Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062

Vol. 1, No. 001, pp. 15-24


Juni 2019

PERKEMBANGAN MORAL SISWA SMP TENTANG


PERMASALAHAN PERTANIAN PASANG SURUT DI KABUPATEN
BANJAR MELALUI PENYELESAIAN MASALAH
Moral Development of Middle School Students about the Problems of Tidal Agriculture in
Banjar District through Problem Solving

RUHENA (1)*, YUDI FIRMANUL ARIFIN (2), AMINUDDIN PRAHATAMA PUTRA (2)
(1)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ispini Tanah Bumbu, Jl. Pembangungan Desa Pulau Salak
Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu 72273, Provinsi Kalimantan Selatan
(2)
Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kota Banjarmasin
70123, Provinsi Kalimantan Selatan

*Corresponding Author: ruhena.soed@gmail.com

ABSTRACT. Moral is the ability to understand values in a society concerning good or bad,
right or wrong things, and what should or should not be done by an individual in a society.
Moral development of adolescence is a time when teenagers are already more mature and
knowledgeable about moral values and the concepts of morality than children. Problem
solving can engage students in solving problems systematically to deal with the problem
associated with the existing life in the community and surrounding environment. Problems of
tidal agriculture were chosen to be the case, so that we can get the moral dilemmas and
characteristics of the stages of moral development of students through problem solving. This
research is aimed at describing (1) moral development stage of the students of SMP Negeri 1
Gambut concerning issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through valid and reliable
problem solving, (2) the characteristics of moral development stages of the students of SMP
Negeri 1 Gambut concerning issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through valid and
reliable problem solving. The method used qualitative approach and descriptive type. The
instruments of the research were in the form of initial tests of moral development using
Defining Issues Test (DIT), written assignments, and interviews. The samples of the research
were students of class VIII SMP Negeri 1 Gambut, Kabupaten Banjar. The results of this
research showed that moral development stages of the students of SMP Negeri 1 Gambut
concerning the issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through problem solving were
in stages 2, 3 and 4. The characteristics of the moral development stages of the students of
SMP Negeri 1 Gambut concerning the issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through
problem solving were the characteristics of stage 2 (self-interest), the characteristics of stage 3
(environmental expectations), and the characteristics of stage 4 (understanding social rules)

Key words: moral, moral development, problem solving

A. PENDAHULUAN akan dilakukan oleh individu tersebut.


Moral adalah kemampuan untuk memahami Remaja dikatakan bermoral jika mereka
nilai-nilai yang ada di masyarakat tentang memiliki kesadaran moral yaitu dapat
pandangan baik-buruk, benar-salah apa yang menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal
seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan yang boleh dilakukan dan tidak boleh serta
oleh individu (Suciati, 2008). Sehingga hal-hal yang etis dan tidak (Budiningsih,
menjadi dasar pemikiran atau tindakan yang 2013). Proses perkembangan yang terjadi

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 15
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

dalam diri seorang remaja terbentuk dengan siswa SMP tentang permasalahan pertanian
apa yang dialami dan diterimanya selama pasang surut di Kabupaten Banjar melalui
masa anak-anak, sedikit demi sedikit hal penyelesaian masalah yang valid dan
tersebut akan mempengaruhi reliabel? 2) Bagaimanakah karakteristik
perkembangannya menuju dewasa. Masalah tahapan perkembangan moral siswa SMP
moral merupakan salah satu aspek penting tentang permasalahan pertanian pasang surut
yang perlu ditumbuh kembangkan dalam diri di Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
seseorang (Furter dalam Monks & Knoers, masalah yang valid dan reliabel?
2002). Tujuan dari penelitian ini sebagai
Menurut Djamarah & Zain, (2010) berikut, yaitu: 1) Mendeskripsikan tahapan
kemampuan berpikir mempengaruhi perkembangan moral siswa SMP tentang
perkembangan moral seseorang tentunya permasalahan pertanian pasang surut di
diperoleh melalui proses belajar. Proses Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
belajar mengajar melalui penyelesaian masalah yang valid dan reliabel. 2)
masalah dapat membiasakan para siswa Mendeskripsikan karakteristik tahapan
menghadapi dan menyelesaikan masalah perkembangan moral siswa SMP tentang
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan pertanian pasang surut di
permasalahan di dalam kehidupan keluarga, Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
bermasyarakat dan bekerja kelak. Suatu masalah yang valid dan reliabel.
kemampuan yang sangat bermakna bagi
kehidupan manusia, juga dapat merangsang 1. Moral dalam Perkembangannya
kemampuan berpikir siswa secara kreatif Menurut Ali & Asrori (2012), moral
dan menyeluruh. Karena dalam proses berasal dari kata latin mores yang artinya
belajarnya, siswa banyak melakukan proses tata cara dalam kehidupan, adat istiadat,
mental dengan menyoroti permasalahan dari kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan
berbagai segi dalam rangka mencari rangkaian nilai tentang berbagai macam
penyelesaian. perilaku yang harus dipatuhi. Moral
Penyelesaian masalah diambil untuk merupakan suatu kebutuhan penting bagi
mencari solusi atas permasalahan yang remaja, terutama sebagai pedoman
terjadi di lingkungan yaitu permasalahan menemukan identitas dirinya,
pertanian pasang surut diangkat menjadi mengembangkan hubungan personal yang
kasus dilema moral seperti pembakaran harmonis, dan menghindari konflik-konflik
lahan pertanian, kesulitan mengairi lahan peran yang selalu terjadi dalam masa transisi
pada musim kemarau dan alih fungsi lahan (Desmita, 2012; Budiningsih, 2013). Papalia
pertanian untuk pembangunan, dengan et al., (2008) menjelaskan masa remaja
mengaitkan nilai-nilai moral dalam bersikap adalah masa transisi perkembangan antara
dan bertindak. Remaja diharapkan dapat masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
menghargai dan mengenal permasalahan- pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
permasalahan yang terjadi di lingkungan tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
sehingga remaja dengan mudah tahun atau awal dua puluhan tahun.
menyelesaikan masalah yang terjadi sesuai Sementara itu, Hurlock, (1990) membagi
dengan tingkat perkembangan moral. masa remaja menjadi masa remaja awal (13-
Desmita, (2012) menyatakan semakin tinggi 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir
tahap perkembangan moral seseorang, akan (16-17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja
semakin terlihat moralitas yang lebih mantap awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
dan bertanggung jawab dari perbuatannya. karena pada masa remaja akhir individu
Berdasarkan latar belakang di atas, telah mencapai masa transisi perkembangan
permasalahan dalam penelitian ini yang lebih mendekati masa dewasa.
dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1) Teori yang digunakan dalam
Bagaimanakah tahapan perkembangan moral perkembangan moral siswa mengacu pada

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 16
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

pada teori yang dikemukakan oleh Piaget, b. Teori Perkembangan Moral Menurut
(1964) dan Kohlberg, (1995). Kohlberg
Menurut Kohlberg, (1995)
a. Teori Perkembangan Moral Menurut perkembangan moral didasarkan terutama
Piaget pada penalaran moral dan berkembang
Teori perkembangan kognisi Piaget secara bertahap. Kohlberg mempelajari cara
(dalam Slavin, 2011) menyatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa bernalar
kecerdasan atau kemampuan kognisi anak tentang aturan yang mengatur perilaku
mengalami kemajuan melalui empat tahap mereka dalam situasi tertentu. Kohlberg
yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan tidak mempelajari permainan anak-anak,
oleh kemunculan kemampuan dan cara tetapi lebih menyelidiki tanggapan mereka
mengolah informasi yang baru. Teori Piaget terhadap beberapa situasi terstruktur atau
tentang perkembangan kognisi juga dilema moral. Kohlberg mengelompokkan
mencakup teori tentang perkembangan keenam (6) tahapan menjadi tiga (3)
penalaran moral. Piaget berpendapat adanya tingkatan yaitu pra-konvensional,
hubungan antara tahap-tahap perkembangan konvensional dan pasca-konvensional.
kognisi dan kemampuan bernalar tentang Ketiga tingkat ini dibedakan oleh cara anak
masalah moral, ketika orang berkembang atau orang dewasa mendefinisikan apa yang
kemampuan kognisinya. Maka, pemahaman dia pahami sebagai sesuatu yang benar
mereka tentang masalah moral juga semakin sehubungan dengan perilaku moral yang
canggih. Adapun tahap-tahap perkembangan tepat (Slavin, 2011). Adapun 6 tahapan
moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) dalam tiga tingkatan tersebut menurut
secara lebih jelas adalah sebagai berikut: Kohlberg, (1995) sebagai berikut:
1) Tahap moralitas heteronom
(heteronomous morality) atau disebut Tingkat Pra-konvensional
tahap “realisme moral” atau “moralitas Pada tingkat ini anak tanggap terhadap
paksaan”. Selama tahap ini anak-anak 6- aturan-aturan budaya dan terhadap
9 tahun menerima dengan utuh terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik
ketentuan dan aturan orang dewasa. dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal
Pelanggaran aturan diyakini akan ini ditafsirkan dari segi akibat fisik atau
membawa hukuman secara otomatis dan kenikmatan perbuatan (hukuman,
orang yang jahat pasti dihukum. Mereka keuntungan, pertukaran kebaikan).
menilai bahwa perilaku yang jahat
adalah perilaku yang menghasilkan Tahap I Orientasi hukuman dan
konsekuensi negatif. ketaatan/kepatuhan
2) Tahap kedua yaitu tahap moralitas Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada
otonom (autonoms morality) atau yang perubahan menentukan baik buruknya tanpa
disebut “moralitas kerjasama”. Pada usia menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari
10-12 tahun anak-anak mulai memahami akibat tersebut. Anak hanya semata-mata
adanya aturan. Mereka mengerti bahwa menghidari hukuman dan tunduk pada
aturan adalah sesuatu yang disetujui kekuasan tanpa mempersoalkannya, inilah
setiap orang, apabila setiap orang setuju sebagai hal yang bernilai dalam dirinya
untuk mengubah aturan tersebut. Maka, sendiri dan bukan karena rasa hormat
aturan tersebut dapat diubah. Aturan terhadap tatanan moral yang melandasi dan
adalah apa yang kita buat, hukuman atas didukung oleh hukuman dan otoritas.
pelanggaran tidak lagi otomatis tetapi
harus diberikan dengan pertimbangan Tahap II Orientasi relativis-instrumental
maksud pelanggar dan lingkungan yang Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar
meringankan. adalah perbuatan yang merupakan cara atau
alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 17
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

dan kadang-kadang juga kebutuhan orang seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran


lain. yang jelas mengenai relativisme nilai dan
pendapat pribadi yang bersesuaian
Tingkat II Konvensional dengannya, terdapat suatu penekanan atas
Pada tingkat ini anak hanya menuruti aturan prosedural untuk mencapai
harapan keluarga, kelompok atau bangsa dan kesepakatan.
dipandang sebagai hal yang bernilai dalam
dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat Tahap VI Orientasi prinsip dan etika
yang segera dan nyata. Sikapnya bukan saja universal
konformitas terhadap harapan pribadi dan Pada tahap ini, hak ditentukan oleh
tata tertib sosial, melainkan juga loyal keputusan suara batin, sesuai dengan
terhadapnya dan secara aktif prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan
mempertahankan, mendukung dan yang mengacu pada komprehensivitas logis,
membenarkan seluruh tata tertib itu, serta universalitas, konsistensi logis. Prinsip-
mengidentifikasikan diri dengan orang atau prinsip ini bersifat abstrak dan etis. Pada
kelompok yang terlibat. hakikatnya inilah prinsip-prinsip universal
keadilan, resiprositas dan persamaan hak
Tahap III Orientasi kesepakatan antara asasi manusia serta rasa hormat terhadap
pribadi atau orientasi “anak manis” manusia sebagai pribadi individual.
Pada tahap ini, perilaku yang baik adalah
yang menyenangkan dan membantu orang Kemampuan Penyelesaian Masalah
lain serta yang disetujui oleh mereka. (Problem Solving)
Perilaku sering dinilai menurut niatnya,
ungkapan “dia bermaksud baik” untuk Penyelesaian masalah adalah proses dasar
pertama kalinya menjadi penting. Orang untuk mengidentifikasi masalah,
mendapatkan persetujuan dengan menjadi mempertimbangkan pilihan penyelesaian
“baik”. masalah dan menentukan pilihan
penyelesaian masalah. Proses penyelesaian
Tingkat III Pasca-konvensional masalah dipilih apabila strategi yang
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas digunakan saat itu tidak berhasil dalam
untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh
moral yang memiliki keabsahan dan dapat karena itu, dalam proses menyelesaikan
diterapkan terlepas dari otoritas kelompok masalah terdapat langkah-langkah
atau orang yang berpegang pada prinsip- (Greenstein, 2012). Adapun langkah-
prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi langkah penyelesaian masalah menurut
individu sendiri dengan kelompok tersebut. Greenstein adalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah (understand the
Tahap IV Orientasi hukum dan ketertiban problem)
Pada tahap ini, terdapat orientasi terhadap Memahami masalah dapat dilihat dari
otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan bagaimana seseorang menjelaskan atau
tata tertib sosial. Perilaku yang baik adalah mendefinisikan masalah dengan kalimatnya
semata-mata melakukan kewajiban sendiri, sendiri. Memahami masalah berupa kegiatan
menghormati otoritas dan menjaga tata tertib awal untuk mengidentifikasi masalah,
sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam kegiatan tersebut dapat berupa mendaftar
dirinya sendiri. apa saja yang diketahui dan tidak diketahui
Tahap V Orientasi kontrak sosial dalam masalah, apa yang coba ditemukan
Pada tahap ini, perbuatan yang baik atau dilakukan dalam masalah, dan
cenderung dirumuskan dalam kerangka hak informasi apa saja yang relevan dengan
dan ukuran individu umum yang telah diuji masalah.
secara kritis dan telah disepakati oleh

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 18
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

2) Memikirkan semua solusi yang mungkin salah satu ancaman yang serius terhadap
dapat dilakukan (brainstorm all possible keberlanjutan swasembada pangan. Alih
solutions) fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung
Setelah dapat memahami masalah, seseorang oleh petani pemilik lahan ataupun tidak
dapat memikirkan secara luas dan kreatif langsung oleh pihak lain yang sebelumnya
tentang ide-ide untuk menyelesaikan diawali dengan transaksi jual beli lahan sawah.
masalah dan menuliskan semua ide yang Permasalahan yang juga terjadi di lahan
telah dipikirkan. pertanian pasang surut adalah pembakaran
3) Menyusun rencana (devise a plan) jerami di lahan pertanian dapat
Pada tahap ini seseorang telah mampu menghilangkan unsur hara yang terkandung
menganalisis, mensintesis, dan dalam jerami dan dapat mengurangi
mengorganisasi ide-ide dalam bentuk tabel, kesuburan tanah, membuat mikroorganisme
diagram, grafik, dan sebagainya. Menyusun yang ada di permukaan tanah mati,
rencana dari titik awal yang logis serta menurunkan produktifitas tanah sehingga
mempertimbangkan sumber, nilai dan tujuan hasil panen semakin hari semakin menurun
di dalam keputusan. dan asap yang dihasilkan pada pembakaran
4) Melaksanakan rencana (carry out the jerami akan mengakibatkan polusi atau
plan) pencemaran udara sekaligus juga akan
Strategi yang telah disusun untuk merusak ozon pelindung bumi.
menyelesaikan masalah pada saat d. Penelitian Deskriptif Kualitatif
perencanaan, pada tahap ini dapat Penelitian ini menggunakan metode
dilaksanakan. Saat melaksanakan rencana, penelitian dengan pendekatan kualitatif.
setiap tahapan rencana dilihat dan dicek Penelitian kualitatif merupakan penelitian
kembali. yang bertolak dari data serta memanfaatkan
5) Mengevaluasi hasil (Evaluate the results) teori yang ada sebagai bahan penjelas
Pada tahap evaluasi ini, dilakukan analisis hingga berakhir dengan suatu teori
solusi terhadap permasalahan sebenarnya. (Suparno, 2010). Jenis penelitian yang
Kemudian melihat hubungan antara hasil digunakan adalah deskriptif. Penelitian
dan permasalahan, apakah hasil masalah deskriptif mempelajari masalah-masalah
telah terselesaikan atau ada perubahan. dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan,
c. Permasalahan Pertanian Pasang peristiwa, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
Surut pandangan-pandangan, serta proses-proses
Menurut Buurman & Balsem, (1990) yang sedang berlangsung, pengaruh-
lahan pasang surut memiliki sifat yang pengaruh dari suatu fenomena dan tidak
spesifik yaitu dipengaruhi air pasang baik menguji hipotesis atau membuat prediksi
secara langsung maupun tidak langsung. (Nazir, 2003; Jalaludin, 2000).
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi
di lahan pertanian pasang surut adalah alih B. METODE PENELITIAN
fungsi lahan pertanian. Alih fungsi lahan Penelitian ini menggunakan metode
atau lazimnya disebut sebagai konversi penelitian dengan pendekatan kualitatif dan
lahan. Konversi lahan adalah perubahan jenis penelitian deskriptif. Peneliti dalam
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan penelitian ini bertindak sebagai instrumen
dari fungsinya semula (seperti yang (human instrumen) sekaligus pengumpul
direncanakan) menjadi fungsi lain yang data. Peranan peneliti dalam penelitian ini
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap adalah sebagai pengamat partisipan dan
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri pengamat penuh. Instrumen bantu penelitian
(Utomo et al. 1992). berupa : 1) Instrumen tes perkembangan
Menurut Bappenas, (2006) alih fungsi moral, instrumen tes perkembangan moral
lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi
dengan menggunakan Defining Issue Test

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 19
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

(DIT) berdasarkan teori perkembangan siswa dengan menggunakan Defining Issue


moral Kohlberg yang diadaptasi dari Test (DIT) berdasarkan teori perkembangan
Budiningsih (2013) pada tes penalaran moral Kohlberg yang diadaptasi dari
moral, kepercayaan dan empati. Instrumen Budiningsih, (2013) pada tes penalaran
tes ini digunakan untuk mengetahui tahapan moral, kepercayaan dan empati. Tes ini
awal perkembangan moral siswa. 2) Tugas dibuat dalam bentuk soal pilihan dengan 5
tertulis 1 dan 2 berisi wacana dilema moral cerita dalam setiap cerita disediakan 6
berbasis penyelesaian masalah mengenai alternatif pilihan jawaban yang masing-
permasalahan lingkungan pertanian pasang masing pilihan mewakili setiap tahap
surut di Kabupaten Banjar. 3) Pedoman perkembangan moral Kholberg, (1995).
wawancara, berupa pertanyaan yang akan Nilai setiap jawaban cerita dapat dilihat
diajukan pada subjek yang mengarah pada sebagai berikut :
tujuan penelitian pada saat melakukan Cerita 1 (a=4, b=6, c=5, d=3, e=1, f=2);
wawancara. Cerita 4 (a=4, b=2, c=3, d=5, e=1, f=6)
Instrumen bantu penelitian yang Cerita 2 (a=2, b=5, c=3, d=4, e=6, f=1);
digunakan ini, sudah di validasi oleh 3 Cerita 5 (a=3, b=6, c=4, d=5, e=1, f=3)
validator (pakar) dan peneliti juga Cerita 3 (a=3, b=1, c=4, d=5, e=6, f=2)
mengumpulkan sejumlah informasi yang Pemilihan subjek berdasarkan kriteria
dibutuhkan dengan alat bantu pengumpul yaitu subjek memiliki tahapan
data berupa alat perekam suara (voice perkembangan moral yang berbeda
recorder) dan catatan lapangan (field note). berdasarkan tes awal perkembangan moral
Teknik pengumpulan data dilakukan yaitu berada pada tahap 2 sampai dengan
melalui empat cara yaitu observasi, tahap 5 (pra konvensional dan post
wawancara, dokumentasi, dan triangulasi konvensional), perbedaan tempat tinggal
(Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini teknik siswa yang tempat tinggalnya berada di
pengumpulan data dibagi menjadi dua garis sekitar kawasan pertanian pasang surut, dan
besar yaitu penjaringan subjek dan kesedian siswa untuk dijadikan subjek.
penelitian lapangan yaitu: Subjek terdiri atas 4 subjek berjenis kelamin
perempuan dan 3 subjek berjenis kelamin
1. Penjaringan subjek laki-laki.
Penjaringan subjek merupakan bagian
dari observasi penelitian, yang didahului 2. Penelitian lapangan
dengan melakukan survei lokasi tempat Penelitian lapangan merupakan bagian
penelitian yang disertai wawancara terhadap dari triangulasi, wawancara mendalam dan
warga di sekitar kawasan pertanian pasang dokumentasi.
surut untuk mendapatkan informasi
mengenai permasalahan lingkungan yang C. HASIL DAN PEMBAHASAN
terjadi di lahan pertanian pasang surut. Tes yang telah dikerjakan oleh 7 subjek
Melakukan pencarian sekolah SMP yang melalui tes awal perkembangan moral
dekat dengan lokasi permasalahan pertanian dengan menggunakan Defining Issue Test
pasang surut atau berada di lingkungan (DIT), tugas tertulis 1 dan tugas tertulis 2
tersebut. Maka, dipilihlah SMP Negeri 1 untuk lebih jelas di sajikan pada Tabel 1 di
Gambut, Kabupaten Banjar. Di sekolah ini, bawah ini:
dilakukan tes awal perkembangan moral
Tabel 1 Hasil Tes Tahapan Perkembangan Moral Siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian Pasang
Surut di Kabupaten Banjar melalui Penyelesaian Masalah
Tahapan Perkembangan Moral
No. Subjek Jenis Tes Kohlberg
2 3 4 5
1. K.N Tes Awal (DIT) √ - - -

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 20
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

Tahapan Perkembangan Moral


No. Subjek Jenis Tes Kohlberg
2 3 4 5
Tugas Tertulis 1 √ - -
Tugas Tertulis 2 √ - -
2. N.R.S Tes Awal (DIT) - √ - -
Tugas Tertulis 1 - √ - -
Tugas Tertulis 2 - √ - -
3. M.F Tes Awal (DIT) - √ - -
Tugas Tertulis 1 - √ - -
Tugas Tertulis 2 - √ - -
4. Y Tes Awal (DIT) - √ -
Tugas Tertulis 1 - √ -
Tugas Tertulis 2 - √ -
5. R.A.P Tes Awal (DIT) - - √ -
Tugas Tertulis 1 - - √ -
Tugas Tertulis 2 - √ - -
6. N.H Tes Awal (DIT) - - - √
Tugas Tertulis 1 √ - - -
Tugas Tertulis 2 √ - - -
7. G.P.F.N.S Tes Awal (DIT) - - √
Tugas Tertulis 1 - - √ -
Tugas Tertulis 2 - - √ -

Keterangan:
1. Tahap 2 : Orientasi relativis-instrumental
2. Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”
3. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban
4. Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial
5. √ : Terpenuhi
6. - : Tidak terpenuhi

Deskripsi pada Tabel 1 melalui tes awal siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian
perkembangan moral dengan menggunakan Pasang Surut di Kabupaten Banjar melalui
Defining Issue Test (DIT) untuk mengetahui Penyelesaian Masalah berada pada tahapan
tahapan awal perkembangan moral siswa perkembangan moral 2, 3, dan 4 menurut
didapatkan tahapan awal 2, 3, 4 dan 5. Pada Kholberg. Hasil kesesuaian langkah
tugas tertulis untuk mengetahui tahapan penyelesaian masalah pada masing-masing
perkembangan moral siswa didapatkan siswa juga berbeda sesuai dengan tahapan
tahapan 2, 3 dan 4. Sehingga hasil temuan perkembangan moralnya, dapat dilihat pada
penelitian tahapan perkembangan moral Tabel 2.
Tabel 2 Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah Berdasarkan Tahapan Perkembangan Moral
Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
No. Tahapan Perkembangan Moral
1 2 3 4
1. Tahap 2 √ √ - -
(Orientasi relativis-instrumental)
2. Tahap 3 √ √ √ -
(Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”)
3. Tahap 4 √ √ √ √
(Orientasi hukum dan ketertiban)

Langkah Penyelesaian Masalah: Hasil mengacu pada Tabel 2 tentang


1 : Memahami masalah (understand the problem)
2 : Memikirkan Solusi (brainstorm all possible solutions) kesesuaian langkah penyelesaian masalah
3 : Menyusun rencana (devise a plan) berdasarkan tahapan perkembangan moral.
4 : Melaksanakan rencana (carry out the plan) Maka, didapatkan hasil pada Tabel 3 di
bawah ini

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 21
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

Tabel 1 Tahapan Perkembangan Moral Siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut
melalui Penyelesaian Masalah
Tahapan
No. Perkembangan Indikator Deskripsi Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah
Moral
1. Tahap 2 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi relativis- • Memikirkan semua dapat memahami masalah dan dapat memikirkan solusi yang
instrumental) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan berorientasi memuaskan
dapat dilakukan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan
orang lain.
2. Tahap 3 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Kesepakatan antara • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
pribadi atau orientasi solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan dan dapat menyusun rencana
“anak manis”) dapat dilakukan berorientasi menyenangkan dan membantu orang lain serta
• Menyusun rencana yang disetujui oleh mereka.
3. Tahap 4 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi hukum dan • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
ketertiban) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan, dapat menyusun rencana dan
dapat dilakukan dapat melaksanakan rencana berorientasi melakukan
• Menyusun rencana kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata
• Melaksanakan rencana tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.

Temuan Tabel 3 tahapan perkembangan menyelesaikan. Saat subjek mampu


moral siswa SMP tentang permasalahan mencapai perkembangan penalaran moral
pertanian pasang surut di Kabupaten Banjar dengan baik yaitu di tingkat pra
melalui penyelesaian masalah, dapat konvensional (tahap 2) dan konvensional
diketahui bahwa kesesuaian langkah (tahap 3 dan 4), maka akan mampu
penyelesaian masalah siswa pada tahap 2, 3 menghayati norma-norma masyarakat
dan 4 perkembangan moral berbeda. Pada dengan baik dan langkah-langkah
akhirnya subjek yang berada pada tahapan penyelesaian masalah pertanian pasang surut
perkembangan moral yang berbeda, mampu yang dilalui dalam menyelesaikan masalah
melalui langkah penyelesaian masalah juga akan semakin lengkap.
pertanian pasang surut yang sesuai dengan Data hasil wawancara tugas tertulis yang
tingkat perkembangan moralnya. Jadi, dapat dilakukan oleh subjek untuk mengetahui
disimpulkan bahwa semakin tinggi tahapan karakteristik tahapan perkembangan moral
perkembangan moral siswa. Maka, siswa SMP tentang permasalahan pertanian
kesesuaian langkah yang dilalui dalam pasang surut di Kabupaten Banjar melalui
menyelesaian masalah juga akan semakin penyelesaian masalah, dengan melihat
lengkap. jawaban mengenai pendapat dan tanggapan
Menurut Made (2009) penyelesaian siswa tentang permasalahan yang ada dalam
masalah merupakan suatu aktifitas kognitif tugas tertulis melalui wawancara. Hasil
dimana siswa tidak saja harus dapat temuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di
mengerjakan tetapi juga harus yakin bisa bawah ini:
Tabel 2 Karakteristik Perkembangan Moral Siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut
melalui Penyelesaian Masalah
Tahapan
No. Perkembangan Indikator Deskripsi Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah
Moral
1. Tahap 2 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi relativis- • Memikirkan semua dapat memahami masalah dan dapat memikirkan solusi yang
instrumental) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan berorientasi memuaskan
dapat dilakukan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan
orang lain.
2. Tahap 3 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Kesepakatan antara • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 22
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

Tahapan
No. Perkembangan Indikator Deskripsi Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah
Moral
pribadi atau orientasi solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan dan dapat menyusun rencana
“anak manis”) dapat dilakukan berorientasi menyenangkan dan membantu orang lain serta
• Menyusun rencana yang disetujui oleh mereka.
3. Tahap 4 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi hukum dan • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
ketertiban) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan, dapat menyusun rencana dan
dapat dilakukan dapat melaksanakan rencana berorientasi melakukan
• Menyusun rencana kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata
• Melaksanakan rencana tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.

Tabel 4 karakteristik perkembangan atau toko dan melakukan pembakaran


moral siswa SMP tentang permasalahan lahan dengan tujuan mempercepat
Pertanian Pasang Surut di Kabupaten Banjar persiapan atau pengolahan lahan agar
melalaui penyelesaian masalah dapat tidak mengalami kesulitan mengolah
diketahui bahwa karakteristik siswa pada lahan. Kurangnya pengetahuan untuk
setiap tahap perkembangan moral berbeda mengolah lahan pertanian pasang surut,
sesuai dengan orientasi pertimbangan moral. sehingga menyiakan sumber pupuk
Perbedaan karakteristik perkembangan alami dengan memanfaatkan jerami
moral dilatari oleh pengambilan keputusan menjadi pupuk, hasil kerajinan atau atap
(decision making) pada saat subjek kandang dapat mengurangi tumpukan
memposisikan dirinya dalam setiap wacana jerami.
dilema moral permasalahan pertanian b. Karakteristik tahap 3 (Harapan
pasang surut. Pengambilan keputusan dalam lingkungan) berorientasi untuk
pertimbangan moral merupakan memenuhi harapan lingkungan
pertimbangan atas dasar tanggung jawab (masyarakat) agar dipandang baik
(Sadler & Zeider, 2002). dengan berusaha membantu untuk tidak
melakukan pembakaran jerami di lahan
D. KESIMPULAN pertanian dan tidak melakukan penjualan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lahan yang dapat menimbulkan dampak
sebagai berikut: negatif bagi lahan pertanian pasang
1. Tahapan perkembangan moral siswa surut.
SMP tentang permasalahan pertanian c. Karakteristik tahap 4 (Pemahaman
pasang surut melalui penyelesaian aturan sosial) berorientasi untuk
masalah berada pada tahap 2 (orientasi mempertahankan pemahaman aturan
relativis-instrumental), tahap 3 (orientasi sosial yang ada di lingkungan
kesepakatan antara pribadi atau (masyarakat) dengan menjaga tata tertib
orientasi “anak manis”), dan tahap 4 sosial untuk tidak melakukan penjualan
(orientasi hukum dan ketertiban). lahan kepada orang yang bertujuan
2. Karakteristik tahapan perkembangan melakukan pembangunan dan
moral siswa SMP tentang permasalahan pembakaran lahan pertanian pasang
pertanian pasang surut di Kabupaten surut yang dapat menimbulkan dampak
Banjar melalui penyelesaian masalah, negatif bagi lingkungan serta menyiakan
setiap tahapan memiliki karakteristik sumber pupuk alami yang terbuat dari
yang berbeda yaitu : jerami.
a. Karakteristik tahap 2 (Kepentingan diri
sendiri) berorientasi untuk memenuhi E. DAFTAR PUSTAKA
kepentingan dirinya dengan Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori,
memanfaatkan lahan pertanian pasang 2012. Psikologi Remaja; Perkembangan
surut untuk pembangunan perumahan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 23
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019

Bappenas, 2006. Petunjuk Teknis Pengajuan Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran
Usulan Kegiatan yang dibiayai dari Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi
Pinjaman dan/Atau Hibah Luar Negeri. Aksara.
Jakarta. Nazir, Mohammad. 2003. Metode
Budiningsih, Asri. 2013. Pembelajaran Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa Piaget, J. 1964. Cognitive Development in
dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta. Children: Development in Learning.
Buurman, P. dan Balsem, T. 1990. Land Journal of Research in Science
Unit Classification for the Teaching, Vol. 2, 176-186.
Reconnaissance Soil Survey of Sadler, Troy. D dan Dana L. Zeidler. 2002.
Sumatera. Tech. Rep. No. 3. LREP. The Morality of Socioscientific Issues:
Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Construal and Resolution of Genetic
Agroklimat. Engineering Dilemmas. USA: Wiley
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Periodical, University of South Florida,
Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Tampa.
Rosdakarya. Slavin, Robert E. 2011. Psikologi
Djamarah, Bahri Syaiful dan Zain, Aswan. Pendidikan Teori dan Praktik Edisi
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: kesembilan Jilid 1. Diterjemahkan oleh
Rineka Cipta. Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.
Greenstein, Laura. 2012. Assesing 21st Suciati, Riris. 2008. Perkembangan Moral
Century Skills: A Guide to Evaluating Anak Tunggal Pada Usia 15–18 Tahun.
Mastery and Authentic Learning.USA: Universitas Gunadarma.
Corwin. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Hurlock, E.B. 1990. Child Growth and Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Development. Mc Gaw Hill Book Suparno. 2010. Jurnal Pendidikan Khusus.
Company, USA: NY. Universitas Yogyakarta.
Jalaluddin, Rachmat. 2000. Metodologi Utomo, M., Eddy Rifai., dan Abdulmutalib
Penelitian Komunikasi. Bandung: Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih
Remaja Rosda Karya Fungsi Lahan. Lampung: Universitas
Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap-tahap Lampung.
Perkembangan Moral. Diterjemahkan
oleh John de Santo dan Agus Cremers.
Yogyakarta: Kanisius.

Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 24

You might also like