Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No.

2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542


DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

DIABETES MELLITUS WITH HYPERTENSION INCREASES THE


RISKS FOR CHRONIC KIDNEY DISEASE: A CASE-CONTROL
STUDY IN PANTI NIRMALA HOSPITAL, MALANG
Rea Ariyanti 1, dan Cecilia Wdijati Imam 2
1,2
Department of Health Management Information, STIKes Panti Waluya Malang, Indonesia
E-mail: ariantirea@gmail.com

DIABETES MELLITUS DENGAN HIPERTENSI MENINGKATKAN


RISIKO CHRONIC KIDNEY DISEASE: STUDI KASUS KONTROL DI
RS PANTI NIRMALA MALANG
Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) is a global public health problem with the prevalence and
incidence of increased renal failure. Approximately 1 in 10 global populations suffer from
chronic renal failure at a particular stage. There are several risk factors that are suspected
to increase the incidence of Chronic Kidney Disease, one of which is Diabates Mellitus. This
study aims to determine the relationship of diabetes mellitus and chronic kidney disease in
the Panti Nirmala Hospital. Research design is case-controll. The sample amounted to 286
respondents, consisting of 143 case groups and 143 control groups. Data analysis using
logistic regression analysis. The results of multivariable analyses showed that there are two
confounding variables in relationship of diabetes mellitus with CKD i.e. gender and age. In
addition, diabetes mellitus also interacts with hypertension. Diabetes mellitus interacts with
hypertension to increase the risk of CKD (OR=15.9; 95% CI 4.4 to 57.4; p=<0.001). After
controlled by gender and age, Hypertension or a history of Hypertension, respondents with
Diabates Mellitus were 15.9 times more likely to have Chronic Kidney Disease than non-
Diabates Mellitus respondents.
Keywords : Chronic Kidney Disease; Diabetes Mellitus; Hypertension.

Abstrak
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah kesehatan masyarakat global
dengan prevalensi dan insidensi gagal ginjal yang meningkat. Sekitar 1 dari 10
populasi global mengalami gagal ginjal kronis pada stadium tertentu. Terdapat
beberapa faktor risiko yang diduga dapat meningkatkan kejadian CKD, salah
satunya adalah Diabates Mellitus (DM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian CKD di Rumah Sakit Panti
Nirmala kota Malang. Desain penelitian adalah case control. Sampel berjumlah 286
responden, terdiri dari 143 kelompok kasus dan 143 kelompok kontrol. Analisis data
menggunakan regresi logistik. Pada kelompok CKD, persentase responden dengan
DM sebesar 39,5% sedangkan pada kelompok yang tidak menderita CKD,
persentase responden dengan DM sebesar 23,1%. Diketahui bahwa setelah dikontrol
jenis kelamin dan usia, pada responden yang hipertensi atau memiliki riwayat
hipertensi, DM memiliki peluang 15,9 kali lebih tinggi untuk terjadi CKD
dibandingkan responden yang tidak DM. Direkomendasikan kepada masyarakat
untuk melakukan cek kesehatan secara berkala dan mengubah gaya hidup dengan
melakukan diet makanan sehat guna mengontrol kadar gula di dalam darah.
Kata kunci: Chronic kidney disease; Diabetes mellitus; Hipertensi

121
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

PENDAHULUAN merupakan penyebab kematian peringkat ke-


Pola kejadian penyakit pada saat ini 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat
telah mengalami perubahan. Hal ini ditandai menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Hasil
dengan perubahan pola penyakit dan systematic review dan meta analisis yang
kematian yang semula didominasi oleh dilakukan oleh Hill et al pada tahun 2016,
penyakit infeksi beralih ke penyakit non menunjukkan bahwa prevalensi global
infeksi (non-communicable disease) atau Penyakit ginjal kronis sebesar 13,4%.2,3
penyakit tidak menular. Berdasarkan data Menurut data World Health Organization
dari World Health Organization (WHO) (WHO), Penyakit ginjal kronis telah
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian menyebabkan kematian pada 850.000 orang
yang terjadi di dunia pada tahun 2008, setiap tahunnya. Angka tersebut
sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronis
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai
Indonesia, Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun penyebab angka kematian dunia. Prevalensi
2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak CKD di dunia menurut ESRD Patients (End-
menular mengalami peningkatan jika Stage Renal Disease) pada tahun 2011
dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012
Dasar tahun 2013.1 Salah satu penyebab sebanyak 3.018.000 orang dan tahun 2013
kematian akibat penyakit tidak menular yang sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut
mengalami peningkatan adalah penyakit disimpulkan adanya peningkatan angka
ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease kesakitan pasien gagal ginjal tiap tahunnya
(CKD). CKD awalnya tidak menunjukkan sebesar 6%.
tanda dan gejala namun dapat berjalan Prevalensi penyakit ginjal kronis di
progresif2. Indonesia dari tahun ke tahun terus
Penyakit ginjal kronis merupakan mengalami peningkatan. Perawatan penyakit
masalah kesehatan masyarakat global dengan ginjal merupakan peringkat kedua
prevalensi dan insidensi gagal ginjal yang pembiayaan terbesar setelah penyakit
meningkat. Sekitar 1 dari 10 populasi global jantung.2 Perkumpulan Nefrologi Indonesia
mengalami gagal ginjal kronis pada stadium (PERNEFRI) dalam Program Indonesia
tertentu. Menurut hasil Global Burden of Renal Registry (IRR) melaporkan jumlah
Disease tahun 2010, Penyakit ginjal kronis penderita penyakit ginjal kronis di Indonesia

122
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

pada tahun 2011 tercatat 22.304 dengan berdasarkan pemeriksaan darah pada
68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 penduduk umur ≥ 15 tahun mengalami
meningkat menjadi 28,782 dengan 68,1% peningkatan dari 6,9% pada tahun 2013,
kasus baru. Berdasarkan data Riskesdas menjadi 8,5% pada tahun 2018.1 Prevalensi
tahun 2018, prevalensi gagal ginjal kronis Penyakit gagal ginjal kronis meningkat
mengalami peningkatan dari 2,0% pada seiring meningkat nya kejadian penyakit
tahun 2013 dan meningkat menjadi 3,8% diabetes mellitus. Melihat angka kejadian
pada tahun 2018. Laporan Indonesian Renal yang cenderung mengalami peningkatan ini,
Registry (IRR) menunjukkan 82,4% pasien maka penting untuk mengetahui faktor risiko
gagal ginjal kronis di Indonesia menjalani dari penyakit ginjal kronis khususnya
hemodialisis pada tahun 2014 dan jumlah diabetes mellitus, sehingga nantinya dapat
pasien hemodialisis mengalami peningkatan dilakukan pencegahan dengan menghindari
dari tahun sebelumnya. faktor risiko atau pengendalian faktor risiko
Penyakit ginjal kronis sebenarnya tersebut.
bisa dicegah dan ditanggulangi jika diketahui Jumlah penderita CKD di Kota
lebih awal. Upaya pencegahan yang dapat Malang saat ini diprediksi mencapai lebih
dilakukan adalah dengan mewaspadai faktor dari 2.500 orang, dan diperkirakan angka ini
risiko terjadinya gagal ginjal kronis.4 Laporan akan terus meningkat seiring semakin
IRR mencatat bahwa salah satu faktor risiko tingginya angka kasus diabetes mellitus.
penyakit ginjal kronis pada pasien yang Penanganan pada pasien CKD dapat
menjalani hemodialisis adalah diabetes diberikan di unit hemodialisis Rumah sakit
melitus (27%). Diabetes mellitus (DM) yang memiliki kapasitas dan unit pelayanan
merupakan salah satu ancaman kesehatan cuci darah. Salah satu Rumah sakit yang ada
manusia. Penyakit ini tidak menular, tetapi di Malang dan menangani pasien CKD
jumlah penderitanya akan terus meningkat di adalah Rumah Sakit Panti Nirmala. Rumah
masa mendatang. Berbagai penelitian Sakit Panti Nirmala merupakan salah satu
epidemiologi menunjukkan bahwa adanya rumah sakit swasta di Kota Malang.
kecenderungan peningkatan angka insidensi Berdasarkan Data Rekam Medis yang ada,
dan prevalensi DM di berbagai penjuru CKD Masuk ke dalam 10 Besar Penyakit
dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan terbanyak yang ditangani di Rumah Sakit ini.
Dasar tahun 2018, prevalensi DM Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

123
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

melakukan penelitian apakah diabetes Dalam perhitungan besar sampel


mellitus merupakan faktor risiko terjadinya minimal diperoleh besar sampel minimal
Chronic Kidney Disease di RS Panti Nirmala untuk penelitian ini adalah 143 responden.
Kota Malang pada tahun 2019. Berdasarkan perhitungan, didapatkan besar
sampel minimal yang harus diambil sebanyak
METODE
143 responden, dengan perbandingan besar
Desain penelitian observasioanal
sampel antara kasus kontrol adalah 1:1,
analitik, dengan rancangan studi kasus
dimana sampel terdiri dari 143 responden
kontrol. Subjek dipilih outcome tertentu, lalu
sebagai kelompok kasus dan 143 responden
dilihat kebelakang (back ward) tentang status
sebagai kelompok kontrol, sehingga jumlah
paparan penelitian yang dialami subyek,
sampel secara keseluruhan adalah 286
dimana desain ini bergerak dari akibat
responden.
penyakit ke sebab atau melihat kebelakang
Pengambilan sampel dilakukan
tentang riwayat status paparan penelitian
dengan menggunakan teknik probability
yang dialami subjek. Penelitian ini
sampling yaitu simple random sampling.
dilakukan di RS Panti Nirmala Kota Malang,
Pengambilan sampel secara random
menggunakan data sekunder yang diperoleh
dilakukan pada masing-masing kelompok,
dari dokumen rekam medis pasien chronic
yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol.
kidney disease di Rumah Sakit Panti Nirmala
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah
yang berkunjung pada Januari 2017 -
kelompok kasus dan kontrol yang berobat di
Desember 2019. Populasi penelitian ini
RS Panti Nirmala pada Tahun 2019. Kriteria
adalah adalah semua pasien di Rumah Sakit
Eksklusi pada penelitian ini adalah kelompok
Panti Nirmala Kota Malang. Besar sampel
kasus dan kontrol yang tidak memiliki berkas
minimal yang diperlukan dalam penelitian
Rekam Medis yang lengkap sesuai dengan
dihitung menggunakan software sample size
variabel penelitian.
2.2b. Perhitungan jumlah sampel minimum
Variabel dependen dalam penelitian
untuk uji hipotesis beda dua proporsi (two
ini adalah chronic kidney disease (Y), yang
sided), dari Lammeshow dalam Ariawan
diklasifikasikan menjadi Pasien yang
(1998), dengan rumus sebagai berikut:
didiagnosis Chronic Kidney Disease dan
Pasien yang tidak didiagnosis Chronic
Kidney Disease. Variabel Independen dalam

124
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

penelitian ini adalah Diabetes Mellitus (X1), tubuh akan dilakukan pembersihan data
yang diklasifikasikan menjadi Pasien dengan terlebih dahulu untuk mengeluarkan variabel-
Diabetes Mellitus dan Pasien tidak dengan variabel yang tidak diperlukan. Selanjutnya
Diabetes Mellitus. Variabel kovariat dalam akan dilakukan pengkodean (coding) untuk
penelitian ini adalah usia yang menentukan data dalam tiap kategori sesuai
diklasifikasikan menjadi usia <60 tahun dan dengan definisi operasional dan hasil ukur
≥60 Tahun, jenis kelamin yang yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah
diklasifikasikan menjadi laki-laki dan semua variabel dilakukan coding, maka
perempuan, Pendidikan yang di selanjutnya dilakukan entry data ke
klasifikasikan menjadi pendidikan rendah, komputer. Data yang diperoleh dianalisis
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, secara statistik dengan analisis univariat
pekerjaan yang diklasifikasikan menjadi untuk menjelaskan distribusi frekuensi,
bekerja dan tidak bekerja, tempat tinggal analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi
yang diklasifikasikan menjadi perkotaan dan Square dan analisis multivariat menggunakan
pedesaan, riwayat keluarga chronic kidney regresi logistik ganda dengan model faktor
disease yang diklasifikasikan menjadi ada risiko. Sebelum penelitian ini ditinjau dan
riwayat dan tidak ada riwayat, status telah mendapatkan persetujuan dari Komite
merokok yang diklasifikasikan menjadi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
merokok dan tidak merokok, Hipertensi yang Kedokteran Universitas Brawijaya, Ethical
diklasifikasikan menjadi hipertensi dan tidak Clearance Nomor 74/EC/KEPK/03/2020.
hipertensi, dan Indeks Massa Tubuh yang
HASIL
diklasifikasikan menjadi obesitas dan tidak Penelitian ini melibatkan 286
obesitas. responden (143 kasus dan 143 kontrol) yang
Data Pasien yang telah didapatkan dianalisis. Hasil analisis univariat
dari Dokumen Rekam Medik Rumah Sakit menggambarkan distribusi responden
Panti Nirmala yaitu berupa data mengenai berdasarkan variabel independen (diabetes
chronic kidney disease, diabetes mellitus, mellitus) dan tujuh variabel kovariat dalam
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungannya dengan kejadian CKD seperti
tempat tinggal, riwayat keluarga chronic pada tabel 1.
kidney disease, status merokok, hipertensi Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
atau riwayat hipertensi, dan indekss massa bahwa proporsi responden dengan diabetes

125
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

mellitus lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan kelompok kontrol sebesar
sebesar 39,5% jika dibandingkan pada 18,9%. Proporsi responden yang memiliki
kelompok kontrol sebesar 23,1%. kebiasaan merokok lebih besar pada

Tabel 1. Hubungan Diabetes Mellitus dengan CKD


Variabel Kontrol (%) Kasus (%) OR 95% CI
Diabetes Mellitus  Tidak Diabetes Mellitus 76,9 60,5 4,2 2,4 – 7,2
 Diabetes Mellitus 23,1 39,5
Jenis Kelamin  Perempuan 59,4 32,2 3,0 1,8 – 5,1
 Laki-laki 40,6 67,8
Usia  <60 Tahun 67,8 32,9 4,3 2,5 – 7,3
 ≥60 Tahun 32,2 67,1
Riwayat Keluarga  Tidak Ada Riwayat 76,2 67,1 1,5 0,9 – 2,6
 Ada Riwayat 23,8 32,9
Hipertensi  Tidak Hipertensi 28,0 44,1 0,4 0,2 – 0,8
 Hipertensi 72,0 55,9
Obesitas  Tidak Obesitas 81,1 72,7 1,6 0,9 – 2,8
 Obesitas 18,9 27,3
Status Merokok  Tidak Merokok 72,7 62,2 1,6 0,9 – 2,6
 Merokok 27,3 37,8
Konsumsi Alkohol  Tidak Konsumsi Alkohol 88,8 66,4 4,0 2,0 – 7,6
 Konsumsi Alkohol 11,2 33,6

Proporsi responden yang berjenis kelompok kasus sebesar 37,8% jika


kelamin laki-laki lebih besar pada kelompok dibandingkan pada kelompok kontrol sebesar
kasus sebesar 67,8% jika dibandingkan pada 27,3%. Proporsi responden yang memiliki
kelompok kontrol sebesar 40,6%. Proporsi kebiasaan konsumsi alkohol lebih besar pada
responden yang berusia ≥60 tahun lebih kelompok kasus sebesar 33,6% jika
besar pada kelompok kasus sebesar 67,1% dibandingkan pada kelompok kontrol sebesar
jika dibandingkan kelompok kontrol sebesar 11,2%.
32,2%. Proporsi responden yang memiliki Analisis bivariabel menggunakan uji
riwayat keluarga CKD lebih besar pada chi square. Hasil analisis hubungan diabetes
kelompok kasus sebesar 32,9% jika mellitus dengan kejadian CKD menunjukkan
dibandingkan pada kelompok kontrol sebesar bahwa responden dengan diabetes mellitus
23,8%. Proporsi repsonden yang memiliki memiliki odds untuk menderita CKD sebesar
hipertensi lebih besar pada kelompok kontrol 4,2 kali (CI 95%; 2,4-7,2) dibandingkan
sebesar 72,0% jika dibandingkan dengan responden yang tidak diabetes mellitus.
kelompok kasus sebesar 55,9%. Proporsi Responden laki-laki memiliki odds untuk
repsonden yang obesitas lebih besar pada menderita CKD sebesar 3,0 kali (CI 95%;
kelompok kasus sebesar 27,3% jika 1,8-5,1) dibandingkan responden perempuan.

126
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

Responden yang berusia ≥60 tahun memiliki yang tidak memiliki kebiasaan konsumsi
odds untuk menderita CKD sebesar 4,3 kali alkohol.
(CI 95%; 2,5-7,3) dibandingkan responden Sebelum dilakukan analisis

Tabel 3. Pemodelan Akhir Hubungan Diabetes Mellitus dengan CKD


Karakteristik Variabel P-Value OR CI 95%
Disabetes mellitus*Hipertensi
Diabetes Mellitus
Tidak Hipertensi 0,459 1,5 0,5 – 4,1
Hipertensi <0,001 15,9 4,4 – 57,4

Jenis kelamin laki-laki <0,001 2,9 1,7 – 5,1


Usia ≥ 60 tahun <0,001 3,7 2,1 – 6,3

yang berusia <60 tahun. Responden dengan multivariabel, terlebih dahulu melakukan uji
riwayat keluarga CKD memiliki odds untuk stratifikasi untuk mengetahui pengaruh suatu
menderita CKD sebesar 1,5 kali (CI 95%; variabel kontrol terhadap variabel utama
0,9-2,6) dibandingkan responden yang tidak yaitu diabetes mellitus dan CKD seperti pada
memiliki riwayat keluarga dengan CKD. tabel 2. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis
Responden dengan hipertensi memiliki odds startifikasi 7 variabel kontrol yang
untuk menderita CKD 0,4 kali (CI 95%; 0,2- diperkirakan berpengaruh terhadap hubungan
0,8) dibandingkan responden yang tidak diabetes mellitus dengan CKD.
memiliki hipertensi. Responden dengan Berdasarkan hasil analisis stratifikasi
obesitas memiliki odds untuk menderita diketahui bahwa terdapat satu variabel yang
CKD sebesar 1,6 kali (CI 95%; 0,9-2,8) terbukti mengadakan interaksi yaitu
dibandingkan responden yang tidak obesitas. hipertensi (test homogeinity p<0,05).
Responden yang merokok memiliki odds Selanjutnya, melakukan analisis
untuk menderita CKD sebesar 1,6 kali (CI multivariabel. Analisis multivariabel pada
95%; 0,9-2,8) dibandingkan responden yang penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi
tidak memiliki kebiasaan merokok. secara valid hubungan diabetes mellitus
Responden yang merokok memiliki dengan kejadian CKD dengan mengontrol
kebiasaan mengonsumsi alkohol memiliki variabel jenis kelamin, usia, riwayat keluarga
odds untuk menderita CKD sebesar 4,0 kali CKD, hipertensi, obesitas, kebiasaan
(CI 95%; 2,0-7,6) dibandingkan responden merokok, dan kebiasaan mengonsumsi

127
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

alkohol. Analisis dilakukan dengan regresi DISCUSSION


logistik ganda model faktor risiko. Setelah Hasil penelitian menunjukan bahwa
melakukan tahapan analisis multivariabel persentase responden dengan diabetes
seperti melakukan uji interaksi dan variabel mellitus lebih besar pada kelompok CKD
perancu, didapatkan pemodelan akhir seperti sebesar 39,5% jika dibandingkan pada
tabel 3. Hasil analisis multivariabel kelompok non CKD sebesar 23,1%. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat dua variabel penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
perancu hubungan diabetes mellitus dengan sebelumnya dimana pada kelompok kasus
CKD yaitu jenis kelamin dan usia. Pada (responden dengan CKD) terlihat bahwa
penelitian ini, diabetes mellitus berinteraksi responden yang menderita diabetes mellitus
dengan status hipertensi. Artinya, pada jenis lebih banyak jika dibandingkan yang tidak
kelamin dan usia yang sama, hubungan diabetes mellitus.5
diabetes mellitus dengan CKD berbeda Diabetes mellitus (DM) merupakan
menurut status hipertensi responden. Setelah penyebab utama CKD di negara maju dan
dikontrol jenis kelamin dan usia, pada berkembang. Diabetes mellitus (DM) adalah
respomden yang hipertensi atau memiliki suatu kelompok penyakit metabolik dengan
riwayat hipertensi, diabetes mellitus memiliki karakteristik penyakit hiperglikemi yang
peluang 15,9 kali lebih tinggi untuk terjadi terjadi karena kelainan sekresi insulin,
CKD dibandingkan responden yang tidak gangguan kerja insulin ataupun keduanya.
diabetes mellitus. Sedangkan pada responden Diabetes mellitus yang tidak terkontrol akan
yang tidak hipertensi atau tidak memiliki menyebabkan berbagai komplikasi, salah
riwayat hipertensi, diabetes mellitus memiliki satunya adalah penyakit ginjal kronis.6
peluang 1,5 kali lebih tinggi untuk terjadi Beberapa penelitan dalam sub sahara Afrika
CKD dibandingkan responden yang tidak telah melakukan penelitian terhadap
diabetes mellitus. Hasil penelitian juga prevalensi CKD pada orang berisiko tinggi
menunjukkan bahwa jenis kelamin dan usia termasuk orang-orang dengan diabetes. Di
berhubungan bermakna dengan kejadian Tanzania, pada pasien rawat jalan dewasa
CKD dan merupakan confounder hubungan penderita CKD, 84% memiliki diabetes atau
antara diabetes mellitus dengan kejadian riwayat diabetes.7 Diabetes menjadi faktor
CKD. risiko CKD disebabkan karena adanya cedera

128
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

hiperfiltrasi, produk akhir glikosilasi, dan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR).
spesies oksigen reaktif.8 Albuminuria dianggap sebagai kondisi aktif
Kelainan ginjal akibat dari penyakit dan merugikan dalam proses perkembangan
diabates mellitus ini lebih dikenal dengan CKD. Perkembangan mikroalbuminuria
nama Diabetic Kidney Disease yang sering disertai dengan penurunan GFR dan
sesungguhnya merupakan komplikasi bahkan dapat berkembang menjadi penyakit
mikrovaskular kronis pembuluh darah kapiler ginjal stadium akhir.11
ginjal pada penderita diabetes mellitus. Salah Selain diabetes mellitus, Risiko DM
satu penyebab utama terjadinya penyakit dengan CKD juga akan semakin diperberat
ginjal kronis adalah nefropati diabetik akibat apabila seseorang tersebut memiliki lebih
dari penyakit diabetes mellitus yang tidak dari 1 faktor risiko, salah satunya adalah
terkontrol. Nefropati diabetik merupakan hipertensi. Hipertensi sering ditemukan pada
penyebab utama CKD pada diabetes. Namun pasien dengan CKD, prevalensinya berkisar
penderita diabetes juga dapat mengalami antara 60%-90%. Hipertensi dikatakan ikut
CKD dari berbagai penyebab lain, seperti berperan dalam perkembangan CKD.
hipertensi nefrosklerosis atau nefropati Apabila terjadi peningkatan rata-rata tekanan
iskemik dari perubahan aterosklerotik darah sebesar 10 mmHg maka risiko CKD
menjadi arteri ginjal kecil dan besar.9 meningkat sebesar 15%.10 Pada pasien
Penelitian yang dilakukan oleh hipertensi, tekanan arteri sistemik yang
Radica ZA et al (2017) menunjukkan bahwa meningkat secara kronis dapat menyebabkan
terdapat dua faktor risiko utama dari penyakit remodeling arteriol aferen dan menyebabkan
CKD yaitu Diabetes dan hipertensi. Diabetes kemampuannya dalam berkonstriksi dan
dikatakan memberikan efek jangka panjang dilatasi berkurang. Seiring waktu,
berupa kerusakan permanen dan dapat peningkatan tekanan arteri sistemik yang
memberikan keuntungan terhadap ditransmisikan ke ginjal mengakibatkan
perkembangan CKD. Tanda klinis utama hipertensi glomerulus dan nefrosklerosis,
pada pasien CKD dengan DM adalah sehingga dapat menyebabkan hilangnya
albuminuria. Tahap klinis awal dari Diabetes fungsi ginjal secara progresif.12
Chronic Kidney adalah dimulai dari adanya Pada kelompok kasus, proporsi
hiperfiltrasi glomerulus awal, diikuti dengan responden berjenis kelamin laki-laki sebesar
perkembangan mikroalbuminuria, hingga 67,8%. Pada kelompok kontrol, proporsi

129
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

responden berjenis kelamin laki-laki sebesar confounder hubungan diabetes mellitus


40,6%. Hasil Penelitian ini menunjukkan dengan kejadian CKD. Hasil penelitian ini
bahwa jenis kelamin memiliki hubungan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bermakna dengan kejadian CKD dan oleh Kazancioglu R (2013) yang menyatakan
merupakan confounder hubungan diabetes bahwa ada hubungan yang bermakna antara
mellitus dengan kejadian CKD. Hasil usia dengan kejadian CKD.8 Berdasarkan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang laporan dari Center for Disease Control and
dilakukan oleh Fanelli C, et al (2017) yang Prevention (CDC) Tahun 2019 mengenai
menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki Chronic Kidney Disease in United States
hubungan bermakna dengan kejadian CKD, menunjukkan bahwa 38% Pasien CKD
dimana perbandingan kejadian CKD antara berusia 65 tahun atau lebih, 13% pasien CKD
laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.13 berusia 45%-64%, dan 7% pasien
Insiden dan prevalensi tertinggi pada CKDberusia 18%-44%.14 Usia dikatakan
pasien CKD adalah laki-laki. Data yang memiliki risiko terhadap kejadian CKD
berasal dari Derived from the Dialysis disebabkan karena fungsi ginjal akan
Outcomes and Practice Patterns Study mengalami penurunan seiring dengan
(DOPPS) menunjukkan bahwa pasien CKD bertambahnya usia baik pada wanita maupun
Pria cenderung memulai dialisis lebih awal pria. Di antara populasi lansia, diketahui
dibandingkan dengan wanita dan umumnya lebih dari setengah dari subyek yang
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup dilakukan pemeriksaan memiliki CKD.
yang lebih buruk. Prevalensi CKD yang lebih Dengan demikian, populasi lansia dianggap
rendah pada wanita premenopuase diduga lebih rentan untuk mengalami CKD
karena adanya peran protektif dari hormon dibandingkan pada usia muda.
esterogen pada perkembangan CKD.13 Pada kelompok kasus, proporsi
Pada kelompok kasus, proporsi responden yang memiliki riwayat keluarga
responden yang berusia ≥60 tahun sebesar CKD sebesar 32,9%. Pada kelompok kontrol,
67,1%. Pada kelompok kontrol, proporsi proporsi responden yang memiliki riwayat
responden yang berusia ≥60 tahun sebesar keluarga CKD sebesar 23,8%. Hasil
32,2%. Hasil Penelitian ini menunjukkan Penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat
bahwa usia memiliki hubungan bermakna keluarga CKD tidak memiliki hubungan
dengan kejadian CKD, dan merupakan bermakna dengan kejadian CKD, dan bukan

130
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

merupakan confounder hubungan diabetes dengan obesitas sebesar 27,3%. Hasil


mellitus dengan kejadian CKD. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan
Pada kelompok kasus, proporsi merokok tidak memiliki hubungan bermakna
responden yang obesitas sebesar 27,3%. Pada dengan kejadian CKD dan bukan merupakan
kelompok kontrol, proporsi responden yang confounder hubungan diabetes mellitus
obesitas sebesar 18,9%. Hasil Penelitian ini dengan kejadian CKD. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa obesitas tidak memiliki sejalan dengan penelitian yang dilakukan
hubungan bermakna dengan kejadian CKD oleh Michael E.hall., Wei Wang., Victoria
dan bukan merupakan confounder hubungan Okhomina., et al (2016) yang menyatakan
diabetes mellitus dengan kejadian CKD. bahwa kebiasaan merokok tidak dapat
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dianggap sebagai faktor risiko yang kuat
dikatakan bahwa obesitas merupakan faktor dalam menyebabkan CKD.16 Kebiasaan
risiko kuat untuk perkembangan penyakit merokok dapat menjadi penyebab kejadian
ginjal. Obesitas dianggap meningkatkan CKD, namun hal ini tergantung pada lama
risiko pengembangan faktor risiko utama dan frekuensi merokok seseorang setiap hari
penyakit CKD seperti diabetes dan nya.17
hipertensi, dan memiliki dampak langsung Pada kelompok kasus, proporsi
pada pengembangan CKD.15 Hasil penelitian responden memiliki riwayat konsumsi
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan alkohol sebesar 33,6%. Pada kelompok
oleh Chan Tian Jong (2018) yang kontrol, proporsi responden memiliki riwayat
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang konsumsi alkohol sebesar 11,2%. Hasil
bermakna antara obesitas dengan kejadan Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi
CKD. Obesitas dikatakan tidak memiliki alkohol tidak memiliki hubungan bermakna
pengaruh langsung terjadap kejadian CKD, dengan kejadian CKD, dan bukan merupakan
tetapi memiliki pengaruh terhadap penyakit confounder hubungan diabetes mellitus
sindrom metabolik seperti DM dan dengan kejadian CKD. Kendati demikian,
Hipertensi. Penyakit sindrom metabolik banyak penelitian menunjukkan bahwa
inilah yang berkaitan dengan kejadian CKD. konsumsi alkohol dapat mempengaruhi
Pada kelompok kasus, proporsi prognosis pasien dengan CKD. Beberapa
responden dengan obesitas sebesar 37,8%. studi klinis menunjukkan bahwa konsumsi
Pada kelompok kontrol, proporsi responden alkohol dapat mengurangi penurunan fungsi

131
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

ginjal.18 Hasil ini mungkin berbeda karena dibandingkan responden yang tidak DM
disebabkan oleh adanya bias informasi. (95% CI 0,5–4,1).
Selain itu, adanya faktor lain yang lebih
berkontribusi pada kejadian CKD juga bisa UCAPAN TERIMA KASIH
menyebabkan adanya perbedaan dalam hasil Penulis mengucapkan terima kasih
penelitian, dimana faktor risiko konsumsi kepada Hibah Eksternal PDP 2020 yang
alkohol bukanlah merupakan faktor tunggal didanai oleh Kementerian Riset dan
yang akan memberikan pengaruh terhadap Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional
kejadian CKD. Republik Indonesia (Kemenristek/BRIN) atas
pendanaan karya ini dan RS Panti Nirmala,
KESIMPULAN Malang atas penggunaan data
Berdasarkan hasil dan pembahasan
REFERENCES
penelitian tentang DM dengan kejadian
1. Kementerian Kesehatan RI. (2019).
CKD, maka dapat disimpulkan sebagai Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan
Penelitan dan Pengembamngan
berikut:
Kesehatan: Jakarta 2.
1. Pada kelompok CKD, persentase 2. Kementerian Kesehatan RI. (2017).
Situasi Penyakit Ginjal Korinis. Pusat
responden dengan DM sebesar 39,5%,
Data dan Informasi Kementerian
sedangkan pada kelompok yang tidak Kesehatan RI: Jakarta
3. Hill, N., L Oke, J., A. Hirst, J., O’
menderita CKD, persentase responden
Callaghan, C. A. Lasserson, D., Richard
dengan DM sebesar 23,1%. Hobbs, F., et al. 2016 Global Prevalence
Of Chronic Kidney Disease – A Systemic
2. Hubungan DM dengan kejadian CKD
Review and Meta-Analysis.
berbeda menurut status hipertensi. 4. Delima, Tjitra E, Tana L, Halim FS,
Ghani L, Siswoyo H, et al. Risk Factors
Setelah dikontrol jenis kelamin dan usia,
for Chronic Kidney Disease: A Case
pada responden yang hipertensi, DM Control Study in Four Hospitals in
Jakarta in 2014. Buletin Penelitian
memiliki peluang 15,9 kali lebih tinggi
Kesehatan. 2017 Mar; Vol 45, No.1:17-
untuk terjadi CKD dibandingkan 26.
5. Stojceva TO., Eftimovska ON., Taneva
responden yang tidak DM (95% CI; 4,4–
B. 2016. Prevalence of Diabetes Mellitus
57,4), sedangkan pada responden yang in Patients with Chronic Kidney Disease.
Macedonian Journal of Medical Science.
tidak hipertensi, DM memiliki peluang
Vol 4(1): 79-82.
1,5 kali lebih tinggi untuk terjadi CKD https://dx.doi.org/10.3889/oamjms.2016.
019
6. Hahr, A. J., & Molitch, M. E. 2015.

132
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 2020 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
DOI: http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v6i2

Management of diabetes mellitus in Experimental Chronic Kidney Disease


patients with chronic kidney disease. Induced by Chronic Nitric Oxide
Clinical diabetes and endocrinology, 1, Inhibition. Biomed Research
2. https://doi.org/10.1186/s40842-015- International. Vol 2017.
0001-9 https://doi.org/10.1155/2017/2159739
7. Rivandi, J & Yonata, A 2015. 14. Center for Disease and Control
‘Hubungan Diabetes Melitus Dengan Prevention (CDC). 2019. Chronic
Kejadian Gagal Ginjal Kronik’, Majority Kidney Disease in United States 2019.
Volume 4 Nomor 9 Desember 2015, U.S. Department of Health and Human
diakses 17 Oktober 2018, Services.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.p 15. Kovesdy, C. P., Furth, S., Zoccali, C., &
hp/majority/article/view/1404 World Kidney Day Steering Committee.
8. Kazancioglu, Rumyza. 2013. Risk 2017. Obesity and kidney disease:
Factors for Chronic Kidney Disease: an Hidden consequences of the epidemic.
Update. Kideny International Indian journal of nephrology, 27(2), 85–
Supplements. 3: 368-371. 92.
https://doi.org/10.1038/KISUP.2013.79 https://doi.org/10.4103/ijn.IJN_61_17
9. Philip McFarlane., David Cherney., 16. Michael E.Hall., Wei Wang., Victoria
Richard E. Gilbert., et al. 2018. Chronic Okhomina., Mohit Agarwal., John E.
Kidney Disease in Canada. Canadian Hall., et al. 2016. Cigarette Smoking and
Journal of Diabetes. Chronic Kidney Idsease in African
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.11.00 Americans in the Jackson Heart Study.
4 Journal of the American Heart
10. Radica Z. Alicic., Michele T. Rooney., Association. 2016. Vol 5(6).
Katherine R. Tuttle. 2017. Diabetic https://doi.org/10.1161/JAHA.116.00328
Kidney Disease: Challenges, Progress, 0
and Possibilities. Clin J Am Soc Nephrol. 17. Esteban Cedillo dan Ana C. Ricardo.
Vol 12: 2032–2045. 2016. Smoking, Vascular Events, and
https://doi.org/10.2215/CJN.11491116 ESRD in Patients with CKD. American
11. Yi Chin Lin., Yu Hsing Chang., Shao Yu Journal Kidney Disease. Vol 68(3):338-
Yang., et al. 2017. Update of 340.
Pathophysiology and Management of https://doi.org/10.1053/j/akjd.2016.06.00
Diabetic Kidney Disease. Journal of the 4
Formosan Medical Association. Vol 18. Zhenliang Fan., Jie Yun., Shanshan Yu.,
117; 662-675.
https://doi.org/10.1016/j/jfma.2018.02.0 Qiaorui Yang., dan Liqun Song. 2019.
07. Alcohol Consumption Can be a Double-
12. Elaine KU., Benjamin JL., Jenny Wei.,
Matthew RW (2019). Hypertension in Edged Sword for Chronic Kidney
CKD: Core Curriculum. 2019. American Disease Patients. Medical Science
Journal Kidney Disease. Vol 74(1): 120-
131. Monitor: International Medical Journal
https://doi:10.1053/j.ajkd.2018.12.044 of Experimental and Clinical Research.
13. Fanelli C., Delle H., Cavaglieri RC.,
Dominguez WV., Noronha IL. 2017. 2019; Vol 25:7059-7072.
Gender Differences in the Progression of https://doi.org/10.12659/MSM.91

133

You might also like