Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.

3 November 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BURNOUT PADA WANITA BEKERJA DI


KABUPATEN BANYUMAS

Keksi Girindra Swasti1, Wahyu Ekowati2, Eni Rahmawati3


1,2,3Staf pengajar Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas
Jenderal Soedirman
email: keksi_girindra@yahoo.com

ABSTRACT
The globalization era has given many changes in some aspects of life such as women
participation in work field. The effects of doing their role, women oftentimes feel weary not
only physical but also mental and emotional therefore it can influence their work
performance and personal life. This condition is called by “burnout”. Burnout is influenced
by individual, environment and cultural factor. Based on that problem, the researcher was
interested to find out some factors that influence burnout for working women in Banyumas
Regency. This research was quantitative by corelative analysis design and the sample was
chosen by simple random sampling. The relationship between characteristic of respondent
demography and burnout were analyzed by Chi-Square and Sommers d test. The result of
analysis are 55% respond are mild burnout and 42,5% are moderate burnout. Level of
education, kind of work, amount of income and work duration were some factors that
influence burnout for working women in Banyumas Regency. Based on that fact, it is
needed some efforts to prevent sustainable burnout by developing comfort environment’s
work and educate support system.
Keywords: burnout, working, women

ABSTRAK
Era globalisasi telah memberikan banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk partisipasi wanita dalam lapangan pekerjaan. Dalam menjalankan perannya,
seringkali wanita merasakan kelelahan yang berlebihan, tidak hanya fisik namun juga
mental dan emosional yang kemudian berimbas pada performa kerja dan kehidupan
personalnya. Kondisi ini dikenal dengan istilah burnout. Burnout dipengaruhi oleh faktor
individu, lingkungan, dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi burnout pada wanita bekerja di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analisis korelatif. Sampel dipilih secara
simple ramdom sampling. Analisis hubungan karakteristik demografi responden dengan
burnout dilakukan dengan Uji Chi Square dan Sommers d. Hasil analisis diketahui bahwa
55% responden mengalami burnout ringan dan 42,5% lainnya mengalami burnout sedang.
Burnout pada wanita bekerja di Kabupaten Banyumas dipengaruhi oleh faktor tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan, dan jam bekerja. Perlu diciptakan lingkungan
kerja yang nyaman dengan support system yang adekuat, serta penghargaan yang sesuai
untuk menurunkan burnout.
Kata kunci: burnout, bekerja, wanita.

190
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

PENDAHULUAN mental dan emosional (Schaufelly,


Era globalisasi telah 2009).
memberikan banyak perubahan dalam Menurut Sullivan dalam Spector
berbagai aspek kehidupan, termasuk (2008) burnout dapat disebabkan oleh
partisipasi wanita dalam lapangan faktor individu, lingkungan, dan budaya.
pekerjaan. Data badan Pusat Statistik Termasuk dalam faktor lingkungan
tahun 2017 menunjukkan tingkat adalah konflik peran. Pekerjaan yang
partisipasi angkatan kerja wanita tidak sesuai dengan bidang keahlian
meningkat 2,33 persen poin, dari 52,71 juga dapat memicu terjadinya burnout.
persen pada tahun 2016 menjadi 55,04 Begitu pula dengan peran ganda,
persen. Bahkan tren yang berkembang, seorang wanita yang berperan sebagai
perusahaan lebih berminat untuk pekerja dan ibu rumah tangga akan lebih
merekrut tenaga kerja wanita daripada berpotensi mengalami burnout. Faktor
laki-laki. Tidak sedikit juga wanita yang lainnya adalah beban kerja yang
mampu menunjukkan potensinya dalam berlebihan, meliputi lamanya jam kerja,
menjalankan peran diberbagai bidang banyaknya tanggungjawab yang harus
keahliannya, sehingga wanita diterima, dan banyaknya tugas yang
mendapatkan peluang karir yang setara harus diselesaikan. Keterlibatan
dengan laki-laki. Peran dan tanggung terhadap pekerjaan, tingkat fleksibilitas
jawab dalam pekerjaan seringkali waktu kerja, dan dukungan sosial juga
memberikan stressor bagi pekerja. mempengaruhi terjadinya burnout
Stressor yang berlebihan dalam waktu (Alarcon, 2011).
yang berkepanjangan dapat Selain faktor lingkungan, burnout
menimbulkan stres. juga dipengaruhi oleh faktor individu
Hasil penelitian di Jerman seperti jenis kelamin, usia, etnis, status
menunjukkan bahwa 8% pekerja perkawinan, tipe kepribadian, konsep
mengalami stres kerja yang dirasakan diri, dan kemampuan mengendalikan
selama 30 hari. Stres kerja tersebut emosi (Sullivan, 1989). Burnout
memberikan dampak tidak hanya pada berpotensi dialami oleh pekerja laki-laki
tempat kerja tetapi juga kehidupan maupun wanita, terlebih dengan adanya
pribadi pekerja, seperti memburuknya kesetaraan gender. Meskipun beberapa
kondisi dalam keluarga dan hubungan penelitian menunjukkan bahwa
pertemanan (Nink, 2015). Keluhan yang seseorang yang belum menikah berisiko
dirasakan oleh pekerja saat mengalami mengalami burnout lebih tinggi, namun
stres berkepanjangan diantaranya lelah pernikahan memberikan tambahan peran
saat bangun tidur di pagi hari, perasaan sosial. Seorang wanita yang sudah
bersalah dalam pekerjaan, dan menikah dan bekerja seringkali
penurunan performa kerja. Kondisi mengalami dilema dalam bekerja. Jenis
tersebut mengindikasikan terjadinya pekerjaan juga turut berperan memicu
burnout. Burnout adalah sindrom yang terjadinya burnout. Hasil penelitian Hadi
berhubungan dengan pekerjaan yang (2009) menunjukkan bahwa profesi yang
ditandai dengan tingkat kelelahan yang paling tinggi mengalami burnout adalah
berlebihan, sinism, dan penurunan profesi kesehatan, selain profesi
efikasi profesional. Kelelahan yang pelayanan publik lainnya seperti guru
dirasakan tidak hanya fisik, tetapi juga atau tenaga pendidik, dimana profesi
tersebut banyak digeluti oleh wanita.

191
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Pada beberapa bidang METODE PENELITIAN


pekerjaan, terkadang pekerja masih Penelitian ini merupakan
harus membawa pekerjaan kantor ke penelitian kuantitatif dengan desain
rumah, padahal anggota keluargapun analisis korelatif. Penelitian dilakukan
menuntut perhatian dari pasangan atau pada bulan Maret – Agustus 2017 di
orang tuanya. Begitupun sebaliknya, wilayah Kabupaten Banyumas. Sampel
saat ada masalah dalam keluarga seperti dipilih secara acidental sampling
anak sakit, sedangkan kedua orang tua sejumlah 200 wanita bekerja di wilayah
bekerja, maka ibulah yang akhirnya Kabupaten Banyumas. Pengumpulan
memutuskan untuk tidak bekerja. data menggunakan instrumen Maslach
Bahkan pada sebagian pekerja wanita Burnout Inventory (MBI) yang sudah
harus menggunakan sebagian waktu dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh
kerjanya untuk mengerjakan urusan peneliti sebelumnya. Analisis hubungan
keluarga seperti mengurus sekolah, karakteristik demografi responden
mengantar, atau menjemput anak. dengan burnout dilakukan dengan Uji
Padahal setiap pekerja pasti terikat Chi Square dan Sommers d.
dengan aturan dan norma sosial di
tempat kerja. Kondisi ini akan berimbas HASIL
pada performa kerja dan kehidupan Berikut adalah hasil penelitian yang
personal pekerja. disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil wawancara dengan 5
wanita bekerja yang berdomisili di Tabel 1. Gambaran burnout pada
wilayah Kabupaten Banyumas, 2 dari 3 wanita bekerja di wilayah Kabupaten
pekerja wanita yang sudah menikah Banyumas
mengeluhkan bahwa tidak bisa berperan
optimal baik sebagai ibu maupun saat Kategori burnout Frekuensi Persentase (%)
Tidak burnout 1 0,5
bekerja di kantor. Dua orang Burnout ringan 110 55
mengatakan bahwa performa kerjanya Burnout sedang 85 42,5
tidak maksimal karena pekerjaan yang Burnout berat 4 2
terlalu banyak. Empat pekerja Jumlah 200 100
mengeluhkan badan terasa mudah lelah, Sumber data primer Mei - Juli 2017
rasa penat yang teramat sangat, dan Berdasarkan tabel 1. diketahui
merasa tidak segar saat bangun tidur. bahwa mayoritas pekerja wanita di
Melihat kondisi tersebut, penulis tertarik Kabupaten Banyumas mengalami
untuk mengetahui faktor-faktor yang burnout ringan sebanyak 55%, disusul
mempengaruhi burnout pada wanita dengan burnout sedang 42,5%. Terdapat
bekerja di Kabupaten Banyumas. pekerja yang mengalami burnout berat
sebanyak 4 orang.

192
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Tabel 2. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi burnout pada wanita


bekerja di wilayah Kabupaten Banyumas (N= 200)
Variabel faktor-faktor yang Burnout Pv
mempengaruhi burnout Tidak burnout Ringan Sedang Berat
Usia
1. 20 - 40 tahun 1 88 65 3 0,631
2. 40 – 60 tahun 0 22 19 1
3. Lebih 60 tahun 0 0 1 0
Status pernikahan
1. Belum menikah 0 24 16 2 0,844
2. Menikah 1 83 67 2
3. Janda 0 3 2 0
Jumlah anak
1. belum memiliki anak 0 32 23 2 0,964
2. 1 orang 0 20 23 1
3. 2 orang 1 40 28 1
4. 3 orang 0 16 6 0
5. Lebih dari 3 0 2 5 0
Pendidikan
1. D3 0 37 19 0 0,000
2. S1 1 69 29 0
3. S2 0 4 34 3
4. S3 0 0 3 1
Pekerjaan
1. Guru 1 46 14 0 0,000
2. Dosen 0 4 36 4
3. Perawat 0 37 20 0
4. Karyawan/staf 0 23 15 0
Jabatan struktural
1. Ya 0 17 15 1 0,879
2. Tidak 1 93 70 3
Penghasilan
1. Kurang Rp. 0 66 28 1 0,000
2.500.000 1 29 22 1
2. Rp. 2.500.000 – Rp.
5.000.000 0 7 33 2
3. Rp. 5.000.001 – Rp.
7.500.000 0 8 2 0
4. Lebih Rp. 7.500.000
Jam kerja dalam
seminggu 1 31 20 0 0,012
1. Kurang 40 jam 0 8 34 3
2. 40 jam 0 71 31 1
3. Lebih 40 jam
Sumber data primer Mei - Juli 2017

Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai p 0,000, dan jam kerja dengan nilai
terdapat empat faktor yang p 0,012. Sedangkan usia, status
mempengaruhi burnout pada wanita pernikahan, jumlah anak, dan jabatan
bekerja di wilayah Kabupaten Banyumas struktural tidak mempengaruhi terjadinya
yaitu tingkat pendidikan, jenis burnout karena memiliki nilai p > 0,05.
pekerjaan/profesi, penghasilan dengan

193
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

PEMBAHASAN Maslach (1976) dalam Schaufeli, Leiter,


Menurut Maslach dan Leiter dan Maslach (2008) bahwa burnout
(2008), burnout adalah respon paparan terjadi pada kondisi hubungan sosial
stres kerja yang berkepanjangan yang yang mengalami perubahan dengan
memberikan efek negatif pada individu, cepat.
organisasi, maupun pengguna Selain jenis pekerjaan, burnout
pelayanan. Sedangkan menurut Pines pada pekerja wanita di Kabupaten
dan Aronso dalam Nursalam (2015) Banyumas juga pengaruhi oleh tingkat
burnout merupakan kelelahan secara pendidikan. Hasil ini sejalan dengan
fisik, emosional, dan mental yang penelitian Maslach dalam Cooper et al.
disebabkan keterlibatan jangka panjang (2003) dan Sahin (2012). Hasil penelitian
dalam situasi yang penuh dengan menunjukkan semakin tinggi tingkat
tuntutan emosional. Pekerja yang pendidikan semakin tinggi tingkat
mengalami burnout akan menunjukkan burnout yang dialami. Dalam pekerjaan,
gejala kelelahan kronis, sikap sinis dan tingkat pendidikan berbanding lurus
negatif terhadap pekerjaan yang dengan peran dan tanggung jawab.
berdampak pada penurunan performa Pekerjaan yang ditekuni responden,
kerja dan kesehatan. Lebih lanjut, merupakan profesi yang memiliki jenjang
pekerja yang mengalami burnout pada karir yang dikategorikan berdasarkan
tingkat tinggi yang berkelanjutan akan tingkat pendidikan. Jenjang karir ini
mengalami masalah fisik maupun berpengaruh terhadap peran pekerja.
psikologis (Bakker, Demerouti, & Sanz- Sebagai contoh, seorang perawat
Vergel, 2014). Menurut Peterson et al. lulusan D3 maka ia akan berperan
(2008) masalah yang dialami seperti sebagai perawat klinis. Tetapi ketika ia
ansietas, depresi, gangguan tidur, melanjutkan pendidikan hingga S1 maka
kerusakan memori, dan nyeri leher. ia akan mendapat peran tidak hanya
Masalah lainnya adalah sakit kepala dan sebagai perawat klinis, tetapi juga
peningkatan risiko infeksi (Mohren et al., perawat pendidik dan perawat
2009). manajerial. Tanggung jawab pun
Pada penelitian ini meningkat saat ia melanjutkan
respondennya adalah pekerja wanita pendidikan hingga jenjang S2, dimana ia
yang berprofesi sebagai guru, dosen, pun harus berperan sebagai perawat
perawat, dan karyawan. Hasil analisis peneliti (Keliat & Akemat, 2010). Hal
univariat menunjukkan mayoritas pekerja yang sama terjadi dalam area
wanita di Kabupaten Banyumas pendidikan. Kondisi ini menunjukkan
mengalami burnout ringan sebanyak adanya peningkatan beban kerja pada
55%, tidak terpaut jauh dengan burnout pekerja seiring dengan peningkatan
sedang sejumlah 42,5%. Hasil ini sesuai tingkat pendidikan. Beban kerja yang
dengan penelitian sebelumnya bahwa berlebih memicu terjadinya burnout pada
burnout banyak dialami oleh profesi pekerja, sebagaimana ditunjukkan oleh
tenaga kesehatan (Putnik & Houkes, penelitian Akhsani (2016). Pada awalnya
2011), guru (Hakanen, Bakker, & pekerja berupaya mengantisipasi
Shaufelli, 2006). Burnout yang dialami terjadinya burnout. Upaya antisipasi ini
oleh profesi pelayanan publik berkaitan disebut sebagai work engagement. Work
dengan adanya interaksi yang dinamis. engagement memang tidak
Menurut Freudenberger (1974) dan menyebabkan terjadinya burnout, namun

194
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

mempengaruhi kepuasan kerja dan yang dilakukan. Aktivitas dilakukan


gejala depresi (Schufeli, 2006). dengan menggunakan energi, baik
Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas fisik maupun non fisik. Energi
burnout adalah penghasilan. yang dikeluarkan dalam jumlah yang
Penghasilan merupakan bentuk besar tanpa diimbangi oleh istirahat yang
penghargaan yang diterima pekerja cukup menyebabkan pekerja mengalami
terhadap kerja yang sudah dilakukan. kelelahan. Responden penelitian ini
Hasil ini didukung oleh penelitian Sahin memiliki aktivitas kerja yang bervariasi
(2012). Hasil penelitian menunjukkan dengan jam kerja yang juga bervariasi.
adanya perbedaan penghasilan dari Sebagian responden bekerja dengan
reponden penelitian. Menurut asumsi aktivitas fisik yang cukup berat, seperti
peneliti, perbedaan penghasilan ini perawat. Sebagian lainnya bekerja
berkaitan dengan status kepegawaian dengan menggunakan kemampuan
responden dan juga instansi tempat kognitif dengan aktivitas fisik yang lebih
responden bekerja. Responden rendah. Meskipun demikian kedua
penelitian ini diambil dari instansi negeri kegiatan tersebut sama-sama
dan swasta, dengan status sebagai memberikan dampak kelelahan bagi
pegawai pemerintah tetap maupun pekerja. Kelelahan tersebut dapat
belum tetap. Status ini menentukan berupa kelelahan fisik (exhaution)
besaran penghasilan yang terima. Pada maupun kelelahan emosional (cynicism)
area pekerjaan responden, tidak ada (Nelson, 2014).
pengklasifikasian tanggung jawab Selain keempat faktor tersebut,
berdasarkan status pekerja. Pada pada penelitian juga teridentifikasi empat
kenyataannya, meskipun pekerja faktor lain, namun tidak mempengaruhi
memiliki tanggung jawab yang sama terjadinya burnout pada wanita bekerja di
namun hasil yang diterima dapat Kabupaten Banyumas. Pertama, faktor
berbeda. Pekerja merasa puas ketika usia. Tidak berpengaruhnya usia
hasil kerjanya mendapatkan terhadap burnout pada penelitian ini
penghargaan yang setimpal. Kepuasan diasumsikan oleh peneliti karena
tersebut akan memotivasi pekerja untuk sebaran usia responden yang kurang
bekerja lebih giat dan bersemangat merata, dimana responden didominasi
sehingga dihasilkan performa kerja yang oleh kelompok dewasa muda. Menurut
positif. Akan tetapi, saat reward yang Maslach orang usia muda lebih berisiko
diterima tidak sesuai dengan upaya mengalami burnout daripada yang
profesional yang dilakukan maka kondisi berusia lebih tua. Para pekerja muda
tersebut dapat mempercepat terjadinya biasanya memiliki idealisme lebih tinggi
burnout (Schufeli, 2006). sehingga terkadang harapannya kurang
Hasil penelitian juga realistis. Seiring bertambahnya usia,
menunjukkan ada hubungan antara jam individu akan lebih stabil dan lebih
kerja dengan burnout. Jam kerja matang, sehingga harapannya akan
merupakan waktu yang digunakan oleh lebih realistis (Suharti & Daulima, 2013).
pekerja untuk melakukan aktivitas kerja. Selain itu, usia muda juga berkaitan
Semakin lama jam kerja maka semakin dengan kemampuan menyelesaikan
tinggi risiko pekerja mengalami burnout, masalah. Pekerja yang berusia muda
karena dengan bertambahnya jam kerja dianggap belum cukup pengalaman dan
maka akan semakin banyak aktivitas masih berada pada tahap adaptasi,

195
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

sehingga lebih mudah mengalami konflik potensial mengalami burnout. Hasil ini
dan tertekan dengan pekerjaan. Selain sejalan dengan penelitian Suharti &
karena sebaran usia yang tidak merata, Daulima (2013). Kondisi keluarga tidak
hasil ini juga dipengaruhi oleh karakter dapat dilepaskan dari burnout pada
pekerjaan. Pada penelitian ini tanggung pekerja, karena salah satu penyebab
jawab yang diterima responden tidak exhaution, cynicism, dan professional
semata ditentukan oleh usia, tetapi efficacy adalah work – home
kompetensi yang dimiliki. Responden interference. Anak menjadi salah satu
bekerja sesuai kompetensi yang yang mempengaruhi keadaan tersebut.
dimilikinya. Menurut Decy dan Ryan Tidak jarang juga wanita bekerja
(2000), seseorang yang mengalami mengalami konflik peran antara sebagai
burnout disebabkan oleh kegagalan pekerja dan sebagai ibu. Ibu bekerja
dalam mencapai kepuasan dalam sering kali mengalami dilema saat harus
kebutuhan psikologis dasar. Salah satu membagi waktu antara pekerjaan dan
kebutuhan psikologis tersebut adalah kepentingan keluarga. Terlebih dengan
kompetensi. Kompetensi ini dimiliki Indonesia yang menganut nilai budaya
setiap orang tanpa ada batasan usia. bahwa tanggung jawab utama wanita
Kedua, faktor status perkawinan. adalah mengurus anak dan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan responden Sedangkan sebagai pekerja profesional
yang belum menikah maupun sudah wanita juga harus terikat dengan aturan
menikah sama-sama berpotensi tempatnya bekerja. Kesulitan ini dapat
mengalami burnout. Hasil ini diperkuat diatasi dengan hadirnya asisten rumah
oleh penelitian Suharti dan Daulima tangga yang mengambil alih tugas ibu
(2013). Namun hasil ini bertentangan dalam mengasuh anak saat ibu sedang
dengan penelitian Jackson dalam bekerja.
Cooper et al. (2003) dan Wills dalam Faktor terakhir yang diteliti
Odgen (2004) bahwa individu yang adalah jabatan struktural. Tidak ada
berstatus single lebih berisiko mengalami pengaruh jabatan terhadap terjadinya
burnout. Burnout yang dialami oleh burnout. Hasil ini didukung oleh
pekerja yang masih single berkaitan penelitian Saputri (2017). Jabatan
dengan tidak adanya dukungan sosial berkaitan dengan otonomi yang dimiliki
dari pasangan. Tidak berpengaruhnya pekerja. seseorang yang memiliki
status perkawinan pada penelitian ini jabatan cenderung memiliki otonomi
berkaitan dengan tipe keluarga di yang tinggi. Pemilik jabatan akan lebih
Indonesia. Karakteristik penduduk leluasa mengatur dirinya dan orang lain.
Indonesia memiliki tipe nuclear family, Pada penelitian ini, tidak adanya
dimana seorang anak yang belum hubungan kedua variabel tersebut
menikah akan tetap tinggal bersama kemungkinan berkaitan dengan tipe
keluarga meskipun sudah berusia kepemimpinan. Pemimpin dalam instansi
dewasa. Oleh karena itu, meskipun tempat responden bekerja memberikan
mereka berstatus single namun mereka otonomi yang cukup pada bawahannya,
masih cukup memiliki dukungan sosial sehingga memberikan kenyamanan dan
yang diperoleh dari keluarga. kepuasan dalam bekerja (Decy & Ryan,
Ketiga, jumlah anak. Hasil 2000).
penelitian menunjukkan berapapun
jumlah anak yang dimiliki, sama-sama

196
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

KESIMPULAN Bakker, A.B., Demerouti, E. & Sanz-


Analisis univariat menunjukkan Vergel. (2014). Burnout and
mayoritas responden mengalami burnout worker engagement: The DJ-R
ringan sebesar 55% dan burnout sedang appoach. Annual Review of
42,5%. Analisis bivariat diperoleh hasil Organization Psychology and
terdapat empat faktor yang Organizational Behavior, 1, 389-
mempengaruhi burnout pada wanita 411.
bekerja di wilayah Kabupaten Banyumas Cooper, C.L. Schabarg, M.J., Winnubst,
yaitu tingkat pendidikan, jenis J.A.M. (2003). The handbook of
pekerjaan/profesi, penghasilan dengan work and health psychology. 2nd
nilai p 0,000, dan jam kerja dengan nilai
Ed. United State: John Wiley &
p 0,012. Sedangkan usia, status Son. Ltd.
pernikahan, jumlah anak, dan jabatan
struktural tidak mempengaruhi terjadinya Deci, E.C. & Ryan, R.M. (2000). The
burnout karena memiliki nilai p > 0,05. what and why of goal pursuit:
Human need and the self
SARAN determination of behavior.
Berdasarkan penelitian yang Psychologycal Inquiry. 11. 227-
telah dilakukan, terdapat beberapa hal 268.
yang dapat disarankan bagi penelitian Departemen Kesehatan Republik
berikutnya. Sampel penelitian dapat Indonesia. (2009). Frofil
diperluas pada profesi lain. Faktor yang Kesehatan Indonesia. Jakarta:
diteliti tidak hanya faktor internal tetapi DepKes RI. Retrieved from
juga faktor eksternal yang http://www.depkes.go.id/resourc
mempengaruhi burnout, seperti es/download/pusdatin/profil-
dukungan sosial, beban kerja, kondisi kesehatan-indonesia/profil-
lingkungan kerja, dan pemberian reward. kesehatan-indonesia-2008.pdf
Burnout sebaiknya digambarkan lebih
detail dari aspek-aspek pendukungnya. Hakanen, J.J., Bakker, A.B., & Schaufeli,
Perlu diciptakan lingkungan kerja yang W.B. (2006). Burnout and work
nyaman dengan support system yang endgagement among teachers.
adekuat, serta penghargaan yang sesuai Journal of School Psychology.
untuk menurunkan burnout. 43. 495-513.
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model
DAFTAR PUSTAKA Praktik Keperawatan
Akhsani, U. (2017). Faktor-faktoryang Profesional. Jakarta: EGC.
berhubungan denga burnout
pada perawat ICU di RSUD Maslach, C., & Later, M. (2008). Early
wilayah Kabupaten Banyumas. predictors of job burnout and
Skripsi. Purwokerto: Universitas engagement. Journal of Applied
Jenderal Soedirman. Psychology. 93. 498-512.

Allarcon, G.M. (2011). A meta analysis of Mohren, D.C.L. Swaen, G.M.H. Kant,
burnoutwith job demand I.J., Van Amelswoort, L.G.P.M.
resources and attitude. Journal (Borm, P.J.A., & Galama, J.
of Vocational Behavior.79.549- (2003). Common infections and
562. the role ofburnout in Dutch

197
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

workong population. Journal of workhome and homework


Psychosomatic Research. 55. interference and burnout among
207-208. primary healthcare physicians: A
gender perspective in a Serbian
Nelson, K. Boudrias, J.S., Brunet, L.
context. BMC Public Health.
Morin, D. De Civita, M., Savoie,
11.716.
A., & Aldeson, M. (2014).
Authentic leadership and Sahin, H. (2012). The levelof burnout of
psychological well-being a the kitchen personel in
individual level of analysis. acommodation facilities.
Burnout Research. 1.90-101. International of Business and
Social Science. 3.7.116-120.
Nink, M. (2015). The German Work
Force Has a Burnout Problem. Saputri, R.D., Swasti, K.G., Ekowati,
Bussiness Journal. W.E. (2017). Gambaran burnout
pada dosen FIKes Unsoed.
Odgen, J. (2004). Health psychology: A
Skripsi. Jurusan Keperawatan
textbook. 3th ed. England: Open
FIKes Unsoed.
University Press. Mc Graw-Hill
Education. Spector, P. E. (2008). Industrial and
organizational psychology. USA:
Peterson, U., Demerouti, E. Bergstrom,
John Wiley and Sons Inc.
G., Samuelsson, M. Asberg, M.
Nygren, A. (2008). Burnout and Suharti, N & Daulima, N.H.C. (2013).
physian and mental health Burnout denga kinerja perawat
among Swedish health care di Rumah Sakit Metropolitan
worker. Journal of Advance Medical Centre Jakarta. Skripsi.
Nursing.62. 84-95. Depok.
Putnik, K., & Houkes, I. (2011). Work
related characteristics,

198

You might also like