 33,3 0 0 0 0 42 100
Correlation Coefficient = - 0,524 Sig. (2-tailed) = 0,000 α = 0,05

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN


hampir dari setengah responden yaitu Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 17 responden (40,5%) memiliki terdapat hubungan antara kemampuan
kemampuan komunikasi asertif baik dengan komunikasi asertif dengan perilaku agresif
tingkat perilaku agresif yang rendah. pada remaja, dengan nilai signifikansi 0,000
Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan ρ- dan angka koefisien korelasi sebesar -0,524
value 0,000 yang berarti ρ < α (0,05), yang berarti terdapat kekuatan hubungan sedang
artinya Ho ditolak dan H1 diterima berarti dengan arah hubungan yang bersifat negatif
ada hubungan antara kemampuan dan memiliki arah negative yang berarti
komunikasi asertif dengan perilaku agresif semakin tinggi kemampuan komunikasi
pada remaja. asertif pada remaja, tingkat perilaku agresif
semakin rendah.
164
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian meningkat. Remaja yang memiliki tingkat
yang dilakukan oleh Nugroho dan Diana asertivitas yang rendah akan mudah terbawa
yang menyatakan bahwa remaja yang dalam pengaruh perilaku yang negatif. Selain
memiliki kemampuan dalam melakukan itu semakin tinggi kemampuan asertivitas
komunikasi ataupun perilaku asertif lebih remaja juga dapat menjadikan remaja bisa
mampu bekerja sama dengan baik, memiliki menjaga kejujuran dalam melakukan
tingkat sensitivitas yang cukup tinggi komunikasi, meningkatkan kemampuan
sehingga bisa memahami kondisi yang ada di dalam mengambil keputusan dan mampu
sekitarnya dan lebih mudah melakukan mengendalikan diri sehingga remaja tidak
adaptasi. Selain itu dengan adanya melakukan perilaku agresif (Abdulkarim,
kemampuan komunikasi asertif remaja dapat Zainul, & Maryani, 2014).
melakukan aktivitasnya atau menyampaikan
keinginannya dengan lebih terarah, strategis Komunikasi asertif adalah kemampuan
dan terkendali (Nugroho & Diana, 2012). untuk menyampaikan apa yang diinginkan,
diharapkan, atau yang difikirkan oleh
Hasil penelitian lain juga menjelaskan bahwa seseorang kepada orang lain dengan tetap
dengan diberikannya latihan komunikasi menghargai perasaan dan hak orang lain
asertif pada remaja sehingga kemampuan (Azhari, 2017). Dengan melakukan
komunikasi asertif remaja dapat meningkat, komunikasi asertif, maka seorang remaja
maka tingkat perilaku agresif remaja semakin dapat menjalin hubungan interpersonal
bekurang. Ini artinya terdapat korelasi antara dengan orang lain tanpa melakukan
kemampuan komunikasi asertif dengan penolakan pada dirinya sendiri ataupun pada
perilaku agresif. Kemampuan melakukan orang lain. Perilaku ataupun komunikasi
komunikasi asertif juga membantu remaja asertif. Kemampuan melakukan komunikasi
agar diterima dalam kehidupan sosial, asertif sangat penting bagi remaja, terutama
menurunkan sikap agresif, dan meningkatkan pada tahap remaja awal agar remaja diterima
kejujuran dalam bersikap (Sari & Idriansari, dalam kelompok teman sebaya sehingga
2015). remaja tetap mendapatkan penerimaan dari
lingkungannya (Wardani, 2011).
Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika
tingkat asertivitas remaja mengalami Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
penurunan, maka kenakalan remaja yang terdapat hubungan antara kemampuan
berkaitan dengan perilaku agresif akan komunikasi asertif dengan perilaku agresif
165
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

pada remaja juga sejalan dengan hasil memiliki sifat psikologis, interpersonal dan
penelitian yang dilakukan oleh Wardani yang cultural. Individu atau remaja merupakan
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pemeran utama dalam menunjukkan
asertivitas remaja, maka tingkat kenakalan eksistensinya apakah remaja akan
remaja akan menurun. Dimana, kenakalan membentuk karakter agresif, asertif, ataukah
remaja ini merupakan salah bentuk dari pasif dan hal ini berkaitan dengan
perilaku agresif. Remaja yang mampu untuk pendidikan yang mereka dapatkan dari
emlakukan komunikasi asertif juga dapat keluarga (Ardebili & Golshani, 2016).
terhindar dari perilaku menyimpang karena Keluarga memiliki peran yang sangat penting
remaja dapat menyampaikan apa yang dalam membentuk perkembangan psikologis
mereka harapkan tanpa menyakiti perasaan dan social remaja. Interaksi, pola asuh dan
siapapun (Wardani, 2011). komunikasi yang dilakukan oleh orangtua
dan anak memberikan dasar kehidupan
Data dari hasil penelitian menunjukkan emosi pada remaja yang berpengaruh
bahwa terdapat 17 responden atau hampir terhadap pencapaian tugas perkembangan
dari separuh responden (40,5%) yang selanjutnya.
memiliki kemampuan komunikasi asertif
baik dengan tingkat perilaku agresif yang Hasil penelitian ini menunjukkan data bahwa
rendah sedangkan hampir separuh hampir dari separuh responden yang tidak
responden lainnya memiliki kemampuan tinggal bersama orang tua memiliki tingkat
komunikasi asertif sedang dengan tingkat perilaku agresif sedang dan kemampuan
perilaku agresif yang bervariasi. Selain itu, komunikasi asertif sedang. Hal ini bisa terjadi
data hasil penelitian menunjukkan sebagian karena kurangnya figure atau model bagi
kecil responden yang memiliki kemampuan remaja dalam dalam mengelola emosi
komunikasi asertif yang baik memiliki tingkat sehingga mereka menggunakan model –
perilaku agresif sedang. Ini artinya, model yang sering mereka temukan dalam
kemampuan komunikasi asertif dan perilaku mengelola emosi (Abdulkarim et al., 2014a).
agresif pada remaja banyak dipengaruhi oleh sehingga peneliti berasumsi bahwa remaja
faktor. yang tidak tinggal bersama orang tua
kemungkinan memiliki kecenderungan
Salah satu yang mempengaruhi kemampuan memiliki keampuan komunikasi asertif yang
komunikasi asertif ataupun perilaku agresif lebih rendah dibandingkan dengan remaja
faktor keluarga. Perilaku agresif pada remaja yang tinggal bersama orangtua. Namun hal
166
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

ini tentunya masih memerlukan penelitian hal ini tidak sejalan dengan teori yang
lebih lanjut. menyatakan bahwa remaja laki – laki
cenderung lebih mampu untuk melakukan
Selanjutnya, berkaitan dengan jenis kelamin komunikasi asertif karena sejak kecil anak
atau gender, perilaku agresif lebih banyak laki – laki dibiasakan untuk berperilaku tegas
dilakukan pada remaja laki – laki dan asertif dibandingkan anak perempuan.
dibandingkan remaja perempuan. Hal ini Anak perempuan cenderung lebih tampak
sejalan dengan hasil penelitian lain yang pasif dalam mengngkapkan perasaan
menyatakan bahwa secara umum laki – laki terutama dengan hal yang berkaitan dengan
memiliki keterlibatan dalam melakukan apa yang menjadi harapannya (Ninawati,
perilaku agresif baik agresif fisik maupun 2012). Peneliti berasumsi bahwa kemampuan
verbal dibandingkan dengan remaja komunikasi asertif selain dipengaruhi oleh
perempuan salah satu penyebabnya adalah aspek gender, ada faktor eksternal lain yang
remaja laki – laki lebih sering mendapatkan juga berpengaruh, terutama teman sebaya.
perlakuan yang keras dari orang tua terutama Sebagaimana sesuai dengan tahap
pada aspek fisik dibadingkan dengan remaja perkembangannya, bahwa remaja cenderung
perempuan. Sehingga ketika remaja mengadaptasi perilaku yang dia dapatkan dari
mendapatkan perilaku yang kasar, maka anak peer group maupun teman sebaya.
akan meniru dan menerapkan pola dalam
keluarga dalam kehidupan sosialnya KESIMPULAN
kemudian timbullah perilaku agresif dan Hampir dari setengah responden memiliki
remaja laki – laki akhirnya akan menarik diri kemampuan melakukan komunikasi asertif
dari komunikasi, dan pada akhirnya akan yang baik dengan tingkat perilaku agresif
menghambat terbentuknya kemampuan yang rendah dan terdapat hubungan antara
melakukan komunikai asertif (Diana kemampuan komunikasi asertif dengan
Berlianti, Aida Vitayala, Dwi Hastuti, perilaku agresif pada remaja.
Sarwititi Sarwoprasodjo, 2016).
REFERENSI
Berkaitan dengan kemampuan komunikasi Abdulkarim, A., Zainul, A., & Maryani, E.
(2014a). Perilaku Asertif dan
asertif, hasil penelitian ini menunjukkan hasil
Kecenderungan Kenakalan Remaja
bahwa lebih dari separuh responden Berdasarkan Pola Asuh dan Peran
Media Massa, 41(1), 74–88.
perempuan memiliki komunikasi asertif yang
Abdulkarim, A., Zainul, A., & Maryani, E.
baik dibandingkan remaja laki – laki. Namun (2014b). Perilaku Asertif dan
167
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .8, No.2, 2020, hal 159-167

Kecenderungan Kenakalan Remaja Ninawati, T. M. (2012). Training Komunikasi


Berdasarkan Pola Asuh dan Peran Asertif Untuk Mengingkatkan Perilaku
Media Massa. Jurnal Psikologi, 41(1), 74– Asertif Terhadap Keterampilan kerjasama
88. Pada Pre Operational First Officer PT.X.
Ardebili, E. F., & Golshani, F. (2016). Early Nugroho, S., & Diana, J. (2012). Studi
Maladaptive Schemas and Aggression Komparasi Tingkat Asertifitas Pada
Based on the Birth Order of Children. Mahasiswa Pg-Paud Di Universitas.
Modern Applied Science, 10(9), 14–21. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 1469–1479.
https://doi.org/10.5539/mas.v10n9p1 Restu, Y., & Yusri. (2013). Studi tentang
4 Perilaku Agresif Siswa di Sekolah. Jurnal
Arofa, I. Z., Hudaniah, & Zulfiana, U. Ilmiah Konseling, 2(1), 243–249.
(2018). Pengaruh Perilaku Bullying Sari, P. A., & Idriansari, A. (2015). Pengaruh
terhadap Empati Ditinjau dari Tipe Latihan Asertif Terhadap Penurunan
Sekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Perilaku Agresif Pada Laki- Laki Usia
06(01), 74–92. Remaja Awal yang Bermain Game
Azhari, H. (2017). Gaya Komunikasi Dalam Online Jenis Agresi di SMP Negeri 2
Menanggulangi Penyalahgunaan OKU. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan,
Narkoba di Kalangan Remaja Muslim 2(2), 183–189.
Kelurahan Gading Kecamatan Datuk Shao, A., Liang, L., Yuan, C., & Bian, Y.
Bandar Kota Tanjungbalai. (2014). A Latent Class Analysis of
Diana Berlianti, Aida Vitayala, Dwi Hastuti, Bullies , Victims and Aggressive
Sarwititi Sarwoprasodjo, D. K. (2016). Victims in Chinese Adolescence  :
What ’ s with Parent-Adolescent Relations with Social and School
Communication  ? Effects on Adjustments. Plos One, 9(4).
Adolescent ’ s Aggresiveness Toward https://doi.org/10.1371/journal.pone.
Others. Jurnal Ilmu Keluarga Dan 0095290
Konseling, 9(3), 183–194. Wardani, D. K. (2011). HUBUNGAN
Fatchurahman, M. (2012). Kepercayaan Diri, PERILAKU ASERTIF DENGAN
Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang KENAKALAN REMAJA PADA
Tua Demokratis dan Kenakalan SISWA KELAS XI SMA BHAKTI
Remaja. Persona-Jurnal Psikologi Indonesia, PRAJA KABUPATEN BATANG
1(2), 77–87. TAHUN AJARAN 2009 / 2010.
Hall, C. M. F. (2012). Understanding Yunalia, E. M. (2017). Hubungan antara
aggressive behaviour across the Konsep Diri dengan Penerimaan
lifespan. Perubahan Fisik Remaja Putri pada
https://doi.org/10.1111/j.1365- Masa Pubertas. Nursing Science Jurnal, 1,
2850.2012.01902.x 30–36.
Lutfiani, D., Sri, & Setyawati, P. (2018). Yunalia, E. M., & Etika, A. N. (2019).
Hubungan Antara Kecerdasan Efektivitas Terapi Kelompok
Emosional dengan Perilaku Agresif Assertiveness Training terhadap
Siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Kediri Kemampuan Komunikasi Asertif pada
Tahun Ajaran 2017/ 2018. Simki- Remaja dengan Perilaku Agresif. Jurnal
Pedagogia, 02(03). Keperawatan Jiwa, 7(3), 229–236.

You might also like