Professional Documents
Culture Documents
Ada Tentang Beasiswa Sini
Ada Tentang Beasiswa Sini
Ada Tentang Beasiswa Sini
Abstract
This study aims to evaluate the financial performance of Satuan Pendidikan Kerjasama X, a privately-owned
Education Operation Unit in Jakarta. The growing amount of SPK schools in Jakarta demands a good competitive
strategy with regards to cost leadership and product differentiation to better position the school in the market. The
problem in this study is the absence of an evaluation method to assess the effectiveness of the implemented strategy
and this research attempts to use Strategic Variance Analysis (SVA) to evaluate the change in the school’s operating
income between the period of 2017-2018 and 2018-2019 academic year in the context of growth, price recovery,
productivity and capacity underutilization components. This research was designed using a single case study with a
mixed-method approach. The data used are primary data collected from interviews and document analysis (in the
form of the school’s financial data). Data analysis was conducted using descriptive qualitative analysis approach. The
study indicates that the growth, price-recovery, productivity and capacity underutilization components are showing
unfavourable results. The declining student number, the increase of teachers’ remuneration and fee discount are the
main causes of the decrease in operating income, while 77% of operating income drop comes from productivity
component. It shows that the focused differentiation strategy implemented has not shown effective results and the
school needs to increase its cost efficiency by considering the results shown by SVA in preparing for the upcoming
budgeting.
Keywords: Competitive Strategy; Financial Performance; Strategic Variance Analysis; Education Operation Unit
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Keuangan pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) X, sebuah
sekolah swasta internasional yang beroperasi di daerah Jakarta. Berkembangnya jumlah sekolah SPK di Jakarta
menuntut adanya strategi kompetitif yang bagus dalam hal efisiensi biaya dan diferensiasi produk untuk
memposisikan sekolah lebih baik dalam pasar. Masalah dalam studi ini adalah ketiadaan metode penilaian efektivitas
strategi yang diimplementasikan dan penelitian ini berusaha untuk menggunakan Strategic Variance Analysis (SVA)
untuk mengevaluasi perubahan pada pendapatan usaha sekolah di antara periode tahun ajaran 2017-2018 dan 2018-
2019 dalam konteks komponen pertumbuhan, pemulihan harga, produktivitas dan utilisasi kapasitas. Penelitian ini
dirancang sebagai studi kasus dengan pendekatan metode campuran. Data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dari wawancara dan analisis data keuangan sekolah. Analisis data dilakukan menggunakan descriptive
qualitative analysis. Hasil penelitian menunjukkan komponen pertumbuhan, pemulihan harga, produktivitas dan
utilisasi kapasitas tidak memuaskan. Penurunan jumlah siswa, peningkatan gaji guru dan pemberian diskon adalah
penyebab utama penurunan pendapatan usaha dan 77% dari perubahan pendapatan usaha berasal dari komponen
produktivitas sehingga dapat disimpulkan strategi diferensiasi terfokus yang diterapkan tidak menunjukkan hasil
yang efektif dan sekolah perlu meningkatkan efisiensi biaya dengan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari
SVA untuk penyusunan anggaran berikutnya.
Kata kunci: Strategi Kompetitif; Kinerja Keuangan; Strategic Variance Analysis; Satuan Pendidikan Kerjasama.
1. PENDAHULUAN
sehingga manajemen dapat mengambil
Bagi setiap perusahaan kemampuan keputusan strategis untuk mencapai tujuan
untuk bersaing di industrinya amatlah penting perusahaan. Menurut (Dodd & Favaro, 2007)
untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan menggunakan berbagai
usahanya. Salah satu cara untuk pendekatan pemasaran untuk meningkatkan
mempertahankan daya saing adalah dengan daya tarik produk yang ditawarkan, tapi
mengevaluasi kinerja perusahaan secara apabila tidak disertai dengan peningkatan
berkelanjutan untuk memastikan bahwa customer benefit maka hanya menghasilkan
perusahaan sudah dikelola dengan efektif pengeluaran yang lebih besar lagi.
Nurul Hasanah1, Thomas Honggo Secokusumo2
Evaluasi Kinerja Keuangan Satuan Pendidikan Kerjasama X Dengan Menggunakan Strategic Variance 12
Analysis
Bisnis pendidikan baik formal dan non- Peningkatan jumlah SPK di Jakarta
formal adalah salah satu bisnis yang menunjukkan angka yang cukup signifikan
menguntungkan dan sustainable karena dalam empat tahun terakhir. Di tahun 2014
kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas tercatat ada 36 SPK setara SD, 32 SPK setara
semakin meningkat seiring dengan kemajuan SMP, dan 19 SPK setara SMA, sementara di
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan tahun 2018 tercatat terdapat 68 SPK setara
pendidikan mempengaruhi pertumbuhan SD, 61 SPK setara SMP dan 43 SPK setara
ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan SMA (Kemendikbud, 2019).
ekonomi mempengaruhi pertumbuhan Untuk sekolah internasional dengan
pendidikan (Saripudin, 2008). Peningkatan segmen pasar yang terbatas dan banyaknya
daya beli masyarakat juga memperkaya penyedia jasa sejenis menuntut SPK X untuk
pilihan orang tua akan sekolah yang terbaik terus meningkatkan kualitas pelayanannya
bagi anak-anak mereka. Dalam masyarakat dan membuktikan bahwa sekolah pantas
yang memiliki taraf ekonomi yang baik, menetapkan tarif premium karena memiliki
potensi pengembangan pendidikan itu lebih keunggulan – keunggulan yang
besar karena lebih siap dan dana yang tersedia membedakannya dari kompetitor.
lebih banyak (Saripudin, 2008) Menurut (Thompson et al., 2018) salah
Dunia pendidikan di Indonesia banyak satu indikator yang menunjukkan seberapa
berubah dalam dua dekade terakhir. baik strategi perusahaan mencapai hasil yaitu
Globalisasi telah mengangkat popularitas kemampuan perusahaan mampu mencapai
pendidikan internasional yang ditawarkan target kinerja keuangan dan strategisnya.
oleh sekolah-sekolah internasional yang Pendapatan usaha SPK tercatat menurun
bertujuan untuk membentuk “global citizens” signifikan sebesar 37% dari tahun ajaran
yang berpola pikir internasional serta cakap 2017/2018 ke tahun ajaran 2018/2019, namun
dalam pergaulan (Tanu, 2014). Sekolah yang ada beberapa kondisi yang harus
menyelenggarakan kurikulum internasional diperhitungkan dalam menilai kinerja operasi
banyak bermunculan di Indonesia untuk SPK X, yaitu: 1) Adanya penurunan jumlah
mengakomodir meningkatnya minat siswa yang cukup signifikan, namun terjadi
masyarakat akan sekolah yang dapat peningkatan biaya operasional yang cukup
menyiapkan lulusan yang mampu bersaing di besar, 2) Adanya penambahan mata pelajaran
dunia internasional. Terlebih lagi dengan pilihan yang diberikan sehingga
meningkatnya jumlah tenaga kerja asing meningkatkan biaya pendukung
profesional yang masuk ke Indonesia pembelajaran namun jumlah kelas yang
(Purnamasari, 2018) maka dibutuhkan dibuka berkurang.
sekolah untuk anak-anak expatriate yang Secara teoritis, bisnis pendidikan yang
bekerja di Indonesia. berkualitas berpotensi untuk menjadi bisnis
Tahun 2014 Kementrian Pendidikan dan yang menguntungkan dan sustainable terlebih
Kebudayaan menerbitkan Permendikbud apabila pertumbuhan ekonomi sedang pesat-
nomor 31 yang mengatur penyelenggaraan pesatnya, namun kondisi SPK X yang
dan pengelolaan pendidikan oleh Lembaga mengalami penurunan pendapatan yang
pendidikan asing dan Lembaga pendidikan di signifikan membuat penulis termotivasi untuk
Indonesia. Peraturan tersebut mewajibkan mengetahui penyebab penurunan kinerja
sekolah-sekolah yang menggunakan nama tersebut. Penulis ingin menggunakan suatu
internasional mengganti namanya dan metode penilaian yang mampu mengevaluasi
memberi keleluasaan kepada sekolah-sekolah sejauh mana keberhasilan strategi yang
tersebut untuk memilih bentuk menjadi diterapkan sekolah. Dalam pelitian ini penulis
sekolah diplomatik, sekolah nasional, atau menggunakan Strategic Variance Analysis
Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK). (SVA) karena keunggulannya dalam
13
menciptkan sebuah kerangka kerja untuk menyediakan jasa (Mudde & Sopariwala,
menganalisis perubahan pendapatan usaha 2008).
perusahaan manufaktur dari satu periode ke Komponen productivity mengukur
periode lainnya di masa depan dengan cara perubahan pada pendapatan usaha yang
mengelompokan perubahan kinerja disebabkan oleh varians dalam hubungan
perusahaan menjadi beberapa komponen input-output, efisiensi pengelolaan
yaitu growth, price recovery, productivity. perusahaan, dengan mempertahankan jumlah
(Caster & Scheraga, 2011). Kerangka kerja unit penjualan, harga jual dan biaya unit
ini kemudian dikembangkan oleh Sopariwala input-output tetap konstan. Horngren, Foster
(2003) dengan menambahkan komponen dan Datar berargumen komponen ini
capacity underutilization karena dianggap menentukan apakah strategi low-cost
merupakan pertimbangan penting dalam perusahaan berhasil karena varians yang
pengambilan keputusan untuk menambah favourable menunjukan profitabilitas karena
atau tidak menambah kapasitas yang ada. program efisiensi biaya yang berhasil
Komponen – komponen yang digunakan (Mudde& Sopariwala, 2008).
adalah: Komponen capacity underutilization
Komponen growth mengukur perubahan ditambahkan oleh Sopariwala (2003)
pendapatan usaha yang disebabkan oleh mengukur perubahan pendapatan usaha yang
perubahan jumlah unit terjual dengan disebabkan oleh varians dalam biaya
menjaga harga jual, biaya input dan hubungan kapasitas yang tidak digunakan di antara
input-output tetap konstan. Terdiri atas dua periode (tergantung dari apakah biaya
subkomponen: 1) market-size variance yaitu kapasitas yang tidak digunakan bertambah
perubahan pendapatan usaha yang disebabkan atau berkurang sepanjang tahun) (Mudde &
karena perubahan dalam industri dan 2) Sopariwala, 2008).
market-share variance yaitu perubahan Mudde dan Sopariwala (2008)
pendapatan usaha yang disebabkan karena menggunakan SVA untuk meneliti
perubahan market-share. Perubahan market- peningkatan pendapatan usaha Southwest
size biasanya tidak dapat dikendalikan tapi di Airlines (SWA) di tahun 2005. Analisis SVA
sisi lainnya market-share termasuk varians menggunakan 4 klasifikasi pengukuran yaitu
yang bisa dikendalikan sehingga menambah 1) Airlines revenue dengan driver revenue
nilai price-recovery atau komponen passenger miles yang menghitung miles jarak
productivity tergantung dari strategi yang tempuh penumpang, 2) Fuel cost dengan
diterapkan persuhaan, low cost atau driver available seat miles yaitu kapasitas
differentiator (Mudde & Sopariwala, 2008). bangku yang tersedia dikalikan dengan miles
Komponen price-recovery mengukur jarak tempuh penerbangan, 3) Flight related
perubahan dalam pendapatan usaha yang cost yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan
disebabkan oleh varians pada harga jual dan saat pesawat di udara, menggunakan driver
biaya input unit sementara jumlah unit available seat miles atau disebut juga sebagai
penjualan dan hubungan input-output tetap kapasitas maskapai, 4) Passenger related cost
konstan. Efek pendapatan akan di off-set yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan
terhadap efek pengeluaran untuk mengukur penumpang pada saat pesawat tidak sedang
pengaruh perubahan biaya input, juga dengan beroperasi, menggunakan driver jumlah
jumlah terjual dan hubungan input-output passenger enplaned. Hasil penelitian di
tetap konstan. Hasil yang favourable dari Southwest Airlines menunjukkan bahwa
komponen price-recovery dapat diartikan peningkatan pendapatan usaha terutama
bahwa konsumen bersedia membayar harga disebabkan oleh peningkatan produktifitas
yang ditentukan perusahaan lebih besar dari dengan meningkatkan efisiensi biaya.
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk Perbedaan penelitian ini dengan yang
15
dilakukan oleh penulis adalah dalam mencari cara untuk menjawab pertanyaan-
pemilihan revenue dan cost driver. Karena pertanyaan tersebut (Mudde & Sopariwala,
penulis melakukan penelitian di institusi 2018). Kesimpulan yang dapat diambil dari
pendidikan maka driver yang digunakan analisis growth dan efficiency ternyata kecil,
sangat berbeda dengan yang digunakan di porsi terbesar dari penambahan pendapatan
perusahaan penerbangan. adalah dari unit selling price dan unit input
Penelitian berikutnya adalah oleh Caster cost (pengurangan biaya pengajar).
dan Scheraga (2011) yang melanjutkan Perbedaan studi kasus tersebut dengan yang
penelitian Mudde dan Sopariwala (2008) dilakukan penulis adalah sifat sekolah
karena mereka berpendapat bahwa analisis internasional K3-13 yang berbeda dengan
yang dilakukan hanya pada satu perusahaan universitas negeri karena tidak menggunakan
dalam suatu industri tanpa melihat kondisi Student Credit Hours (SCH) sebagai cost
kompetitornya dapat menjadi misleading driver pendapatannya tapi menggunakan
(Caster & Scheraga, 2011). Penelitian ini jumlah siswa, selain itu sekolah tidak
menghitung SVA pada tujuh maskapai menerima dana pendidikan dari pemerintah
penerbangan kompetitor, yaitu Alaska, untuk menopang operasionalnya.
American, Continental, Delta, Northwest, Peneliti tidak menemukan literatur dan
United, dan US Airways untuk periode 2004- penelitian mengenai SVA oleh peneliti dan
2006 kemudian menyusun ranking akademisi di Indonesia, sehingga penulis
berdasarkan nilai yang diperoleh untuk berasumsi penelitian ini adalah yang pertama
keempat komponen growth, price-recovery, dilakukan di Indonesia sehingga sangat
productivity, dan capacity underutilization menarik untuk dilakukan.
untuk menilai keberhasilan strategi yang
dijalankan. Hasil SVA menunjukkan hasil Strategi
yang berbeda-beda walaupun menggunakan Strategi menggambarkan bagaimana
strategi yang sama. Sehingga dapat sebuah organisasi dapat menciptakan nilai
disimpulkan dari penelitian adalah hasil yang untuk pelanggannya sekaligus membedakan
beragam dari setiap maskapai menunjukkan diri dari pesaingnya (Horngren et al., 2010).
bahwa perusahaan tidak harus menggunakan Strategi perusahaan adalah sekumpulan
hanya satu strategi untuk mencapai hasil yang tindakan yang dilakukan oleh manajemen
positif. Perbedaan dengan penelitian ini untuk menyaingi dan mengungguli
adalah unit analisis yang berfokus pada satu kompetitornya (Thompson, Strickland, &
entitas bukan dalam skala industri untuk Gamble, 2018). Perusahaan harus dapat
mencoba menganalisis permasalahan yang mengenali kekuatan dan kelemahannya
terjadi untuk menilai keberhasilan strategi dibandingkan pesaingnya serta memilih
yang dipilih. strategi yang tepat untuk bertahan di tengah
Penulis menemukan salah satu penerapan persaingan pasar. Menurut (Porter, 2003) ada
SVA di bisnis pendidikan yang ditulis oleh dua keunggulan dasar yang dapat dimiliki
Mudde dan Sopariwala (2018) yang oleh perusahaan yaitu low cost dan product
dilakukan di Grand Valley State University differentiation yang dihasilkan dari
(GVSU), sebuah unversitas negeri untuk kemampuan perusahaan untuk beradaptasi
periode tahun ajaran 2010-2011 dan 2011- lebih baik dari pesaingnya.
2012. Di tengah banyaknya pertanyaan Strategi yang dipilih oleh manajemen
mengenai biaya kuliah dan student loan yang berkaitan dengan rencana manajemen untuk
meroket, para pembuat kebijakan, orang tua memposisikan perusahaan dalam industri
dan mahasiswa bertanya-tanya mengapa pasar terkait dan memperoleh competitive
biaya pendidikan tinggi bisa meningkat advantage. Menurut (Porter, 1985)
sampai dengan 160% semenjak 1990. competitive advantage pada dasarnya muncul
Penelitian berusaha menggunakan SVA untuk dari manfaat yang dapat diberikan perusahaan
Nurul Hasanah1, Thomas Honggo Secokusumo2
Evaluasi Kinerja Keuangan Satuan Pendidikan Kerjasama X Dengan Menggunakan Strategic Variance 16
Analysis
untuk pelanggan yang melebihi biaya yang bersaing dalam memperbesar market-share di
dikeluarkan oleh perusahaan untuk industri pendidikan berkurikulum
menghasilkannya. internasional yang dibanjiri oleh pemain lokal
Ada lima pilihan strategi kompetitif yang memberikan jasa serupa. SPK X
umum (Thompson et al., 2018) yang dapat berawal di tahun 2002 dari sebuah Sekolah
dipilih oleh perusahaan, yaitu: 1) A low-cost Bahasa Asing berbentuk Perseroan Terbatas
provider strategy. 2) A broad differentiation yang mayoritas kepemilikan sahamnya
strategy. 3) A focused low-cost strategy , 4) A dikuasai oleh sebuah grup investasi di bidang
focused differentiation strategy pelanggan. 5) pendidikan asal Selandia Baru.
A best-cost provider strategy provider yang Di tahun 2004 Perseroan memperluas
memberikan pelanggan value for money. bisnisnya menjadi sebuah sekolah
3. METODE PENELITIAN internasional dan membuka kelas
Strategi penelitian yang digunakan Kindergarten 3 sampai dengan Year 13. Di
adalah studi kasus. Studi kasus tahun 2015 Perseroan membuat perjanjian
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kerjasama dengan afiliasinya yaitu Yayasan
karakteristik kejadian nyata secara X yang juga berada di bawah naungan grup
menyeluruh. Apabila penelitian berusaha yang sama untuk mengelola sekolah guna
menjawab pertanyaan bagaimana dan mematuhi ketentuan pemerintah bahwa
mengapa yang lebih mengarah kepada pendidikan formal harus dijalankan oleh
explanatory maka dapat menggunakan lembaga nirlaba (Presiden Republik
metode studi kasus (Yin, 2009). Indonesia, 2010). Sehingga terlepas dari
Penelitian ini merupakan penelitian bentuk Yayasan yang dimiliki SPK,
mixed method yaitu penelitian yang profitabilitas tetap menjadi hal yang penting
mengumpulkan dan menganalisis data, karena hasil keuangan Perseroan dan Yayasan
mengintegrasikan temuan-temuannya dan akan dikonsolidasi di laporan keuangan grup.
menarik kesimpulan menggunakan metode
kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian atau program of inquiry
(Tashakkori & Creswell, 2007). Mixed Berdasarkan hasil wawancara dengan
method digunakan ketika peneliti dan Ketua Yayasan SPK X diperoleh informasi
methodologist percaya bahwa sudut pandang bahwa strategi yang digunakan oleh sekolah
dan metode kualitatif dan kuantitatif berguna adalah focused differentiation atau niche
untuk menjawab pertanyaan penelitian marketing. Pemilihan strategi tersebut
mereka, yang mana seringkali akan dikarenakan SPK X menyediakan layanan
memberikan hasil penelitian yang paling pendidikan formal yang berbasis kurikulum
informatif, lengkap, berimbang, dan internasional seperti IB Primary Years
bermanfaat (Shauki, 2018). Programme, Cambridge serta IB Diploma
Penelitian ini menggunakan metode Programme bagi segmen pasar tertentu. SPK
pengumpulan wawancara dan document X menyasar konsumen yang affluent dalam
analysis berupa data keuangan perusahaan arti mapan secara ekonomi dan menginginkan
yang diperoleh untuk menarik kesimpulan sekolah swasta berkurikulum internasional
atas permasalahan yang diteliti. dengan keberagaman peserta didik yang
datang dari berbagai negara di seluruh dunia.
Unit analisis adalah SPK X yang saat
Sebagian besar peserta didik adalah WNA,
ditulisnya karya tulis ini tengah mengalami
anak-anak dari pekerja expatriate yang
penurunan jumlah peserta didik yang cukup
ditugaskan di Indonesia untuk jangka waktu
signifikan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya dan sedang mencari cara untuk
17
tertentu dan WNI yang bermaksud untuk 4. Operation Cost adalah biaya
melanjutkan pendidikan keluar negeri. pengoperasian, penyusutan dan perawatan
Nilai jual yang brusaha dikedepankan fasilitas sekolah yang besarannya dipengaruhi
oleh SPK X adalah boutique school dimana oleh intensitas kegiatan belajar dan mengajar
konsumen dapat menemukan segala fasilitas di sekolah sehingga cost driver yang
penunjang yang dibutuhkan dalam satu digunakan adalah kapasitas kelas maksimum
komplek sekolah. SPK X juga yang dapat disediakan oleh sekolah lengkap
mengedepankan student-focus dan individual dari gambar yang disajikan.
lesson plan yang memberikan kesempatan
bagi setiap anak untuk mengikuti pelajaran Komponen Growth pada SPK X
sesuai dengan kemampuan masing-masing Komponen Growth SPK X pada
dan memastikan setiap anak memperoleh Pendapatan
dukungan sesuai dengan kebutuhan dan Berdasarkan data yang diperoleh peneliti,
potensi yang dimilikinya. pendapatan sekolah mengalami penurunan
sebesar 3.4% dari Rp 106,771,736,201 di
Tabel 1. Data Demografi SPK X tahun akademik 2017-2018 menjadi Rp
103,129,027,661 di tahun akademik 2018-
DATA DEMOGRAFI SPK X
AY 2018 - 2019 AY 2017 - 2018
2019. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
Teaching Hours (Teachers) 36.036 40.755 hal: a) karena adanya perubahan pada revenue
Academic Headcount (Expat Teachers) 29 29
Support Staff Headcount (Staff & TA) 40 39 driver yaitu jumlah siswa (growth
Student Enrolment
Number of Homerooms
324
9
354
14
component) dan b) perubahan pendapatan
Maximum classroom seat capacity 650 650 per-siswa (price-recovery component).
Sumber: telah diolah penulis (2019) Berikutnya peneliti akan menghitung
pengaruh dari growth component.
Untuk keperluan penulisan tesis ini peneliti
mengelompokkan biaya-biaya operasional Tabel 2. Data Keuangan SPK X Setelah
sekolah menjadi beberapa kelompok Disesuaikan
Difference
sebagaimana yang dilakukan oleh (Mudde & Academic Year
Operating Revenues
2018-2019 2017-2018
Amount %
yang dilakukan oleh sekolah. Administrative Total Operating Expenses 86.929.372.205 81.217.173.472 5.712.198.733 -7%
School Services Operating Profit 16.199.655.456 25.554.562.729 - 9.354.907.273 37%
cost dipengaruhi oleh jumlah siswa sehingga
Sumber: telah diolah penulis (2019)
cost driver yang digunakan adalah jumlah
siswa.
Analisis pengaruh growth component ini
3. Student Related Cost adalah biaya yang
mengukur besarnya perubahan pendapatan
dikeluarkan yang berkaitan dengan manfaat
operasi yang diakibatkan oleh perubahan
yang diperoleh oleh siswa, seperti biaya
jumlah siswa, sementara faktor
pengadaan alat-alat pembelajaran di kelas dan
harga/pendapatan per-siswa, biaya input dan
biaya beasiswa untuk siswa berprestasi
biaya output tetap konstan.
maupun siswa dengan kesulitan finansial.
Nurul Hasanah1, Thomas Honggo Secokusumo2
Evaluasi Kinerja Keuangan Satuan Pendidikan Kerjasama X Dengan Menggunakan Strategic Variance 18
Analysis
Komponen Price Recovery pada Biaya peningkatan jumlah siswa di tahun ajaran
Administrasi 2018-2019.
Jumlah siswa di tahun 2018-2019 yang
menjadi cost driver biaya administrasi (2018 − 2019 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡𝑠 ) × [(2017 −
mengalami penurunan sebanyak 30 siswa 2018 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡/𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡) −
sehingga biaya pendukung akademis juga (2018 − 2019 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡/
mengalami penurunan di tahun ajaran 2018- 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 ]
2019 sebesar Rp 128,492,479. Total varians
price recovery sebesar Rp 924,644,136 (U) = 313 x (Rp 40,989,356 – Rp 29,046,784) =
didapat dari jumlah kenaikan biaya Rp 3,738,150,565 (Unfavourable)
administrasi sebesar Rp 1,283,277,347 (U)
dan penurunan biaya pemasaran sebesar Rp Komponen Price Recovery pada Biaya
358,633,211 (F). Apabila dilihat dari jumlah Pemeliharaan
guru expatriate di kedua tahun ajaran, tidak Biaya operasional sekolah yang terdiri
ada peningkatan jumlah guru sehingga dapat atas biaya pemeliharaan dan biaya
disimpulkan bahwa peningkatan biaya penyusutan menunjukkan peningkatan
pendukung akademis terjadi karena adanya sebesar Rp 515,618 per bangku sekolah
kenaikan biaya gaji guru di tahun ajaran 2018- tersedia sehingga terjadi peningkatan biaya
2019. pemeliharaan kapasitas yang terpakai sebesar
Rp 118,496,137 (U) dan peningkatan biaya
(2018 − 2019 𝑏𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 ) × penyusutan sebesar Rp 42,897,693 (U)
[(2018 − 2019 𝑎𝑐𝑎𝑑𝑒𝑚𝑖𝑐 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡/ sehingga total didapatkan varians Rp
𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡) − (2017 − 161,393,831 (U). Di tahun ajaran 2018-2019
2018 𝑎𝑐𝑎𝑑𝑒𝑚𝑖𝑐 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡/𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡)] tidak ada penambahan kapasitas tersedia,
kapasitas maksimal sekolah di tahun ajaran
=313 x (Rp 39,140,699 – Rp 36,186,664) = 2017-2018 dan 2018-2019 tetap di angka 650
Rp 924,644,136 (Unfavourable). bangku sehingga tidak terdapat penambahan
biaya untuk memperoleh kapasitas tambahan.
Komponen Price Recovery pada Biaya
Pelayanan Siswa (2018 −
Biaya siswa mengalami kenaikan yang 2019 𝑏𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑢𝑠𝑒𝑑 ) ×
cukup signifkan sebesar Rp 2,997,989,605 [(2018 −
atau 29.2% dibandingkan tahun ajaran 2019 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒) −
sebelumnya, padahal terjadi penurunan (2017 −
jumlah siswa sebanyak 30 orang. Total 2018 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒)]
unfavourable variance diperoleh dari
kenaikan biaya pembelajaran yang meliputi = 313 x (Rp 20,558,516 – Rp 20,042,898) =
pembelian sumber daya yang digunakan Rp 161,393,831 (Unfavourable)
dalam proses belajar dan mengajar di kelas
sebesar Rp 1,118,665,777 (U) lebih besar dari Tabel 5. Tabel Varians Biaya Pelayanan
yang seharusnya dikeluarkan dengan jumlah Siswa SK X
murid yang terdaftar apabila menggunakan
rasio tahun sebelumnya. Biaya beasiswa
(scholarship) juga mengalami peningkatan Determination of Variance : Student Related Cost Drivers : Student number
Growth Price Recovery Productivity Total
yang signifikan sebesar Rp 2,619,484,788 (U) Learning Expenses 167.420.167 1.118.665.777 84.161.337 (1.035.406.947)
Scholaship 1.023.192.240 2.619.484.788 366.290.111 (1.962.582.658)
dibandingkan tahun sebelumnya. Hal yang 1.190.612.407 3.738.150.565 450.451.448 (2.997.989.605)
cukup menarik karena penambahan besaran Favorable Unfavorable Unfavorable Unfavorable
pemberian beasiswa tidak diimbangi dengan
21
Sumber: telah diolah penulis (2019) akademis yang meliputi biaya gaji staff
pendukung akademis, biaya administrasi
Komponen Productivity SPK X kantor dan biaya keuangan serta biaya
Komponen Productivity pada Biaya pemasaran lebih besar Rp 430,135,680 (U)
Pengajaran dariyang seharusnya dikeluarkan.
Perhitungan komponen productivity
menentukan seberapa efisien biaya (2018 − 2019 𝑎𝑐𝑎𝑑𝑒𝑚𝑖𝑐 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡/
pengajaran di tahun ajaran 2018-2019, apakah 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡) × [(2018 −
biaya yang dikeluarkan lebih besar ataukah 2019 𝑏𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡) − (2018 −
lebih kecil dari yang seharusnya dikeluarkan 2019 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡)]
oleh sekolah berdasarkan rasio biaya di tahun
ajaran sebelumnya. Dari perhitungan di atas
diketahui bahwa sekolah menggunakan lebih
banyak guru dari yang dibutuhkan
berdasarkan rasio biaya pengajaran tahun
sebelumnya dan mengakibatkan kelebihan
biaya pengajaran yang signifikan yaitu
sebesar Rp 5,512,065,147 (U). Temuan ini
membuktikan bahwa analisis SVA lebih
relevan untuk mendapatkan kesimpulan yang
lebih akurat dibandingkan analisis
perbandingan laporan keuangan biasa, karena
berdasarkan data yang diperoleh jumlah guru
yang pekerjakan di kedua tahun yang
diperbandingkan tidak menunjukkan
peningkatan sama sekali sehingga analisis
tanpa menggunakan SVA akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda.
daripada yang diperkirakan berdasarkan rasio 2. Peningkatan signifikan juga terjadi akibat
tahun sebelumnya. kenaikan gaji guru asing apabila
dibandingkan dengan biaya gaji guru asing
(2018 − 2019 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 − yang dikeluarkan di tahun ajaran sebelumnya.
𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦) × [(2018 − Peningkatan biaya ini seharusnya bisa
2019 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑢𝑠𝑒𝑑 )(2018 − dicegah karena berkurangnya jumlah kelas
2019 𝑏𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡𝑒𝑑 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑢𝑠𝑒𝑑)] = Rp yang dibuka sehingga jumlah jam mengajar
20,558,516 x (313 – 324) = - Rp pun berkurang cukup drastis.
225,927,272(U) Dari sisi produktivitas hasil analisis
unfavourable disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
Tabel 8. Tabel Varians Biaya Kapasitas 1. Penurunan efisiensi biaya pengajaran
SPK X yang timbul dari kenaikan biaya guru asing
sebesar Rp 5.2 milyar. Kenaikan ini
Determination of Variances : Used Capacity Related Cost Drivers : capacity used seharusnya tidak terjadi karena jumlah guru
Growth Price Recovery Productivity Total
Maintenance of Facilities 542.687.685 118.496.137 149.657.437 274.534.111 yang dibutuhkan berdasarkan jumlah jam
Depreciation 278.860.164 42.897.693 76.269.835 159.692.635
821.547.849 161.393.831 225.927.272 434.226.747
kerja dan jumlah kelas yang dibuka
Favorable Unfavorable Unfavorable seharusnya lebih kecil. Hal ini bisa
Sumber: telah diolah penulis (2019) disebabkan oleh bertambahnya pilihan kelas
mata pelajaran yang dibuka dan
Penjelasan Hasil Strategic Variance bertambahnya jumlah guru asing yang
Analysis SPK X mencakup jabatan manajerial dengan bobot
Hasil analisis unfavourable terhadap jam mengajar yang lebih kecil dibandingkan
komponen growth disebabkan oleh beberapa guru lainnya.
hal sebagai berikut: 2. Peningkatan biaya kapasitas idle karena
1) Penurunan pendapatan usaha akibat berkurangnya pemakaian kapasitas sekolah
penurunan jumlah siswa di tahun ajaran 2018- akibat menurunnya jumlah siswa.
2019 sebanyak 30 orang siswa. 2) Penurunan Berdasarkan penelitian Mudde dan
jumlah siswa ini berakibat SPK X kehilangan Sopariwala yang menyebutkan bahwa hasil
potensi pendapatan sebesar Rp 9,1 milyar. varians yang unfavourable perhitungan
2. Penurunan biaya-biaya operasional komponen growth dapat disebabkan oleh
akibat menurunnya jumlah siswa, jumlah factor market size atau market share, Karena
kelas yang dibuka keterbatasan data maka penelitian ini tidak
serta jumlah jam mengajar. Faktor favourable menyertakan data pasar yang dapat
ini mampu mengurangi dampak dari menjelaskan apakah penurunan jumlah siswa
penurunan jumlah siswa, dan menciptakan ini akibat dari penurunan market size (faktor
efisiensi biaya sampai dengan Rp 8.7 milyar. eksternal) ataukah penurunan market share
Sementara itu hasil analisis unfavourable (faktor internal). Penelitian Mudde dan
terhadap komponen price recovery Sopariwala juga menyebutkan bahwa varians
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: unfavourable dari komponen price recovery
1. Peningkatan biaya yang signifikan menjadi indikasi bahwa strategi diferensiasi
sebesar Rp 3.7 milyar berasal dari biaya terfokus (niche marketing) perusahaan belum
pelayanan siswa yaitu biaya beasiswa. SPK X berhasil dengan baik karena peningkatan
berusaha untuk menarik lebih banyak siswa biaya untuk meningkatkan pelayanan belum
untuk mendaftar dengan memberikan diskon mampu dioffset oleh peningkatan harga,
uang sekolah, namun peningkatan biaya ini konsumen belum bersedia membayar harga
tidak dapat di offset oleh peningkatan premium yang ditetapkan.
pendapatan yang diperoleh.
Nurul Hasanah1, Thomas Honggo Secokusumo2
Evaluasi Kinerja Keuangan Satuan Pendidikan Kerjasama X Dengan Menggunakan Strategic Variance 24
Analysis
Saran yang diberikan penulis kepada Goldratt, E. M. (2010). What is This Thing
SPK X dari hasil penelitian ini adalah sekolah Called Theory of Constraints and How
harus mampu membuat anggaran operasional Should it be Implemented. In
yang komprehensif dan mempertimbangkan Scholarpedia.
segala komponen seperti yang sebutkan https://doi.org/10.4249/scholarpedia.10
sebelumnya, dan harus mampu disiplin 451
menjalankan pengeluaran sesuai dengan apa
yang sudah dianggarkan sehingga dapat Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2015).
mengatasi masalah ketidakefisienan yang Cornerstones of Cost Management
terjadi di sekolah. Dari segi pelaksanaan (Third Edit). Ohio: Cengage Learning.
strategi sekolah diharap dapat lebih
menonjolkan kelebihan nilai jualnya sehingga Horngren, C. T., Foster, G., Datar, S. M.,
konsumen merasa mendapatkan hal yang Rajan, M., Ittner, C., & Baldwin, A. A.
berbeda dari SPK X dibandingkan sekolah- (2010). Cost Accounting: A Managerial
sekolah swasta internasional lainnya yang Emphasis,. Issues in Accounting
sudah sangat banyak beroperasi di wilayah Education.
Jakarta, dan diharapkan pelaksanaan strategi https://doi.org/10.2308/iace.2010.25.4.
yang lebih focus akan memberikan 789
keuntungan terutama dari segi price recovery.
Hox, J. J., & Boeije, H. R. (2005). Data
Collection, Primary vs. Secondary. In
2. DAFTAR PUSTAKA Encyclopedia of Social Measurement.
https://doi.org/10.1016/B0-12-369398-
Acquaah, M., & Yasai-Ardekani, M. (2008).
5/00041-4
Does the implementation of a
combination competitive strategy yield Hsieh, Y. H., & Chen, H. M. (2011). Strategic
incremental performance benefits? A
fit among business competitive
new perspective from a transition strategy, human resource strategy, and
economy in Sub-Saharan Africa. reward system. Academy of Strategic
Journal of Business Research, 61, 346– Management Journal.
354.Argote, L. (2011). Organizational
learning research: Past, present, and Johnson, B., & Turner, L. (2003). Data
future. ManagementLearning, 42(4), collection strategies in mixed methods
439–446. research. In Handbook of Mixed
Methods in Social and Behavioral
Acquaah, M., & Yasai-Ardekani, M. (2008). Research.
Does the implementation of a
combination competitive strategy yield Kemendikbud. Keputusan Menteri
incremental performance benefits? A Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 31
new perspective from a transition tahun 2014 tentang Kerja Sama
economy in Sub-Saharan Africa. Penyelenggaraan dan Pengelolaan
Journal of Business Research, 61, 346– Pendidikan oleh Lembaga. , (2014).
354.
Motwani, J., & Klein, D., & Harowitz, R.
Caster, P., & Scheraga, C. A. (2011). A (1996). The Theory of Constraints in
Strategic Variance Analysis of the Services: part 1 – The Basics. Managing
Profitability of U.S. Network Air Service Quality: An International
Carriers. JTRF, 50. Journal.
Nurul Hasanah1, Thomas Honggo Secokusumo2
Evaluasi Kinerja Keuangan Satuan Pendidikan Kerjasama X Dengan Menggunakan Strategic Variance 26
Analysis
Mudde, P. A., & Sopariwala, P. R. (2008). Indonesia. South East Asia Research.
Examining Southwest Airlines’ https://doi.org/10.5367/sear.2014.0236
strategic execution - A strategic
variance analysis. Management Tashakkori, A., & Creswell, J. W. (2007).
Accounting. Editorial: Exploring the Nature of
Research Questions in Mixed Methods
Mudde, P. A., & Sopariwala, P. R. (2018). Research. Journal of Mixed Methods
Applying Strategic Variance Analysis Research.
To A Four-Year State University. https://doi.org/10.1177/155868980730
2814
Plano Clark, V. L. (2019). Meaningful
integration within mixed methods Thompson, A. A. J., Strickland, A. J. I., &
studies: Identifying why, what, when, Gamble, J. E. (2018). Crafting &
and how. Contemporary Educational Executing Strategy. In McGraw-Hill
Psychology. Education.
https://doi.org/10.1016/j.cedpsych.201
9.01.007 Yin, R. K. (2009). Case study
research :Design and methods (4th
Porter, M. E. (1985). Creating and sustaining Edition). Applied Social Research
superior performance. Competitive Methods Series.
Advantage. https://doi.org/10.1097/FCH.0b013e31
https://doi.org/10.1182/blood-2005-11- 822dda9e
4354