Professional Documents
Culture Documents
Qadar Sakai Sambayan
Qadar Sakai Sambayan
Abstract — Pinang Jaya is one of urban village area in Bandar Lampung which is potential for aquaculture
development. Community development throught catfish culture based biofloc tecnology in this urban village
has been done for 6 month from july-desember 2016. This activity aimed to improve the community skill
especially catfish culture based biofloc tecnology. Methods used in this activity was training and empowering.
The community was trained about cycle pond contruction and fish culture based biofloc tecnology tecnique.
The community participated was 20 people. Supporting scheme in this program was four cycle pond size
diameter 2 m, including fish larvae (seed), feed and house of cultured. There were two principal
approacheshas been done to empower the catfish culture based biofloc tecnology which were technical ana
participate approach. Based on the training and empowering results, this activity managed to improve
knowledge of fish culture in Pinang Jaya from 24% to 90%. Fish farm had ability to culture the catfish based
biofloc technology.
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017
SAKAI SAMBAYAN — Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 18
karena pengetahuan pembudidaya tentang ikan teknologi bioflok, karena selain kualitas air yang
lele masih minim. Kendala tersebut antara lain: cocok untuk budidaya juga antusias masyarakat
tingginya serangan penyakit pada ikan lele, untuk membudidayakan ikan lele.
pakan sangat banyak, dan pertumbuhan ikan
yang masih lambat. II. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Tujuan Umum kegiatan ini untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan A. Waktu dan Lokasi
para pembudidaya ikan tentang kegiatan Lokasi kegiatan terdapat di kelurahan Pinang
budidaya ikan lele secara superintensif berbasis Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar
bioflok. Kelurahan Pinang Jaya, Kota Bandar Lampung (Gambar 1). Kegiatan tersebut
Lampung merupakan daerah kawasan yang dilakukan selama 7 bulan sejak Juni – Desember
dapat dijadikan lokasi percontohan untuk 2016. Program kegiatan terbagi menjadi 2 tahap,
pemberdayaan masyarakat dalam hal yaitu bulan juni – agustus dilakukan
pengembangan budidaya ikan lele berbasis pendampingan teknis dan September–Desember
di lakukan pendampingan partisipatif.
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017
SAKAI SAMBAYAN — Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 19
a e
b
f
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017
SAKAI SAMBAYAN — Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 20
Budidaya lele dengan sistem bioflok dapat Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung
dilakukan dengan menambahkan karbohidrat no. 523/37/SP/IV.35/Bddy/2016 (Gambar 7).
organik kedalam media pemeliharaan untuk
merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof dan
meningkatkan C/N rasio. Penambahan
karbohidrat organik dengan memberi molase,
dan bakteri probiotik diberikan dengan dikultur
secara semi massal (Gambar 5).
C. Evaluasi program
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017
SAKAI SAMBAYAN — Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 21
mengikuti kegiatan. Evaluasi akhir dilaksanakan cara membuat rumah budidaya, manajemen
pada akhir kegiatan, setelah peserta mengikuti budidaya dan pengobatan atas penyakit ikan lele
semua materi pelatihan yang diberikan. Evaluasi hingga membantu pemasarannya.
akhir dilakukan dengan memberi pertanyaan Penguatan kelembagaan dilakukan dengan
yang sama dengan evaluasi awal, sebagai upaya hingga terbentuknya Kelompok Pembudidaya
untuk mengetahui peningkatan pengetahuan Ikan (Pokdakan). Diharapkan Pokdakan bisa
para peserta tentang materi yang telah diberikan menjadi solusi dalam mengatasi kendala usaha
oleh tim. Secara lengkap, hasil evaluasi awal kelompok terkait dengan bahan baku, akses
dan evaluasi akhir dapat dilihat pada Tabel 1. modal dan pemasaran. Upaya kelembagaan
tersebut tidak berarti menghapus peran-peran
D. Pembahasan dan posisi pedagang distributor dalam rantai
Pemberdayaan masyarakat di kelurahan pemasaran produk perikanan, tujuan utamanya
pinang jaya melalui telah berjalan selama 6 adalah merubah pola relasi yang merugikan
bulan. Konsepsi pemberdayaan merupakan pembudidaya dan membuat pola distribusi lebih
upaya mencari solusi dan tantangan sosial, efisien, merata dan terbuka dengan
ekonomi dan lingkungan yang menjamin pemangkasan rantai tata niaga yang tidak
keberlanjutan pembangunan (Vasilescu, 2010). menguntungkan (Akhmad, 2007).
Slamet (2003) memberikan pengertian Pengembangan kelompok pembudidaya ikan
pemberdayaan adalah kemampuan, berdaya, dilakukan dengan menciptakan iklim yang
mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, kondusif dan kerjasama yang sinergis antar
dapat memanfaatkan peluang, berenergi, mampu berbagai pihak yang terkait dalam pembangunan
bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu akuakultur, yaitu pendamping atau penyuluh,
mengambil keputusan, berani mengambil resiko, pembudidaya ikan, dan kelembagaan agribisnis
mampu mencari dan menangkap informasi dan yang memfasilitasi usaha akuakultur, seperti
mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan lembaga keuangan yang menyediakan modal
masyarakat merupakan upaya untuk usaha, lembaga penyedia input produksi,
memberikan motivasi dan dorongan kepada lembaga penyedia informasi, dan lembaga yang
masyarakat agar mampu menggali potensinya memasarkan ikan. Dalam hal ini, peran
dan berani bertindak mengembangkan diri, kelembagaan yang ada bagi pembudidaya ikan
sehingga terbentuk kemandirian dan tidak sangat penting untuk meningkatkan keberdayaan
tergantung dengan pihak lain pembudidaya ikan dengan memanfaatkan
Ada dua faktor yang mendapat perhatian potensi dan fungsi berbagai pihak tersebut
dalam budidaya ikan lele berbasis bioflok pada (Fatchiya, 2010).
masyarakat, yaitu mengidentifikasi kompetensi Dari hasil evaluasi awal dapat diketahui
dasar masyarakat dan stakeholder kunci. bahwa sebelum kegiatan pelatihan dilakukan
Kompetensi dasar meliputi keterampilan, tingkat pengetahuan sebagian besar
pengalaman, kemampuan, pembelajaran kolektif pembudidaya ikan di pinang jaya masih rendah.
dan modal kompetisi lainnya. Sementara Pengetahuan para pembudidaya mengenai
stakeholder kunci meliputi konsumen, investor, penyakit ikan 26,5%, tentang budidaya ikan lele
pekerja, suplayer dan pemerintah (O’Brien, dengan teknologi bioflok 20,8% dan tentang
2001). kualitas air budidaya dengan teknologi bioflok
Kelompok pembudidaya yang mengikuti 20%. Hal ini menunjukan bahwa sebelum
program budidaya ikan lele berbasis teknologi dilakukan kegiatan pelatihan sebagian besar
bioflok mendapat manfaat dalam pembudidaya ikan di pinang jaya tidak memiliki
membudidayakan ikan lele yaitu peningkatan pengetahuan yang cukup mengenai teknologi
produksi, pemanfaatan lahan sempit dan bioflok pada ikan lele. Pengetahuan dan
mengurangi bau dalam budidaya lele. Hal ini pemahaman pembudidaya ikan di pinang jaya
dirasakan oleh pembudidaya karena budidaya mengenai teknologi bioflok masih terbatas
lele berbasis teknologi bioflok belum pernah karena minimnya informasi terkait
dilakukan sebelumnya. perkembangan teknologi bioflok pada ikan lele.
Ada dua prinsip pendekatan yang dilakukan oleh karena itu, pada masa yang akan datang,
dalam kegiatan pendampingan budidaya ikan sebaiknya dinas terkait dan pengurus kelompok
lele berbasis bioflok, yaitu pendekatan teknis pembudidaya ikan sering melakukan pertemuan
dan partisipatif. Pendekatan teknis, yaitu untuk mensosialisasikan perkembangan
pendampingan kepada masyarakat mengenai teknologi budidaya lele berbasis teknologi
keberhasilan pemeliharaan ikan lele berbasis bioflok. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan
bioflok. Melalui pelatihan, pembudidaya dilatih kepada semua pembudidaya ikan, baik
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017
SAKAI SAMBAYAN — Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 22
Diterima pada: 17 Februari 2017 || Di-review pada: 1 Maret 2017 || Disetujui pada: 13 Maret 2017