Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

GAMBARAN KESIAPAN SISTEM SURVEILANS TUBERKULOSIS

DALAM MENDUKUNG UPAYA PENGENDALIAN TUBERKULOSIS


RESISTEN OBAT (TB-RO) DI KABUPATEN BANYUMAS

DESCRIPTION OF TUBERCULOSIS SURVEILLANCE SYSTEM


PREPAREDNESS FOR SUPPORTING THE CONTROL ATTEMPT OF
DRUG RESISTAND TUBERCULOSIS (TB-RO) IN BANYUMAS

Sonia Dwi Astuti, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Devi Octaviana


Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

TB-RO is a tuberculosis disease which is resistant to the first-line drugs caused by unfinished
treatment. One of the effort to control TB-RO is by increasing in finding and recording the case
through TB surveillance activities. The surveillance results will be used to plan the controlling
programs of TB-RO. To describe the preparedness of TB surveillance system for supporting the
control attempt of TB-RO in Banyumas. The method in this reasearch was a qualitative with
content analysis approach. Subject of this research was collected by using purposive technique,
amounted to 7 informants. The data was collected by in-depth interviews, observation and
document study. The preparedness of the TB surveillance in Banyumas is still poor in their
input subsystem because of the double burden and the lack of training in TB officials. The
preparedness of TB surveillance in their process and output subsystem is good enough and
support the controlling attempt of TB-RO in Banyumas. The implementation of TB
surveillance has obstacles such as unreadiness of human resources and tardiness in reporting
from Puskesmas and Hospitals.TB Surveillance System has a good preparedness in supporting
the control attempt of TB-RO in Banyumas although there are lackness in their TB surveillance
input subsystem. Public Health Office of Banyumas was expected to conduct an inventory of
human resources to resolve deficiencies in TB surveillance input subsystems.
Keywords: Tuberculosis, Surveillance, System

ABSTRAK

TB-RO adalah penyakit tuberkulosis yang resistan terhadap obat lini pertama yang disebabkan
oleh pengobatan yang belum selesai. Salah satu upaya untuk mengendalikan TB-RO adalah
dengan meningkatkan penemuan dan pencatatan kasus melalui kegiatan surveilans TB. Hasil
surveilans akan digunakan untuk merencanakan program pengendalian TB-RO. Untuk
menggambarkan kesiapan sistem surveilans TB untuk mendukung upaya pengendalian TB-RO di
Banyumas. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Subyek
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik purposive, berjumlah 7 orang informan.
Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Kesiapsiagaan
pengawasan TB di Banyumas masih buruk dalam subsistem input mereka karena beban ganda dan
kurangnya pelatihan petugas TB. Kesiapsiagaan pengawasan TB dalam proses dan subsistem
keluaran mereka cukup baik dan mendukung upaya pengendalian TB-RO di Banyumas.
Pelaksanaan surveilans TB memiliki kendala seperti ketidaksiapan sumber daya manusia dan
keterlambatan dalam pelaporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Sistem Pengawasan TB
memiliki kesiapan yang baik dalam mendukung upaya pengendalian TB-RO di Banyumas
meskipun ada kekurangan dalam subsistem input pengawasan TB mereka . Dinas Kesehatan
Banyumas diharapkan untuk melakukan inventarisasi sumber daya manusia untuk menyelesaikan
kekurangan dalam subsistem input pengawasan TB.

Kata Kunci : Tuberkulosis, survailans, sistem

124
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 125

PENDAHULUAN meningkatnya pembiayaan TB,


Tingginya angka insidensi meningkatnya jumlah
kasus TB setiap tahun dan angka pengangguran dan meningkatkan
kematian akibat TB masih menjadi risiko adanya kejadian TB-HIV.
beban di Indonesia. Beban tersebut Upaya yang dapat dilakukan untuk
kini telah bertambah dengan adanya menghadapi peningkatan beban TB-
TB Resisten Obat (TB-RO). TB-RO RO tersebut salah satunya dengan
adalah penyakit tuberkulosis yang melakukan perubahan dalam
mengalami resistensi terhadap dua penemuan kasus dan pencatatan
obat paling paten pada lini pertama kasus (Permenkes, 2016).
seperti isoniazid dan rifampisin dan Perubahan penemuan dan
umumnya terjadi akibat pengobatan pencatatan kasus dari yang bersifat
TB yang tidak tuntas (Asri, 2014). pasif kini menjadi aktif, intensif dan
Pengobatan yang tidak tuntas masif tanpa mengesampingkan
tersebut menyebabkan kegiatan penemuan dan pencatatan
berkurangnya efektifitas obat di kasus secara pasif. Penemuan dan
dalam tubuh dalam membunuh pencatatan kasus tersebut akan
bakteri tuberkulosis akibat mutasi dilaksanakan melalui kegiatan
pada gen dan RNA yang berujung surveilans TB (Dinkes Banyumas,
pada resistensi (Soepandi, 2010). 2017).
Peningkatan beban TB-RO terjadi Pada Tahun 2017 Triwulan
karena belum optimalnya II di Kabupaten Banyumas untuk
pelaksanaan program pengendalian kasus TB-RO terdapat 225 kasus
TB yang ada, kurangnya terduga, 19 kasus terdiagnosis, 16
keterlibatan lintas program dan kasus diobati dan 2 kasus
lintas sektor dan kurangnya meninggal (Dinkes Banyumas,
penatalaksanaan kasus TB di 2017). Berdasarkan hasil studi
fasilitas pelayanan kesehatan seperti
pendahuluan yang telah dilakukan
penemuan kasus; pencatatan dan
ditemukan bahwa 37 dari 39
pelaporan kasus. Beban TB-RO ini
Puskesmas yang ada di Kabupaten
akan mengakibatkan kerugian yang
Banyumas memiliki kasus TB-
cukup besar jika tidak dapat
RO. Hal ini berarti Puskesmas di
ditanggulangi dengan baik, seperti
126 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 124-133

Kabupaten Banyumas harus menyebutkan bahwa perbaikan


memiliki kesiapan sistem sistem surveilans mulai dari
surveilans yang baik dalam pengumpulan data secara lengkap
menghadapi tantangan dari hingga pengolahan data yang tepat
munculnya beban TB-RO dapat menunjung kegiatan
tersebut. Kegiatan surveilans TB penanggulangan tuberkulosis dan
yang telah matang akan dilakukan efektif menekan peningkatan
dengan sistem yang baik dan akan kematian akibat penyakit tersebut
menghasilkan informasi yang baik di India. Penelitian ini bertujuan
pula untuk mendukung untuk melihat dan mendekripsikan
keberlangsungan upaya kesiapan sistem surveilans TB di
pengendalian TB-RO. Kesiapan Puskesmas Wilayah Kerja
yang dimaksud bukan hanya pada Kabupaten Banyumas dalam
sistem secara menyeluruh tetapi mendukung upaya pengendalian
juga harus spesifik ke dalam TB-RO.
subsistem surveilans seperti input, METODE
process dan output. Komponen Penelitian ini merupakan
yang termasuk dalam subsistem penelitian kualitatif dengan
input seperti sumber daya manusia pendekatan deskriptif yang
(SDM), dana, metode pencatatan dilakukan di Puskesmas Wilayah
dan pelaporan serta sarana, Kerja Dinas Kesehatan Banyumas
sedangkan untuk subsistem proses dan RST Wijayakusuma pada
yaitu frekuensi pengumpulan data, April 2018. Subjek penelitian
pengolahan data dan analisa data. yang digunakan pada penelitian
Komponen dari subsistem output ini dipilih berdasarkan teknik
berupa pelaporan ke instansi yang purposive sampling yaitu
lebih tinggi, diseminasi informasi sebanyak 7 orang. Pengumpulan
serta umpan balik yang dapat data dalam penelitian ini dipenuhi
dilihat dari adanya buletin kasus dengan melakukan wawancara
serta mading informasi (Ersanti mendalam dengan subjek
dkk, 2016). Penelitian yang penelitian dan observasi. Analisis
dilakukan oleh Kant, et al (2013) data pada penelitian ini yaitu
Sonia D, Kesiapan Sistem Surveilans Tb Mendukung Pengendalian Tbro 127

analisis konten dengan pendekatan Kab. Banyumas masih kurang.


tematik. Pada Rumah Sakit hanya terdapat
1 dokter, 1 perawat/petugas TB
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan 2 laboran sedangkan pada
Permenkes RI No. 67 Tahun 2016
Kesiapan Subsistem Input
disebutkn bahwa untuk Rumah
Surveilans TB untuk Upaya
Sakit Tipe C seharusnya terdapat
Pengendalian TB-RO di
4 dokter, 2 perawat dan 1 laboran
Kabupaten Banyumas
khusus untuk penatalaksanaan
Berdasarkan hasil
TB-RO. Pada Dinas Kesehatan
penelitian dengan wawancara
Kabupaten Banyumas hanya
mendalam dan observasi
terdapat 1 wasor untuk
menunjukkan bahwa diketahui
membawahi 56 faskes, seharusnya
bahwa subsistem surveilans TB
sesuai Permenkes RI No. 67
masih memiliki kekurangan dalam
Tahun 2016 1 wasor hanya
kesiapan untuk mendukung upaya
membawahi 10-20 faskes untuk
pengendalian TB-RO.
pengendalian TB. Kekurangan
Kekurangan tersebut berupa
jumlah tenaga kesehatan pada
kurangnya dalam pemenuhan
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
jumlah sumber daya manusia di
berakibat meningkatnya beban
RST Wijayakusuma dan Dinas
kerja (Permenkes RI, 2016).
Kesehatan Banyumas, masih
Menurut Marlinda (2017),
adanya beban kerja berlebih pada
kurangnya jumlah tenaga
tenaga kesehatan dan kurangnya
kesehatan dapat diatasi dengan
pelatihan pada tenaga kesehatan di
melakukan inventarisasi sumber
Puskesmas.
daya manusa. Kegiatan tersebut
Tenaga kesehatan yang
dimulai dari pendataan jumlah,
bertanggungjawab sebagai petugas
kualifikasi, potensi dan analisis
TB di Puskesmas telah berjumlah
penggunaan dari sumber daya
cukup sesuai dengan Permenkes
manusia. Selain itu, beban kerja
RI No. 67 Tahun 2016 sedangkan
berlebih juga dialami oleh tenaga
jumlah tenaga kesehatan di
kesehatan di Puskesmas karena
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
128 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 124-133

tenaga kesehatan memiliki dan CSR. Sarana yang digunakan


tanggung jawab pada program untuk menunjang kegiatan
kesehatan lainnya. Pemenuhan pengendalian TB dan TB-RO pun
pada pelatihan pada tenaga sudah memadai sesuai dengan
kesehatan di Puskesmas masih Permenkes RI No. 364 Tahun
kurang optimal, yaitu hanya 2009 dan Permenkes RI No. 67
diberikan 1 kali sedangkan pada Tahun 2016. Dana dan sarana
Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 yang menunjang akan
disebutkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap
minimal diberikan sebanyak 3 kali keberhasilan capaian suat program
(Permenkes RI, 2016). Pemberian (Nadjib dan Laeliyah, 2017).
pelatihan yang kurang optimal ini
akan menimbulkan beberapa Kesiapan Subsistem Proses
permasalahan yaitu kurang Surveilans Tuberkulosis untuk
maksimalnya pelayanan yang Upaya Pengendalian TB-RO di
diberikan kepada pasien dan Kabupaten Banyumas
keterbatasan dalam menganalisis Pada Puskesmas,

faktor risiko suatu penyakit dan penemuan kasus TB dan TB-RO

menentukan intervensi yang tepat dilakukan secara aktif dan masif

untuk mengendalikan faktor risiko melalui penyelidikan epidemiolog

yang ada (Mujiati, Lestary dan untuk penemuan suspek yang

Sugiharti, 2017). dibantu oleh kader dan bidan desa

Sumber daya lain yang serta secara pasif melalui

digunakan pada subsistem input kunjungan pasien. Tetapi data

yaitu dana dan sarana untuk yang dikumpulkan hanya berasal

menunjang pengendalian TB dan dari kunjungan pasien ke

TB-RO. Dana yang digunakan Puskesmas tidak termasuk data

untuk melaksanakan surveilans pasien dari klinik di sekitar

TB dan pengendalian TB serta Puskesmas. Hal ini juga terjadi

TB-RO sudah sesuai dengan pada Rumah Sakit yaitu data yang

Permenkes RI No. 67 Tahun 2016 dikumpulkan hanya berasal dari

yaitu berasal dari APBN, APBD kunjungan pasien dan rujukan,


Sonia D, Kesiapan Sistem Surveilans Tb Mendukung Pengendalian Tbro 129

karena belum ada klinik atau tinggi. Puskesmas, Rumah Sakit


rumah sakit di sekitar yang dan Dinas Kesehatan juga
merujuk untuk uji laboratorium mengolah data menggunakan
TCM TB-RO. Jadi, penemuan aplikasi olah data lainnya seperti
kasus dan pengumpulan data Microsoft Excel untuk membuat
kasus yang dilakukan oleh tabel, grafik dan diagram untuk
Puskesmas dan Rumah Sakit melihat kecenderungan kasus dan
belum menerapkan strategi menggambarkan kasus menurut
intensif melalui jejaring fasilitas waktu dan tempat. Hal ini sesuai
pelayanan kesehatan dengan dengan Permenkes RI No. 67
public private mix atau Tahun 2016 yang menyatakan
mengintegrasikan penemuan kasus bahwa data kasus TB dan TB-RO
antara fasilitas pelayanan dikelola melalui sistem informasi
kesehatan milik pemerintah dan untuk menghasilkan informasi
milik swasta. Penerapan public yang akan dilaporkan (Permenkes
private mix yang belum maksimal RI, 2016).Pelaporan yang
ini akan mengakibatkan dilakukan oleh Puskesmas dan
rendahnya keberhasilan Rumah Sakit berupa hasil dari
pengobatan, angka konversi formulir-formulir perekam data
menurun dan tingginya angka surveilans dalam bentuk software
drop out penderita TB (Tondhong, SITT. Pelaporan tersebut
Mahendradhata dan Ahmad, dilakukan setiap bulan, meskipun
2014). ketentuan yang berlaku dalam
Data yang telah Permenkes No. 67 Tahun 2016
dikumpulkan kemudian dicatat ke Tentang Penanggulangan
dalam formulir, diolah dan Tuberkulosis bahwa pelaporan
dianalisis menggunakan SITT dilakukan setiap triwulan
untuk dilaporkan ke Dinas (Pemenkes RI, 2016). Kesalahan
Kesehatan. Pada Dinas Kesehatan dan kekurangan dari pencatatan
data tersebut akan diolah dan hingga analisis data kasus TB
dianalisis kembali untuk pada laporan bulanan tidak terlalu
dilaporkan ke institusi yang lebih berpengaruh terhadap hasil
130 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 124-133

informasi surveilans TB, sebab dan capaian program TB di


Dinas Kesehatan melakukan majalah dinding atau papan
validasi terhadap hasil pengolahan informasi Puskesmas. Rumah
informasi kasus TB yang Sakit melakukan penyebarluasan
dilakukan oleh Puskesmas dan informasi juga diberikan kepada
Rumah Sakit. Menurut penelitian Dinas Kesehatan dalam laporan
yang dilakukan oleh Rehle, et al triwulan dan ke pihak internal
(2004) dalam Rani dan Hargono rumah sakit serta ke Kesehatan
(2013) menyatakan bahwa Komando Daerah Militer
validasi merupakan salah satu cara (Kesdam) dalam bentuk laporan
untuk meningkatkan keakuratan bulanan. Puskesmas dan Rumah
dan kualitas data. Sakit juga melakukan
Kesiapan Subsistem Output penyebarluasan informasi melalui
Surveilans Tuberkulosis untuk profil tahunan. Dinas Kesehatan
Upaya Pengendalian TB-RO di penyebarluasan informasi hasil
Kabupaten Banyumas surveilans melalui profil tahunan
Puskesmas akan Dinas Kesehatan dan buletin
menyebarluaskan informasi hasil kajian epidemiologi.
surveilans TB dalam bentuk Penyebarluasan informasi ini telah
laporan triwulan ke Dinas sesuai dengan Kepemneks RI No.
Kesehatan, laporan capaian 1116 Tahun 2003 (Kepmenkes RI,
program setiap bulan ke 2003). Menurut penelitian yang
Puskesmas dan ke masyarakat dilakukan oleh Bassar (2015)
dalam bentuk penyuluhan baik bahwa diseminasi informasi
dengan ceramah dengan penting dilakukan khususnya ke
menggunakan media leaflet saat masyarakat untuk meningkatkan
melakukan penyelidikan kewaspadaan terhadap bencana
epidemiologi. Selain itu, atau penyakit. Diseminasi
diseminasi informasi ke informasi dapat dilakukan melalui
masyarakat juga dilakukan media televisi, internet maupun
Puskesmas dengan menempelkan radio yang ditujukan untuk
beberapa poster pencegahan TB masyarakat secara luas.
Sonia D, Kesiapan Sistem Surveilans Tb Mendukung Pengendalian Tbro 131

Berdasarkan hasil keputusan yang bermanfaat bagi


penelitian, penyebarluasan penanggulangan penyakit yang
informasi yang dilakukan akan ada (Anggraini, Umbul dan
mendapatkan umpan balik dari Bambang, 2016).
Dinas Kesehatan dalam bentuk
SIMPULAN DAN SARAN
validasi laporan, revisi, supervisi
dan surat resmi mengenai capaian Gambaran kesiapan
subsistem input surveilans TB
program. Namun, umpan balik
masih kurang baik dalam
dari masyarakat dan internal
pemenuhan jumlah sumber daya
Puskesmas maupun Rumah sakit
manusia di RST Wijayakusuma dan
tidak didapatkan oleh programer
Dinas Kesehatan Kab. Banyumas,
TB. Umpan balik yang diberikan
pelatihan petugas TB di Puskesmas
oleh pihak internal pelapor hanya
yang belum maksimal dan masih
berupa beberapa pertanyaan
adanya beban kerja berlebih pada
mengenai capaian program dan
petugas TB di Puskesmas, RST
kesulitan yang dialami dalam
Wijayakusuma serta Dinas
mencapai target program. Padahal Kesehatan Kab. Banyumas namun
menurut Permenkes RI No. 364 upaya pengendalian TB-RO yang
Tahun 2009 Tentang dilakukan sudah terlaksana cukup
Penanggulangan Tuberkulosis baik. Pada kesiapan subsistem
Penyediaan informasi dapat proses surveilans TB sudah cukup
dimanfaatkan dalam melakukan baik dan mendukung upaya
proses perencanaan program pengendalian TB-RO dalam
pengendalian TB dan menciptakan penemuhan aspek pengolahan dan
kewaspadaan masyarakat untuk analisis data serta pelaporan data
mencegah penyakit TB-RO kasus, tetapi pada proses penemuan
(Depkes RI, 2009). Pemanfaatan kasus belum menerapkan strategi
umpan balik berdasarkan hasil intesif dengan mengoptimalkan
suatu program kesehatan akan public private mix. Kemudian
berguna untuk tujuan pada kesiapan subsistem output
administratif, pengelolaan surveilans TB sudah cukup baik
program dan pengambilan dalam pemenuhan pelaksanaan
132 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 124-133

diseminasi informasi untuk DAFTAR PUSTAKA

mendukung upaya pengendalian Asri, S. D. A. 2014. Masalah Tuberkulosis


Resisten Obat. Artikel Ilmiah CDK-215 Vol.
TB-RO tetapi umpan balik yang 41 (04) 2014: 247-249
didapatkan Puskesmas dan RST Depkes RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan
Wijayakusuma masih kurang RI Nomor 364/MENKES/SK/V/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan TB. Jakarta:
optimal, yaitu umpan hanya Depkes RI

didapatkan dari Dinas Kesehatan Dinkes Kabupaten Banyumas. 2017. Strategi


dan Kebijakan Penanggulangan Tb di Jawa
Kab. Banyumas. Hambatan dalam Tengah. Seminar disampaikan oleh Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
melaksanakan surveilans TB dan Menular pada 13 September 2017 di Balai
melakukan upaya pengendalian Kesehatan Paru Masyarakat Kabupaten
Banyumas
TB-RO berupa ketersediaan
Ersanti A. M, Nugroho A, Hidajah A. C. 2016.
sarana di tingkat Puskesmas, Gambaran Kualitas Sistem Surveilans TB di
Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik
kecukupan jumlah dan kompetensi Berdasarkan Pendekatan Sistem dan
Penilaian Atribut. Journal of Information
berupa pelatihan dan penguasaan System for Public Health Vol. 01 (02)
sistem informasi TB di Puskesmas Agustus 2016: 9-15

dan Rumah Sakit, serta tidak Kant S, Misraa P, Gupta S, Goswami K,


Khrisnan A, Nongkynrih B, Rai S.K,
tersedianya dana untuk PMT Srivastva R and Pandav S. 2013. The
Ballabgarh Health and Demographic
pasien TB-RO. Surveillance System (CRHSP-AIIMS).
International Journal of Epidemiology
Saran yaitu Dinas Kesehatan Vol.43 (3) June 2013: 758-768.
diharapkan dapat melakukan
Kemenkes RI. 2009. Peraturan Menteri
inventarisasi sumber daya Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364
Tahun 2009 Tentang Penanggulangan
manusia untuk pihak internal Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Sekretariat
Negara. Jakarta
Dinas Kesehatan, Puskesmas
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer 1479
maupun Rumah Sakit, Tahun 2003 Tentang Pedoman
memberikan pelatihan secara rutin Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan
mengenai penatalaksanaan TB dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Direktorat
Jenderal Sekretariat
TB-RO, melakukan sosialisasi dan Negara. Jakarta.

evaluasi berkelanjutan mengenai Marlinda, pebriana. 2017. Analisis Perencanaan


Kebutuhan Tenaga Dokter oleh Dinas
jejaring Puskesmas dan Rumah Kesehatan Pekanbaru. Jurnal Niara Vol. 09
Sakit dalam mengendalikan TB (02) Januari 2017: 43-61

dan TB-RO sesuai dengan kriteria Mujiati, Lestary dan Sugihari. 2017. Kecukupan
Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya
public private mix. dalam Pelayanan Kesehatan Anak dengan
HIV-AIDS di Rumah Sakit pada 10
Sonia D, Kesiapan Sistem Surveilans Tb Mendukung Pengendalian Tbro 133

Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Media Kesehatan Ibu pada PWS-KIA


Litbangkes Vol. 27 (01) Maret 2017: 1-8 Berdasarkan Atribut Surveilans. Jurnal
Berkala Epidemiologi Vol. 01 (02)
Nadjib, M dan Leliyah, S. N. 2017. Pemanfaatan September 2013: 302-315
Dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dengan Peningkatan Cakupan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kunjungan Antenatal K4 di Puskesmas Kuantitatif, Kualitatif dan RND.
Kota Serang Tahun 2014-2016. Jurnal Alfabeta:
Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol. 06 Bandung
(03) September 2016: 115-126
Tondhong, Mahendradhata dan Ahmad. 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Evaluasi Implementasi Public Private Mix
Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten
Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
Direktorat Jenderal Sekretariat Negara. 2012. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Jakarta Rani, I.A dan Hargono, A. 2013. Indonesia Vol. 03 (01) Maret 2014: 37-42
Deksripsi Pencatatan dan Pemantauan

You might also like