Cumini) Leaf Extract As Adjuvant Therapy On Liver Histopathological of Mice (Mus Musculus) Which

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Mahendra Pujiyanto. dkk.

Kemampuan Malarisidal Nanopartikel Ekstrak Daun Juwet

KEMAMPUAN MALARISIDAL NANOPARTIKEL EKSTRAK DAUN JUWET


(Syzygium cumini) SEBAGAI TERAPI AJUVAN PADA HISTOPATOLOGI
HATI MENCIT (Mus musculus) PENDERITA MALARIA

MALARICIDAL ABILITY OF JUWET (Syzygium cumini) LEAF EXTRACT


NANOPARTICLE AS ADJUVANT THERAPY ON LIVER
HISTOPATHOLOGY OF MALARIA MICE (Mus musculus)

Mahendra Pujiyanto 1), Lilik Maslachah 2), Nusdianto Triakoso 2),


Mochamad Lazuardi 2), Chairul Anwar 2), Djoko Legowo 2)
1) Mahasiswa, 2) Dosen

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga


Kampus C UNAIR, Jl. Mulyorejo-Surabaya 60115
Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015
Email: jbmvunair@gmail.com

ABSTRACT
The aimed of this study is to know malaricidal ability of nanoparticle juwet (Syzygium
cumini) leaf extract as adjuvant therapy on liver histopathological of mice (Mus musculus) which
infected by Plasmodium berghei. This research uses 30 mice which are divided into six treatment
groups namely K0 (not infected without treated), K+ (infected without treated), K1 (infected and
treated with chloroquin), K2 (infected and treated with juwet leaf extract), P1 (infected and
treated with juwet leaf extract nanoparticle) and P2 (infected and combination treated with
chloroquine and juwet leaf extract nanoparticle) which infected by 1x10 5 in 0.2 ml of Plasmodium
berghei. The data were analyzed by Kruskal Wallis using SPSS and followed with Mann-Whitney
test. This research result showed there was significant difference (p < 0.05) between K1 and P2,
but did not showed significant difference (p > 0.05) with K+, K2 and P1. Based on this research, it
could be concluded that nanoparticle juwet (Syzygium cumini) leaf extract as adjuvant therapy
estimated can increase malaricidal ability in degeneration, necrosis, portal inflammation, Kupffer
cell hyperplasia, sinusoidal congestion, and hemosiderosis in mice liver which infected by
Plasmodium berghei.

Key words: Syzygium cumini, Nanoparticle, Adjuvant therapy, Liver, Plasmodium berghei.

PENDAHULUAN mendegradasi hemoglobin (Parhizgar


and Tahghighi, 2017). Infeksi
Malaria merupakan penyakit yang
plasmodium dapat berakibat fatal
disebabkan oleh Plasmodium yang
karena dapat menyebabkan komplikasi
ditularkan oleh nyamuk Anopheles spp
malaria berat, maka dari itu perlu
(Weeratunga, et al., 2016). Hepar
diberikan terapi ajuvan untuk
merupakan target organ yang memiliki
meningkatkan efektifitas kerja obat
peranan penting dalam siklus malaria
antimalaria primer serta mengurangi
(Soulard, et al., 2015). Infeksi Plasmodium
komplikasi yang lebih berat terkait
dapat meningkatkan radikal bebas dan
penyakit malaria (Varo, et al., 2018).
aktivasi sel inflamasi yang
Salah satunya dengan pemberian daun
menghasilkan reactive oxygen species
juwet (Syzygium cumini) yang
(ROS) berlebih (Harlev, et al., 2015).
merupakan antioksidan yang baik
Hingga saat ini pengobatan penyakit
karena mengandung flavonoid, asam
malaria menggunakan obat klorokuin
fenolik, tanin dan terpenoid, selain itu
yang bekerja pada tahap siklus
kandungan tersebut memiliki aktivitas
intraeritrositik selama parasit aktif

46
Journal of Basic Medical Veterinary. Vol.9 No.1, Juni 2020. Hal. 46-53

sebagai antiplasmodial (Yasueda, et al., Alat dan Bahan


2015; Resna, 2017). Akan tetapi senyawa
Peralatan penelitian yang
bahan alam memiliki kelarutan yang
digunakan adalah kandang hewan coba
rendah dalam air serta kurangnya
beserta penutup kawat, sekat, tempat
permeabilitas menembus barrier
makan dan minum mencit, kertas
absorbsi, pengecilan ukuran partikel
undian, thermometer, spuit tuberkulin,
akan menyebabkan peningkatan luas
sonde mencit, mikro pipet, mikrotube
permukaan yang menyebabkan
1,5 ml, pipet pasteur, vacutainer, mesin
kecepatan absorbsi oleh saluran cerna
sentrifuge, Improved Neubauer Counting
meningkat sehingga bioavailabilitasnya
Chamber, mesin penggiling, blender
pun akan meningkat (Ramadon dan
kering, alat rotary evaporator bath,
Mun’im, 2016; Bilia, et al., 2014).
baskom, sendok, toples besar, magnetic
stirrer, sonikator, gelas ukur (250 ml dan
100 ml), gelas beaker (500ml dan 200ml),
MATERI DAN METIODE
penjepit kayu, alumunium foil, tabung
PENELITIAN
reaksi, almari pendingin, alat freeze
Tempat dan Waktu Penelitian dryer, neraca analitik, sudip, alat
scanning electron microscope (SEM),
Penelitian ini dilakukan di cawan penguap, mortar, stamper,
beberapa laboratorium yang berbeda. batang pengaduk, spatel, kertas
Pengeringan dan penggilingan daun perkamen, kertas label, botol obat, petri
juwet dilakukan di Laboratorium Pakan dish, sarung tangan latek, masker,
Ternak Fakultas Kedokteran Hewan papan preparasi, jarum pentul, alat
Universitas Airlangga. Pembuatan bedah minor, pot sampel, alat
ekstrak daun juwet dilakukan di mikrotom, object glass, cover glass, kotak
Laboratorium Farmakologi Fakultas sediaan histopatologi, staining jar,
Kedokteran Hewan Universitas counter, dan mikroskop.
Airlangga. Pembuatan dan pemeriksaan Penelitian ini menggunakan daun
sediaan histopatologi dilakukan di juwet (Syzygium cumini), ethanol Pro
Laboratorium Patologi Veteriner Analisis (PA) 96%, NaTTP (Natrium
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Tripolyphosphate), kitosan, larutan buffer
Airlangga. Pembuatan sediaan asetat 2% dengan pH4, es serut,
nanopartikel ekstrak daun juwet aquades, CMC-Na, klorokuin, mencit
dilakukan di Laboratorium (Mus musculus), pakan mencit berupa
Biomolekuler Fakultas Kedokteran pellet ayam, serbuk kayu, pewarna
Hewan Universitas Airlangga. asam sitrat, Phosphate Buffer Saline (PBS),
Pemeriksaan ukuran sediaan elsevier, serbuk EDTA, Plasmodium
nanopartikel dilakukan di Fakultas berghei strain ANKA dari LPT bagian
Teknik Mesin Institut Teknologi laboratorium malaria, cat giemsa, oil
Sepuluh November Surabaya. emersi, aquades steril, methanol 96%,
Pembuatan sediaan obat dilakukan di alkohol 70%, ketamin 10%, hepar yang
Laboratorium Ilmu Farmasi Veteriner terinfeksi Plasmodium berghei, formalin
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas 10%, pewarna Haematocylin Eosin (HE),
Airlangga. Pemeliharaan serta larutan FFA (formaldehyde: acetic acid:
pemberian perlakuan mencit dilakukan alcohol), larutan xylol, larutan alkohol
di Kandang Hewan Coba Universitas bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%),
Airlangga Surabaya. Penelitian ini alkohol absolut, cairan parafin, albumin,
dilakukan pada bulan Juli 2018 sampai dan gliserin.
November 2018.

47
Mahendra Pujiyanto. dkk. Kemampuan Malarisidal Nanopartikel Ekstrak Daun Juwet

Prosedur Penelitian dan dibuat sediaan histopatologi


menggunakan pewarnaan Haematoxylin
Pada penelitian ini digunakan
Eosin (HE). Perubahan histopatologi
mencit (Mus musculus) sebagai hewan
diamati menggunakan mikroskop
coba sebanyak 30 ekor yang dibagi
Olympus dengan fasilitas pendukung
menjadi 6 perlakuan yaitu K0 yang
Optilab Viewer dengan perbesaran 400×
tidak diinfeksi dan diberi pelarut obat,
(lensa objektif 40× dan lensa okuler 10×).
K+ yang diinfeksi dan diberi pelarut
Pemeriksaan histopatologi hepar
obat, K1 yang diinfeksi dan diterapi
dengan cara melihat preparat di bawah
ekstrak daun juwet, P1 yang diinfeksi
mikroskop perbesaran 400×, preparat
dan diterapi nanopartikel ekstrak daun
difoto pada daerah vena porta dan vena
juwet, P2 yang diinfeksi dan diterapi
sentralis, zona dua, dan area segitiga
klorokuin serta nanopartikel ekstrak
Kiernan’s (portal area). Selanjutnya
daun juwet. Terapi dilakukan selama
dilakukan skoring degenerasi dan
empat hari, 24 jam pasca infeksi. Pada
nekrosis sel hepar pada daerah vena
hari ke-15 pasca infeksi, mencit
sentralis dan vena porta. Skoring
dieutanasi dan organ hepar dikoleksi
hiperplasia sel Kupffer, kongesti
untuk dibuat preparat histopatologi.
sinusoid, serta hemosiderosis pada zona
dua, dan skoring inflamasi portal pada
HASIL PENELITIAN
area segitiga Kiernan’s (area portal).
Pengamatan histopatologi hepar Hasil penelitian menunjukkan
mencit berupa degenerasi dan nekrosis bahwa terdapat perbedaan yang nyata
sel hepar, inflamasi portal, hiperplasia (p<0,05) antara perlakuan K1 dan P2,
sel Kupffer, kongesti sinusoid, serta akan tetapi tidak menunjukkan
hemosiderosis dengan cara skoring. perbedaan yang nyata (p>0,05) pada
Skoring histopatologi hepar dengan cara perlakuan K+, K2, dan P1.
mengamati lesi yang terdapat dalam Berdasarkan analisis statistik non-
satu lapang pandang dan dilakukan parametrik Kruskal Wallis, derajat
pengulangan pada lima lapang pandang kerusakan hepar menunjukkan ada
berbeda dalam satu sediaan perbedaan nyata sehingga pengujian
histopatologi. Sediaan histopatologi dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
didapatkan dari organ hepar mencit Hasil uji Mann-Whitney derajat
yang diinfeksi dengan Plasmodium kerusakan hepar tercantum pada tabel
berghei beserta perlakuan tiap kelompok 4.1
….

Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata Derajat Kerusakan Hepar Mencit

Perlakuan Rerata ± Simpangan Baku


K0 0,12a ± 0,014
K+ 2,43d ± 0,248
K1 0,36b ± 0,086
K2 2,08d ± 0,184
P1 2,33d ± 0,236
P2 0,62c ± 0,089

48
Journal of Basic Medical Veterinary. Vol.9 No.1, Juni 2020. Hal. 46-53

PEMBAHASAN (Ramya, et al., 2012). Disamping itu pada


mencit yang diterapi menggunakan
Hepar mencit yang diterapi
klorokuin tidak banyak terdapat
kombinasi menggunakan klorokuin dan
gambaran degenerasi dan nekrosis. Hal
ekstrak daun juwet lebih banyak
tersebut diduga karena pada pemberian
mengalami degenerasi dan nekrosis
klorokuin terjadi kematian parasit yang
dibandingkan dengan mencit yang
berakibat pada penurunan jumlah
hanya diterapi menggunakan klorokuin.
parasit yang menginfeksi eritrosit
Hal tersebut diduga pada pemberian
sehingga jumlah eritrosit yang
terapi kombinasi, kerja organ hepar
mengandung hemoglobin untuk suplai
diperberat dengan pemberian
oksigen pada sel-sel hepar masih
nanopartikel ekstrak daun juwet.
mencukupi.
Selama infeksi berlangsung, hepar selain
Penelitian ini pun juga
melakukan pertahanan melawan parasit
menunjukkan bahwa mencit yang
juga diperberat dengan metabolisme
diterapi menggunakan nanopartikel
bahan aktif serta proses detoksifikasi
ekstrak daun juwet juga mengalami
yang terjadi pada organ hepar (Louei
degenerasi dan nekrosis lebih parah
and Salati, 2012). Kandungan bahan
dibandingkan dengan mencit yang
aktif dalam nanopartikel ekstrak kasar
diterapi menggunakan ekstrak daun
daun juwet, yakni ß-sitosterol, betulinic
juwet. Hal tersebut kemungkinan
acid, flavonol glikosida, asam flavonol
dikarenakan ukuran partikel ekstrak
glikosida, triterpenoid dan tanin,
daun juwet dalam ukuran nano dapat
eicosane, octacosane, octadecane, serta
meningkatkan kelarutan serta absorbsi
pada daun juga kaya akan minyak
obat dalam saluran cerna, sehingga
esensial berupa pinocarveol, a-
bahan aktif yang sampai pada hepar
terpeneol, myrtenol, eucarvone,
untuk dibentuk menjadi metabolit
muurolol, a-myrtenal, cineole, geranyl
aktifnya lebih banyak (Bilia, et al., 2014).
acetone, a-cadinol dan pinocarvone

49
Mahendra Pujiyanto. dkk. Kemampuan Malarisidal Nanopartikel Ekstrak Daun Juwet

Zat yang memasuki tubuh melalui eritrosit. Imunitas pada stadium


rute oral akan masuk sistem saluran eksoeritrositer intrahepatik terutama
pencernaan. Sistem pencernaan terdiri dilakukan oleh limfosit T sitotoksik CD8
dari berbagai bagian seperti rongga yang merusak hepatosit yang terinfeksi
mulut, kerongkongan, lambung, usus parasit baik secara langsung maupun
kecil, dan usus besar. Zat di sana secara tidak langsung melalui perantara
dipecah menjadi molekul-molekul kecil sitokin-sitokin (Hidayati dan Akrom,
yang dapat diabsorbsi melalui epitel 2003). Pada pewarnaan HE keduanya
dan memasuki sirkulasi sistemik tampak dengan inti berbentuk oval atau
(Tortora and Grabowski, 2003). Setelah bulat hampir memenuhi sel serta
pemberian oral, zat harus melewati sel- sitoplasma tampak sedikit (Arimbi,
sel epitel saluran cerna dan mencapai dkk., 2015).
sirkulasi sistemik untuk memberikan Pada mencit yang terinfeksi
efek farmakologis. Pemberian obat Plasmodium dan diterapi kombinasi
melalui oral merupakan cara pemberian menggunakan klorokuin serta
obat yang paling mudah, karena obat nanopartikel ekstrak daun juwet
melalui saluran yang sudah ada dan terdapat penurunan infiltrasi sel radang
tidak merusak jaringan. Pemberian pada hepar. Hal tersebut menunjukkan
ekstrak daun juwet dalam ukuran nano bahwa selain daun juwet memiliki
mengakibatkan peningkatan luas aktivitas antiplasmodial juga memiliki
permukaan. Hal tersebut aktivitas sebagai antiinflamasi.
mengakibatkan peningkatan kontak Minimalnya infiltrasi sel radang pada
dengan permukaan epitel yang akan mencit yang diterapi kombinasi
menyebabkan absorbsi partikel lebih menyebabkan reactive oxygen species
banyak (Pridge, et al., 2015). Tampak (ROS) yang dihasilkan minimal pula,
dari sediaan histopatologi sel hepar sehingga minimalnya peningkatan ROS
yang diterapi ekstrak daun juwet dalam tidak mengacu pada keadaan stress
ukuran nanopartikel lebih banyak yang oksidatif (Schieber and Chandel, 2015).
mengalami degenerasi dan nekrosis, Inflamasi portal yang minimal pada
dimana setiap perubahan ukuran dan mencit yang diterapi kombinasi
bentuk nukleus hepatosit dianggap menggunakan klorokuin dan
sebagai tanda peningkatan aktivitas nanopartikel ekstrak daun juwet
metabolisme (Rahmawati dan menunjukkan bahwa pemberian
Sriwidodo, 2016; Patel and Bahadur, nanopartikel ekstrak daun juwet
2011). (Syzygium cumini) sebagai terapi ajuvan
Sel radang merupakan salah satu obat klorokuin mampu mengurangi
sistem pertahanan dan perlawanan komplikasi yang lebih berat terkait
tubuh terhadap segala sesuatu yang penyakit malaria (Varo, et al., 2018).
bersifat menyerang tubuh serta sebagai Pada mencit yang terinfeksi
respon terhadap cedera (Yang, et al., Plasmodium dan diterapi kombinasi
2014). Infiltrasi sel radang pada area menggunakan klorokuin serta
portal sebagian besar terdiri dari nanopartikel ekstrak daun juwet
limfosit dan sel plasma seperti hasil terdapat akumulasi pigmen
penelitian yang telah dilakukan oleh hemosiderin yang minimal. Hal tersebut
Viriyavejakul, et al. (2014). Limfosit diduga akibat dari mekanisme kerja
terdiri dari dua macam yaitu sel T dan obat klorokuin membentuk kompleks
sel B. Limfosit T dengan mengaktivasi dengan ferryprotoporphyrin (FP-IX)
sel fagosit dibantu oleh berbagai sitokin sehingga sangat toksik bagi parasit dan
yang dihasilkan oleh ThI berperan tidak dapat bergabung membentuk
untuk mengeliminir parasit intraseluler, pigmen hemozoin. Toksin kompleks
baik dalam hepatosit maupun dalam obat FP-IX meracuni vakuola

50
Journal of Basic Medical Veterinary. Vol.9 No.1, Juni 2020. Hal. 46-53

menghambat ambilan (intake) makanan dalam ekstrak kasar daun juwet


sehingga parasit mati kelaparan. (Syzygium cumini), sehingga efektifitas
Kompleks klorokuin juga mengganggu antioksidan yang terkandung dalam
permeabilitas membran parasit dan daun juwet sebagai terapi ajuvan obat
pompa proton membran. Klorokuin klorokuin lebih maksimal dan tidak
juga bersifat basa lemah sehingga, terlalu memperberat kerja organ hepar.
masuknya klorokuin ke dalam vakuola
makanan yang bersifat asam akan KESIMPULAN
meningkatkan pH organel tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah
Perubahan pH akan menghambat
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
aktivitas aspartase dan cysteinase protease
pemberian nanopartikel ekstrak daun
yang terdapat di dalam vakuola
juwet (Syzygium cumini) diperkirakan
makanan sehingga metabolisme parasit
dapat meningkatkan kemampuan
terganggu. Disamping itu mekanisme
malarisidal saat fase eritrositik sebagai
kerja obat klorokuin didukung oleh
terapi ajuvan pada gambaran
antioksidan dari nanopartikel ekstrak
degenerasi, nekrosis, inflamasi portal,
daun juwet yang berperan dalam
hiperplasia sel Kupffer, kongesti
melawan efek radikal bebas dengan cara
sinusoid serta hemosiderosis pada hepar
menghambat peroksidasi lemak
mencit (Mus musculus) yang diinfeksi
sehingga dinding sel eritrosit menjadi
Plasmodium berghei.
lebih kuat dan tidak mudah ruptur
(Tjahjani dan Khiong, 2010). Hal
DAFTAR PUSTAKA
tersebut menyebabkan perkembangan
dari parasit dapat dihambat sehingga Arimbi, A. Azmijah, R. Darsono, H.
sedikit pula hemoglobin yang Plumeriastuti, T.V. Widiyatno,
terdegradasi hingga menyebabkan dan D. Legowo. 2015. Buku Ajar
hemosiderosis. Patologi Umum Veteriner. Edisi 2.
Hemosiderin ialah pigmen Fe, Airlangga University Press:
dalam makrofag berbagai jaringan Surabaya. Hal. 9-51.
berupa butiran/ granular, berasal dari
destruksi eritrosit sedangkan Bilia, A.L., B. Isacchi, C. Righeschi, C.
hemosiderosis ialah timbunan bahan Guccione, M.C. Bergonzi. 2014.
pigmen yang mengandung besi Flavonoids loaded in nanocarriers:
(hemosiderin) dalam tubuh secara an opportunity to increase oral
berlebihan tetapi belum sampai bioavailability and bioefficacy. J.
mengakibatkan gangguan fungsi. Pada Food and Nutrition Sciences. 5:
pewarnaan HE timbunan hemosiderin 1212-1227.
tampak berwarna kecoklatan yang
terdapat dalam hepatosit dan sel Harlev, A., A. Ashok, O.G. Sezgin, S.
Kupffer. Apabila terdapat sejumlah Amit, and S.P. Stefan. 2015.
hemosiderin pada beberapa jaringan Smoking and Male Infertility: An
dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa Evidence-Based Review. World J.
ditempat tersebut telah terjadi Mens Health. 33(3): 143-160.
perdarahan hebat (Arimbi, dkk., 2015).
Berdasarkan hasil penelitian ini
maka disarankan untuk dilakukan
pemurnian bahan aktif yang terkandung

51
Mahendra Pujiyanto. dkk. Kemampuan Malarisidal Nanopartikel Ekstrak Daun Juwet

Hidayati, T. dan Akrom. 2003. Respon Resna, T.P. 2017. Pengaruh Pemberian
Imun pada Infeksi Malaria. Ekstrak Daun Duwet (Syzygium
Mutiara Medika. 3(2): 91-101. cumini) Terhadap Aktivitas Enzim
Katalase Pada Tikus
Louei M.A. and A.P. Salati. 2012. The Hiperglikemia Yang Telah
effect of Carthamus tinctorius L. on Diinduksi Aloksan [SKRIPSI].
placental histomorphology and Fakultas Kedokteran Universitas
survival of the neonates in mice. Andalas Padang. Hal. vii.
Avicenna J. Med Phytomed. 2(3):
146-152. Schieber, M. and N.S. Chandel. 2015.
ROS Function in Redox Signaling
Parhizgar, A.R. and A. Tahghighi. 2017. and Oxidative Stress. J. National
Introducing new antimalarial institute of Health. 24(10): 1-25.
analouges of chloroquine and
amodiaquine: a narrative review. Soulard, V., H.B. Vanga, A. Lorthiois, C.
Iran J. Med. Sci. 42(2): 115-128. Roucher, J.F. Franetich, G. Zanghi,
M. Bordessoulles, M. Tefit, M.
Pridge, E.M., F. Alexis, and O.C. Thellier, S. Morrosan, G.L. Naour,
Farokhzad. 2015. F. Capron, H. Suemizu, G.
Polymericnanoparticle drug Snounou, A.M. Sabater, and D.
delivery technologies for oral Mazier. 2015. Plasmodium
delivery applications. Exp. Opin. falciparum full life cycle and
Drug Deliv. 12(9): 1459-1473. Plasmodium ovale liver stages in
humanized mice. Nature
Rahmawati, R.P. dan Sriwidodo. 2016. Communications. 6(7690): 1-9.
Mekanisme Pembentukan
Nanopartikel Kitosan. Jurnal Tjahjani, S. dan K. Khiong. 2010. Potensi
Farmaka. 14(2): 356-374. Buah Merah (Pandanus conoideus
Lam.) Sebagai Antioksidan Dalam
Ramadon, D. dan A. Mun’im. 2016. Mengatasi MlariaPada Mencit
Pemanfaatan Nanoteknologi Strain BALB/C. J. of The
dalam Sistem Penghantaran Obat Indonesian Medical Association.
Baru untuk Produk Bahan Alam. 60(12): 571-575.
Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 14(2): 118-127. Tortora G.J. and S.R. Grabowski. 2003.
Principles of anatomy and
Ramya, S., K. Neethirajan, and R. physiology. Twelvth ed. Wiley,
Jayakumararaj. 2012. Profile of New York.
bioactive compounds in Syzygium
cumini- a review. J. of Pharmacy
Research. 5(8): 4548-4553.

52
Journal of Basic Medical Veterinary. Vol.9 No.1, Juni 2020. Hal. 46-53

Varo, R., V.M. Crowley, A. Sitoe, L. Yang, B., Z. Weiying, H. Zhenzhen, L.


Madrid, L. Serghides, K.C. Kain, Fangming, Z. Ling, Y Shulong, K.
and Q. Bassat. 2018. Adjunctive Haibin, W. Lei, W. Jie, W. Jinglei,
Therap for Severe Malaria: A Z. Ting, and Z. Dalei. 2014.
Review and Critical Apprasial. Involvement of oxidative stress
Malaria J. 17(47): 1-18. and inflammation in liver injury
caused by perfluorooctanoic acid
Viriyavejakul, P., V. Khachonsaksumet, exposure in Mice. BioMed
and C. Punsawad. 2014. Liver Research International. p.1-7.
Changes in Severe Plasmodium
Falciparum Malaria: Yasueda, A., H. Urushima, and T. Ito.
Histopathology, Apoptosis and 2015. Efficacy and interaction of
Nuclear Factor Kappa B antioxidant supplements as
Expression. Malaria J. 13(106): 1-9. adjuvant therapy in cancer
treatment: a systematic review.
Weeratunga, P., G. Rhatanayake, A. Integrative Cancer Therapies. p. 1-
Sivashangar, P. Karunanayake, A. 23.
Gnanathasan, and T. Chang. 2016.
Plasmodium falciparum and
Mycoplasma pneumoniae Co-
Infection Presenting with Cerebral
Malaria Manifesting Orofacial
Dyskinesia and Haemophagocytic
Lymphohistiocytosis. Malaria J.
15(461): 1-3.

53

You might also like