Professional Documents
Culture Documents
Perkembangan Moral Siswa SMP Tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut Di Kabupaten Banjar Melalui Penyelesaian Masalah
Perkembangan Moral Siswa SMP Tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut Di Kabupaten Banjar Melalui Penyelesaian Masalah
RUHENA (1)*, YUDI FIRMANUL ARIFIN (2), AMINUDDIN PRAHATAMA PUTRA (2)
(1)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ispini Tanah Bumbu, Jl. Pembangungan Desa Pulau Salak
Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu 72273, Provinsi Kalimantan Selatan
(2)
Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kota Banjarmasin
70123, Provinsi Kalimantan Selatan
ABSTRACT. Moral is the ability to understand values in a society concerning good or bad,
right or wrong things, and what should or should not be done by an individual in a society.
Moral development of adolescence is a time when teenagers are already more mature and
knowledgeable about moral values and the concepts of morality than children. Problem
solving can engage students in solving problems systematically to deal with the problem
associated with the existing life in the community and surrounding environment. Problems of
tidal agriculture were chosen to be the case, so that we can get the moral dilemmas and
characteristics of the stages of moral development of students through problem solving. This
research is aimed at describing (1) moral development stage of the students of SMP Negeri 1
Gambut concerning issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through valid and reliable
problem solving, (2) the characteristics of moral development stages of the students of SMP
Negeri 1 Gambut concerning issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through valid and
reliable problem solving. The method used qualitative approach and descriptive type. The
instruments of the research were in the form of initial tests of moral development using
Defining Issues Test (DIT), written assignments, and interviews. The samples of the research
were students of class VIII SMP Negeri 1 Gambut, Kabupaten Banjar. The results of this
research showed that moral development stages of the students of SMP Negeri 1 Gambut
concerning the issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through problem solving were
in stages 2, 3 and 4. The characteristics of the moral development stages of the students of
SMP Negeri 1 Gambut concerning the issues of tidal agriculture in Kabupaten Banjar through
problem solving were the characteristics of stage 2 (self-interest), the characteristics of stage 3
(environmental expectations), and the characteristics of stage 4 (understanding social rules)
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 15
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
dalam diri seorang remaja terbentuk dengan siswa SMP tentang permasalahan pertanian
apa yang dialami dan diterimanya selama pasang surut di Kabupaten Banjar melalui
masa anak-anak, sedikit demi sedikit hal penyelesaian masalah yang valid dan
tersebut akan mempengaruhi reliabel? 2) Bagaimanakah karakteristik
perkembangannya menuju dewasa. Masalah tahapan perkembangan moral siswa SMP
moral merupakan salah satu aspek penting tentang permasalahan pertanian pasang surut
yang perlu ditumbuh kembangkan dalam diri di Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
seseorang (Furter dalam Monks & Knoers, masalah yang valid dan reliabel?
2002). Tujuan dari penelitian ini sebagai
Menurut Djamarah & Zain, (2010) berikut, yaitu: 1) Mendeskripsikan tahapan
kemampuan berpikir mempengaruhi perkembangan moral siswa SMP tentang
perkembangan moral seseorang tentunya permasalahan pertanian pasang surut di
diperoleh melalui proses belajar. Proses Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
belajar mengajar melalui penyelesaian masalah yang valid dan reliabel. 2)
masalah dapat membiasakan para siswa Mendeskripsikan karakteristik tahapan
menghadapi dan menyelesaikan masalah perkembangan moral siswa SMP tentang
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan pertanian pasang surut di
permasalahan di dalam kehidupan keluarga, Kabupaten Banjar melalui penyelesaian
bermasyarakat dan bekerja kelak. Suatu masalah yang valid dan reliabel.
kemampuan yang sangat bermakna bagi
kehidupan manusia, juga dapat merangsang 1. Moral dalam Perkembangannya
kemampuan berpikir siswa secara kreatif Menurut Ali & Asrori (2012), moral
dan menyeluruh. Karena dalam proses berasal dari kata latin mores yang artinya
belajarnya, siswa banyak melakukan proses tata cara dalam kehidupan, adat istiadat,
mental dengan menyoroti permasalahan dari kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan
berbagai segi dalam rangka mencari rangkaian nilai tentang berbagai macam
penyelesaian. perilaku yang harus dipatuhi. Moral
Penyelesaian masalah diambil untuk merupakan suatu kebutuhan penting bagi
mencari solusi atas permasalahan yang remaja, terutama sebagai pedoman
terjadi di lingkungan yaitu permasalahan menemukan identitas dirinya,
pertanian pasang surut diangkat menjadi mengembangkan hubungan personal yang
kasus dilema moral seperti pembakaran harmonis, dan menghindari konflik-konflik
lahan pertanian, kesulitan mengairi lahan peran yang selalu terjadi dalam masa transisi
pada musim kemarau dan alih fungsi lahan (Desmita, 2012; Budiningsih, 2013). Papalia
pertanian untuk pembangunan, dengan et al., (2008) menjelaskan masa remaja
mengaitkan nilai-nilai moral dalam bersikap adalah masa transisi perkembangan antara
dan bertindak. Remaja diharapkan dapat masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
menghargai dan mengenal permasalahan- pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
permasalahan yang terjadi di lingkungan tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
sehingga remaja dengan mudah tahun atau awal dua puluhan tahun.
menyelesaikan masalah yang terjadi sesuai Sementara itu, Hurlock, (1990) membagi
dengan tingkat perkembangan moral. masa remaja menjadi masa remaja awal (13-
Desmita, (2012) menyatakan semakin tinggi 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir
tahap perkembangan moral seseorang, akan (16-17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja
semakin terlihat moralitas yang lebih mantap awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
dan bertanggung jawab dari perbuatannya. karena pada masa remaja akhir individu
Berdasarkan latar belakang di atas, telah mencapai masa transisi perkembangan
permasalahan dalam penelitian ini yang lebih mendekati masa dewasa.
dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1) Teori yang digunakan dalam
Bagaimanakah tahapan perkembangan moral perkembangan moral siswa mengacu pada
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 16
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
pada teori yang dikemukakan oleh Piaget, b. Teori Perkembangan Moral Menurut
(1964) dan Kohlberg, (1995). Kohlberg
Menurut Kohlberg, (1995)
a. Teori Perkembangan Moral Menurut perkembangan moral didasarkan terutama
Piaget pada penalaran moral dan berkembang
Teori perkembangan kognisi Piaget secara bertahap. Kohlberg mempelajari cara
(dalam Slavin, 2011) menyatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa bernalar
kecerdasan atau kemampuan kognisi anak tentang aturan yang mengatur perilaku
mengalami kemajuan melalui empat tahap mereka dalam situasi tertentu. Kohlberg
yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan tidak mempelajari permainan anak-anak,
oleh kemunculan kemampuan dan cara tetapi lebih menyelidiki tanggapan mereka
mengolah informasi yang baru. Teori Piaget terhadap beberapa situasi terstruktur atau
tentang perkembangan kognisi juga dilema moral. Kohlberg mengelompokkan
mencakup teori tentang perkembangan keenam (6) tahapan menjadi tiga (3)
penalaran moral. Piaget berpendapat adanya tingkatan yaitu pra-konvensional,
hubungan antara tahap-tahap perkembangan konvensional dan pasca-konvensional.
kognisi dan kemampuan bernalar tentang Ketiga tingkat ini dibedakan oleh cara anak
masalah moral, ketika orang berkembang atau orang dewasa mendefinisikan apa yang
kemampuan kognisinya. Maka, pemahaman dia pahami sebagai sesuatu yang benar
mereka tentang masalah moral juga semakin sehubungan dengan perilaku moral yang
canggih. Adapun tahap-tahap perkembangan tepat (Slavin, 2011). Adapun 6 tahapan
moral menurut Piaget (dalam Slavin, 2011) dalam tiga tingkatan tersebut menurut
secara lebih jelas adalah sebagai berikut: Kohlberg, (1995) sebagai berikut:
1) Tahap moralitas heteronom
(heteronomous morality) atau disebut Tingkat Pra-konvensional
tahap “realisme moral” atau “moralitas Pada tingkat ini anak tanggap terhadap
paksaan”. Selama tahap ini anak-anak 6- aturan-aturan budaya dan terhadap
9 tahun menerima dengan utuh terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik
ketentuan dan aturan orang dewasa. dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal
Pelanggaran aturan diyakini akan ini ditafsirkan dari segi akibat fisik atau
membawa hukuman secara otomatis dan kenikmatan perbuatan (hukuman,
orang yang jahat pasti dihukum. Mereka keuntungan, pertukaran kebaikan).
menilai bahwa perilaku yang jahat
adalah perilaku yang menghasilkan Tahap I Orientasi hukuman dan
konsekuensi negatif. ketaatan/kepatuhan
2) Tahap kedua yaitu tahap moralitas Pada tahap ini, akibat-akibat fisik pada
otonom (autonoms morality) atau yang perubahan menentukan baik buruknya tanpa
disebut “moralitas kerjasama”. Pada usia menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari
10-12 tahun anak-anak mulai memahami akibat tersebut. Anak hanya semata-mata
adanya aturan. Mereka mengerti bahwa menghidari hukuman dan tunduk pada
aturan adalah sesuatu yang disetujui kekuasan tanpa mempersoalkannya, inilah
setiap orang, apabila setiap orang setuju sebagai hal yang bernilai dalam dirinya
untuk mengubah aturan tersebut. Maka, sendiri dan bukan karena rasa hormat
aturan tersebut dapat diubah. Aturan terhadap tatanan moral yang melandasi dan
adalah apa yang kita buat, hukuman atas didukung oleh hukuman dan otoritas.
pelanggaran tidak lagi otomatis tetapi
harus diberikan dengan pertimbangan Tahap II Orientasi relativis-instrumental
maksud pelanggar dan lingkungan yang Pada tahap ini, perbuatan dianggap benar
meringankan. adalah perbuatan yang merupakan cara atau
alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 17
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 18
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
2) Memikirkan semua solusi yang mungkin salah satu ancaman yang serius terhadap
dapat dilakukan (brainstorm all possible keberlanjutan swasembada pangan. Alih
solutions) fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung
Setelah dapat memahami masalah, seseorang oleh petani pemilik lahan ataupun tidak
dapat memikirkan secara luas dan kreatif langsung oleh pihak lain yang sebelumnya
tentang ide-ide untuk menyelesaikan diawali dengan transaksi jual beli lahan sawah.
masalah dan menuliskan semua ide yang Permasalahan yang juga terjadi di lahan
telah dipikirkan. pertanian pasang surut adalah pembakaran
3) Menyusun rencana (devise a plan) jerami di lahan pertanian dapat
Pada tahap ini seseorang telah mampu menghilangkan unsur hara yang terkandung
menganalisis, mensintesis, dan dalam jerami dan dapat mengurangi
mengorganisasi ide-ide dalam bentuk tabel, kesuburan tanah, membuat mikroorganisme
diagram, grafik, dan sebagainya. Menyusun yang ada di permukaan tanah mati,
rencana dari titik awal yang logis serta menurunkan produktifitas tanah sehingga
mempertimbangkan sumber, nilai dan tujuan hasil panen semakin hari semakin menurun
di dalam keputusan. dan asap yang dihasilkan pada pembakaran
4) Melaksanakan rencana (carry out the jerami akan mengakibatkan polusi atau
plan) pencemaran udara sekaligus juga akan
Strategi yang telah disusun untuk merusak ozon pelindung bumi.
menyelesaikan masalah pada saat d. Penelitian Deskriptif Kualitatif
perencanaan, pada tahap ini dapat Penelitian ini menggunakan metode
dilaksanakan. Saat melaksanakan rencana, penelitian dengan pendekatan kualitatif.
setiap tahapan rencana dilihat dan dicek Penelitian kualitatif merupakan penelitian
kembali. yang bertolak dari data serta memanfaatkan
5) Mengevaluasi hasil (Evaluate the results) teori yang ada sebagai bahan penjelas
Pada tahap evaluasi ini, dilakukan analisis hingga berakhir dengan suatu teori
solusi terhadap permasalahan sebenarnya. (Suparno, 2010). Jenis penelitian yang
Kemudian melihat hubungan antara hasil digunakan adalah deskriptif. Penelitian
dan permasalahan, apakah hasil masalah deskriptif mempelajari masalah-masalah
telah terselesaikan atau ada perubahan. dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan,
c. Permasalahan Pertanian Pasang peristiwa, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
Surut pandangan-pandangan, serta proses-proses
Menurut Buurman & Balsem, (1990) yang sedang berlangsung, pengaruh-
lahan pasang surut memiliki sifat yang pengaruh dari suatu fenomena dan tidak
spesifik yaitu dipengaruhi air pasang baik menguji hipotesis atau membuat prediksi
secara langsung maupun tidak langsung. (Nazir, 2003; Jalaludin, 2000).
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi
di lahan pertanian pasang surut adalah alih B. METODE PENELITIAN
fungsi lahan pertanian. Alih fungsi lahan Penelitian ini menggunakan metode
atau lazimnya disebut sebagai konversi penelitian dengan pendekatan kualitatif dan
lahan. Konversi lahan adalah perubahan jenis penelitian deskriptif. Peneliti dalam
fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan penelitian ini bertindak sebagai instrumen
dari fungsinya semula (seperti yang (human instrumen) sekaligus pengumpul
direncanakan) menjadi fungsi lain yang data. Peranan peneliti dalam penelitian ini
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap adalah sebagai pengamat partisipan dan
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri pengamat penuh. Instrumen bantu penelitian
(Utomo et al. 1992). berupa : 1) Instrumen tes perkembangan
Menurut Bappenas, (2006) alih fungsi moral, instrumen tes perkembangan moral
lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi
dengan menggunakan Defining Issue Test
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 19
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 20
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Keterangan:
1. Tahap 2 : Orientasi relativis-instrumental
2. Tahap 3 : Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”
3. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban
4. Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial
5. √ : Terpenuhi
6. - : Tidak terpenuhi
Deskripsi pada Tabel 1 melalui tes awal siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian
perkembangan moral dengan menggunakan Pasang Surut di Kabupaten Banjar melalui
Defining Issue Test (DIT) untuk mengetahui Penyelesaian Masalah berada pada tahapan
tahapan awal perkembangan moral siswa perkembangan moral 2, 3, dan 4 menurut
didapatkan tahapan awal 2, 3, 4 dan 5. Pada Kholberg. Hasil kesesuaian langkah
tugas tertulis untuk mengetahui tahapan penyelesaian masalah pada masing-masing
perkembangan moral siswa didapatkan siswa juga berbeda sesuai dengan tahapan
tahapan 2, 3 dan 4. Sehingga hasil temuan perkembangan moralnya, dapat dilihat pada
penelitian tahapan perkembangan moral Tabel 2.
Tabel 2 Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah Berdasarkan Tahapan Perkembangan Moral
Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
No. Tahapan Perkembangan Moral
1 2 3 4
1. Tahap 2 √ √ - -
(Orientasi relativis-instrumental)
2. Tahap 3 √ √ √ -
(Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”)
3. Tahap 4 √ √ √ √
(Orientasi hukum dan ketertiban)
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 21
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Tabel 1 Tahapan Perkembangan Moral Siswa SMP tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut
melalui Penyelesaian Masalah
Tahapan
No. Perkembangan Indikator Deskripsi Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah
Moral
1. Tahap 2 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi relativis- • Memikirkan semua dapat memahami masalah dan dapat memikirkan solusi yang
instrumental) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan berorientasi memuaskan
dapat dilakukan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan
orang lain.
2. Tahap 3 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Kesepakatan antara • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
pribadi atau orientasi solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan dan dapat menyusun rencana
“anak manis”) dapat dilakukan berorientasi menyenangkan dan membantu orang lain serta
• Menyusun rencana yang disetujui oleh mereka.
3. Tahap 4 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi hukum dan • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
ketertiban) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan, dapat menyusun rencana dan
dapat dilakukan dapat melaksanakan rencana berorientasi melakukan
• Menyusun rencana kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata
• Melaksanakan rencana tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 22
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Tahapan
No. Perkembangan Indikator Deskripsi Kesesuaian Langkah Penyelesaian Masalah
Moral
pribadi atau orientasi solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan dan dapat menyusun rencana
“anak manis”) dapat dilakukan berorientasi menyenangkan dan membantu orang lain serta
• Menyusun rencana yang disetujui oleh mereka.
3. Tahap 4 • Memahami masalah Kesesuaian langkah penyelesaian masalah siswa adalah
(Orientasi hukum dan • Memikirkan semua dapat memahami masalah, dapat memikirkan solusi yang
ketertiban) solusi yang mungkin mungkin dapat dilakukan, dapat menyusun rencana dan
dapat dilakukan dapat melaksanakan rencana berorientasi melakukan
• Menyusun rencana kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata
• Melaksanakan rencana tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 23
BIO-INOVED p-ISSN: 2684-9062
Vol. 1, No. 001, pp. 15-24
Juni 2019
Bappenas, 2006. Petunjuk Teknis Pengajuan Made, Wena. 2009. Strategi Pembelajaran
Usulan Kegiatan yang dibiayai dari Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi
Pinjaman dan/Atau Hibah Luar Negeri. Aksara.
Jakarta. Nazir, Mohammad. 2003. Metode
Budiningsih, Asri. 2013. Pembelajaran Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa Piaget, J. 1964. Cognitive Development in
dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta. Children: Development in Learning.
Buurman, P. dan Balsem, T. 1990. Land Journal of Research in Science
Unit Classification for the Teaching, Vol. 2, 176-186.
Reconnaissance Soil Survey of Sadler, Troy. D dan Dana L. Zeidler. 2002.
Sumatera. Tech. Rep. No. 3. LREP. The Morality of Socioscientific Issues:
Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Construal and Resolution of Genetic
Agroklimat. Engineering Dilemmas. USA: Wiley
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Periodical, University of South Florida,
Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Tampa.
Rosdakarya. Slavin, Robert E. 2011. Psikologi
Djamarah, Bahri Syaiful dan Zain, Aswan. Pendidikan Teori dan Praktik Edisi
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: kesembilan Jilid 1. Diterjemahkan oleh
Rineka Cipta. Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.
Greenstein, Laura. 2012. Assesing 21st Suciati, Riris. 2008. Perkembangan Moral
Century Skills: A Guide to Evaluating Anak Tunggal Pada Usia 15–18 Tahun.
Mastery and Authentic Learning.USA: Universitas Gunadarma.
Corwin. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Hurlock, E.B. 1990. Child Growth and Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Development. Mc Gaw Hill Book Suparno. 2010. Jurnal Pendidikan Khusus.
Company, USA: NY. Universitas Yogyakarta.
Jalaluddin, Rachmat. 2000. Metodologi Utomo, M., Eddy Rifai., dan Abdulmutalib
Penelitian Komunikasi. Bandung: Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih
Remaja Rosda Karya Fungsi Lahan. Lampung: Universitas
Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap-tahap Lampung.
Perkembangan Moral. Diterjemahkan
oleh John de Santo dan Agus Cremers.
Yogyakarta: Kanisius.
Ruhena, et al (2019) Perkembangan Moral Siswa tentang Permasalahan Pertanian Pasang Surut | 24