Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

38

KAJIAN KESESUAIAN EKOWISATA MANGROVE DI


PANTAI BALI DESA MESJID LAMA KECAMATAN TALAWI
KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA
Suitability Study of Mangrove Ecotourism in Bali Beach, Village of Mesjid Lama
District of Talawi, Batu Bara Regency, North Sumatera Province

Pesta Saulina Sitohang 1), Yunasfi 2), Ahmad Muhtadi Rangkuti 2)


1)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, (Email :tatatoet@yahoo.com)
2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Bali Beach is a located in Batu Bara with an area of approximately 637.22 ha


which is a coastal area about 30.6% of the total area.This study aims to determine the
potential of mangrove ecosystem for ecotourism, calculate the suitability and mangrove
ecotourism carrying capacity. This research was conducted in March to April 2014.
Research method used was Purposive Sampling for potential mangrove. Using three
stations consisted of the first station (located at the eastern area of Bali Beach), second
station (located at the middle area of Bali Beach), and the third station (located at the
west coast of Bali Beach). The mangrove species found are: Excoecaria agallocha,
Avicennia marina, A.lanata, Bruguiera sexangula, B.cylindrica, Rhizophora mucronata,
Aegiceras corniculatum, A.Officinalis, R. stylosa, Ceriops tagal with a population
density values exceeding 1000 trees / ha. Suitability index tour of mangrove is
69,23%at the first station is with under unconditional category, and at the second
station and third station are 94,87% with suitability category. The carrying capacity
(DDK) at first station is 12 persons/day, 37 persons/day at second station and 16
persons/day at third station.

Keywords : Ecotourism, Mangrove, Bali Beach

PENDAHULUAN Kondisi pantainya sangat rentan terkikis


hempasan ombak Selat Malaka (Dinas
Kabupaten Batu Bara Kehutanan Batu Bara, 2006).
merupakan satu diantara Kabupaten di Pantai Bali merupakan daerah
Provinsi Sumatera Utara yang terletak yang memiliki daya tarik wisatawan
di kawasan Pantai Timur Sumatera untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Utara. Kabupaten Batu Bara merupakan Pantai ini memiliki hutan mangrove
kabupaten pemekaran dari Kabupaten yang sangat berpotensi untuk
Asahan dengan luas wilayahnya dikembangkan sebagai daerah tujuan
mencapai ± 92.365,09 ha dan memiliki wisata. Hal ini didasarkan pada
luas kawasan hutan 19.653,86 ha. Batu keunikan dan kekhasan tersendiri yang
Bara memiliki garis pantai sepanjang 58 terdapat pada ekosistem mangrove.
km dan berada di atas ketinggian 0 - Ekosistem mangrove di Pantai ini
100 meter di atas permukaan laut (dpl). memiliki keanekaragaman jenis,
39

diantaranya ditumbuhi oleh Avicennia Bara, Sumatera Utara. Identifikasi jenis


spp., Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan mangrove dilakukan di Laboratorium
lain sebagainya. Terpadu Manajemen Sumberdaya
Selain memiliki keanekaragaman Perairan Fakultas Pertanian Universitas
mangrove yang tinggi, Pantai Bali juga Sumatera Utara.
memiliki keunikan seperti pasir putih. Alat yang digunakan dalam
Pasir putih merupakan pasir kuarsa penelitian ini adalah parang, tali raffia,
yang dapat dijadikan sebagai bahan kantong plastik, gunting, kamera,
dasar untuk membuat kaca. Global Positioning System (GPS), alat
Menurut Yulianda (2007), wisata tulis, meteran, buku identifikasi
dapat diklasifikasikan menjadi : mangrove. Bahan yang digunakan
1. Wisata alam (nature tourism), dalam penelitian ini adalah bagian
merupakan aktifitas wisata yang tumbuhan mangrove sebagai sampel.
ditujukan pada pemanfaatan
sumberdaya alam atau daya tarik Prosedur Penelitian
panoramanya.
2. Wisata budaya (cultural tourism), Metode penelitian yang
merupakan wisata dengan kekayaan digunakan adalah Purposive Sampling
budaya sebagai obyek wisata dengan yang dibagi 3 stasiun berdasarkan
penekanan pada aspek pendidikan. kondisi ekologi Pantai Bali. Stasiun I
3. Ecotourism, green tourism atau merupakan area hutan mangrove yang
alternative tourism, merupakan dekat dengan aktivitas wisata pantai dan
wisata berorientasi pada lingkungan terletak di bagian timur Pantai Bali
untuk menjembatani kepentingan dengan koordinat 30 14’ 01.1” LU dan
perlindungan sumberdaya 990 34’ 09.7” BT, stasiun II merupakan
alam/lingkungan dan industri area hutan mangrove yang terletak
kepariwisataan. dibagian tengah Pantai Bali dengan
Beberapa parameter lingkungan koordinat 30 14’ 07.5” LU dan 990 33’
yang dijadikan sebagai potensi 54.1” BT, stasiun III merupakan area
pengembangan ekowisata mangrove hutan mangrove yang berada jauh dari
adalah kerapatan jenis mangrove, kegiatan aktivitas manusia dan terletak
ketebalan mangrove, spesies mangrove, dibagian barat Pantai Bali dengan
pasang surut dan obyek biota yang ada koordinat 30 14’ 15.7” LU dan 990 33’
di dalam ekosistem mangrove 36.6” BT.
(Yulianda, 2007). Penelitian ini
bertujuan untuk: Analisis Data
1. Mengetahui analisi vegetasi 1. Analisis Kondisi Ekosistem
mangrove di Pantai Bali sebagai Mangrove
obyek ekowisata Data vegetasi mangrove yang
2. Menghitung kesesuaian dan daya dikumpulkan, digunakan untuk menilai
dukung ekowisata mangrove. lingkungan secara ekologi, yaitu
dibatasi pada penentuan nilai kerapatan
METODE mangrove saja, yang merupakan salah
satu aspek dalam penentuan kesesuaian
Penelitian ini dilaksanakan pada suatu kawasan ekowisata mangrove.
bulan Maret 2014 sampai dengan April Perhitungan analisi vegetasi mangrove
2014 di Pantai Bali, Desa Mesjid Lama, menurut Kusmana (1997) menggunakan
Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu rumus:
40

Kerapatan (K) = IKW=∑( )

2. Analisis Kesesuaian Ekologis Parameter kesesuaian wisata


Rumus yang digunakan untuk kategori wisata mangroveterdiri atas:
kesesuaian wisata mangrove adalah ketebalan mangrove, kerapatan
(Yulianda, 2007): mangrove, jenis mangrove, pasang surut
dan obyek biota (Tabel 1).

Tabel 1. Matriks kesesuaian ekowisata


No Parameter Bobot Kategori Kategori
Kategori Kategori
Baik Skor Skor Cukup Skor Skor
Cukup Baik Buruk
Buruk
1 Ketebalan
mangrove 5 >500 3 >200-500 2 50-200 1 >50 0
(m)
2 Kerapatan
mangrove
3 >15 3 10-15 2 5-10 1 <5 0
(100 m2)

3 Jenis
mangrove 3 >5 3 3-5 2 1-2 1 0 0

4 Pasang surut
(m) 1 0-1 3 >1-2 2 >2-5 1 >5 0

5
Obyek biota
3 > 2-3 1 1
1 > 3 spesies 2 2 spesies 0
spesies spesies

Sumber:Modifikasi Yulianda, 2007

Keterangan: DDK = Daya Dukung Kawasan


IKW = Indeks kesesuaian wisata (orang/hari).
Bersyarat:50% - <83%, Tidak K = Potensi ekologis pengunjung per
Sesuai: <50) satuan unit area (orang).
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Lp = Panjang area yang dapat
Skor). dimanfaatkan (m).
Nmaks = Nilai maksimum dari kategori Lt = Unit area untuk kategori tertentu
wisata mangrove berjumlah (m).
39. Wt = Waktu yang disediakan oleh
kawasan untuk kegiatan wisata
3. Analisis Daya Dukung dalam satuhari (jam/hari).
DDK adalah jumlah maksimum Wp = Waktu yang dihabiskan oleh
pengunjung untuk setiap kegiatan
pengunjung yang secara fisik dapat
tertentu(jam/hari).
ditampung di kawasan yang disediakan
pada waktu tertentu tanpa menimbulkan Unit area (Lt) dihitung
gangguan pada alam dan manusia. berdasarkan jarak yang dapat dilalui
Perhitungan DDK dalam bentuk rumus pengunjung setiap orang sepanjang 50
adalah sebagai berikut (Yulianda, meter untuk melakukan kegiatan wisata.
Potensi ekologis pengunjung dan luas
2007):
area kegiatan menurut Yulianda (2007)
memiliki ketetapan dimana wisata
DDK = k x mangrove untuk 1(satu) orang
pengunjung ditetapkan unit area
Keterangan:
41

sepanjang 50 meter dengan keterangan hari, dan rata-rata waktu kerja sekitar 8
dihitung panjang track setiap orang jam.
sepanjang 50 meter.
Waktu kegiatan pengunjung HASIL DAN PEMBAHASAN
(Wp) dihitung berdasarkan lamanya Potensi Sumberdaya Mangrove
waktu yang dihabiskan oleh pengunjung Dari hasil pengamatan
untuk melakukan kegiatan wisata. mangrove di 3 stasiun diperoleh 10
Waktu pengunjung diperhitungkan jenis mangrove. Komposisi jenis
dengan waktu yang disediakan untuk mangrove yang diperoleh di lapangan
kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah dapat dilihat pada Tabel 2.
lama waktu areal dibuka dalam satu

Tabel 2. Komposisi Jenis Mangrove


No Nama Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
1 Excoecaria agallocha -  
2 Avicennia marina   
3 Avicennia lanata   
4 Bruguiera sexangula   
5 Bruguiera cylindrica   
6 Rhizophora mucronata -  -
7 Aegiceras corniculatum -  -
8 Avicennia officinalis -  -
9 Rhizophora stylosa  - -
10 Ceriops tagal  - -

Stasiun I terdiri atas 6 jenis A.marina. Nilai kerapatan total kategori


mangrove, yaitu A. marina, A. lanata, pohon pada stasiun I adalah 37 ind/100
B.sexangula, B. cylindrica, R. stylosa, m2. Kerapatan jenis untuk kategori
C.tagal. Kerapatan jenis yang paling pohon pada stasiun I dapat dilihat pada
besar pada stasiun ini adalah pada jenis Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun I Kategori Pohon


K
No Nama Spesies ∑ Ind ∑ Plot
(ind/ha)
1 Avicennia lanata 11 3 366,67
2 Avicennia marina 18 4 600,00
3 Ceriops tagal 1 1 33,33
4 Rhizophora stylosa 7 2 233,33
JUMLAH 37 10 1233,33
Keterangan:
Jumlah plot = 5 plot Nilai kerapatan jenis mangrove
Luas = 10m x 10m x 5/15.000 kategori pancang pada stasiun I dapat
= 0,03 Ha dilihat pada Tabel 4.
42

Tabel 4. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun I Kategori Pancang


No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 4 1 481,93
2 Avicennia marina 47 5 5662,65
3 Bruguiera cylindrica 4 1 481,93
4 Bruguiera sexangula 39 3 4698,80
5 Rhizophora stylosa 42 2 5060,24
JUMLAH 136 12 16385,55
Keterangan:
Jumlah plot = 5 plot Nilai kerapatan jenis mangrove
Luas = 5m x 5m x 5/15.000 kategori semai pada stasiun I dapat
= 0,0083 Ha dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun I Kategori Semai


No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 4 1 3076,92
2 Avicennia marina 22 1 16923,07
3 Bruguiera cylindrica 2 1 1538,46
4 Bruguiera sexangula 11 3 8461,53
5 Rhizophora stylosa 14 3 10769,23
JUMLAH 53 9 40769,21
Keterangan:
Jumlah plot = 5 plot kerapatan total kategori pohon pada
Luas = 2m x 2m x 5/15.000 stasiun II adalah 27 ind/100 m2.
= 0,0013 Ha Kerapatan jenis untuk kategori pohon
pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel
Stasiun II terdiri atas 8 jenis 6.
mangrove, yaitu E. agallocha, A.
marina, A. lanata, B. sexangula, B.
cylindrica, R. mucronata, A.
corniculatum, A. officinalis. Kerapatan
jenis yang paling besar pada stasiun ini
adalah pada jenis B.sexangula. Nilai

Tabel 6. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun II Kategori Pohon


No Nama Spesies ∑ Ind ∑ Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 9 4 450
2 Avicennia marina 8 3 400
3 Avicennia officinalis 1 1 50
4 Excoecaria agallocha 3 2 150
5 Aegiceras corniculatum 3 1 150
6 Rhizophora mucronata 3 2 150
JUMLAH 27 13 1350
Keterangan:
Jumlah plot = 5 plot Nilai kerapatan jenis mangrove
Luas = 10m x 10m x 5/25.000 kategori pancang pada stasiun II dapat
= 0,02 Ha dilihat pada Tabel 7.
43

Tabel 7. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun II Kategori Pancang


No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia marina 18 2 3600
2 Avicennia officinalis 10 1 2000
3 Bruguiera cylindrica 37 1 7400
4 Bruguiera sexangula 230 5 46000
JUMLAH 295 9 59000
Keterangan:
Jumlah plot = 5 plot Nilai kerapatan jenis mangrove
Luas = 5m x 5m x 5/25.000 kategori Semai pada stasiun II dapat
= 0,005 Ha dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun II Kategori Semai


No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 17 1 21250
2 Bruguiera cylindrica 10 1 12500
3 Bruguiera sexangula 99 5 123750
JUMLAH 126 7 157500
Keterangan: Kerapatan jenis terbesar pada stasiun ini
Jumlah plot = 5 plot adalah pada jenis B. sexangula. Nilai
Luas = 2m x 2m x 5/25.000 kerapatan total kategori pohon pada
= 0,0008 Ha stasiun III adalah 35 ind/100 m2.
Kerapatan jenis untuk kategori pohon
Stasiun III terdiri atas 5 jenis mangrove, pada stasiun III dapat dilihat pada Tabel
yaitu E. agallocha, A. marina, A. 9.
lanata, B. sexangula, B. cylindrica.

Tabel 9. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Pohon


No Nama Spesies ∑ Ind ∑ Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 8 3 320
2 Avicennia marina 12 3 480
3 Excoecaria agallocha 15 3 600
JUMLAH 35 9 14000
Keterangan: Nilai kerapatan jenis mangrove
Jumlah plot = 5 plot kategori pancang pada stasiun III dapat
Luas = 10m x 10m x 5/20.000 dilihat pada Tabel 10.
= 0,025 Ha

Tabel 10. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Pancang
No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 12 1 2000,00
2 Avicennia marina 16 2 2666,67
3 Bruguiera cylindrica 4 2 666,67
4 Bruguiera sexangula 134 4 22333,30
5 Excoecaria agallocha 3 1 500,00
JUMLAH 169 10 281666,64
Keterangan: Luas = 5m x 5m x 5/20.000
Jumlah plot = 5 plot = 0,006 Ha
44

Nilai kerapatan jenis mangrove dilihat pada tabel 11.


kategori Semai pada stasiun III dapat

Tabel 11. Nilai Kerapatan Jenis Mangrove Stasiun III Kategori Semai
No Nama Spesies ∑ Ind ∑Plot K (ind/ha)
1 Avicennia lanata 4 1 4000
2 Avicennia marina 1 1 1000
3 Bruguiera sexangula 117 4 117000
JUMLAH 122 6 122000
Keterangan: Kesesuaian Ekologis untuk Kegiatan
Jumlah plot = 5 plot Ekowisata
Luas = 2m x 2m x 5/20.000
= 0,001 Ha Berdasarkan analisis kesesuaian
ekologi pada 3 stasiun pengamatan,
Keberadaan Fauna Ekosistem diperoleh 2 stasiun yang termasuk
Mangrove di Pantai Bali dalam kategori sesuai (S) yaitu stasiun
II dan III, dan 1 stasiun yang termasuk
Kelompok fauna daratan dalam kategori sesuai bersyarat (SB)
(teresterial) di Pantai Bali adalah jenis yaitu stasiun I. Kategori sesuai
burung seperti kuntul besar (Egretta menunjukan bahwa kondisi ekosistem
alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), mangrove di Pantai Bali ini sesuai
burung camar (Larus saundersi), untuk dijadikan atau dikembangkan
burung raja udang (Alcedo sebagai obyek ekowisata mangrove.
coerulescens) dan jenis reptil seperti Oleh karena itu, perlu adanya
biawak (Varanus salvator). Kelompok pengelolaan yang lebih lanjut agar
fauna perairan (akuatik) di daerah ini potensi yang ada pada ekosistem
adalah jenis ikan gelodok yang terdiri mangrove di kawasan ini dapat terus
atas spesies Boleophthalmus boddarti, dikembangkan menjadi suatu kawasan
Periophthalmonodon schlosseri, wisata. Kategori sesuai bersyarat
Periophthalmus chrysospilos. Jenis menunjukkan bahwa untuk menjadikan
moluska seperti siput duri (Murex lokasi ini sebagai lokasi ekowisata
trapa), siput pusing (Melanoides mangrove, diperlukan upaya
punctata), siput dokceng (Cerithidea perlindungan seperti penanaman
quadrata), Gillia altilis L., kerang kembali jenis mangrove guna tetap
bakau (Polymesoda bengalensis L.) dan menjaga potensi mangrove di kawasan
Telecopium telescopium. Jenis krustasea tersebut dan pengelolaan terlebih dahulu
adalah kepiting (kepiting bakau (Scylla sebelum dijadikan sebagai kawasan
serrata) dan Uca (Uca sp.)). wisata.

Tabel 12. Indeks Kesesuaian Ekosistem untuk Wisata Mangrove


Lokasi Indeks Kesesuaian Tingkat
Total Skor
Pengamatan Ekosistem (%) Kesesuaian
Stasiun1 27 69,23 SB
Stasiun 2 37 94,87 S
Stasiun 3 37 94,87 S
Keterangan: SB=Sesuai Bersyarat, S=Sesuai
45

Daya Dukung Kawasan untuk kondisi ekosistemnya sangat menarik


Kegiatan Ekowisata dengan adanya sungai besar di antara
hamparan hutan mangrove. Keunikan
Analisis daya dukung ditujukan ini dapat dimanfaatkan sebagai daya
untuk pengembangan wisata bahari tarik ekowisatawan untuk melakukan
dengan memanfaatkan potensi kegiatan ekowisata melalui perairan
sumberdaya alam secara lestari. ataupun daratan. Nilai daya dukung
Ekosistem mangrove di sekitar kawasan kawasan Pantai Bali dan Alternatif
Pantai Bali memiliki keunikan yang tracking kawasan Pantai Bali dapat
khas yaitu memiliki jenis mangrove dlihat pada Tabel 13.
yang cukup banyak dan beranekaragam,

Tabel 13. Nilai Daya Dukung Kawasan


Lokasi DDK Total Usulan Track Alternatif
(orang/hari) (orang/hari)
Stasiun 1 12 12 Daratan Berjalan Kaki
Stasiun 2 37 37 Daratan dan Berjalan Kaki dan
Stasiun 3 16 16 Perairan Menggunakan Perahu
Bara yang sangat cocok untuk
PEMBAHASAN dikembangkan menjadi ekowisata
mangrove. Hal ini sesuai dengan
Berdasarkan Kriteria Baku penelitian Gunawan (2013) yang
Kerusakan Mangrove dan Pedoman menyatakan bahwa potensi
Penentuan Kerusakan Mangrove Nomor keanekaragaman flora dan fauna
201 Tahun 2004 bahwa kondisi merupakan modal dalam pengembangan
mangrove di Pantai Bali Desa Mesjid ekowisata. Semakin banyak potensi
Lama termasuk kriteria baik dan daya tarik wisata alam yang ada pada
memiliki kepadatan yang tinggi dengan suatu kawasan akan semakin menarik
nilai melebihi 1000 pohon/ha. Dari hasil minat wisatawan untuk berkunjung
analisis vegetasi, kawasan mangrove pada kawasan.
Pantai Bali Desa Mesjid Lama Dari hasil pengamatan di
merupakan zona bakau yang tumbuh di lapangan, Pantai Bali termasuk kawasan
daerah payau pada tanah alluvial atau wisata yang dapat dijadikan sebagai
ekowisata mangrove. Terdapat 2 dari 3
pertemuan air laut dan air tawar di stasiun (stasiun II dan stasiun III)
sekitar muara sungai. Pada umumnya pengamatan yang tergolong dalam
formasi tanaman di dominasi oleh jenis- kategori Sesuai dijadikan ekowisata
jenis dari genus Bruguiera. mangrove dengan nilai indeks
Dari hasil penelitian yang kesesuaian wisata 94,87% dan stasiun I
dilakukan, diperoleh bahwa selain tergolong dalam kategori sesuai
berpotensi baik dalam keberadaan bersyarat dengan indeks kesesuain
mangrovenya, Pantai Bali juga memiliki 69,23%. Berdasarkan kategori
daya tarik dalam hal keberadaan kesesuaiannya maka dapat digunakan
faunanya, dimana banyak dijumpai jenis sebagai bahan pertimbangan dalam
burung yang beranekaragam serta pengembangan kawasan untuk wisata
keberadaan pasir putih di pinggir pantai bahari. Kelayakan pengembangan
juga menjadikan Pantai Bali sebagai ekowisata mangrove ditentukan
salah satu Pantai di Kabupaten Batu berdasarkan analisis ekologi, sosial-
46

ekonomi, dan faktor penunjang. Analisis daya dukung dilakukan


Menurut Tuwo (2011) Kriteria ekologi pada setiap kegiatan pemanfaatan yang
mencakup keanekaragaman (kerapatan telah dianalisis kesesuaiannya untuk
jenis, keanekaragaman spesies, dan kegiatan ekowisata mangrove. Satu
keberadaan fauna), keunikan, biota diantara konsep yang tepat untuk tetap
berbahaya, keaslian, karakteristik menjaga kelestarian sumberdaya alam
kawasan (substrat dan genangan yang berada di kawasan wisata yaitu
pasang), dan konservasi. dengan tetap memperhatikan daya
Berdasarkan hasil data yang dukung kawasan. Yulianda (2009)
diperoleh dari Dinas Perikanan dan menyatakan bahwa daya dukung
Kelautan Kabupaten Batu Bara, kawasan (carrying capacity) merupakan
perairan Pantai Bali dan sekitarnya intensitas penggunaan maksimum
termasuk jenis pasang surut Harian terhadap sumberdaya alam dan
Ganda Murni dengan tinggi pasang membatasi pembangunan fisik yang
surut 4,2 meter (Dinas Perikanan dan dapat mengganggu kesinambungan
Kelautan Kabupaten batu Bara, 2013). wisata tanpa merusak alam. Dari hasil
Menurut Nugraha (2009) penelitian yang dilakukan, daya dukung
menyatakan bahwa tipe pasang surut kawasan untuk stasiun I sebanyak 12
harian ganda murni merupakan tipe orang/hari dengan jarak track 150
pasang surut yang dalam satu hari meter, stasiun II sebanyak 37 orang/hari
terjadi dua kali pasang dan dua kali dengan jarak track 445 meter dan
surut tetapi kadang-kadang terjadi stasiun III sebanyak 16 orang/hari
pasang surut dalam satu hari dengan dengan jarak track 200 meter.
tinggi dan periode berbeda. Hal ini yang Selanjutnya didukung oleh penelitian
menyebabkan nilai skor pasang surut Muhaerin (2008) di kawasan estuari
pada kriteria kesesuain ekowisata perancak, Bali diperoleh hasil bahwa
mangrove rendah. Dengan adanya tipe kawasan tersebut memiliki keunikan
pasang surut ini, maka dalam yang khas dengan adanya sungai besar
melakukan kegiatan ekowisata perairan diantara hamparan hutan mangrove.
nantinya harus memperhatikan waktu Keunikan ini dapat dijadikan daya tarik
terjadinya pasang dan surut. Apabila wisatawan untuk melakukan kegiatan
terjadi pasang maka kegiatan wisata ekowisata di perairan ataupun daratan
mangrove yang dlakukan menggunakan dengan nilai daya dukung yang
kapal dan apabila terjadi surut makan diperoleh lokasi perairan sebanyak 165
kegiatan wisata dilakukan dengan orang/hari dengan jarak track 4.125
berjalan kaki. Selanjutnya Muhaerin meter dan daratan 172 orang/hari
(2008) menyatakan potensi sumberdaya dengan jarak track 2150 meter.
mangrove, pasang surut dan obyek biota
merupakan kriteria suatu kawasan dapat
dijadikan sebagai kawasan ekowisata. KESIMPULAN DAN SARAN
Semakin rendah pasang surut di daerah
tersebut maka semakin baik daerah Kesimpulan
tersebut dijadikan sebagai obyek wisata.
Keanekaragaman biota yang terdapat di 1. Pantai Bali memiliki potensi
daerah tersebut juga menjadi daya tarik mangrove dengan kriteria baik.
tersendiri yang dapat menarik perhatian 2. Pantai Bali dapat dijadikan
para wisatawan. ekowisata mangrove dengan nilai
indeks kesesuaiannya berada pada
kategori sesuai dan sesuai
47

bersyaratdan daya dukung kawasan Gunawan, A., Hari, P. dan Bambang, S.


(DDK) untuk kategori sesuai Peluang Usaha Ekowisata di
sebanyak 37 dan 16 orang untuk Kawasan Cagar Alam Pulau
stasiun II dan III, kategori sesuai Sempu, Jawa Timur. Jurnal.
bersyarat sebanyak 12 orang untuk Penelitian Sosial dan Ekonomi
stasiun I. Kehutanan Vo.10 No.4, Hal.
247-263.
Saran
Sebaiknya pihak pemerintah [Kepmen] Keputusan Menteri Negara
melakukan pendekatan wisata di Pantai Lingkungan Hidup Nomor 201
Bali guna tetap menjaga kelestarian Tahun 2004. Tentang Kriteria
lingkungan dan pengembangan kawasan Baku dan Pedoman Penentuan
wisata. Kerusakan Mangrove.

Kusmana, C. 1977. Metode Survey


DAFTAR PUSTAKA Vegetasi. IPB, Bogor.
Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya
Dinas Kehutanan Kabupaten Batu Bara, Ekosistem Mangrove untuk
2006. Kondisi Kawasan Hutan Pengelolaan Ekowisata di
Mangrove di Kabupaten Batu Estuaria Perancak, Jembrana,
Bara dalam Angka. Perupuk: Bali. Skripsi. Institut Pertanian
Kabupaten Batu Bara, Dinas Bogor, Bogor.
Kehutanan.
Nugraha, A.K., Z. Hidayah., dkk. 2009.
Dinas Kehutanan Kabupaten Batu Bara, Perbandingan Fluktuasi Muka
2013. Peta Kawasan Hutan Air Laut (MLR) di Perairan
Kabupaten Batu Bara. Pantai Utara Jawa Timur
Perupuk: Kabupaten Batu dengan Perairan Selatan Jawa
Bara, Dinas Kehutanan. Timur. Jurnal Kelautan Vo. 2
(1) ISSN : 1907-9931.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Batu Bara. 2007. Tuwo, A. 2011.Pengelolaan Ekowisata
Pariwisata di Kabupaten Batu Pesisir Dan Laut.Brilian
Bara dalam Angka. Perupuk: Internasional.Surabaya.
Kabupaten Batu Bara, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari
sebagai Alternatif Pemanfaatan
Dinas Perikanan dan Kelautan Sumberdaya Pesisir Berbasis
Kabupaten Batu Bara. 2013. Konservasi.Makalah Seminar
Kajian Kesesuaian Pelabuhan Sains 21 Februari 2007.
Perikanan Kabupaten Batu Departemen Manajemen
Bara. Tanjung Tiram: Sumberdaya Perairan, FPIK.
Kabupaten Batu Bata, Dinas Institut Pertanian Bogor,
Pariwisata dan Kebudayaan. Bogor.

You might also like