Professional Documents
Culture Documents
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Burnout
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Burnout
3 November 2017
ABSTRACT
The globalization era has given many changes in some aspects of life such as women
participation in work field. The effects of doing their role, women oftentimes feel weary not
only physical but also mental and emotional therefore it can influence their work
performance and personal life. This condition is called by “burnout”. Burnout is influenced
by individual, environment and cultural factor. Based on that problem, the researcher was
interested to find out some factors that influence burnout for working women in Banyumas
Regency. This research was quantitative by corelative analysis design and the sample was
chosen by simple random sampling. The relationship between characteristic of respondent
demography and burnout were analyzed by Chi-Square and Sommers d test. The result of
analysis are 55% respond are mild burnout and 42,5% are moderate burnout. Level of
education, kind of work, amount of income and work duration were some factors that
influence burnout for working women in Banyumas Regency. Based on that fact, it is
needed some efforts to prevent sustainable burnout by developing comfort environment’s
work and educate support system.
Keywords: burnout, working, women
ABSTRAK
Era globalisasi telah memberikan banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk partisipasi wanita dalam lapangan pekerjaan. Dalam menjalankan perannya,
seringkali wanita merasakan kelelahan yang berlebihan, tidak hanya fisik namun juga
mental dan emosional yang kemudian berimbas pada performa kerja dan kehidupan
personalnya. Kondisi ini dikenal dengan istilah burnout. Burnout dipengaruhi oleh faktor
individu, lingkungan, dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi burnout pada wanita bekerja di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analisis korelatif. Sampel dipilih secara
simple ramdom sampling. Analisis hubungan karakteristik demografi responden dengan
burnout dilakukan dengan Uji Chi Square dan Sommers d. Hasil analisis diketahui bahwa
55% responden mengalami burnout ringan dan 42,5% lainnya mengalami burnout sedang.
Burnout pada wanita bekerja di Kabupaten Banyumas dipengaruhi oleh faktor tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, dan jam bekerja. Perlu diciptakan lingkungan
kerja yang nyaman dengan support system yang adekuat, serta penghargaan yang sesuai
untuk menurunkan burnout.
Kata kunci: burnout, bekerja, wanita.
190
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
191
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
192
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai p 0,000, dan jam kerja dengan nilai
terdapat empat faktor yang p 0,012. Sedangkan usia, status
mempengaruhi burnout pada wanita pernikahan, jumlah anak, dan jabatan
bekerja di wilayah Kabupaten Banyumas struktural tidak mempengaruhi terjadinya
yaitu tingkat pendidikan, jenis burnout karena memiliki nilai p > 0,05.
pekerjaan/profesi, penghasilan dengan
193
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
194
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
195
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
sehingga lebih mudah mengalami konflik potensial mengalami burnout. Hasil ini
dan tertekan dengan pekerjaan. Selain sejalan dengan penelitian Suharti &
karena sebaran usia yang tidak merata, Daulima (2013). Kondisi keluarga tidak
hasil ini juga dipengaruhi oleh karakter dapat dilepaskan dari burnout pada
pekerjaan. Pada penelitian ini tanggung pekerja, karena salah satu penyebab
jawab yang diterima responden tidak exhaution, cynicism, dan professional
semata ditentukan oleh usia, tetapi efficacy adalah work – home
kompetensi yang dimiliki. Responden interference. Anak menjadi salah satu
bekerja sesuai kompetensi yang yang mempengaruhi keadaan tersebut.
dimilikinya. Menurut Decy dan Ryan Tidak jarang juga wanita bekerja
(2000), seseorang yang mengalami mengalami konflik peran antara sebagai
burnout disebabkan oleh kegagalan pekerja dan sebagai ibu. Ibu bekerja
dalam mencapai kepuasan dalam sering kali mengalami dilema saat harus
kebutuhan psikologis dasar. Salah satu membagi waktu antara pekerjaan dan
kebutuhan psikologis tersebut adalah kepentingan keluarga. Terlebih dengan
kompetensi. Kompetensi ini dimiliki Indonesia yang menganut nilai budaya
setiap orang tanpa ada batasan usia. bahwa tanggung jawab utama wanita
Kedua, faktor status perkawinan. adalah mengurus anak dan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan responden Sedangkan sebagai pekerja profesional
yang belum menikah maupun sudah wanita juga harus terikat dengan aturan
menikah sama-sama berpotensi tempatnya bekerja. Kesulitan ini dapat
mengalami burnout. Hasil ini diperkuat diatasi dengan hadirnya asisten rumah
oleh penelitian Suharti dan Daulima tangga yang mengambil alih tugas ibu
(2013). Namun hasil ini bertentangan dalam mengasuh anak saat ibu sedang
dengan penelitian Jackson dalam bekerja.
Cooper et al. (2003) dan Wills dalam Faktor terakhir yang diteliti
Odgen (2004) bahwa individu yang adalah jabatan struktural. Tidak ada
berstatus single lebih berisiko mengalami pengaruh jabatan terhadap terjadinya
burnout. Burnout yang dialami oleh burnout. Hasil ini didukung oleh
pekerja yang masih single berkaitan penelitian Saputri (2017). Jabatan
dengan tidak adanya dukungan sosial berkaitan dengan otonomi yang dimiliki
dari pasangan. Tidak berpengaruhnya pekerja. seseorang yang memiliki
status perkawinan pada penelitian ini jabatan cenderung memiliki otonomi
berkaitan dengan tipe keluarga di yang tinggi. Pemilik jabatan akan lebih
Indonesia. Karakteristik penduduk leluasa mengatur dirinya dan orang lain.
Indonesia memiliki tipe nuclear family, Pada penelitian ini, tidak adanya
dimana seorang anak yang belum hubungan kedua variabel tersebut
menikah akan tetap tinggal bersama kemungkinan berkaitan dengan tipe
keluarga meskipun sudah berusia kepemimpinan. Pemimpin dalam instansi
dewasa. Oleh karena itu, meskipun tempat responden bekerja memberikan
mereka berstatus single namun mereka otonomi yang cukup pada bawahannya,
masih cukup memiliki dukungan sosial sehingga memberikan kenyamanan dan
yang diperoleh dari keluarga. kepuasan dalam bekerja (Decy & Ryan,
Ketiga, jumlah anak. Hasil 2000).
penelitian menunjukkan berapapun
jumlah anak yang dimiliki, sama-sama
196
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
Allarcon, G.M. (2011). A meta analysis of Mohren, D.C.L. Swaen, G.M.H. Kant,
burnoutwith job demand I.J., Van Amelswoort, L.G.P.M.
resources and attitude. Journal (Borm, P.J.A., & Galama, J.
of Vocational Behavior.79.549- (2003). Common infections and
562. the role ofburnout in Dutch
197
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
198