Professional Documents
Culture Documents
Artikel Ilmiah Uji Kelayakan JPO
Artikel Ilmiah Uji Kelayakan JPO
Artikel Ilmiah Uji Kelayakan JPO
BAHASA INDONESIA
“EVALUASI JPO (JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG) DI
JL. VETERAN, ALUN-ALUN KOTA SERANG”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
ABSTRACT
The pedestrian bridge, abbreviated as JPO, is a pedestrian facility for crossing a
busy and wide road or crossing toll roads using a bridge, so that people and
vehicle traffic are physically separated. The pedestrian bridge is functioned as an
infrastructure to avoid conflicts between pedestrians and traffic that can interfere
with the smooth flow of traffic, safety and comfort of crossings. The heart of
Serang City, Serang City Square, there is a People's Crossing Bridge which has
been built for a long time. This study aims to determine the feasibility of the
bridge when viewed from its current age. The author examines using the method
of distributing questionnaires to people who have crossed the bridge.
Questionnaires were distributed online and contained questions about respondents'
opinions based on their experience using the JPO Alun-alun Serang City. The data
obtained in the form of quantitative data presented in the form of percentage
diagrams. The questions have been filled out by 22 respondents and indicate
aspects of security, comfort, safety, enjoyment, and beauty. The results are
divided into three groups, namely decent, fairly decent, and not feasible. For what
is included in only one aspect, namely enjoyment, then what is considered
adequate is safety, and what is not included is comfort, security and esthetic.
Keywords: Pedestrian Bridge, Pedestrian, Feasibility
1
ABSTRAK
Jembatan penyeberangan orang disingkat JPO adalah fasilitas pejalan kaki untuk
menyeberang jalan yang ramai dan lebar atau menyeberang jalan tol dengan
menggunakan jembatan, sehingga orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara
fisik. Jembatan penyeberangan orang difungsikan sebagai prasarana untuk
menghindarkan konflik antara pejalan kaki dengan lalu lintas yang dapat
mengganggu kelancaran berlalulintas, keselamatan dan kenyamanan
penyeberangan. Jantung Kota Serang, Alun-alun Kota Serang, terdapat Jembatan
Penyeberangan Orang yang sudah dibangun sejak lama. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kelayakan jembatan tersebut jika ditinjau dari usianya yang
sekarang. Penulis meneliti menggunakan metode penyebaran kuisioner kepada
orang-orang yang pernah melewati jembatan tersebut. Kuisioner disebarkan secara
online dan berisi pertanyaan mengenai pendapat responder berdasarkan
pengalamannya menggunakan JPO Alun-alun Kota Serang. Data yang didapat
berupa data kuantitatif yang disajikan dalam bentuk persentase diagram.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah diisi oleh 22 responder dan mengindikasikan
aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan, kenikmatan, dan keindahan.
Hasilnya terbagi ke dalam tiga kelompok, yakni layak, cukup layak, dan tidak
layak. Untuk yang termasuk hanya satu aspek yaitu kenikmatan, lalu yang
termasuk cukup layak adalah keselamatan, dan yang termasuk tidak layak adalah
kenyamanan, keamanan dan keindahan.
Kata Kunci: Jembatan Penyeberangan Orang, Pejalan Kaki, Kelayakan
2
LATAR BELAKANG
TUJUAN PENELITIAN
4
KERANGKA TEORI
Dalam bahasa Inggris, sebagai kata benda, pedestrian berarti “orang yang
berjalan kaki” (Kamus Inggris-Indonesia, John dan Hassan, 1982 dalam Rinaldi
Mirsa, 2012). Dengan kata lain, pedestrian juga dapat disebut sebagai kegiatan
berjalan kaki. Kegiatan berjalan kaki ini merupakan kegiatan yang dilakukan
manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu,
kegiatan berjalan kaki tersebut membutuhkan ruang untuk aktivitasnya atau sering
disebut sebagai jalur pedestrian.
Peraturan Pemerintah (dalam Wiguna, A., 2014), menjelaskan bahwa
pejalan kaki harus berjalan pada bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan
kaki, atau pada bagian pejalan kaki, atau pada bagian jalan yang paling kiri
apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki. Fasilitas
penyeberangan Dalam Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan No. 011/T/Bt/1995 Tahun 1995. Ada 2 jenis pengelompokkan fasilitas
penyeberangan sebagai berikut :
1. Penyeberangan sebidang Ada babarapa jenis penyeberangan sebidang yaitu
zebra cross tanpa atau dengan pelindung dan pelikan tanpa atau dengan
pelindung. Penyeberangan tanpa pelindung adalah penyeberangan yang tidak
dilengkapi dengan pulau pelindung. Sedangkan penyeberangan dengan
pelindung adalah penyeberangan yang dilengkapi dengan pulau pelindung
dan rambu peringatan awal bangunan pemisah untuk lalu lintas dua arah.
Borneo Engineering: Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 1 Juni 2019 Nawir,
Rusmiyanti 62 Kriteria dalam memilih fasilitas penyeberangan sebidang
didasarkan pada rumus empiris PV2 , dengan P adalah arus lalu lintas
penyeberang jalan yang menyeberang jalur lalu lintas sepanjang 100 meter,
dinyatakan dengan pejalan kaki/jam. V adalah arus lalu-Iintas dua arah per
jam, dinyatakan dalam kendaraan/jam.Nilai P dan V merupakan arus rata-rata
pejalan kaki dan kendaraan dalam jamjam tersibuk.
2. Penyeberangan tidak sebidang Jenis fasilitas penyeberangan tidak sebidang
dapat berupa jembatan penyeberangan atau terowongan penyeberangan.
Fasilitas ini ditempatkan pada ruas jalan yang memiliki kriteria sebagai
5
berikut : a. Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana > 70 km/jam b. Pada
kawasan strategis, tapi para penyeberang jalan tidak memungkinkan. c. Untuk
menyeberang jalan, kecuali hanya pada jembatan penyeberangan. d. PV2> 2
x 108, dengan : P > 1100 orang/jam dan V > 750 kend/jam. Nilai V yang
diambil adalah dari arus rata-rata selama 4 jam tersibuk. Menurut
Nunggraeni, H, A., (dalam Nadjam, A., dkk., 2006) jembatan Tabel 2..5:
Lanjutan18 penyeberangan yang disingkat menjadi (JPO) ini merupakan
fasilitas bagi pejalan kaki yang digunakan untuk menyeberang jalan yang
ramai dan lebar, atau menyeberang jalan tol dengan menggunakan jembatan,
sehingga orang dan kendaraan terpisah secara fisik.
Bahan yang digunakan sebagai lantai jembatan penyeberangan, selain
menggunakan beton untuk praktis dan efisiennya dapat menggunakan baja. Hal
ini sesuai dengan ketentuan pembangunan JPO di atas bahwa pembangunannya
dan pelaksaannya yang tergolong cepat dan mudah. Selain itu, bahan lain yang
dapat digunakan untuk pembuatan atap JPO adalah polikarbonat. Polikarbonat
(polycarbonate) merupakan salah satu jenis dari thermoplastic polimer. Sifatnya
mudah dikerjakan, dicetak dan mudah terbentuk dengan panas (easily
thermoformed). Material ini banyak digunakan pada industri kimia modern.
Material ini memiliki identifikasi kode plastik 7. Polikarbonat lebih banyak
dikenal sebagai penutup atap, tidak terkecuali untuk JPO.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan agar jembatan penyeberangan
orang memberikan manfaat maksimal bagi pejalan kaki adalah :
6
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
7
ANALISA DATA
9
Gambar 3. Grafik Batang dari Tabel 3
12
PEMBAHASAN
Hasil dari studi literatur dan kuisioner yang telah dilakukan dibagi menjadi
beberapa indikator aspek pertimbangan mengenai perilaku pejalan kaki pada
penggunaan Jembatan Penyebrangan Orang di Alun-alun Serang. Indikator aspek
yang ditinjau tersebut antara lain: Keamanan dan keselamatan, Kenyamanan serta
Kemudahan akses.
Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Bagian Keenam tentang Hak dan
Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu Lintas pasal 131 ayat 2 menjelaskan
bahwa pejalan kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang Jalan di
tempat penyeberangan. Oleh karena itu, pejalan kaki wajib menyeberang pada
tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki demi keamanan,
keselamatan dan kelancaran lalu lintas. Pentingnya untuk menaati peraturan yang
berlaku demi keselamatan dan Kenyamanan bersama seharusnya juga menjadi
kesadaran dan kebiasaan masyarakat untuk tertib berlalu lintas.
13
Tabel 7. Karakteristik Pengguna Jembatan Penyeberangan
No. Karakteristik Analisis
1 Jenis Kelamin 61% Wanita
2 Usia 85,7% 15-25 tahun
3 Daerah Tempat Tinggal 76,2% Kabupaten Serang
Segi Keindahan
JPO Alun-alun serang memiliki desain yang cukup menarik bagi sebagian
besar responden. Jika dilihat wujudnya seperti pada gambar di bawah. Secara
bentuk, JPO memiliki atap yang berbentuk kerucut di kedua ujungnya sehingga
terkesan tradisional. Selain itu di JPO juga terdapat papan-papan reklame yang
bergambar sehingga menambah keindahan JPO selain daripada fungsi lainnya
melindungi paparan sinar matahari masuk ke JPO. Sebagian lain yang
menyatakan tidak setuju kepada desain JPO yang menarik mungkin sudah serng
melihat desain JPO di kota-kota yang modern. Desain modern JPO biasanya
minimalis, dengan atap terbuat dari stainliststeel dan warna-warna cerah sehingga
sangat berbeda dengan desain JPO di Alun-alun Kota Serang yang memiliki
bentuk-bentuk geometrik lebih banyak dan warna kecokelatan.
Segi Kenyamanan
Untuk mengukur tingkat kenyamanan JPO Alun-alun Kota Serang, penulis
menggunakan parameter kebersihan JPO. Karena lingkungan yang bersih akan
membuat orang di dalamnya nyaman. Setelah didapatkan data tingkat kebersihan
JPO ternyata banyak responden yang tidak setuju dengan parameter “Kebersihan
JPO terjaga. Sehinggga bisa dianalisis bahwa tingkat kenyamanan JPO juga
rendah.
14
Segi Keamanan
Untuk segi keamanan JPO analisis penulis menggunakan dua paramater.
Parameter yang pertama adalah “JPO memiliki cukup penerangan di malam hari”,
yang menghasilkan jawaban terbanyak responden ternyata tidak setuju.
Penerangan di malam hari sangat penting untuk dijaga dan tercukupi di tempat
umum seperti itu, karena fasilitas umum tidak hanya digunakan oleh satu jenis
kalangan. Bermacam kalangan ada yang tidak bisa berada di tempat gelap
sehingga merasa terancam jika tidak ada cahaya yang cukup.
Lalu selanjutnya penulis menggunakan parameter yang kedua yaitu “JPO
aman dari tindak kejahatan”. Ketakutan seseorang bisa diukur dari perasaannya
ketika menghadapi sesuatu. Jika sesuatu tersebut dirasa sebagai ancaman maka
dipastikan orang tersebut mereasa tidak aman. Jawaban responden pada parameter
ini terbagi sama rata pada setuju dan tidak setuju. Keduanya memiliki persentase
yang sama. Namun, pada jawaban sangat tidak setuju lebih banyak daripda
jawaban yang sangat setuju. Sehingga hasil analisisnya responden kecenderungan
merasa tidak aman dari tindak kejahatan saat menggunakan JPO.
Hasil penggabungan dari dua parameter di atas mendapatkan bahwa JPO
masih kurang aman terutama untuk kalangan wanita di saat malam hari. Karena
kondisi penerangan JPO yang kurang memadai membuat rasa khawatir dan
ancaman berlebih kepada sosok wanita, apalagi seorang diri yang melewati JPO.
Mereka akan merasa kecil dan lemah sehingga membuat pengancam kejahatan
pun merasa lebih mudah jika menargetkan wanita. Hal tersebut menjadi ukuraan
bahwa keamanan JPO Alun-alun Kota Serang masih rendah.
Segi Keselamatan
Jika dari segi keselamatan maka hubungannya dengan kondisi fisik JPO
yang seharusnya safety untuk dilalui oleh berbagai macam kalangan. Tingkat
keselamatan JPO dapat diukur dari kondisi materialnya. Jika kondisi materialnya
rusak, rapuh, atau keropos maka bisa menjadi ancaman bagi yang melewatinya.
Sangat disayangkan mayoritas pendapat responden yang pernah melalui JPO
tersebut kebanyakan menyatakan bahwa kondisi material bahkan plat lantai yang
15
terbuat dari besi rusak dan berlubang. Hal tersebut sudah menunjukan seberapa
besar tingkat keselamatan menggunakan JPO yang ternyata rendah. Kerusakan
pada material menandakan JPO tersebut tidak terawat meskipun letaknya di
jantung kota. JPO seharusnya lebih aman dan terjamin keselamatannya
dibandingkan dengan alat penyebrangan lainnya karena letaknya tidak sejajar
dengan arus lalu lintas. Jika ternyata kondisnya seperti JPO Alun-alun Kota
Serang maka bisa menjadi ancaman keselamatan penggunannya.
Segi Kenikmatan
Untuk aspek ini, menurut pendapat responden JPO berada di lokasi yang
sudah strategis dan memudahkan diakses sesuai dengan keinginan mereka. JPO
sudah menjadi alat penyeberangan responden ke berbagai tempat dan tujuan di
kawasan tersebut, diantaranya pusat perbelanjaan, rumah sakit, sekolah, dan lain-
lain. Maka analisis kenikmatan ini menjadi satu-satunya parameter aspek
kelayakan yang banyak disetujui oleh responden.
16
KESIMPULAN
Setelah menganalisis hasil penelitian tentang JPO di Alun-alun Kota
Serang, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai kelayakan JPO
sebagai fasilitas umum perkotaan. Jika JPO dianalisis dari aspek keindahan,
kenyamanan, dan keamanan maka JPO dikatakan tidak layak karena kurangnya
hiasan atau pembaharuan, tidak terjaganya kebersihan, dan minimnya
pencahayaan di malam hari. Namun jika yang dilihat dari aspek
kenikmatan/kemudahan akses, maka JPO layak berdiri sampai saat ini karena
terbukti menjadi pilihan yang aman untuk pejalan kaki ketika menyerberang di
Jalan veteran. Lalu jika yang dilihat adalah aspek keselamatan, JPO cukup layak
digunakan meskipun ada beberapa material yang rusak akibat kurangnya
perawatan.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis ingin memberikan
saran kepada semua pihak termasuk kepada peneliti selanjutnya yang semoga
dapat bermanfaat untuk penelitian dikemudian hari. Adapun saran yang hendak
diberikan penulis adalah, antara lain:
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menambahkan variabel
yang lebih dari yang sudah ada pada penelitian ini dan juga dalam melakukan
penelitian serupa dapat menambah metode penelitian yang lebih kompleks lagi.
2. Diharapkan kepada instansi terkait agar dapat memberikan perbaikan kepada
jembatan penyeberangan orang yang sudah mengalami kerusakan.
3. Diharapkan kepada instansi terkait agar dapat melakukan perawatan yang
intens terhadap jembatan penyeberangan orang agar tidak mudah rusak
sehingga dapat digunakan lebih efektif oleh penyeberangan jalan.
4. Diharapkan kepada masyarakat Serang khususnya pembaca artikel ini agar
lebih menjaga fasilitas umum agar tetap nyaman digunakan. Diharapkan
menghindari perilaku buruk yang dapat merusak dan membuat kotor fasilitas
umum. Karena bagaimana pun juga, semua orang memiliki partisipasinya
terhadap kondisi fasilitas umum yang ada di sekitar mereka.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Keputusan Menteri Perhubungan. 1993. Tentang Fasilitas Pendukung
Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Djaali, H., dan Muljono Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakrata: Grasindo
Trianingsih Lilis, Hidayah Retna. 2014. Analisis Perilaku Pejalan Kaki Pada
Penggunaan Fasilitas Penyeberangan Di Sepanjang Jalan Kawasan
Malioboro Yogyakarta. Inersia, Vol. 10 (2) hal 106-109.
18
LAMPIRAN