Professional Documents
Culture Documents
Novi Rimba Sari
Novi Rimba Sari
Abstract
Burns are a form of damage and loss of tissue in contact with sources such
as fire, hot water, electricity, and high temperature radiation. A number of studies
show that traditional crops have the potential of burning healing agents, one of
which is the crown of the god (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). This study
aims to determine the effect of dosage emulgel extract of the crown of gods with
chitosan as a gelling agent against healing burns in mice. Category of research
conducted in this study is true experimental laboratories with the design of pre
posttest only control group design. The subjects of this study were 20 rats divided
into 4 groups, ie positive control group (+), negative control group (-), emulgel-
chitosan control group of 10% crown fruit of god and control group of emulgel-
chitosan extract of crown of god 20% . Each group consists of 5 rats. Heated
metal plates (± 2 cm) are used to produce burns on the backs of rats. Treatment
and measurement of burn diameter of each group was conducted for 21 days.
The results of this study indicate that each control gives effect to the healing of
burns. Emulgel-chitosan extract of the crown of the gods with concentration of
20% has the greatest healing effect with 95.43% healing percentage compared to
10% (77.3%), 10% (10%), positive control (90,73%), , and negative control
(64,94%). The conclusions of this study are emulgel-chitosan crown fruit extract
with 20% concentrate has a healing effect more effective than other controls.
Abstrak
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan dimana
terjadi kontak dengan sumber seperti api, air panas, listrik, dan radiasi dengan
suhu tinggi. Sejumlah studi menunjukkan bahwa tanaman tradisional berpotensi
sebagai agen penyembuhan luka bakar, salah satunya buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian sediaan emulgel ekstrak buah mahkota dewa
dengan kitosan sebagai gelling agent terhadap penyembuhan luka bakar pada
tikus. Kategori penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah true
experimental laboratories dengan rancangan pre posttest only control group
design. Subjek penelitianya adalah 20 ekor tikus yang dibagi dalam 4 kelompok,
yaitu kelompok kontrol positif (+), kelompok kontrol negatif (-), kelompok
kontrol emulgel-kitosan ekstrak buah mahkota dewa 10% dan kelompok kontrol
emulgel-kitosan ekstrak buah mahkota dewa 20%. Masing-masing kelompok
terdari dari 5 ekor tikus. Lempeng logam (± 2 cm) yang dipanaskan digunakan
untuk menghasilkan luka bakar pada bagian kulit punggung tikus. Pengobatan dan
pengukuran diameter luka bakar setiap kelompok dilakukan selama 21 hari. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kontrol memberikan pengaruh terhadap
penyembuhan luka bakar. Emulgel-kitosan ekstrak buah mahkota dewa dengan
konsentrasi 20% memiliki efek penyembuhan yang paling besar dengan
presentase penyembuhan 95,43% dibandingkan dengan emulgel-kitosan ekstrak
buah mahkota dewa 10% (77,3%), kontrol positif (92,73%), dan kontrol negatif
(64,94%). Kesimpulan penelitian ini adalah emulgel-kitosan ekstrak buah
mahkota dewa dengan konsentari 20% memiliki efek penyembuhan yang lebih
efektif dari kontrol lainnya.
Kata kunci : Emulgel, Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.),
Kitosan, Luka bakar, Penyembuhan luka.
1
Korespon densi : Novi Rimba Sari, Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Borneo Cendekia Medika Jl. Sultan Syahrir No. 11, Arut Selatan Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74100 Email : novi.rimbasari92@gmail.com
1. Pendahuluan Luka bakar adalah suatu bentuk
Di Indonesia terdapat laporan kerusakan dan kehilangan
mengenai jumlah penderita dan jaringan dimana terjadinya kontak
jumlah angka kematian yang dengan sumber seperti api, air
diakibatkan karena luka bakar. panas, listrik, dan radiasi dengan
Berdasarkan catatan WHO luka suhu yang sangat tinggi. Saat
bakar menyebabkan 195.000 terjadi kontak dengan sumber
kematian/tahun diseluruh dunia termis (penyebab lainnya), terjadi
terutama negara miskin dan proses reaksi kimiawi yang
berkembang. Luka bakar yang menguras energi dari jaringan
tidak menyebabkan kematian pun sehingga sel tereduksi dan
ternyata menimbulkan kecacatan mengalami kerusakan. Panas yang
pada penderitanya. Salah satu mengenai tubuh tidak hanya
organ yang paling rawan terkena mengakibatkan kerusakan topikal
dampak luka bakar adalah kulit namun juga memiliki efek
(Purnomo, 2014). sistemik. Perubahan ini khusus
Kulit merupakan salah satu organ terjadi pada luka bakar dan
yang sangat penting bagi tubuh, umumnya tidak ditemui pada luka
kulit berperan sebagai proteksi yang disebabkan oleh cedera lain
tubuh dalam mencegah infeksi (Mawarsari, 2015).
dan penguapan berlebih. Kulit Penanganan pada penderita luka
merupakan indra peraba yang bakar, salah satunya dengan
menerima rangsangan nyeri, menggunakan sediaan topikal.
panas,dingin, dan sebagainya. Pemberian sediaan topikal yang
Kulit dapat mengalami kerusakan tepat serta efektif, dapat
jaringan, salah satunya diharapkan mengurangi dan
disebabkan oleh suhu yang tinggi mencegah infeksi pada luka.
atau tidak stabil. Kerusakan Sediaan topikal yang dipilih pada
jaringan kulit yang diakibatkan penelitian kali ini adalah sediaan
oleh suhu adalah luka bakar emulgel. Emulgel adalah sediaan
(Purnomo, 2014). emulsi tipe minyak/air atau
air/minyak yang digelkan dengan polimer alam hasil dari dealkilasi
adanya penambahan gelling agent kitin, dimana kitin adalah
didalamnya (Khasanah, 2016). komponen dasar dari kutikula
Kelebihan gel yaitu dapat pelindung (lobster, udang,
memberikan rasa dingin di kulit, kepiting) yang merupakan
karena adanya kandungan air polisakarida dengan struktur mirip
yang cukup tinggi sehingga seperti selulosa. Sehingga kitosan
nyaman digunakan. Pada emulsi memiliki penetrasi yang tinggi
terdapat fase minyak yang untuk mengikat gel pada luka
berfungsi sebagai emolien yang bakar (Rahayu, 2015).
akan mencegah penguapan, Obat-obatan herbal banyak
sehingga kandungan air di dalam digunakan sebagai alternatif
kulit dapat dipertahankan pengobatan karena toksisitas lebih
(Laverius, 2011). Pada sediaan rendah dibanding obat-obatan
emulgel memiliki sistem emulsi kimia. Penggunaan obat herbal
dan sistem gel. Pada sistem untuk perawatan luka bakar akan
emulsi, terdapat emulsifying agent sangat membantu masyarakat,
yang berperan dalam menentukan tanaman obat herbal yang
sifat fisik dan stabilitas fisik digunakan adalah buah mahkota
emulsi. Sedangkan pada sistem dewa, karena harganya yang
gel, terdapat gelling agent yang murah, mudah untuk ditanam dan
akan berperan dalam menentukan dipelihara. Zat aktif yang
sifat fisik dan stabilitas fisik gel terkandung di dalam buah
(Laverius, 2011). mahkota dewa antara lain,
Pemilihan gelling agent sangat Alkaloid, Saponin,
menentukan hasil ahkir sediaan. Lignan(polifenol),dan Flavonoid
Gelling agent golongan polimer yang memiliki efek sebagai
alam adalah kitosan. Kitosan yang antibakteri dan sebagai
digunakan untuk merekatkan gel antiinflamasi (Perdana, 2011).
dengan kulit dan sebagai Berdasarkan uraian diatas, maka
pengental. Kitosan adalah suatu akan dilakukan penelitian tentang
formulasi emulgel ekstrak buah Ekstraksi dan Skrining Fitokimia
mahkota dewa dengan gelling buah mahkota dewa
agent (GA) kitosan untuk Serbuk simplisia sebanyak 1
mengatasi luka bakar pada tikus kg ditambahkan Etanol 70%,
yang dilukai logam panas. dibiarkan selama 5 hari sambil
2. Metode Penelitian diaduk berulang-ulang. Ekstrak
Pembuatan simplisia buah disaring dengan kertas saring dan
mahkota dewa diuapkan menggunakan Waterbath
Daging buah mahkota pada suhu 60°C sampai alkohol
dewa tua yang berwarna hilang (Astuti, 2012). Skrining
merah dicuci dengan air fitokimia dilakukan untuk
sampai bersih. Daging buah mengetahui ada tidaknya komponen
mahkota dewa yang telah bioaktif yang terkandung pada buah
dicuci, kemudian dipotong mahkota dewa. Skrining fitokimia
dengan ukuran 1-2 mm. meliputi uji Alkaloid, Saponin,
Setelah dipotong, daging Lignan (Polifenol), dan Flavonoid.
buah mahkota dewa Pembuatan Gelling Agent Kitosan
dikeringkan dengan Pembuatan gelling agent
menggunakan oven pada kitosan digunakan larutan asam
suhu kurang lebih 40°C. asetat 1%, karena kitosan
Simplisia kering dibersihkan mempunyai kelarutan pada asam
kembali dari kotoran yang asetat 1%.
mungkin menempel pada saat Formulasi sediaan emulgel ekstrak
pengovenan (sortasi kering). buah mahkota dewa
Selanjutnya simplisia kering Formulasi emulgel dibuat menjadi 3
diblender menjadi serbuk dan bagian : F1 mengandung senyawa
diayak. Simplisia serbuk aktif ekstrak buah mahkota dewa
disimpan dalam wadah bersih 10%, F2 mengandung senyawa aktif
dan tertutup rapat ekstrak buah mahkota dewa 20%,
(Sulistiawati, 2010). dan F3 tidak mengandung senyawa
aktif (Placebo). Tehnik pembuatan
emulgel ekstrak buah mahkota dewa Uji sifat fisik sediaan emulgel
dengan mencampurkan fase air dan ekstrak buah mahkota dewa
fase minyak dengan mortir hingga
✓ Uji Organoleptik
homogen. Kemudian dilanjutkan
dengan pengandukan menggunakan Uji organoleptik dilakukan untuk
magnetic stirrer kecepatan sedang melihat tampilan fisik sediaan
selama 30 menit. Selanjutnya diaduk dengan cara melakukan pengamatan
dengan menggunakan alat ultra trax terhadap bentuk, warna dan bau dari
pada kecepatan 16000 rpm selamat sediaan yang telah dibuat
10 menit.
✓ Uji
Tabel 1 Formulasi sediaan emulgel
Homogenitas
ekstrak buah mahkota dewa.
Uji homogenitas dilakukan untuk
melihat apakah sediaan yang telah
dibuat homogen atau tidak. Caranya,
gel dioleskan pada kaca transparan
dimana sediaan diambil 3 bagian
yaitu, atas, tengah dan bawah.
Homogenitas ditujukkan dengan
tidak adanya buturan kasar
✓ Uji
pH
Uji pH dilakukan untuk melihat
tingkat keasaman sediaan agar
sediaan gel tidak menyebabkan iritasi
pada kulit. pH sediaan gel diukur
dengan menggunakan stik pH
universal. Stik pH universal
dicelupkan ke dalam sampel gel yang
telah diecerkan, diamkan beberapa
saat dan hasilnya disesuaikan dengan selama 1 menit, lalu diukur
standar pH universal. pH sediaan diameternya. Selanjutnya
ditambahkan lagi 100 gram beban
yang memenuhi kriteria pH kulit
dan ditunggu 1 menit, lalu diukur
yaitu dalam interval 4,5-6,5.
diameternya. Daya sebar emulgel
✓ Uji Daya Lekat yang baik antara 5-7 cm
Uji daya lekat dilakukan untuk
Perlakuan hewan uji
mengetahui lama perlekatan sediaan
emulgel pada kulit. Emulgel Pada penelitian ini digunakan
diletakkan di atas dua gelas objek, hewan uji tikus betina yang dibagi
kemudian ditekan dengan beban 1 kg menjadi 4 kelompok yang diberi
selama 5 menit. Setelah itu dipasang perlakuan berbeda. Hewan uji
objek glass pada alat uji lalu diinduksi logam panas dengan
ditambahkan beban 80 gram pada diameter ± 2 cm dengan waktu
alat uji, kemudian dicatat waktu pemejanan 5 detik. Kemudian
pelepasan dari gelas objek dilakukan pengolesan emulgel
kitosan-ekstrak buah mahkota dewa,
✓ Uji
kontrol (+) dan kontrol (-), kemudian
Daya Sebar
diamati pengurangan luka bakar.
Uji daya sebar dilakukan untuk
menjamin pemerataan emulgel saat Analisa data
diaplikasikan segera setelah emulgel
Data yang diperoleh dari penelitian
dibuat. Sediaan emulgelditimbang
ini berupa diameter luka (cm) yang
sebanyak 0,5 gram, setelah itu
diukur dengan jangka sorong.
diletakkan gel tepat dibawah kaca
Diameter luka bakar yang diperoleh
yang dibawahnya disertai dengan
dihitung dengan menggunakan
skala, kemudian ditutup kaca lain
rumus : dx =
dan dibiarkan selama 5 menit, setelah
itu diukur diameter sebarnya.
Ket : dx : diameter pada hari ke x
Kemudian ditambahkan 50 gram
dx(1,2,3) : diameter luka bakar
beban tambahan dan di diamkan
dalam berbagai arah
Kemudian hitung presentasi Eritema Luka Bakar Derajat II Pada
penyembuhan luka bakar dengan Tikus (Rattus norvegicus) Galur
rumus berikut : Wistar”. Padapenelitian kali ini
mengembangkan penelitian
P% =
sebelumnya dengan mengkombinasi
ekstrak buah mahkota dewa
Ket : P% = Presentasi penyembuhan
(Phaleria macrocarpa (Scheff).
luka bakar pada hari ke x
Boerl.) dengan kitosan sebagai
do = Diameter luka bakar awal gelling agent terhadap
penyembuahan luka bakar. Diawali
dx = Diameter luka bakar pada hari
dengan pembuatan simplisia buah
pengamatan
mahkota dewa menurut Sulistiawati
Data yang diperoleh dari rumus 1
(2010) daging buah mahkota dewa
dan rumus 2 di analisa dengan uji
(Phaleria macrocarpa (Scheff).
normalitas yaitu Shapiro-Wilk 2
Boerl.) yang berwarna merah dicuci
test(p > 005). Data berdistribusi
hingga bersih yang bertujuan untuk
normal dilanjutkan analisis
menghilangkan kotoran. Daging
parametik (ANOVA) dan apabila
buah yang telah bersih dipotong-
data berdistribusi tidak normal
potong yang bertujuan agar pada
dilakukan uji non parametik. Uji
saat proses pengeringan lebih
ANOVA untuk mengetahui
mudah. Proses pengeringan daging
perbedaan KI, KII, KIII, dan KIV
buah mahkota dewa dilakukan
terhadap penyembuhan luka bakar
dengan cara dioven, karena untuk
pada tikus.
mengurangi kadar air selain itu
3. Hasil dan pembahasan pengeringan dengan menggunakan
Penelitian ini merupakan oven suhu dapat diatur serta
penelitian lanjutan dari penelitian kandungan dalam buah mahkota
sebelumnya yaitu “Efek Pemberian dewa masih tetap terjaga. Daging
Ekstrak Buah Mahkota Dewa buah mahkota dewa yang telah
(Phaleria macrocarpa (Scheff). kering diblender agar
Boerl.)Terhadap Penurunan Derajat mempermudah pengayakkan dan
kemudian diayak untuk macrocarpa (Scheff). Boerl.).
menghasilkan serbuk yang halus Kandungan dalam ekstrak buah
serta dikemas dalam wadah tertutup. mahkota dewa (Phaleria
Serbuk simplisia buah macrocarpa (Scheff). Boerl.)
mahkota dewa diekstrak dengan diidentifikasi dengan cara skrining
metode maserasi. Pemilihan metode fitokimia. Kandungan senyawa
ekstrak dengan cara maserasi karena yang diuji antara lain golongan
metode ini sederhana dan tidak Alkaloid, Saponin, Lignan
memerlukkan banyak biaya. Cairan (Polifenol), dan Flavonoid yang
penyari atau pelarut yang digunakan mana menurut Suharto (2015)
adalah etanol 70% yang mana senyawa-senyawa tersebut berperan
menurut Indraswari (2008) pada dalam penyembuhan luka, yang
penelitian sebelumnya etanol 70% mana Alkaloid dan Saponin sebagai
sangat efektif dalam mengahasilkan antibakteri, Polifenol sebagai
jumlah bahan aktif yang optimal, antihistamin dan Flavonoid sebagai
tidak beracun, absorbsinya baik dan antiinflamasi. Dalam penelitian ini
panas yang diperlukan untuk ekstrak buah mahkota dewa positif
pemekatan lebih sedikit. Ekstrak mengandung senyawa tersebut.
cair yang diperoleh dari 1 kg serbuk
Pembuatan gelling agent kitosan
buah mahkota dewa (Phaleria
Pada pembuatan gelling
macrocarpa (Scheff). Boerl.) yang
agent kitosan digunakan larutan
dilarutkan pada 4 liter etanol 70%
asam asetat 1%, karena kitosan
diuapkan sampai mendapat ekstrak
mempunyai kelarutan pada asam
kental. Penguapan dilakukan dengan
asetat 1%. Gelling agent kitosan
tujuan menghilangkan pelarut etanol
terbentuk setelah dilakukan
dari proses ekstraksi. Hasil akhir
pemanasan dan pengadukan
ekstraksi diperoleh ekstrak kental
sehingga kelarutannya meningkat.
buah mahkota dewa sebanyak 275
Pembuatan sediaan emulgel
ml, ekstrak berwarna coklat pekat
Pada penelitian ini emulgel
dan memiliki bau khas buah
dibuat dengan mencampurkan fase
mahkota dewa (Phaleria
air dan fase minyak. Fase air terdiri
dari ekstrak buah mahkota dewa (
Phaleria macrocarpa
(Scheff).Boerl) sebagai zat aktif, Evaluasi uji fisik sediaan
kitosan sebagai gelling agent, yang Tabe 2 hasil uji sifat fisik
mana menurut Ahlam (2011)
kitosan dapat menyembuhan luka
bakar, Karbopol sebagai pengental,
yang mana menurut Laverius (2011)
Karbopol dapat menstabilkan
emulsi dengan mengentalkan fase
kontinyu sehingga mengurangi
creaming dan Propilenglikol
sebagai humektan. Fase minyak
VCO berfungsi sebagai emolien,
yang membantu mencegah
penguapan sehingga kandungan air
pada kulit dapat dipertahankan.
Tween 80 dan span 80 emulsifying
agent yang membuat fase minyak
dan fase air bercampur membentuk
Hasil uji efektifitas luka bakar
sistem emulsi.
pada tikus