Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015

Hal. 13-35

Pengaruh Pemupukan Organik Takakura dengan Penambahan EM4


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.)

Zuhrufah, Munifatul Izzati1, Sri Haryanti2


Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro
Semarang 50275 Telepon (024)7474754; Fax. (024)76480690
email: zuhrufah7@gmail.com

ABSTRACT

Takakura is the research result of scientist Mr. Koji Takakura from Japan. Takakura
composting is one of many composting methods not only household composting scale, but also
regional scale. This method does not require large tracts of land and its capacity matches with the
volume of domestic waste that is disposed by households daily. Household organic waste can be
managed easily with this composting method, odorless, does not take a lot of time in the
processing and the results are directly utilized. The aim of this research was to know the effect of
anorganic (NPK) fertilization and takakura organic fertilization with EM4 addition on growth and
production of mung bean. The research was done at Jerukgulung Village, Dempet Area, Demak
Regency and Laboratory of Biology and Structure and Function of Plant Faculty of Science and
Mathematics Diponegoro University. The design that was used for this research was completely
randomized design with single factor, it was the kinds of fertilizer that were used. The data was
then analyzed using Analisis of Variance (ANOVA) then continued with Duncan Multiple Test
(DMRT) at significant rate 95% to find the real difference. The parameters used were the plant
height, number of leaves, number of flower, number of fruit, number of seed, plant fresh weight,
fruit fresh weight, seed fresh weight, plant dry weight, fruit dry weight and seed dry weight. The
result shows that takakura organic fertilization with EM4 addition influences the plant height,
number of leaves, number of flower, number of fruit, plant fresh weight, fruit fresh weight, seed
fresh weight and plant dry weight, but doesn’t has any influence to number of seed, fruit dry
weight and seed dry weight.

Keywords: takakura, anorganic, mung bean (Phaseolus radiatus L.), growth, production.

ABSTRAK

Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr. Koji Takakura dari Jepang.
Pengomposan takakura merupakan salah satu metode pengomposan baik skala rumah tangga
maupun skala kawasan. Metode ini tidak memerlukan lahan yang luas dan kapasitasnya cocok
dengan volume sampah domestik yang dibuang oleh rumah tangga sehari-harinya. Sampah
organik rumah tangga dapat dikelola secara mudah dengan metode pengomposan ini, tidak
menimbulkan bau, tidak menyita banyak waktu dalam pemrosesannya dan hasilnya langsung
dimanfaatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan anorganik
(NPK) dan pemupukan organik takakura dengan penambahan EM4 terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jerukgulung Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak dan Laboratorium Biologi dan Struktur Fungsi Tumbuhan FSM
UNDIP. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal, yaitu
faktor jenis pupuk yang digunakan. Analisis data yang digunakan Analisis of Variance (ANOVA)
yang dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
signifikasi 95%. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah
polong, jumlah biji, berat basah tanaman, berat basah polong, berat basah biji, berat kering
tanaman, berat kering polong dan berat kering biji. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan
pemupukan organik takakura dengan penambahan EM4 memiliki pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah, berat basah tanaman, berat basah buah, berat
basah biji dan berat kering tanaman, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji, berat
kering buah dan berat kering biji tanaman kacang hijau.

Kata kunci: takakura, anorganik, kacang hijau (Phaseolus radiatus L.), pertumbuhan, produksi
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

PENDAHULUAN menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan


Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) pemupukan untuk menyediakan unsur hara di
di Indonesia menempati urutan ke tiga dalam tanah tidak tercapai. Hal tersebut dapat
terpenting sebagai tanaman pangan legum, menyebabkan produksi pertanian menurun,
setelah kedelai dan kacang tanah. Saat ini sehingga merugikan Petani. Sebaliknya,
terbatasnya lahan pertanian membuat Petani aplikasi pupuk organik sangat disarankan
lebih memilih tanaman pangan yang lainnya. karena pupuk organik memiliki banyak
Setiap 100 gram biji kacang hijau keunggulan dibanding pupuk kimia,
mengandung 345 kal kalori, 22 gram protein, diantaranya adalah lebih ramah lingkungan,
1,2 g lemak, 62,9 g karbohidrat, 125 mg mampu menjaga keseimbangan lahan,
kalsium, 320 mg fosfor, 6,7 mg besi, 157 SI meningkatkan produktivitas lahan serta
vitamin A, 0,64 mg vitamin B 1, 6 mg mengurangi dampak lingkungan tanah.
vitamin C dan 10 g air (Evita, 2007). Manfaat Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi
kacang hijau antara lain adalah dapat bahan-bahan organik oleh mikroba dimana
melancarkan buang air besar dan menambah hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara
semangat hidup. Selain itu juga dapat yang dibutuhkan tanaman untuk
digunakan untuk pengobatan hepatitis, pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala Pupuk organik sangat penting sebagai
pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi
kencing kurang lancar, kurang darah, jantung tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi
mengipas, dan kepala pusing (Achyad dan pupuk dan produktivitas lahan.
Rasyidah, 2006). Limbah rumah tangga dan
Setiap tanaman termasuk tanaman pengelolaannya kini menjadi masalah yang
kacang hijau memerlukan paling tidak 16 sangat serius di Indonesia. Hampir di seluruh
unsur hara untuk pertumbuhan secara normal. TPA kini sudah tidak mampu lagi
Untuk memenuhi 16 unsur tersebut, tiga menampung banyaknya jumlah limbah
unsur (C,O,H) diperoleh dari udara, dan 13 rumah tangga yang semakin menumpuk dari
unsur lainnya diperoleh dari tanah (N, P, K, hari ke hari. Kurangnya kesadaran
Ca, Mg, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo). masyarakat yang lebih suka membuang
Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan limbah sembarangan menyebabkan
tanaman tetapi jumlah atau ketersediaanya pencemaran lingkungan yang susah untuk
sering kurang atau tidak mencukupi di dalam diatasi seperti bau yang tidak sedap,
tanah ialah N, P, dan K. Oleh karena itu penyebab berbagai macam penyakit dan
ketiga unsur ini ditambahkan dalam bentuk merusak pemandangan lingkungan.
pupuk (Soepardi, 1983). Ditambah lagi minimnya kesadaran aparat
Aplikasi pupuk kimia secara terus- pemerintah untuk menindak lanjuti problem
menerus dengan dosis yang meningkat setiap limbah rumah tangga yang masih belum
tahunnya dapat menyebabkan tanah menjadi terselesaikan. Maka dari itu, perlu dilakukan
keras dan keseimbangan unsur hara tanah pengelolaan limbah rumah tangga yang tepat
terganggu (Pranata, 2010). Sifat biologis untuk mengatasi hal tersebut. Pengolahan
tanah akan menurun serta aktivitas jasad limbah rumah tangga bertujuan untuk
renik dalam tanah terganggu sehingga proses mereduksi volume limbah rumah tangga.
penguraian bahan organik tanah terhambat Salah satu cara pengolahan limbah rumah
dan tingkat kesuburan tanah berkurang tangga khususnya limbah organik adalah
(Cahyono, 2003). Menurut Sutanto (2006) pengomposan metode takakura dengan
pemakaian pupuk kimia yang terus menerus penambahan EM4 untuk mempercepat proses
menyebabkan ekosistem biologi tanah pengomposan. Pengomposan ini tidak terlalu
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

sulit serta tidak menghabiskan banyak waktu dalam keranjang, selanjutnya diaduk
dan tempat. Hasil dari pengomposan ini kembali bersama media kompos jadi
berupa produk kompos yang diharapkan (aktivator). Langkah selanjutnya bantal
memiliki kualitas baik bagi pertumbuhan dan sekam diletakkan kembali di atas kompos
produksi tanaman kacang hijau. dan ditutup menggunakan kain berwarna
hitam yang serat atau berpori besar.
METODE PENELITIAN Kemudian bagian keranjang paling atas
Tempat dan Waktu ditutup menggunakan tutup keranjang
Penelitian dilakukan di desa Jerukgulung kec. yang berlubang sebagai pemberat.
Dempet kab. Demak Jawa Tengah. Waktu Pengontrolan kompos dilakukan
penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2014 seminggu sekali dengan cara mengontrol
sampai bulan Januari 2015. kadar air, warna, susut volume dan bau
Bahan dan Alat kompos. Panen kompos dilakukan setelah
Bahan 3 minggu proses pengomposan dengan
Benih kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) cara kompos diambil kemudian diayak
yang berasal dari Petani kacang hijau, pupuk dan diangin-anginkan untuk dapat
anorganik (NPK), limbah organik rumah dijadikan sebagai pupuk organik. Setelah
tangga, aktivator (pupuk organik jadi), EM4, pupuk jadi, dilakukan analisis rasio C/N
gula pasir, sekam padi, air, dan tanah. di Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan
Alat Matematika UNDIP Semarang.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
keranjang takakura, kardus, sendok pengaduk b. Pembuatan Pupuk Organik Takakura
(skop), kain hitam, polibag, karung tanpa Penambahan EM4
berlubang, ember, jaring penutup, label, alat Keranjang takakura disiapkan
tulis, kamera, timbangan digital ohaus, oven terlebih dahulu. Kemudian di sekeliling
dan kertas koran. keranjang bagian dalam dilapisi kardus.
Bantal sekam diletakkan di dasar
Cara Kerja keranjang. Media kompos jadi (aktivator)
Penelitian diisikan 1/2 bagian keranjang. Kemudian
a. Pembuatan Pupuk Organik Takakura limbah organik rumah tangga berupa sisa
dengan Penambahan EM4 sayur-sayuran dan buah-buahan seperti
Keranjang takakura disiapkan kangkung, bayam, labu, kulit buah pisang,
terlebih dahulu. Kemudian di sekeliling daun pepaya dan gedebog pisang dipotong
keranjang bagian dalam dilapisi kardus. dengan ukuran 2 cm x 2 cm kemudian
Bantal sekam diletakkan di dasar dimasukkan ke dalam keranjang dan
keranjang. Media kompos jadi (aktivator) diaduk bersama media kompos jadi
diisikan 1/2 bagian keranjang. Kemudian (aktivator). Selanjutnya bantal sekam
limbah organik rumah tangga berupa sisa diletakkan kembali di atas kompos dan
sayur-sayuran dan buah-buahan seperti ditutup menggunakan kain berwarna
kangkung, bayam, labu, kulit buah pisang, hitam yang serat atau berpori besar.
daun pepaya dan gedebog pisang dipotong Kemudian bagian keranjang paling atas
dengan ukuran 2 cm x 2 cm kemudian ditutup menggunakan tutup keranjang
dimasukkan ke dalam ember dan yang berlubang sebagai pemberat.
ditambahkan 15 ml EM4 (Effective Pengontrolan kompos dilakukan
Microorganisme 4), 15 g gula pasir serta seminggu sekali dengan cara mengontrol
150 ml air. Kemudian adonan tersebut kadar air, warna, susut volume dan bau
diaduk hingga rata dan dimasukkan ke kompos. Panen kompos dilakukan setelah
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

3 minggu proses pengomposan dengan dengan penambahan EM4 dengan dosis


cara kompos diambil kemudian diayak 200 gram pada setiap polibag dan pupuk
dan diangin-anginkan untuk dapat anorganik NPK dengan dosis 5 gram pada
dijadikan sebagai pupuk organik. Setelah setiap polibag. Pemupukan dilakukan
pupuk jadi, dilakukan analisis rasio C/N sebanyak 4 kali dimulai setelah tanaman
di Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan berumur seminggu sampai tanaman
Matematika UNDIP Semarang. berumur 4 minggu. Sedangkan untuk
c. Penanaman Benih Kacang Hijau perlakuan kontrol tidak dilakukan
Polibag ukuran 25 cm x 25 cm pemupukan sama sekali.
sebanyak 12 buah disiapkan terlebih
dahulu. Kemudian setiap polibag diisi f. Perlakuan Penanaman Benih Kacang
dengan tanah. Polibag-polibag tersebut Hijau
disiram menggunakan air dan siap untuk Penelitian ini menggunakan 3
dilakukan penanaman benih kacang hijau. perlakuan dengan 4 kali ulangan. Setiap
Penanaman dilakukan dengan cara perlakuan terdiri dari 4 polibag. Perlakuan
membuat lubang pada tanah dalam yang diberikan adalah :
polibag kemudian benih dimasukkan Kontrol (P0) : Tanpa pemberian pupuk.
dalam lubang tersebut. Masing-masing Perlakuan 1 (P1) : Pemberian pupuk
polibag ditanami 3 benih kacang hijau. organik takakura
Setelah itu dilakukan labelling pada dengan penambahan
masing-masing polibag. Setelah kacang EM4.
hijau berkecambah, dilakukan pencabutan Perlakuan 2 (P2) : Pemberian pupuk
dua tanaman pada setiap polibag dan anorganik (NPK).
disisakan satu tanaman yang tinggi dan
jumlah daunnya seragam. g. Parameter Fisik Pupuk
Pengamatan parameter fisik
d. Pemeliharaan meliputi bau, warna, tekstur dan susut
Penyiraman dilakukan volume pupuk. Pengukuran bau, warna
menggunakan air sebanyak 50 mL per dan tekstur pupuk dilakukan secara
tanaman sebanyak 2 kali dalam seminggu kualitatif sedangkan susut volume pupuk
yang bertujuan supaya tanaman diukur menggunakan penggaris.
mendapatkan suplai air yang akan Pengamatan parameter fisik dilakukan
digunakan untuk proses fotosintesis seminggu sekali selama 3 minggu atau
sehingga pertumbuhannya tidak sampai pupuk matang.
terhambat.
h. Parameter Pertumbuhan
e. Pemupukan 1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang
No Perlakuan Perlakuan g/tanaman Hijau
1
Kontrol
Tanpa pupuk
0 Pengukuran tinggi tanaman
(P0) g/tanaman
kacang hijau dilakukan setiap
Pupuk organik
Perlakuan 200 seminggu sekali. Tanaman diukur satu
2 takakura dengan
1 (P1) g/tanaman
EM4 persatu menggunakan penggaris
Perlakuan Pupuk anorganik 5
3
2 (P2) (NPK) g/tanaman
kemudian hasilnya dicatat pada buku.
Pencatatan disertai dengan tanggal
Pemupukan dilakukan setiap satu agar lebih mudah dalam mengetahui
minggu sekali sesuai perlakuan yaitu pertumbuhannya.
menggunakan pupuk organik takakura
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

2. Penghitungan Jumlah Daun Tanaman setelah penelitian diakhiri pada umur


Kacang Hijau tanaman 8 minggu setelah tanam.
Penghitungan jumlah daun
dilakukan setiap seminggu sekali 8. Penimbangan Berat Basah Biji Kacang
dengan cara menghitung jumlah daun Hijau
tanaman kacang hijau pada masing- Penimbangan berat basah biji
masing polibag. dilakukan menggunakan timbangan
3. Penghitungan Jumlah Bunga Tanaman digital ohaus. Penimbangan berat
Kacang Hijau basah biji dilakukan ketika biji masih
Penghitungan jumlah bunga dalam kondisi segar saat setelah
dilakukan setiap seminggu sekali penelitian diakhiri pada umur tanaman
setelah bunga tumbuh dengan cara 8 minggu setelah tanam.
menghitung jumlah bunga tanaman 9. Penimbangan Berat Kering Tanaman
kacang hijau pada masing-masing Kacang Hijau
polibag. Penimbangan berat kering
4. Penghitungan Jumlah Polong Tanaman tanaman dilakukan dengan cara
Kacang Hijau tanaman kacang hijau dikeringkan atau
Penghitungan jumlah polong dioven dengan suhu 600 C terlebih
dilakukan setiap seminggu sekali dahulu sampai berat kering tanaman
setelah polong tumbuh dengan cara benar-benar dalam keadaan konstan,
menghitung jumlah polong tanaman kemudian tanaman ditimbang
kacang hijau pada masing-masing menggunakan timbangan digital ohaus.
polibag. 10. Penimbangan Berat Kering Polong
5. Penghitungan Jumlah Biji Tanaman Kacang Hijau
Kacang Hijau Penimbangan berat kering
Penghitungan jumlah biji polong dilakukan dengan cara polong
dilakukan pada akhir penelitian yaitu kacang hijau dikeringkan atau dioven
setelah tanaman berusia 8 minggu dengan suhu 600 C terlebih dahulu
dengan cara menghitung jumlah biji sampai berat kering polong benar-
tanaman kacang hijau pada masing- benar dalam keadaan konstan,
masing polibag. kemudian polong ditimbang
6. Penimbangan Berat Basah Tanaman menggunakan timbangan digital ohaus.
Kacang Hijau 11. Penimbangan Berat Kering Biji
Penimbangan berat basah Kacang Hijau
tanaman dilakukan menggunakan Penimbangan berat kering biji
timbangan digital ohaus. Penimbangan dilakukan dengan cara biji kacang
berat basah tanaman dilakukan ketika hijau dikeringkan atau dioven dengan
tanaman masih dalam kondisi segar suhu 600 C terlebih dahulu sampai
saat setelah penelitian diakhiri pada berat kering biji benar-benar dalam
umur tanaman 8 minggu setelah tanam. keadaan konstan, kemudian biji
7. Penimbangan Berat Basah Polong ditimbang menggunakan timbangan
Kacang Hijau digital ohaus.
Penimbangan berat basah i. Dokumentasi
polong dilakukan menggunakan Dokumentasi dilakukan setiap
timbangan digital ohaus. Penimbangan seminggu sekali setelah pengukuran tinggi
berat basah polong dilakukan ketika dan perhitungan jumlah daun tanaman
polong masih dalam kondisi segar saat kacang hijau pada setiap polibag. Tujuan
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

dokumentasi adalah untuk mengetahui adanya perbedaan warna pupuk. Hasil pupuk
pertumbuhan tanaman kacang hijau tersebut. organik takakura yang proses pembuatannya
ditambah dengan EM4 berwarna sangat
Rancangan Penelitian hitam menyerupai tanah, sedangkan pupuk
Penelitian ini dilaksanakan organik takakura yang dibuat tanpa
menggunakan Rancangan Acak Lengkap penambahan EM4 berwarna lebih coklat
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali (Gambar 4.1).
ulangan.

Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan Analisis Varians (ANOVA), apabila
menunjukkan hasil yang signifikan maka
dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple
Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji


kualitas fisik pupuk organik takakura yang
dibuat dengan penambahan EM4 dan tanpa
penambahan EM4, mengkaji pengaruh
pemberian pupuk anorganik dan organik
takakura dengan penambahan EM4 terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
hijau serta mengkaji tentang perbedaan Gambar 4.1 Perbedaan warna pupuk
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang organik takakura dengan
hijau yang diberi pupuk anorganik dan penambahan EM4 dan tanpa
organik takakura dengan penambahan EM4. penambahan EM4
Parameter yang diamati adalah kualitas
pupuk organik takakura yang dihasilkan dan Menurut Fauziah (2015), warna
parameter-parameter pertumbuhan tanaman kompos yang sudah matang adalah coklat
kacang hijau yang diberi perlakuan pupuk kehitam-hitaman. Apabila kompos masih
anorganik dan organik takakura yang berwarna hijau atau warnanya mirip dengan
dihasilkan. bahan mentahnya, berarti kompos tersebut
belum matang. Selama proses pengomposan,
4.1 Kualitas Pupuk Organik yang Dihasilkan. pada permukaan kompos seringkali juga
Kualitas pupuk organik takakura terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
yang dihasilkan dapat dinilai dengan Nyoman (2010) juga menyatakan bahwa
melakukan pengamatan terhadap warna mutu kompos yang baik antara lain berwana
pupuk, tekstur pupuk, rasio C/N pupuk, bau coklat tua hingga hitam mirip dengan warna
pupuk dan susut volume pupuk. tanah, tidak larut dalam air, berefek baik jika
a. Warna Pupuk diaplikasikan dan tidak berbau. Menurut
Pengamatan terhadap kualitas pupuk Yuwono (2006), pupuk organik yang baik
organik takakura dengan penambahan EM4 dan telah siap untuk dipakai adalah yang
dan tanpa penambahan EM4 yang sudah bentuk fisiknya telah menyerupai tanah atau
diproses selama 3 minggu menunjukkan berwarna hitam.
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

tanaman. Semakin mudah akar tanaman


b. Tekstur Pupuk menembus tanah, semakin banyak pula unsur
Pengamatan terhadap kualitas pupuk hara yang diserap oleh tanaman, sehingga
organik takakura dengan penambahan EM4 pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
dan tanpa penambahan EM4 yang sudah akan semakin cepat dan akan memberikan
diproses selama 3 minggu menunjukkan hasil yang tinggi.
adanya perbedaan tekstur pupuk. Hasil pupuk Pupuk organik takakura yang diberi
organik takakura yang proses pembuatannya tambahan EM4 memiliki lebih banyak
ditambah dengan EM4 memiliki tekstur keunggulan dibandingkan dengan pupuk
remah, gembur serta halus, sedangkan pupuk organik takakura tanpa tambahan EM4.
organik takakura yang dibuat tanpa Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain
penambahan EM4 memiliki tekstur remah, cepat masa fermentasinya , irit biaya dan
gembur namun lebih kasar (Gambar 4.1). kompos yang dihasilkan memiliki karakter
Tekstur dapat dijadikan salah satu indikator yang baik misalnya bau, warna dan rasio C/N
untuk menentukan apakah suatu pupuk kompos. Menurut Marsono dan Sigit (2001),
organik sudah dapat digunakan ataupun effective microorganisme 4 (EM4)
tidak. Pupuk organik dikatakan bagus dan merupakan kultur campuran dari
siap untuk diaplikasikan apabila teksturnya mikroorganisme yang menguntungkan,
remah serta tidak menggumpal (Yuwono, berasal dari alam Indonesia asli, bermanfaat
2006). bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan
Pupuk organik takakura ini memiliki dan produksi tanaman serta ramah
peran untuk memperbaiki tekstur dan struktur lingkungan. Mikroorganisme yang
tanah. Menurut Hillel (1980), tanah harus ditambahkan akan membantu memperbaiki
remah dan cukup gembur untuk mendukung kondisi biologis tanah dan dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan akar penyerapan unsur hara.
tanaman. Sedangkan menurut Hasibuan
(1981), tanah dikatakan subur apabila fase c. Rasio C/N Pupuk
padat mengandung cukup unsur hara tersedia Berdasarkan hasil uji rasio C/N
dan cukup air serta udara untuk pertumbuhan pupuk di Laboratorium Kimia Fakultas Sains
tanaman. Apabila ruang-ruang pori yang dan Matematika Universitas Diponegoro,
terdapat diantara partikel-partikel padat pupuk organik takakura dengan penambahan
menyebar sedemikian rupa sehingga dapat EM4 menunjukkan nilai rasio C/N sebesar
menyediakan air yang cukup untuk 20,61. Sedangkan, pupuk organik takakura
pertumbuhan tanaman dan pada waktu yang tanpa penambahan EM4 memiliki nilai rasio
bersamaan memungkinkan aerasi yang cukup C/N sebesar 37,18. Menurut Yuwono (2006),
pada akar, maka tanah itu dinilai memiliki rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon
hubungan air dan udara yang cocok. (C) dan kadar nitrogen (N) dalam satu bahan.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah
pemberian pupuk organik takakura ke tanah besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N)
sangat bermanfaat karena dapat memberikan dalam jumlah kecil. Unsur karbon dan bahan
unsur-unsur hara tambahan bagi tanah. organik (dalam bentuk karbohidrat) dan
Tekstur pupuk yang remah dan gembur nitrogen (dalam bentuk protein, asam nitrat,
mampu menahan cukup air serta udara, amoniak dan lain-lain), merupakan makanan
sehingga pemberian pupuk organik takakura pokok bagi bakteri aerobik. Unsur karbon (C)
ke tanah dapat menyebabkan tanah menjadi digunakan untuk energi dan unsur nitrogen
subur. Semakin baik tekstur tanah, semakin (N) untuk membangun struktur sel dari
baik pula pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Damanhuri dan Tri (2007) terjadi fermentasi anaerobik dan


menyatakan bahwa nilai C/N tanah adalah menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang
10-20, sehingga pupuk yang mempunyai nilai mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila
C/N mendekati C/N tanah, dapat langsung kompos masih berbau seperti bahan
digunakan. Perbandingan C dan N awal yang mentahnya berarti kompos masih belum
baik dalam bahan yang dikomposkan adalah matang.
25-30, sedangkan C/N diakhir proses adalah
12-20. Hal tersebut menunjukkan bahwa e. Susut Volume Pupuk
pupuk organik takakura dengan penambahan Susut volume kedua pupuk juga tidak
EM4 memiliki kualitas yang lebih baik mengalami perbedaan dimana setiap
karena memiliki nilai rasio C/N mendekati minggunya pupuk mengalami susut volume
nilai rasio C/N tanah yaitu sebesar 20,61. setinggi 6 cm. Setelah 3 minggu fermentasi,
pupuk mengalami susut volume setinggi 18
d. Bau Pupuk cm. Tinggi awal pupuk pada keranjang
Kedua pupuk memiliki bau yang adalah 32 cm, hal ini dapat diartikan bahwa
sama yaitu seperti tanah, berbau daun yang pupuk mengalami penyusutan volume
lapuk dan tidak berbau busuk. Menurut sebesar 60 % setelah 3 minggu fermentasi.
Yuwono (2006), pupuk yang siap pakai Penyusutan volume sampah ini dapat terjadi
idealnya adalah yang sudah tidak karena adanya proses dekomposisi. Proses
mengeluarkan bau lagi. Apabila pupuk dekomposisi akan mengalami peristiwa
kandang, maka harus tidak mengeluarkan bau secara biologi, fisika dan kimia, dimana pada
kotoran. Begitupun dengan pupuk hijau dan proses pembusukan sampah secara aerobik
pupuk kompos. Sutedjo (2002) menyatakan memerlukan mikroba pengurai seperti fungi,
bahwa ciri-ciri kompos yang baik adalah yeast, dan Actinomycetes sp. (Suryariani,
berwarna coklat, berstruktur remah, 2002).
berkonsistensi gembur dan berbau daun yang Proses dekomposisi sampah
lapuk. merupakan akibat dari aktivitas mikroba
Analisis bau pupuk ini termasuk dengan proses biologi secara aerobik dan
dalam uji organoleptik. Menurut Yuwono anaerobik melalui beberapa tahap. Pada tahap
(2006), uji organoleptik adalah penilaian pertama terjadi proses secara aerob, pada
dengan indra menjadi bidang ilmu setelah tahap kedua terjadi proses secara anaerobik,
prosedur penilaian dibakukan, dirasionalkan, karena O2 telah habis. Pada tahap ketiga,
dihubungkan dengan penilaian secara mikroorganisme pembentuk gas methana
objektif, analisa data menjadi lebih akan memakan CO2, hidrogen, dan asam
sistematis, demikian pula dengan metode organik untuk membentuk gas methana dan
statistik digunakan dalam analisa serta produk lain. Pada tahap ini mikroorganisme
pengambilan keputusan. Penilaian bekerja lambat tapi efisien menggunakan
organoleptik sangat banyak digunakan untuk semua material yang ada (Nurullita, 2003).
menilai mutu dalam industri pangan dan Starter diperlukan untuk
industri hasil pertanian lainnya. Terkadang mempercepat proses dekomposisi. Proses
penilaian ini bisa memberikan hasil yang fermentasi dapat dipercepat dengan cara
lebih akurat melebihi ketelitian alat yang menambahkan cairan yang mengandung
paling sensitif sekalipun. banyak bakteri yang disebut juga dengan
Menurut Fauziah (2015), kompos starter pada permulaan pembuatan pupuk
yang sudah matang berbau seperti tanah (Kamaruddin dkk, 1995).
meskipun kompos dari sampah kota. Apabila Kedua pupuk mengalami
kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti pematangan setelah 3 minggu fermentasi
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

yang ditandai dengan warna pupuk coklat tanaman yang diberi perlakuan pupuk
kehitaman, bau pupuk yang menyerupai organik takakura + EM4 dilanjutkan dengan
tanah, tekstur pupuk yang gembur dan di bawahnya tanaman yang diberi perlakuan
volume susut pupuk sebesar 60%. Hal pupuk anorganik. Rerata pertumbuhan tinggi
tersebut sesuai dengan pendapat Sutanto tanaman terendah adalah tanaman yang tidak
(2001) yang menyatakan bahwa standar diberi pupuk (kontrol). Pertumbuhan yang
kualitas fisik kompos adalah bau, warna, demikian tersebut dikarenakan pupuk organik
tekstur yang telah menyerupai tanah dan memiliki lebih banyak keunggulan
penyusutan berat mencapai 60%. dibandingkan pupuk anorganik. Menurut
Guadalupe (2000), salah satu keunggulan
4.2 Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik pupuk organik adalah dapat memperbaiki
Takakura terhadap Pertumbuhan struktur tanah dengan tujuan pengolahan
Tanaman Kacang Hijau. tanah menjadi lebih mudah karena tanah
Pertumbuhan kacang hijau diamati menjadi lebih ringan dan gembur.
berdasarkan parameter tinggi tanaman, Tanah yang gembur dan memiliki
jumlah daun, jumlah bunga, jumlah polong, tekstur yang baik menyebabkan
jumlah biji, berat basah tanaman, berat basah bertambahnya jumlah dan panjang akar
polong, berat basah biji, berat kering tanaman kacang hijau, dengan demikian
tanaman, berat kering polong dan berat penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat di
kering biji tanaman kacang hijau. dalam tanah menjadi lebih optimal. Unsur-
a. Tinggi Tanaman Kacang Hijau unsur hara tersebut akan digunakan oleh
Hasil pengamatan rerata tinggi tanaman untuk membentuk sel-sel baru pada
tanaman kacang hijau dari umur budidaya 1 – bagian titik tumbuh tanaman. Sel-sel tersebut
8 minggu setelah tanam tersaji pada Gambar akan terus membelah hingga mengakibatkan
4.2. pertambahan tinggi tanaman kacang hijau.
Menurut Rinsema (1983), peningkatan tinggi
tanaman merupakan suatu pencerminan dari
90 Kontrol pertumbuhan tanaman yang menyebabkan
80 (Tanpa
Pupuk) perpanjangan ruas-ruas tanaman akibat
70
Tinggi Tanaman (cm)

memanjang dan membesarnya sel-sel seiring


60
Pupuk dengan bertambahnya umur tanaman, untuk
50 Organik
Takakura
pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh
40
dosis 200 g tersedianya unsur hara dalam tanah.
30
Pupuk Menurut Guadalupe (2000), pupuk
20 Anorganik organik mengandung unsur hara makro dan
10 (NPK) dosis
5g mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
0 Mikrobia–mikrobia yang terdapat dalam
1 2 3 4 5 6 7 8
pupuk organik dapat membantu
Usia Budidaya (minggu) meningkatkan kesuburan tanah melalui
pengikatan nitrogen dan juga membantu
Gambar 4.2 Grafik rerata tinggi tanaman dalam proses mineralisasi senyawa-senyawa
kacang hijau dari umur kimia dalam tanah. Selain itu, pupuk organik
budidaya 1 – 8 minggu juga mengandung zat antibiotik dan hormon-
hormon seperti auksin, sitokinin dan
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa giberelin yang penting bagi pertumbuhan
rerata pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanaman. Hormon auksin berperan untuk
hijau umur 1 – 8 minggu tertinggi adalah memacu pembelahan sel pada meristem
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

apikal, sehingga batang menjadi bertambah terhadap parameter tinggi tanaman kacang
panjang. hijau umur budidaya 8 minggu dengan rerata
Haryadi (1986) menyatakan bahwa tinggi tanaman tertinggi adalah tanaman yang
hormon tertentu bekerja secara aktif dalam diberi perlakuan pemupukan organik
dinding sel untuk merentang. Kondisi ini takakura yaitu sebesar 79,3 dilanjutkan
memacu pembentukan gula yang dapat dengan tanaman yang diberi perlakuan
memperbesar sel-sel, sehingga vakuola yang pemupukan anorganik yaitu sebesar 69,2 dan
besar terbentuk dan secara relatif menghisap rerata tinggi tanaman terendah adalah
air dalam jumlah yang besar akibat absorbsi. tanaman yang tidak diberi pupuk (kontrol)
Keberadaan hormon perentang sel memacu yaitu sebesar 64,5 (Gambar 4.3).
sel untuk memanjang dan dinding sel
bertambah tebal sebagai akibat
90 79,3a
menumpuknya selulosa tambahan yang 80
64,5b 69,2ab
terbentuk dari gula. Apabila suatu tanaman 70

Tinggi tanaman (cm)


membuat sel baru, pemanjangan dan 60
50
pembelahan sel akan mempercepat
40
pertumbuhan batang, daun dan sistem 30
perakaran. 20
Rasio C/N berperan dalam 10
menentukan perimbangan terjadinya fase 0
Kontrol Pupuk Pupuk
vegetatif dan generatif. Menurut Endah
(Tanpa Organik Anorganik
(2008), jumlah nitrogen yang lebih tinggi Pupuk) Takakura + (NPK)
atau rasio C/N yang kecil akan membuat EM4
tanaman tetap pada fase vegetatif. Tanaman
yang tetap berada dalam fase vegetatif tentu Gambar 4.3 Histogram tinggi tanaman
saja akan mengalami masalah pada proses kacang hijau umur budidaya 8
pembungaan dan pembuahannya sebab syarat minggu
terjadinya proses pembungaan adalah
tercapainya fase generatif. Jumlah karbon Uji lanjut Duncan menunjukkan
yang lebih tinggi atau tanaman dengan rasio bahwa perlakuan pemupukan organik
C/N yang tinggi akan lebih mudah takakura dengan penambahan EM4 berbeda
dirangsang untuk segera memasuki fase nyata terhadap perlakuan kontrol namun
generatif sehingga proses pembungaan dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
pembuahan dapat segera terjadi. Oleh sebab pemupukan anorganik. Hal tersebut
itu, nilai rasio C/N harus seimbang supaya dikarenakan pupuk organik maupun
fase generatif dan vegetatif berlangsung anorganik sama-sama mengandung unsur
normal. Pupuk organik takakura dengan hara tambahan berupa unsur nitrogen (N)
penambahan EM4 memiliki nilai rasio C/N yang berperan penting dalam proses
yang seimbang, yaitu sebesar 20,61. Maka pertumbuhan vegetatif tanaman termasuk
dari itu, pertumbuhan tinggi tanaman kacang pertumbuhan tinggi tanaman kacang hijau.
hijau yang diberi perlakuan pemupukan Hal tersebut sesuai dengan pendapat
organik takakura dengan penambahan EM4 Hasibuan (2004) yang menyatakan bahwa
berlangsung lebih baik. nitrogen adalah unsur hara makro yang
Analisis ANOVA dengan taraf dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan banyak, nitrogen berperan penting dalam
pemupukan anorganik dan organik takakura merangsang pertumbuhan vegetatif dari
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata tanaman. Sedangkan pada perlakuan kontrol,
pertumbuhan tanaman kacang hijau menjadi
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

lebih lambat karena tanaman kacang hijau


35
hanya memperoleh unsur hara dari tanah itu Kontrol
(Tanpa

Jumlah Daun (lembar)


sendiri tanpa adanya tambahan unsur hara 30 Pupuk)
berupa pupuk. 25
Menurut Dewanto dkk (2013),
Pupuk
pemberian pupuk organik dapat memperbaiki 20 Organik
sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan Takakur
15 a dosis
biologi tanah. Bahan organik merupakan 200 g
10
perekat butiran lepas, sumber hara tanaman Pupuk
Anorgani
dan sumber energi dari sebagian besar 5 k (NPK)
organisme tanah. Hutauruk dan Benedicta dosis 5 g
0
(2002) juga menyatakan bahwa bahan
1 2 3 4 5 6 7 8
organik yang ditambahkan ke dalam tanah
Usia Budidaya (minggu)
dapat memberi pengaruh positif terhadap
tanaman melalui berbagai pengaruhnya
terhadap perubahan sifat-sifat tanah secara Gambar 4.4 Grafik rerata jumlah daun
keseluruhan. Penambahan bahan organik tanaman kacang hijau dari
akan menyumbangkan berbagai unsur hara umur budidaya 1 – 8 minggu
terutama unsur hara N, P, dan K, hormon
pertumbuhan tinggi tanaman, meningkatkan Gambar 4.4 Menunjukkan bahwa
kapasitas menahan air, dan meningkatkan rerata jumlah daun tanaman kacang hijau
aktivitas organisme tanah pada semua jenis umur 1 – 8 minggu tertinggi adalah tanaman
tanah. yang diberi perlakuan pupuk organik
Menurut Jumin (2008) nitrogen takakura dilanjutkan berada di bawahnya
berfungsi menambah tinggi tanaman, dengan tanaman yang diberi perlakuan pupuk
merangsang pertunasan dan mempertinggi anorganik. Rerata jumlah daun tanaman
kandungan protein. Fosfor berfungsi terendah adalah tanaman yang tidak diberi
memperbaiki perkembangan perakaran pupuk (kontrol). Hal tersebut dikarenakan
khususnya akar lateral dan sekunder. Kalium pupuk organik dapat memperbaiki struktur
berfungsi lebih tahan terhadap penyakit, dan fisik tanah dan menyediakan unsur hara yang
penting bagi pembentukan karbohidrat serta digunakan untuk pertumbuhan vegetatif,
proses translokasi gula dalam tanaman. sehingga pertumbuhan menjadi lebih baik
terutama jumlah daun menjadi meningkat.
b. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau Menurut Gardner et al. (1991), jumlah dan
Hasil pengamatan terhadap rerata ukuran daun dipengaruhi oleh genotip yang
jumlah daun tanaman kacang hijau dari umur merupakan faktor internal dari tanaman dan
1 – 8 minggu setelah tanam tersaji pada lingkungan. Tanaman yang berasal dari induk
Gambar 4.4. berdaun sedikit dan lebar biasanya
menghasilkan anakan yang tidak jauh
berbeda dengan induknya, begitu juga
sebaliknya. Salah satu pengaruh faktor
lingkungan adalah cahaya. Tanaman yang
berada pada lingkungan dengan penyinaran
yang baik bisa menghasilkan jumlah daun
yang lebih banyak sebagai akibat dari proses
fotosintesis yang berjalan lancar, sehingga
fontosintat yang dihasilkan banyak. Adanya
fotosintat yang banyak salah satunya
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

digunakan untuk meningkatkan aktivitas oleh Lakitan (2011) bahwa unsur hara yang
meristematis pada pembentukan primordia paling berpengaruh terhadap pertumbuhan
daun. dan perkembangan daun adalah unsur N,
Analisis ANOVA dengan taraf kadar unsur N yang banyak umumnya
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan menghasilkan daun yang lebih banyak dan
pemupukan anorganik dan organik takakura lebih besar. Sedangkan pada perlakuan
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata kontrol, pertumbuhan daun tanaman kacang
terhadap parameter jumlah daun tanaman hijau menjadi lebih lambat karena tanaman
kacang hijau umur budidaya 8 minggu tidak diberi unsur hara tambahan. Soverda
dengan rerata jumlah daun tertinggi adalah dan Tiur (2010) menyatakan bahwa untuk
tanaman yang diberi perlakuan pemupukan memperoleh laju pertumbuhan tanaman yang
organik takakura yaitu sebesar 31,8 maksimal harus terdapat cukup banyak daun
dilanjutkan dengan tanaman yang diberi dalam tajuk guna menyerap sebagian besar
perlakuan pemupukan anorganik yaitu radiasi matahari jatuh keatas tajuk tanaman
sebesar 26,8 dan rerata jumlah daun terendah yang digunakan untuk proses fotosintesis.
adalah tanaman yang tidak diberi pupuk
(kontrol) yaitu sebesar 21,3 (Gambar 4.5). c. Jumlah Bunga Tanaman Kacang Hijau
Analisis ANOVA dengan taraf
35 31,8a kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan
pemupukan anorganik dan organik takakura
30 26,8ab
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata
25 21,3b terhadap parameter jumlah bunga tanaman
20
Jumlah daun

kacang hijau umur budidaya 6 minggu


15 dengan rerata jumlah bunga tertinggi adalah
10 tanaman yang diberi perlakuan pemupukan
organik takakura yaitu sebesar 9,8
5
dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
0 perlakuan pemupukan anorganik yaitu
Kontrol Pupuk Pupuk
sebesar 6,0 dan rerata jumlah bunga terendah
(Tanpa Organik Anorganik
Pupuk) Takakura + (NPK) adalah tanaman yang tidak diberi pupuk
EM4 (kontrol) yaitu sebesar 2,8 (Gambar 4.6).

Gambar 4.5 Histogram jumlah daun kacang 12


9,8a
hijau umur budidaya 8 minggu 10
Jumlah bunga

8
Uji lanjut Duncan menunjukkan 6,0ab
bahwa perlakuan pemupukan organik 6
takakura dengan penambahan EM4 berbeda 4 2,8b
nyata terhadap perlakuan kontrol namun 2
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
0
pemupukan anorganik. Hal tersebut karena
Kontrol Pupuk Pupuk
baik pupuk organik maupun anorganik sama- (Tanpa Organik Anorganik
sama mengandung unsur hara tambahan Pupuk) Takakura + (NPK)
berupa unsur nitrogen (N) yang berperan EM4
penting dalam proses pertumbuhan vegetatif
tanaman termasuk pertumbuhan daun Gambar 4.6 Histogram jumlah bunga kacang
tanaman kacang hijau. Seperti dikemukakan hijau umur budidaya 6 minggu
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Analisis ANOVA dengan taraf


Uji lanjut Duncan menunjukkan kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan
bahwa perlakuan pemupukan organik pemupukan anorganik dan organik takakura
takakura dengan penambahan EM4 berbeda dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata
nyata terhadap perlakuan kontrol namun terhadap parameter jumlah polong tanaman
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kacang hijau umur budidaya 8 minggu
pemupukan anorganik. Hal tersebut dengan rerata jumlah polong tertinggi adalah
dikarenakan pupuk organik maupun tanaman yang diberi perlakuan pemupukan
anorganik sama-sama mengandung unsur organik takakura yaitu sebesar 13,8
hara fosfor (P) yang berperan penting dalam dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
proses pertumbuhan generatif tanaman yaitu perlakuan pemupukan anorganik yaitu
pembungaan. Seperti dikemukakan oleh sebesar 7,5 dan rerata jumlah polong
Lingga dan Marsono (2003) bahwa unsur terendah adalah tanaman yang tidak diberi
hara P sangat diperlukan dalam proses pupuk (kontrol) yaitu sebesar 6,0 (Gambar
asimilasi, respirasi dan berperan dalam 4.7).
mempercepat proses pembungaan dan 16 13,8a
pemasakan buah/biji. 14
Menurut Gardner et al. (1991), 12
10
proses pembentukan bunga dikendalikan oleh 7,5ab
Jumlah polong
faktor lingkungan, terutama fotoperiode dan 8 6,0b
6
temperatur, maupun oleh faktor genetik atau
4
internal, terutama zat pengatur pertumbuhan, 2
hasil fotosintesis, dan pasokan nutrisi dan 0
mineral (misalnya, nitrogen). Suhu yang Kontrol Pupuk Pupuk
tinggi dan kelembaban yang rendah, jumlah (Tanpa Organik Anorganik
sinar matahari yang jatuh pada tangkai ketiak Pupuk) Takakura + (NPK)
EM4
daun akan lebih banyak. Hal ini akan
merangsang pembentukan bunga
Gambar 4.7 Histogram jumlah polong
(Adisarwanto, 2006).
kacang hijau umur budidaya 8
Tanaman kacang hijau mulai
minggu
mengalami fase generatif atau fase berbunga
pada usia 5 minggu setelah tanam. Puncak
Uji lanjut Duncan menunjukkan
pembungaan tanaman terjadi pada minggu ke
bahwa perlakuan pemupukan organik
6 dimana rata-rata jumlah bunga tertinggi
takakura dengan penambahan EM4 berbeda
adalah tanaman yang diberi perlakuan
nyata terhadap perlakuan kontrol namun
pemupukan organik takakura yaitu sebanyak
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
9,8 dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
pemupukan anorganik. Hal tersebut
perlakuan pemupukan anorganik yaitu
dikarenakan pupuk organik maupun
sebanyak 6,0 . Rerata jumlah bunga tanaman
anorganik sama-sama mengandung unsur
kacang hijau terendah adalah tanaman yang
hara yaitu unsur fosfor (P) yang berperan
tidak diberi pupuk (kontrol) yaitu sebanyak
penting dalam proses pertumbuhan generatif
2,8. Pertumbuhan bunga sudah mengalami
tanaman termasuk pertumbuhan bunga dan
penurunan pada umur 8 minggu setelah
polong sesuai dengan pendapat Hasibuan
tanam.
(2004) yang menyatakan bahwa fosfor adalah
unsur hara makro yang banyak dibutuhkan
d. Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau
oleh tanaman untuk pertumbuhan polong.
Fosfor memegang peran penting dalam
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

merangsang pertumbuhan generatif, sudah mencukupi kebutuhan tanaman untuk


pembelahan sel terutama pembesaran polong memproduksi biji kacang hijau.
dan pengisian polong, merangsang
pertumbuhan akar dan memperkuat batang 120
agar tidak mudah roboh. Sedangkan pada
99,8a
100

Jumlah biji
perlakuan kontrol, pertumbuhan polong
80
tanaman kacang hijau menjadi lebih lambat
60 50,5a
karena tanaman tidak diberi unsur-unsur hara 36,2a
tambahan. 40
Handayani dan Hidayat (2012) 20
menyatakan bahwa memiliki tinggi tanaman 0
dan jumlah cabang per tanaman yang tinggi, Kontrol Pupuk Pupuk
maka memiliki jumlah polong per tanaman (Tanpa Organik Anorganik
tinggi pula. Tanaman yang tinggi Pupuk) Takakura + (NPK)
EM4
memungkinkan banyak terbentuk cabang.
Apabila cabang yang terbentuk tersebut
Gambar 4.9 Histogram jumlah biji tanaman
produktif (menghasilkan polong), maka
kacang hijau umur budidaya
produksi polong tanaman tersebut lebih
8 minggu
tinggi daripada tanaman yang pendek atau
memiliki cabang produksi yang sedikit. Hal
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa
ini juga didukung oleh tidak adanya bunga
rerata jumlah biji kacang hijau tertinggi
yang rontok.
adalah tanaman yang diberi perlakuan
pemupukan organik takakura yaitu sebesar
99,8 dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
perlakuan pemupukan anorganik yaitu
sebesar 50,5 dan rerata jumlah biji terendah
adalah tanaman yang tidak diberi pupuk
(kontrol) yaitu sebesar 36,3. Berdasarkan
rata-rata jumlah biji yang dihasilkan tersebut
mengindikasikan bahwa tanaman yang
memiliki kandungan unsur fosfor paling
tinggi adalah perlakuan pemupukan organik
Gambar 4.8 Perbandingan jumlah polong takakura dilanjutkan dengan perlakuan
kacang hijau per tanaman pada pemupukan anorganik dan kandungan fosfor
ketiga perlakuan terendah adalah tanaman tanpa perlakuan
(kontrol). Walaupun hasil tidak berbeda
e. Jumlah Biji Tanaman Kacang Hijau nyata, namun hasilnya ada kecenderungan
Analisis ANOVA dengan taraf jumlah biji terbanyak pada perlakuan pupuk
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan organik.
pemupukan anorganik dan organik takakura Kacang hijau merupakan jenis
dengan penambahan EM4 tidak berpengaruh tanaman legume yakni mempunyai bintil akar
nyata terhadap parameter jumlah biji tanaman yang mampu menambat N dari udara bebas.
kacang hijau umur budidaya 8 minggu. Hal Ahadiyat dkk (2012) menyatakan bahwa
tersebut dikarenakan ketiga perlakuan yaitu pada fase generatif, unsur fosfor (P) mampu
pupuk organik takakura, pupuk anorganik merangsang pembentukan bunga, buah dan
dan kontrol sama-sama memiliki kandungan biji bahkan mampu mempercepat pemasakan
unsur fosfor (P) dalam pengisian polong buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Setiap fase pertumbuhan dan pupuk organik takakura lebih seimbang dan
perkembangan tanaman berpengaruh lebih mencukupi kebutuhan pertumbuhan
terhadap produksi. Suatu tanaman akan tanaman sehingga tanaman kacang hijau
menghasilkan produksi yang baik jika memiliki bobot yang lebih tinggi. Selain itu,
pertumbuhannya baik pula, sebaliknya suatu pengaplikasian pupuk anorganik hanya
tanaman akan menghasilkan produksi buruk menyediakan unsur hara tambahan bagi
jika pertumbuhannya terganggu (Umar, tanaman namun tidak dapat memperbaiki
2007). struktur fisik tanah. Sehingga secara kualitas,
pupuk organik takakura lebih unggul
f. Berat Basah Tanaman Kacang Hijau dibandingkan pupuk anorganik. Sesuai
Analisis ANOVA dengan taraf pendapat Poerwowidodo (1992) bahwa
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan nitrogen yang terkandung dalam pupuk
pemupukan anorganik dan organik takakura organik berperan sebagai penyusun protein
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata sedangkan fosfor dan kalsium berperan
terhadap parameter berat basah tanaman dalam memacu pembelahan jaringan
kacang hijau umur budidaya 8 minggu meristem dan merangsang pertumbuhan akar
dengan rerata berat basah tanaman tertinggi dan perkembangan daun. Akibatnya tingkat
adalah tanaman yang diberi perlakuan absorbsi unsur hara dan air oleh tanaman
pemupukan organik takakura yaitu sebesar sampai batas optimum akan digunakan untuk
78,3 dilanjutkan dengan tanaman yang diberi perpanjangan, pembelahan, dan diferensiasi
perlakuan pemupukan anorganik yaitu sel. Kalium mengatur kegiatan membuka dan
sebesar 38,7 dan rerata berat basah tanaman menutupnya stomata. Pengaturan stomata
terendah adalah tanaman yang tidak diberi yang optimal akan mengendalikan transpirasi
pupuk (kontrol) yaitu sebesar 29,0 (Gambar tanaman dan meningkatkan reduksi
4.10). karbondioksida yang akan diubah menjadi
90 78,3a karbohidrat. Unsur hara nitrogen, fosfor dan
Berat basah tanaman (gram)

80 kalium serta unsur mikro yang terkandung


70
60 dalam pupuk organik akan meningkatkan
50 38,7b aktivitas fotosintesis tumbuhan, sehingga
40 29,0b meningkatkan karbohidrat yang dihasilkan
30
20 sebagai cadangan makanan. Hal tersebut
10 dapat meningkatkan berat basah dari tanaman
0 yang diberi perlakuan pemupukan organik
Kontrol Pupuk Pupuk
takakura.
(Tanpa Organik Anorganik
Pupuk) Takakura + (NPK)
EM4 g. Berat Basah Polong Tanaman Kacang
Hijau
Gambar 4.10 Histogram berat basah tanaman Analisis ANOVA dengan taraf
umur budidaya 8 minggu kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan
pemupukan anorganik dan organik takakura
Uji lanjut Duncan menunjukkan dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata
bahwa perlakuan pemupukan organik terhadap parameter berat basah polong
takakura dengan penambahan EM4 berbeda tanaman kacang hijau umur budidaya 8
nyata terhadap perlakuan kontrol dan minggu dengan rerata berat basah polong
perlakuan pemupukan anorganik. Hal tertinggi adalah tanaman yang diberi
tersebut dikarenakan ketersediaan unsur- perlakuan pemupukan organik takakura yaitu
unsur essensial seperti nitrogen (N), fosfor sebesar 16,3 dilanjutkan dengan tanaman
(P) dan kalium (K) yang terkandung dalam
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

yang diberi perlakuan pemupukan anorganik karbohidrat. Unsur hara fosfor merupakan
yaitu sebesar 6,3 dan rerata berat basah bahan penyusun ATP yang dibutuhkan untuk
polong terendah adalah tanaman yang tidak mereduksi CO2 menjadi senyawa organik
diberi pupuk (kontrol) yaitu sebesar 4,8 yang mantap sehingga akan mengasilkan
(Gambar 4.11). biomasa tanaman. Soverda dan Tiur (2010)
18 16,3a menyatakan bahwa dengan meningkatnya
Berat basah polong (gram)

16 jumlah klorofil dan jumlah daun yang


14
12 terbentuk, maka proses fotosintesis berjalan
10 dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan
8 6,3ab
6 4,8b akan lebih tinggi, maka pertumbuhan juga
4 semakin baik. Akumulasi karbohidrat yang
2 dihasilkan dari proses fotosintesis akan
0
memacu proses pembentukan polong
Kontrol Pupuk Pupuk
(Tanpa Organik Anorganik tanaman kacang hijau, sehingga berat basah
Pupuk) Takakura + (NPK) polong akan meningkat.
EM4
h. Berat Basah Biji Tanaman Kacang Hijau
Gambar 4.11 Histogram berat basah polong Analisis ANOVA dengan taraf
kacang hijau umur budidaya kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan
8 minggu pemupukan anorganik dan organik takakura
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata
Uji lanjut Duncan menunjukkan terhadap parameter berat basah biji tanaman
bahwa perlakuan pemupukan organik kacang hijau umur budidaya 8 minggu
takakura dengan penambahan EM4 berbeda dengan rerata berat basah biji tertinggi adalah
nyata terhadap perlakuan kontrol namun tanaman yang diberi perlakuan pemupukan
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan organik takakura yaitu sebesar 9,2
pemupukan anorganik. Hal tersebut dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
dikarenakan pupuk organik mengandung perlakuan pemupukan anorganik yaitu
unsur hara tambahan yaitu unsur hara fosfor sebesar 4,1 dan rerata berat basah biji
(P) untuk memacu pertumbuhan tanaman terendah adalah tanaman yang tidak diberi
kacang hijau sehingga polong yang pupuk (kontrol) yaitu sebesar 2,7 (Gambar
dihasilkan memiliki kualitas dan berat basah 4.12).
polong yang paling tinggi, selain itu
perbaikan fisik tanah akibat pemupukan
10 9,2a
organik memperlancar penyerapan air, 9
Berat basah biji (gram)

sehingga kadar air tanaman meningkat. 8


7
Sedangkan pada perlakuan kontrol, 6
pertumbuhan tanaman kacang hijau menjadi 5 4,1ab
4 2,7b
lebih lambat hal tersebut juga berpengaruh 3
pada produk polong yang dihasilkan 2
1
memiliki kualitas dan berat basah polong 0
yang paling rendah karena tanaman tidak Kontrol Pupuk Pupuk
diberi unsur-unsur hara tambahan. (Tanpa Organik Anorganik
Poerwowidodo (1992) menyatakan Pupuk) Takakura + (NPK)
EM4
bahwa unsur hara makro dan unsur hara
mikro yang terkandung dalam pupuk organik
menghasilkan pengaruh yang kompleks
terhadap pembentukan dan produksi
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Gambar 4.12 Histogram berat basah biji 12,3 dilanjutkan dengan tanaman yang diberi
kacang hijau umur budidaya perlakuan pemupukan anorganik yaitu
8 minggu sebesar 8,4 dan rerata berat kering tanaman
terendah adalah tanaman yang tidak diberi
Uji lanjut Duncan menunjukkan pupuk (kontrol) yaitu sebesar 6,4 (Gambar
bahwa perlakuan pemupukan organik 4.13).
takakura dengan penambahan EM4 berbeda
nyata terhadap perlakuan kontrol namun 14 12,3a

Berat kering tanaman (gram)


tidak berbeda nyata terhadap perlakuan 12
pemupukan anorganik. Hal tersebut 10 8,4ab
dikarenakan pupuk organik mengandung 8 6,4b
unsur hara tambahan, sehingga dapat 6
memacu pertumbuhan tanaman kacang hijau 4
sehingga biji yang dihasilkan memiliki 2
kualitas dan berat basah biji yang lebih 0
tinggi. Sedangkan pada perlakuan kontrol, Kontrol Pupuk Pupuk
pertumbuhan tanaman kacang hijau menjadi (Tanpa Organik Anorganik
Pupuk) Takakura + (NPK)
lebih lambat hal tersebut juga berpengaruh
EM4
pada produk biji yang dihasilkan memiliki
kualitas dan bobot yang lebih rendah karena Gambar 4.13 Histogram berat kering
tanaman tidak diberi unsur hara tambahan. tanaman umur budidaya 8
Munawar (2011) menyatakan bahwa minggu
unsur nitrogen membantu pertumbuhan Uji lanjut Duncan menunjukkan
tanaman dan peningkatan produksi biji. bahwa perlakuan pemupukan organik
Unsur fosfor berfungsi sebagai pembentuk takakura dengan penambahan EM4 berbeda
inti sel, pembelahan dan perbanyakan sel, nyata terhadap perlakuan kontrol namun
dan pembentukan lemak dan albumin. Unsur tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
K berfungsi dalam pembentukan lapisan pemupukan anorganik. Hal tersebut
kutikula yang sangat penting untuk dikarenakan pupuk organik memiliki
pertahanan tanaman terhadap serangan hama kandungan unsur hara yang kompleks berupa
dan penyakit dan pemasakan buah. Ketiga unsur hara makro dan mikro, salah satunya
unsur tersebut jika tersedia dalam jumlah yaitu nitrogen (N) yang berfungsi untuk
cukup, maka pertumbuhan tanaman menjadi menyusun protein, asam nukleat dan klorofil.
baik dan produksi biji juga meningkat Protein merupakan salah satu komponen
sehingga berat basah bijipun menjadi lebih utama yang menyusun sel tubuh tumbuhan
tinggi. untuk proses metabolisme. Hasil akhir dari
proses metabolisme berupa ATP yang
i. Berat Kering Tanaman Kacang Hijau digunakan untuk pertumbuhan tanaman.
Analisis ANOVA dengan taraf Klorofil digunakan untuk proses fotosintesis
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan yang menghasilkan fotosintat berupa
pemupukan anorganik dan organik takakura karbohidrat dan oksigen yang digunakan
dengan penambahan EM4 berpengaruh nyata untuk pertumbuhan tanaman. Jika
terhadap parameter berat kering tanaman ketersediaan nitrogen pada tanaman
kacang hijau umur budidaya 8 minggu tercukupi, maka pertumbuhan tanaman
dengan rerata berat kering tanaman tertinggi menjadi baik dan berat basah serta berat
adalah tanaman yang diberi perlakuan kering tanaman dapat meningkat. Hal
pemupukan organik takakura yaitu sebesar tersebut sesuai pendapat Salisbury dan Ross
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

(1995) mengatakan bahwa pupuk organik sama memiliki kandungan unsur fosfor (P)
selain mengandung nitrogen yang menyusun yang diduga sudah mencukupi kebutuhan
dari semua protein, asam nukleat dan klorofil tanaman dan relatif sama dalam
juga mengandung unsur hara mikro antara memproduksi polong kacang hijau.
lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca dan Mg.
Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai 6 5,4a

Berat kering polong (gram)


katalisator dalam proses sintesis protein dan 5
pembentukan klorofil. 4 3,2a
Menurut Handayani dan Hidayat 2,5a
3
(2012), berat kering tanaman merupakan
2
indikator yang umum digunakan untuk
mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan 1
tanaman, karena berat kering tanaman dapat 0
menggambarkan efisiensi proses fisiologis di Kontrol Pupuk Pupuk
(Tanpa Organik Anorganik
dalam tanaman yaitu proses fotosintesis,
Pupuk) Takakura + (NPK)
respirasi, translokasi dan penyerapan air serta EM4
mineral . Gardner et al. (1991) juga
mengatakan bahwa berat kering tumbuhan Gambar 4.14 Histogram berat kering polong
adalah keseimbangan antara pengambilan kacang hijau umur budidaya
CO2 (fotosintesis) dan pengeluaran CO2 8 minggu
(respirasi). Apabila respirasi lebih besar
dibanding fotosintesis, tumbuhan itu akan Gambar 4.14 menunjukkan bahwa
berkurang berat keringnya. rerata berat kering polong kacang hijau
Menurut Anas dkk (1978), berat tertinggi adalah tanaman yang diberi
kering yang dihasilkan oleh suatu tanaman perlakuan pemupukan organik takakura yaitu
sangat bergantung pada perkembangan daun. sebesar 5,4 dilanjutkan dengan tanaman yang
Proses fotosintesis adalah suatu faktor yang diberi perlakuan pemupukan anorganik yaitu
penting dalam pertumbuhan tanaman dimana sebesar 3,2 dan rerata berat kering polong
banyaknya daun yang tinggi dapat menerima terendah adalah tanaman yang tidak diberi
sinar matahari yang tinggi pula, sehingga pupuk (kontrol) yaitu sebesar 2,5.
menyebabkan hasil fotosintesis meningkat Berdasarkan rerata berat kering polong
yang kemudian senyawa-senyawa hasil tersebut mengindikasikan bahwa tanaman
fotosintesis diedarkan ke seluruh organ yang memiliki kandungan unsur fosfor paling
tanaman yang membutuhkan dan tinggi adalah perlakuan pemupukan organik
menyebabkan bahan kering tanaman menjadi takakura dilanjutkan dengan perlakuan
tinggi. pemupukan anorganik dan kandungan fosfor
terendah adalah tanaman yang tidak diberi
j. Berat Kering Polong Tanaman Kacang pupuk (kontrol). Unsur fosfor berperan
Hijau penting dalam proses pertumbuhan generatif
Analisis ANOVA dengan taraf tanaman termasuk proses pertumbuhan
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan polong. Jika ketersediaan unsur fosfor dalam
pemupukan anorganik dan organik takakura tanaman tercukupi, maka pertumbuhan
dengan penambahan EM4 tidak berpengaruh polong menjadi lebih maksimal sehingga
nyata terhadap parameter berat kering polong berat kering polong dapat meningkat. Hal
tanaman kacang hijau umur budidaya 8 tersebut sesuai dengan pendapat Hasibuan
minggu. Hal tersebut dikarenakan pupuk (2004) yang menyatakan bahwa Fosfor
organik takakura dan pupuk anorganik sama- adalah unsur hara makro yang banyak
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

dibutuhkan oleh tanaman untuk tanaman yang memiliki kandungan unsur


pertumbuhannya. Berat kering polong fosfor paling tinggi adalah perlakuan
menunjukkan komponen sel yang pemupukan organik takakura dilanjutkan
membentuk organ buah. dengan perlakuan pemupukan anorganik dan
kandungan fosfor terendah adalah tanaman
k. Berat Kering Biji Tanaman Kacang Hijau yang tidak diberi pupuk (kontrol). Walaupun
Analisis ANOVA dengan taraf hasilnya tidak berbeda nyata, namun ada
kepercayaan 95% menunjukkan perlakuan kecenderungan berat kering biji tertinggi
pemupukan anorganik dan organik takakura adalah pada perlakuan pemupukan organik.
dengan penambahan EM4 tidak berpengaruh Soverda dan Tiur (2010) menyatakan bahwa
nyata terhadap parameter berat kering biji dengan meningkatnya jumlah klorofil dan
tanaman kacang hijau umur budidaya 8 jumlah daun yang terbentuk, maka proses
minggu. Hal tersebut dikarenakan perlakuan fotosintesis berjalan dengan baik dan
pupuk organik takakura dan pupuk anorganik fotosintat yang dihasilkan akan lebih tinggi,
sama-sama memiliki kandungan unsur fosfor sehingga pertumbuhan tanaman akan
(P) yang sudah mencukupi kebutuhan cenderung menghasilkan berat kering biji
tanaman dalam mempengaruhi berat kering kacang hijau yang semakin banyak.
biji kacang hijau.

4.5 3,9a
4
Berat kering biji (gram)

KESIMPULAN
3.5
3
2.5
2,3a 1. Pupuk organik takakura yang dibuat
2 1,7a dengan penambahan EM4 berwarna
1.5 sangat hitam menyerupai tanah,
1 memiliki tekstur remah serta halus,
0.5 berbau seperti tanah dan memiliki nilai
0 rasio C/N sebesar 20,61. Sedangkan
Kontrol Pupuk Pupuk
pupuk organik takakura tanpa
(Tanpa Organik Anorganik
Pupuk) Takakura + (NPK) penambahan EM4 berwarna lebih
EM4 coklat, memiliki tekstur remah namun
lebih kasar, berbau seperti tanah dan
Gambar 4.15 Histogram berat kering biji memiliki nilai rasio C/N sebesar 37,18.
kacang hijau umur budidaya 8 2. Perlakuan pemupukan organik takakura
minggu dengan penambahan EM4 berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
Gambar 4.15 menunjukkan bahwa rerata daun, jumlah bunga, jumlah polong,
berat kering biji kacang hijau tertinggi adalah berat basah tanaman, berat basah
tanaman yang diberi perlakuan pemupukan polong, berat basah biji dan berat kering
organik takakura yaitu sebesar 3,9 tanaman, namun tidak berpengaruh
dilanjutkan dengan tanaman yang diberi nyata terhadap jumlah biji, berat kering
perlakuan pemupukan anorganik yaitu polong dan berat kering biji.
sebesar 2,3 dan rerata berat kering biji 3. Terdapat perbedaan pertumbuhan
terendah adalah tanaman yang tidak diberi tanaman kacang hijau yang diberi
pupuk (kontrol) yaitu sebesar 1,7. perlakuan pemupukan anorganik dan
Berdasarkan rata-rata berat kering biji yang organik takakura dimana pertumbuhan
dihasilkan tersebut mengindikasikan bahwa tanaman terbaik adalah tanaman yang
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

diberi perlakuan pemupukan organik Barbarick K. A. 2006. Nitrogen Sources and


takakura dengan penambahan EM4, Transformations. Colorado State
dilanjutkan dengan perlakuan University. U.S. Department of
pemupukan anorganik dan tanpa pupuk Agriculture and Colorado counties
(kontrol). cooperating.
Budiaman, I gusti S., Kholisoh, Siti Diyar.,
DAFTAR PUSTAKA Marsetyo, Muhammad Muflikh.,
Putranti, Mira. 2010. Pengaruh
Achyad, D.E. dan R. Rasyidah. 2006. Jenis Starter, Volume Pelarut, dan
Kacang Hijau. Aditif terhadap Pengolahan
http://www.asiamaya.com/jamu/isi/ Sampah Organik Rumah Tangga
kacang Menjadi Pupuk Kompos Secara
hijau_phaseolusradiatus.htm. Akses Anaerob. Prosiding Seminar
: 12 September 2014. Nasional Teknik Kimia
Adisarwanto. 2006. Kedelai. Penebar “Kejuangan” Pengembangan
Swadaya, Jakarta. Teknologi Kimia untuk
Ahadiyat, Yugi, R., Harjoso Tri. 2012. Pengelolaan Sumber Daya Alam
Karakter Hasil Biji Kacang Hijau Indonesia, UPN Veteran
pada Kondisi Pemupukan P dan Yogyakarta.
Intensitas Penyiangan Berbeda. Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi
Jurnal Agrivigor 11(2). Program Daya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka
Studi Agroteknologi, Universitas Nusantara, Yogyakarta.
Jenderal Damanhuri, E., dan Tri Padmi. 2007.
Soedirman.http://www.google.co.id Pengomposan-Composting.
/url?q=http://www.researchgate.net/ http://tsabitah.wordpress.com.
publication/236672983_Karakter_ Akses : 13 September 2014.
Hasil_Biji_Kacang_Hijau_pada_K Deptan. 2006. Teknik Pembuatan Kompos.
ondisi_Pemupukan_P_dan_Intensit http://www.deptan.go.id. Akses : 13
as_Penyiangan_Berbeda/file/e0b49 September 2014.
518da1459d2e6.pdf. Akses: 04 Dewanto F.G, J.J.M.R. Londok, R.A.V.
Januari 2015. Tuturoo, dan W. B. Kaunang. 2013.
Anas, M. Didi Suari dan Haryono. 1978. Produksi Tanaman Jagung sebagai
Pengaruh Naungan terhadap Isu Sumber Pakan”. JURNAL :
Pertumbuhan dan Hasil Biji Fakultas Peternakan Universitas
Kedelai. Balitan, Bogor. Sam Ratulangi Manado, 95115.
Anonim. 2008. Gambar Keranjang Jurnal Zootek (“Zootek”Journal),
Takakura. Vol.32, No. 5 2013.
https://beritabaik.wordpress.com/20 Djuarnani. N., Kritian., BS Setiawan. 2005.
08/07/29/keranjang-takakura/. Cara Cepat Membuat Kompos.
Akses : 14 September 2014. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Balifokus. 2010. Yuk Kita Buat Kompos Endah, J.H. 2008. Membuat Tabulampot
dengan Takakura. Rajin Berbuah. Agromedia pustaka,
http://balifokus.asia/balifokus/blog/ Jakarta.
yuk-kita-buat-kompos-dengan Evita. 2007. Pengaruh beberapa dosis
takakura.html. Akses : 04 Januari kompos sampah kota terhadap
2015. pertumbuhan dan hasil kacang
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

hijau. Jurnal agronomi, 13 No. 2, Universitas Sumatera Utara,


Juli –Desember 2009. Medan. 82 hal.
Fauziah, Alvie. 2015. Makalah Kompos Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soil
Baru. Physics. Department of Plant and
https://www.academia.edu/7604020 Soil Sciencesuniversity of
/Makalah_Kompos_Baru. Akses: Massachusetts Amherst,
17 februari 2015. Massachusetts. Academic Press,
Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. New York.
1991. Physiology of Crop Plants. Hutauruk Sixtus dan Benedicta L, juni –
Diterjemahkan oleh H.Susilo. november 2002 : 156.
Universitas Indonesia Press, “Pertumbuhan dan Produksi
Jakarta. Tanaman Bunga Matahari
Giacinta. 2008. Pembuatan Kompos dari (Heliantus annuus L) pada Topsoil
Sampah Rumah Tangga. Beberapa Jenis Tanah yang Diberi
http://www.kebonkembang.com/pa Dua Taraf Perlakuan Bahan
nduan-dan-tip-rubrik-35/221.html. Organik”. Fakultas Pertanian,
Akses : 14 september 2014. Universitas Katolik St Thomas SU,
Guadalupe, A.S. 2000. Organic Fertilizer for di Desa Tanjungsari, Kecamatan
Flowers, Vegetables and Plants. Tuntungan.
http://www.upd.edu.ph/serdef/Phili Indriani, Y.H. 2000. Membuat Kompos
ppine%20Floriculture%20Industry/ Secara Kilat. Penebar Swadaya,
Organic%20Fertilizer.doc. Akses: Jakarta.
12 September 2014. Jaerony. 2008. Pengetahuan Tentang
Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos.
Kompos Cair. PT Agromedia http://www.mailarchive.com/porsen
Pustaka, Jakarta. 50 hal. ipar@opja.or.id/msg00187.html.
Handayani, T. Hidayat, IM. 2012. Akses : 13 September 2014.
Keragaman Genetik dan Jumin, H.S. 2008. Dasar-Dasar Agonomi.
Heritabilitas Beberapa Karakter PT. Raja Grafido Persada, Jakarta.
Utama Kedelei Sayur dan Kamaruddin, A., Abdul, KL., Nirwan
Implikasinya untuk Seleksi Siregar, Endah Agustina,
Perbaikan Produksi. J. Hort. Almansyah, M., Yamin, Edy, H., Y.
22(4):327-33,2012. Aris Purwanto. 1995. Energi dan
http://hortikultura.litbang.deptan.go Listrik Pertanian. Academic
.id/jurnal_pdf/224/4-Handayani- Development of The Graduate
Genetik.pdf. Akses: 04 Januari Program IPB, Bogor.
2015. Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi
Haryadi. 1986. Pengantar Agronomi. Tumbuhan. Raja Grafindo Persada,
Departemen Agronomi Fakultas Jakarta.
Pertanian IPB, Bogor. Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004.
Hasibuan, E.F. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Diktat kuliah Pupuk dan
Tanah. Fakultas Pertanian Pemupukan. Jurusan tanah,
Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Institut
Medan. Pertanian Bogor, Bogor. 208 hal.
___________. 1981. Fisika Tanah. Jurusan Lingga, P dan Marsono. 2003. Petunjuk
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Penggunaan Pupuk. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Mamaril, C.P. 2004. Organic Fertilizer In Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan


Rice : Myths and Facts. All About Tanah. Penerbit Angkasa,
Rice Vol. 1 No. 1. The Asia Rice Bandung.
Foundation, Los Banos. Pranata, Ayub S. 2010. Meningkatkan Hasil
Marsono. 2005. Petunjuk penggunaan pupuk. Panen Dengan Pupuk Organik.
Penebar Swadaya, Jakarta. 250 hlm. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar ______________. 2004. Pupuk Organik Cair
Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar : Aplikasi dan Manfaatnya.
Swadaya, Jakarta. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan
Nutrisi Tanaman. PT. Penerbit IPB Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan
Press, Bogor. Pemupukan. Bharata Karya Aksara,
Murbandono. 2005. Membuat kompos. Jakarta. 41- 43 Hal.
Penebar swadaya, Jakarta. 54 hal. Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995.
Fisiologi tumbuhan. Jilid 1
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Terjemahan Diah R. Lukman dan
Efektif. PT Agromedia Pustaka, Sumaryo. ITB, Bandung.
Jakarta. 130 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Nuha, Muhammad U. 2011. Pupuk Fakultas Pertanian Institut
Anorganik. Pertanian Bogor, Bogor.
http://ulinq.blogspot.com/2011/11/v Soverda, N. dan Tiur Hermawati 2010 : 10.
-behaviorurldefaultvmlo.html. “Respon Tanaman Kedelai
Akses : 14 September 2014. (Glycine max (L) Merill terhadap
Nurullita, Ulfa. 2003. Efektivitas Variasi Pemberian Berbagai Konsentrasi
Penambahan Kotoran Sapi, Dedak, Pupuk Hayati”. JURNAL :
Mollase dan EM4 Terhadap Dipublikasikan, Jurusan Budidaya
Penurunan Volume Sampah Pertanian Fakultas Pertanian
Organik dan Sampah Campuran. Universitas Jambi Kampus Pinang
Jurnal Kesehatan Masyarakat Masak, Mendalo Darat –Jambi,
Indonesia, Fakultas Kesehatan 36361.
Masyarakat Unimus volume 1 Sudradjat, H.R. 2007. Mengelola Sampah
nomor 1, Juli 2003. ISSN 1693- Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.
3443. Suryariani, Rinrin. 2002. Penurunan Berat
Nurullita, Ulfa dan Budiyono. 2012. Lama Sampah Organik Menggunakan
Waktu Pengomposan Sampah Leachate, Sludge dan Cacing
Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Tanah. Fakultas Kesehatan
Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Masyarakat Universitas
Teknik Diponegoro, Semarang.
Pengomposan.http://www.google.co Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman
m/url?q=http://jurnal.unimus.ac.id/ Budidaya. Universitas Indonesia
ndex.php. Akses: 12 September Press Salemba, Jakarta. Hal 113-
2014. 121.
Nyoman, P. Aryantha. 2010. Kompos. Pusat Sutanto, R. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah
Penelitian Antar Universitas Ilmu Konsep dan Kenyataan. Kanisius,
Hayati LPPM-ITB. Dept. Biologi - Yogyakarta.
FMIPA-ITB, Bandung. _________. 2001. Pertanian Organik,
Menuju Pertanian Alternatif dan
Jurnal Biologi, Volume 4 No 1, Januari 2015
Hal. 13-35

Berkelanjutan. Kanisius, Umar, Permadi. 2007. Pegaruh Pemberian


Yogyakarta. Pupuk Majemuk Phonska terhadap
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pertumbuhan Vertical dan Produksi
Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Rumput Gajah (Pennisetum
Syafrina, Silvi. 2009. Respon Pertumbuhan purpureum Sehum) sebagai Pakan
dan Produksi Kacang Hijau Ternak. Skripsi. Dipublikasikan.
(Phaseolus radiatus L.) pada Media Fakultas Peternakan, Institut
Subsoil terhadap Pemberian Pertanian Bogor.
Beberapa Jenis Bahan Organik dan http://repository.ipb.ac.id/bitstream
Pupuk Organik Cair. /handle/123456789/49705/D07upe.
http://repository.usu.ac.id/bitstream pdf. Akses: 04 Januari 2015.
/123456789/7597/1/09E02913.pdf. Yuwono, N.W. 2006. Kesuburan Tanah.
Akses: 12 September 2014. UGM press, Yogyakarta.

You might also like