Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Efektivitas Problem Solving untuk Meningkatkan Keterampilan

Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep


Larutan Elektrolit-Non Elektrolit
Resi Indah Ning Suwarni*, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar
FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
* e-mail: Resiindah2@gmail.com, Telp: +6285768954845

Received: May 17th 2018 Accepted: May 30th 2018 Online Published: May 31th 2018

Abstract: The Effectiveness of Problem Solving Model to Improving Communicating


Skills and Students’ Concept Mastery in electrolyte and nonelectrolyte solutions topic.
This research was aimed to describe the effectiveness of problem solving model to
improve the ability of communicating skills and students’ concept mastery of electrolyte
and nonelectrolyte solutions topic. This research was conducted at MAN Pringsewu with
using kuasi experimental method with Non Equivalence Pretest Posttest Control Group
Design. The sample was obtained by cluster random sampling technique, it was obtained
sample was the X MIA 1 as experimental class and X MIA 3 as contol class. Effectiveness
was evidenced by improvement of communicating skill and students’concept mastery used
t-test, student activity, teachers ability and effect size test. The result showed that the
communicating skills and students’ concept mastery is high, student activity is high,
teacher ability is high and effect size had large criteria. Based on them, problem solving
was effective and had big effect size to improve of the communicating skill and student
concept mastery in electrolyte and non electrolyte solutions topic.

Keywords: communicating skills and concept mastery, electrolyte and non electrolyte
solutions, problem solving

Abstrak: Efektivitas Problem Solving untuk Meningkatkan Keterampilan


Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep pada Materi Larutan Elektrolit dan
Non Elektrolit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model
problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan
konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian ini telah
dilakukan di MAN Pringsewu menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non
Equivalence Pretest Posttest Control Group Design. Sampel dipilih melalui tehnik
cluster random sampling diperoleh sampel yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen
dan X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Keefektifan dibuktikan dari peningkatan
keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa yang menggunakan uji-t
dan didukung oleh aktivitas siswa, kemampuan guru dan uji ukuran pengaruh. Hasil
penelitian yang diperoleh keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep
siswa tinggi, rata-rata aktivitas siswa sangat tinggi, kemampuan guru tinggi dan ukuran
pengaruh yang besar. Berdasarkan hal tersebut, model problem solving efektif dan
memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit.

Kata kunci: keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep, larutan elektrolit


dan non elektrolit, problem solving
2

PENDAHULUAN keingintahuan, kejujuran, ketelitian,


Ilmu kimia merupakan salah ketekunan, hati-hati, dan hemat (Tim
satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Penyusun, 2013).
Alam (IPA) yang mempelajari Dilihat dari materi, dalam
berbagai struktur, susunan, sifat dan mempelajari ilmu kimia bukan hanya
perubahan materi, serta energi yang membutuhkan pemahaman serta
menyertai perubahan materi yang penguasaan konsep saja tetapi dalam
melibatkan keterampilan siswa dan mempelajari kimia di sini siswa
penalaran siswa (Silberberg, 2009). dituntut aktif bersama guru untuk
Ilmu kimia adalah ilmu yang mencari menerapkan ilmu yang dipelajari ke
jawaban atas pertanyaan apa, dalam pengembangan diri (Suyanti,
mengapa, dan bagaimana gejala- 2010). Pelajaran kimia itu perlu
gejala alam yang berkaitan dengan diajarkan untuk tujuan yang lebih
komposisi, struktur dan sifat khusus yaitu membekali peserta
perubahan, dinamika, dan energetika didik pengetahuan, pemahaman,
zat. Ada dua hal yang berkaitan serta sejumlah keterampilan yang
dengan ilmu kimia yang tidak dipersyaratkan untuk memasuki
terpisahkan, yaitu ilmu kimia sebagai jenjang pendidikan yang lebih tinggi
produk (pengetahuan ilmu kimia serta mengembangkan ilmu dan
yang berupa fakta, konsep, prinsip, teknologi. Oleh karena itu dalam
hukum, dan teori) dan ilmu kimia pelaksanaan pembelajaran ilmu
sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh kimia menekankan pada pemberian
sebab itu, pembelajaran ilmu kimia pengalaman belajar secara langsung
dan penilaian hasil belajar kimia dengan melalui pengembangan dan
harus memperhatikan karakteristik keterampilan proses dan sikap ilmiah
ilmu kimia sebagai proses dan sehingga dalam mempelajari kimia
produk (BSNP, 2006). diperlukan suatu pembelajaran yang
Ilmu kimia sebagai proses khusus.
meliputi cara berpikir, sikap, dan Berdasarkan hasil observasi
langkah-langkah kegiatan ilmiah dan wawancara yang telah dilakukan
untuk memperoleh produk-produk dengan guru kimia di MAN
ilmu kimia. Mulai dari menemukan Pringsewu, proses pembelajaran
masalah, mengumpulkan fakta-fakta kimia masih menggunakan model
terkait masalah, membuat asumsi, pembelajaran konvensional, proses
mengendalikan variabel, melakukan pembelajaran berpusat pada guru,
observasi, melakukan pengukuran, siswa hanya mencatat dan
melakukan inferensi, memprediksi, mendengarkan materi dari guru,
mengumpulkan dan mengolah data siswa bertindak sesuai instruksi guru,
hasil observasi, serta menyimpulkan siswa tidak dapat berusaha sendiri
dan mengkomunikasikan. Ilmu kimia untuk mencapai kompetensi yang
sebagai produk dapat berupa hukum, diharapkan serta tidak dapat
konsep, dalil, dan teori. Sementara membangun konsep pembelajaran
nilai-nilai ilmu kimia berhubungan sendiri. Selain itu siswa tidak dapat
dengan tanggung jawab moral, nilai- memecahkan masalah yang ada
nilai sosial, sikap dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang
seseorang dalam belajar ataupun berkaitan dengan pembelajaran,
mengembangkan ilmu kimia. Sikap siswa tidak dapat mencari data yang
dan tindakan ini misalnya toleran, dapat digunakan untuk memecahkan
3

masalah, sehingga siswa tidak dapat mengkomunikasikan siswa pada


menetapkan jawaban sementara dan materi asam basa. Penelitian Siti
menguji jawaban sementara dari (2015) menyimpulkan bahwa model
masalah tersebut, kemudian siswa pembelajaran problem solving efektif
tidak dapat menarik kesimpulan dari dalam meningkatkan kemampuan
masalah yang dihadapi, dalam menyimpulkan pada materi larutan
pembelajaran siswa tidak dilatih elektrolit dan non elektrolit. Atas
untuk dapat mengkomunikasikan. dasar penelitian - penelitian tersebut,
Akibatnya siswa pasif dalam maka penelitian ini mempelajari
pembelajaran, serta kemampuan model problem solving untuk
siswa dalam mengkomunikasikan memecahkan masalah di atas.
rendah, dan nilai hasil belajar siswa Model pembelajaran problem
rendah. solving memiliki ciri-ciri yaitu
Kegiatan pembelajaran yang pembelajaran dimulai dengan adanya
seperti ini tidak menuntut siswa aktif pemberian masalah. Setelah itu,
dalam pembelajaran dan menjadikan siswa mencari data atau informasi
guru sebagai pusat pembelajaran. yang dapat digunakan untuk
Oleh karena itu, perlu dicari model menyelesaikan masalah. Tahap
pembelajaran yang dapat membuat berikutnya siswa membuat jawaban
siswa aktif dalam pembelajaran dan sementara dari permasalahan, yaitu
dapat mengembangkan keterampilan mengemukakan hipotesis atas
mengkomunikasikan siswa, dengan masalah. Berikutnya siswa akan
model pembelajaran yang lebih membuktikan kebenaran dari
menekankan pada pemecahan jawaban sementara tersebut. Pada
masalah yang berorientasi kepada tahap ini, siswa akan melakukan
siswa yang aktif dalam proses observasi, eksperimen, tugas, diskusi
pembelajaran. dan lain-lain untuk membuktikan
Berdasarkan penjelasan di jawaban sementara yang mereka
atas maka perlu dicari suatu model kemukakan yaitu memberikan alasan
pembelajaran yang tepat untuk terhadap jawaban yang dibuat. Tahap
membuat siswa lebih aktif dan dapat terakhir yaitu menarik kesimpulan.
melatih serta mengembangkan Pada tahap ini siswa dituntut untuk
keterampilan mengkomunikasikan mengkomunikasikan hasilnya kepada
siswa, sehingga diharapkan hasil siswa yang lain dan memberikan
belajar siswa menjadi lebih baik. penjelasan mengapa siswa menjawab
Penelitian tentang ini sudah banyak demikian.
dilakukan, antara lain penelitian Mengkomunikasikan atau
Frida (2014) bahwa terdapat keterampilan mengkomunikasikan
peningkatan kemampuan belajar merupakan salah satu keterampilan
siswa dengan menggunakan model proses sains. Keterampilan proses
Problem Solving dibandingkan sains dasar ada enam keterampilan
dengan pembelajaran konvensional antara lain keterampilan mengamati,
pada materi larutan elektrolit dan non mengklasifikasi, mengukur, prediksi,
elektrolit. Selain itu penelitian Yusi menyimpulkan dan komunikasi
(2017) yang menunjukkkan bahwa atau mengkomunikasikan (Suartini,
pembelajaran dengan menggunakan 2007). Salah satu keterampilan
pembelajaran problem solving efektif proses sains yang penting untuk
untuk meningkatkan kemampuan dilatihkan adalah keterampilan
4

mengkomunikasikan. Keterampilan perangkat pembelajaran yang


menyampaikan sesuatu baik secara digunakan yaitu silabus, Rancangan
lisan maupun tulisan termasuk dalam Rencana Pembelajaran (RPP), dan
keterampilan mengkomunikasikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
(Suartini, 2007). Instrumen yang digunakan terdiri
Atas dasar pemikiran di atas, dari soal pretes dan postes yang
maka dalam upaya meningkatkan berupa 13 soal pilihan ganda dan 5
keterampilan mengkomunikasikan soal essay, lembar aktivitas siswa
dan penguasaan konsep siswa selama pembelajaran dan lembar
khususnya pada materi larutan kemampuan guru dalam mengelola
elektrolit dan non elektrolit, maka pembelajaran.
dilakukan penelitian yang berjudul Uji validitas dan reliabilitas
“Efektivitas Model Problem Solving untuk 13 soal pilihan ganda
untuk Meningkatkan Keterampilan digunakan aplikasi ITEMAN versi
Mengomunikasikan dan Penguasaan 4.3. Uji validitas ini dlihat dari nilai
Konsep Siswa pada Materi Larutan sedangkan uji reliabilitas dilihat
Elektrolit dan Non Elektrolit”. dari nilai alpha.

METODE PENELITIAN Tabel 1. Kriteria Reliabilitas(alpha)


Metode penelitian yang Nilai alpha Kriteria
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
digunakan pada penelitian ini adalah 0,61 – 0,80 Tinggi
quasi eksperiment dengan jenis 0,41 – 0,60 Cukup
desain non-equivalen pretest-postest 0,21 – 0,40 Rendah
control group design. Populasi pada 0,00 – 0,20 Sangat rendah
penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X MIA di MAN Pringsewu Validitas dan reliabilitas
yang terdiri dari 4 kelas, dengan untuk 5 soal essay dianalisis dengan
jumlah siswa seluruhnya 136. Sofrware SPSS versi 17 for Windows.
Berdasarkan populasi tersebut dipilih Soal dikatakan valid jika r hitung ≥
2 kelas yang akan dijadikan sampel rtabel dengan taraf signifikan 5%. Uji
penelitian. Teknik pengambilan reliabilitas dilihat dari Cronbach’s
sampel yang digunakan dalam Alpha dengan menggunakan derajat
penelitian ini adalah teknik Cluster reliabilitas menurut Guilford.
Random Sampling, diperoleh sampel
yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas Tabel 2. Kriteria Reliabilitas (r11)
eksperimen dan kelas X MIA 3 Derajat reliabilitas (r11) Kriteria
sebagai kelas kontrol. 0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
Jenis data yang digunakan 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
dalam penelitian ini adalah data 0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang
primer yaitu data pretes dan postes. 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
Variabel bebas pada penelitian ini 0,00 < r11 ≤ 0,20 Tidak reliabel
model pembelajaran konvensional
dan model pembelajaran problem Keefektifan model problem
solving, dan variabel terikat pada solving ditentukan dari ketercapaian
penelitian ini adalah keterampilan dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan penguasaan mengkomunikasikan dan penguasaan
konsep siswa. Pada penelitian ini konsep siswa yang diukur melalui
5

skor n-Gain dengan rumus sebagai nilai pretes dan postes. Selanjutnya
berikut: dilakukan suatu perhitungan untuk
nilai ostes - nilai retes menentukan ukuran pengaruh (effect
n-Gain nilai aksi - nilai retes size) dengan rumus :
2 t2
Hake (2012) Hake (2002) =t2 df
menyatakan n-Gain memiliki kriteria
yaitu: rendah jika n-Gain≤0,3; Keterangan : µ = effect size
sedang jika 0,3<n-Gain≤ 0,7; dan t = t hitung dari uji-t
tinggi jika n-Gain > 0,7. df = derajat kebebasan
Efektivitas model problem
solving didukung dengan aktivitas Tabel 3. Kriteria Effect size menurut
siswa dan kemampuan guru dalam Dincer (2015)
mengelola pembelajaran, untuk
mengetahui keefektifan dan ukuran Effect size (μ) Kriteria
pengaruh (effect size), terlebih ≤ 0,15 Sangat kecil
dahulu dilakukan uji normalitas dan 0,15 < ≤ 0,40 Kecil
0,40 < ≤ 0,75 Sedang
homogenitas terhadap nilai n-Gain
0,75 < ≤ 1,10 Besar
menggunakan SPSS versi 17 for > 1,10 Sangat besar
windows dengan melihat nilai signya.
Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian berasal dari populasi yang
Validitas dan Reliabilitas
berdistribusi normal atau tidak. Uji
Berdasarkan perhitungan
homogenitas untuk mengetahui
yang telah dilakukan pada instrumen
apakah sampel penelitian memiliki
tes, maka diperoleh hasil uji validitas
varians yang homogen atau tidak
untuk 13 soal pretes dan postes
(Sudjana, 2005). Jika sampel
pilihan ganda disajikan pada Tabel 4.
berdistribusi normal dan homogen,
dilakukan uji perbedaan dua rata-rata Tabel 4. Validitas soal pretes dan
(uji-t) untuk mengetahui seberapa postes pilihan ganda.
efektif perlakuan terhadap sampel
penelitian. Uji t yang digunakan Butir Kriteria
Soal Kevalidan
yaitu uji independent sample t-test
dengan menggunakan nilai n-Gain. 1 0.90 Valid
2 0.93 Valid
Kriteria pengujian adalah terima H0 0.90
3 Valid
jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 yang 4 0.91 Valid
berarti ada perubahan yang 5 0.91 Valid
signifikan pada nilai n-Gain antara 6 0.90 Valid
kelas kontrol dan eksperimen, tolak 7 0.91 Valid
8 0.91 Valid
H0 jika sebaliknya. 0.91
9 Valid
Uji ukuran pengaruh (effect 10 0.91 Valid
size) digunakan untuk mengetahui 11 0.91 Valid
seberapa besar pengaruh perlakuan 12 0.91 Valid
terhadap sampel penelitian. Sebelum 13 0.91 Valid
menghitung ukuran pengaruh,
terlebih dahulu mencari nilai t hitung Hasil uji reliabilitas untuk
yang diperoleh dari uji independent soal pretes dan postes pilihan ganda
sample t-test dengan menggunakan disajikan pada Tabel 5.
6

Tabel 5. Reliabilitas soal pretes sehingga layak digunakan sebagai


postes pilihan ganda instrumen penelitian pada materi
Butir
Alpha Kriteria Realiabel larutan elektrolit dan non elektrolit.
Soal
1 0.94 Realiabel
2 0.96 Realiabel
Keefektifan Model Problem
3 0.94 Realiabel Solving
4 0.95 Realiabel Keefektifan model problem
5 0.95 Realiabel solving dapat dilihat dari nilai rata-
6 0.94 Realiabel rata n-Gain yang diperoleh antara
7 0.95 Realiabel
8 0.95 Realiabel
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
9 0.95 Realiabel Sebelum mendapatkan nilai rata-rata
10 0.95 Realiabel n-Gain, terlebih dahulu dihitung rata-
11 0.95 Realiabel rata nilai pretes dan rata-rata nilai
12 0.94 Realiabel postes pada kedua kelas. Hasil rata-
13 0.95 Realiabel
rata pretes dan postes kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Dapat dilihat pada Tabel 4 dan ditunjukkan pada Gambar 1.
5, bahwa 13 butir soal pilihan ganda
mempunyai nilai dan nilai alpha
77.40
yang lebih besar dari 0,3 sehingga
Rata-rata nilia pretes dan postes

soal pilihan ganda dikatakan valid dan 80


reliabel. Uji validitas untuk 5 soal
46.95
essay disajikan pada Tabel 6. 60
pretes

Tabel 6. Hasil uji validitas 5 butir 40 21.39 23.66 postes

soal essay pretes dan


postes 20
Butir
rhitung Dk rtabel
Soal Kriteria 0
1 0,73 20 0,44 Valid Kelas Kelas
2 0,80 20 0,44 Valid Eksperimen Kontrol
3 0,92 20 0,44 Valid Kelas Penelitian
4 0,92 20 0,44 Valid
5 0,79 20 0,44 Valid

Gambar 1. Rata-rata nilai pretes dan


Berdasarkan Tabel 6, kelima postes keterampilan
butir soal essay tersebut memiliki mengkomunikasikan dan
nilai rhitung ˃ rtabel, sehingga soal penguasaan konsep
dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas
soal essay ini ditunjukkan dari nilai Berdasarkan Gambar 1, rata-
Cronbach’s Alpha sebesar 0,89 yang rata nilai pretes dan postes siswa
berarti instrumen tes yang digunakan kelas eksperimen yang diterapkan
secara keseluruhan memiliki kategori model pembelajaran problem solving
derajat reliabilitas yang tinggi. lebih tinggi dibandingkan rata-rata
Berdasarkan hasil analisis nilai pretes dan postes siswa kelas
validitas dan reliabilitas yang telah kontrol dengan model pembelajaran
dilakukan tersebut, maka dapat konvensional.
disimpulkan bahwa soal pretes dan Setelah mendapatkan rata-
postes telah valid dan realiabel rata nilai pretes dan postes kelas
7

eksperimen dan kelas kontrol, n-Gain pada kelas eksperimen yang


selanjutnya didapatkan rata-rata nilai diterapkan model pembelajaran
n-Gain antara kelas kontrol dan kelas problem solving lebih tinggi dengan
eksperimen yang ditunjukkan pada kiteria “tinggi” dibandingkan dengan
Gambar 2. rata-rata nilai n-Gain pada kelas
kontrol yang diterapkan model
pembelajaran konvensional dengan
0.8 0.71 kriteria “sedang”, dapat disimpulkan
0.7
rata-rata nilai n-Gain

bahwa model pembelajaran problem


0.6
solving mampu meningkatkan
0.5
keterampilan mengkomunikasikan
0.4 0.30 dan penguasaan konsep siswa pada
0.3
materi larutan elektrolit dan non
0.2
elektrolit. Hal ini sejalan dengan
0.1
hasil penelitian Yusi (2017) yang
0
menyatakan model pembelajaran
Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol problem solving dapat meningkatkan
keterampilan mengkomunikasikan
Kelas Penelitian siswa.
Keefektifan model problem
Gambar 2. Rata-rata nilai n-Gain solving didalam meningkatkan
keterampilan mengkomunikasikan keterampilan mengkomunikasikan
dan penguasaan konsep siswa dan penguasaan konsep siswa
didukung oleh aktivitas siswa selama
Berdasarkan Gambar 2, pembelajaran yang ditunjukan pada
terdapat perbedaan nilai n-Gain yang Tabel 7 dan kemampuan guru dalam
signifikan antara kelas kontrol dan mengelola pembelajaran yang
kelas eksprimen. Rata-rata nilai ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 7. Data aktivitas siswa selama pembelajaran
% Frekuensi Aktivitas Siswa
Aspek Pengamatan Pertemuan Rata-rata
1 2 3
Memperhatikan/mendengarkan penjelasan
guru/ teman 1.57 1.46 1.71 1.58
Mengidentifikasi Masalah 4.87 2.77 4.76 4.13
Mencari Informasi 3.46 4.51 4.02 4.00
Melibatkan Diri dalam Diskusi 4.87 6.26 8.17 6.43
Bertanya Jawab dengan Guru/Teman 10.69 10.33 9.88 10.30
Mengajukan Hipotesis 9.91 10.63 10.24 10.26
Berkomentar atau Menanggapi Presentasi 14.62 14.56 13.66 14.28
Melakukan Pembuktian Hipotesis 13.68 12.66 13.29 13.21
Melibatkan Diri dalam menyimpulkan
hasil diskusi 12.11 15.43 15.12 14.22
Persentase frekuensi aktivitas siswa yang
relevan 75.78 78.61 80.85 78.41
Kriteria Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Persentase frekuensi aktivitas siswa yang
tidak relevan 24.21 21.40 19.55 21.59
Kriteria Rendah Rendah Rendah Rendah
8

Data hasil aktivitas siswa menanggapi presentase kelompok


selama Pembelajaran diambil oleh lain yaitu 14,28% total frekuensi
observer dengan menggunkan 10 waktu. Persentase rata-rata aktivitas
orang siswa untuk sampel tiap siswa yang relevan meningkat pada
pertemuan dan diperoleh aktivitas pertemuan kedua dan ketiga dan
siswa yang relevan selama proses aktivitas siswa yang tidak relevan
pembelajaran mengalami kenaikan selama pembelajaran menggunakan
pada setiap pertemuannya. Aspek model problem solving mengalami
mengajukan hipotesis, melakukan penurunan dari pertemuan pertama
pembuktian hipotesis dan juga sampai ketiga dilihat dari 21,59%
menyimpulkan hasil diskusi pada total waktu pembelajaran digunakan
pertemuan yang pertama memiliki untuk kegiatan yang tidak relevan,
persentase frekuensi paling rendah, ini dikarenakan siswa sudah mulai
sebab siswa masih belum terbiasa terbiasa belajar dengan model
dengan model pembelajaran problem problem solving, pada pembelajaran
solving, sehingga siswa masih sedikit dengan model yang diterapkan
yang aktif selama kegiatan awal ini, sebelumnya siswa pasif, hal ini
dan juga beberapa siswa masih ada karena siswa hanya mendengarkan
yang mengalami kesulitan dalam penjelasan guru. Secara keseluruhan
mengolah kata-kata yang akan aktivitas siswa yang tidak relevan
digunakan untuk mengajukan selama menggunakan model
hipotesis namun jika dilihat pada tiap pembelajaran problem solving
pertemuan dari pertemuan pertama berkriteria “rendah”. Hal ini sesuai
sampai ketiga aktivitas siswa dengan pendapat Baharudin dan
mengalami peningkatan setelah guru Wahyuni (2007) yang menyatakan
membimbing siswa menggunakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif
model problem solving, karena dalam proses pembelajaran dapat
waktu pembelajaran 2x45 menit meningkatkan pemahaman siswa.
pembelajaran digunakan untuk Berdasarkan Tabel 8. Data
mengaktifkan siswa sebesar 78,41% observasi kemampuan guru dalam
total rata-rata waktu pembelajaran. mengelola pembelajaran dilakukan
Sehingga model problem solving oleh 2 observer yaitu rekan
berpengaruh terhadap peningkatan penelitian dan guru mitra. Aspek-
aktivitas siswa. Hal ini sesuai dengan aspek yang diamati yaitu
hasil penelitian Carolin (2015) pendahuluan, sintak, penutup dan
bahwa problem solving dapat penilaian terhadap guru. Berdasarkan
meningkatkan aktivitas dan prestasi tabel hasil observasi kemampuan
belajar siswa. guru dalam mengelola pembelajaran,
Secara keseluruhan rata-rata diperoleh hasil bahwa rata-rata
aktivitas siswa yang relevan selama persentase kemampuan guru dalam
pembelajaran menggunakan model mengelola pembelajaran dengan
problem solving memiliki kriteria menggunakan model pembelajaran
“tinggi”. Penggunaan model problem problem solving dari pertemuan satu
solving dapat membuat siswa sampai pertemuan tiga meningkat.
menjadi berpartisipasi aktif dalam Berikut Tabel 8. yang menyajikan
pembelajaran, aktivitas siswa yang kemampuan guru dalam mengelola
presentase frekuensinya paling besar pembelajaran dengan menggunakan
pada bagian berkomentar atau model problem solving.
9

Tabel 8. Data hasil observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran


% Kemampuan Guru
Aspek Pengamatan Pertemuan Rata-rata
1 2 3
Pendahuluan 78.12 81.25 81.25 80.20
Permasalahan 75.00 83.33 81.25 80.55
Mencari Data 75.00 75.00 83.33 79.16
Menyusun Hipotesis 75.00 75.00 87.50 79.16
Menguji kebenaran hipotesis 84.37 78.12 87.50 80.20
Menarik Kesimpulan 72.50 77.50 78.12 78.33
Penutup 81.25 87.50 85.00 85.41
Penilaian Terhadap Guru 77.50 80.00 82.50 80.00
Rata-rata 77.00 79.71 87.50 80,00
Kategori Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi

Dari Tabe3l 8. Diatas menemukan suatu konsep secara


diketahui kemampuan guru dalam mandiri. Pada pertemuan kedua dan
mengelola pembelajaran dapat dilihat ketiga mengalami peningkatan hal ini
dari keterlaksanaan sintak (langkah) dikarenakan guru sudah mampu
dari model pembelajaran problem mengelola pembelajaran dengan
solving ketika pembelajaran sedang menggunakan model pembelajaran
berlangsung. Sintak (langkah) model problem solving dilihat dari rata-rata
problem solving yang terdiri dari 5 persentase setiap aspek yang diamati
fase, yaitu sebagai berikut; mengalami peningkatan terutama
permasalahan, mencari informasi, pada langkah atau fase kelima yaitu
mengajukan hipotesis, menguji menyimpulkan. Pada pertemuan
hipotesis, serta menyimpulkan. yang terakhir, guru sudah mampu
Kelima langkah tersebut diharapkan menerapkan model pembelajaran
dapat menjadikan siswa lebih aktif problem solving. Siswa sudah
saat pembelajaran di kelas. Pada mampu mengikuti pembelajaran
penelitian yang dilakukan ini dengan menggunakan model
keterampilan mengkomunikasikan problem solving dengan baik dimana
dan penguasaan konsep siswa siswa sudah mampu belajar secara
dilatihkan pada langkah kelima yaitu mandiri dalam menemukan suatu
menyimpulkan. konsep baru, hal ini dapat dilihat dari
Pada pertemuan pertama rata-rata persentase kemampuan guru
kemampuan guru dalam mengelola mengelola pembelajaran semakin
pembelajaran masih rendah tinggi. Selain itu, siswa sudah
dibandingkan pertemuan selanjutnya mampu mengkomunikasikan dengan
dikarenakan siswa belum terbiasa baik kesimpulan yang diperoleh dari
menggunakan model pembelajaran hasil belajarnya dan menemukan
problem solving, sehingga siswa konsep-konsep baru dengan begitu
belum kondusif saat pembelajaran siswa menjadi lebih aktif saat proses
akibatnya, guru belum efektif dalam pembelajaran, dengan begitu dapat
mengelola pembelajaran, siswa disimpulkan bahwa kemampuan guru
masih terbiasa dengan pembelajaran didalam mengelola pembelajaran
yang berpusat pada guru dimana dapat meningkatkan keterampilan
siswa hanya menerima apa yang mengkomunikasikan dan penguasaan
disampaikan oleh guru bukan konsep siswa pada materi larutan
10

elektrolit dan non elektrolit. Berdasarkan Tabel 10 diatas,


dapat diketahui bahwa hasil uji
Uji Hipotesis homogenitas terhadap nilai n-Gain
pada kelas eksperimen dan kelas
Seberapa besar keefektifan kontrol memiliki nilai sig. > 0,05,
dan ukuran pengaruh (effect size) sehingga keputusan uji terima H0 dan
dapat diketahui dengan melakukan tolak H1 yang berarti kedua sampel
beberapa uji. Hal tersebut dapat mempunyai varians yang homogen.
diketahui dengan melakukan uji
normalitas dan uji homogenitas Uji Perbedaan Dua Rata-rata
terhadap rata-rata nilai n-Gain Setelah diketahui hasil bahwa
terlebih dahulu. Uji normalitas sampel penelitian berdistribusi
dilakukan untuk mengetahui apakah normal dan memiliki varians yang
sampel penelitian berasal dari homogen melalui uji normalitas dan
populasi yang berdistribusi normal uji homogenitas, selanjutnya dapat
atau tidak sedangkan uji homogenitas dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
dilakukan untuk mengetahui apakah (uji-t). Uji-t dilakukan terhadap
sampel penelitian memiliki varians perbedaan rata-rata n-Gain pada
yang homogen atau tidak. Hasil uji kelas eksperimen dan kelas kontrol
normalitas ditunjukkan pada Tabel 9. untuk mengetahui seberapa besar
keefektifan perlakuan yang telah
Tabel 9. Hasil uji normalitas nilai n- dilakukan terhadap sampel penelitian
Gain kelas eksperimen dan yang ditunjukkan pada Tabel 11.
kelas kontrol
Nilai Sig kriteri Tabel 11. Hasil uji-t kelas eksperimen
Kelas N dan kelas kontrol
Pretess postes a Uji
Eksperimen 34 0.46 0.06 sig. > Rata-rata sig.(2
Kelas N
Kontrol 34 0.14 0.74 0,05 pretes postes tailed)
Eksperimen 34 21.39 77.40
0.00
Berdasarkan Tabel 9 diatas, Kontrol 34 23.66 46.95
dapat diketahui bahwa hasil uji
normalitas terhadap nilai n-Gain
Kriteria uji terima H1 jika
pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki nilai sig. pada nilai sig. (2-tailed) < 0,05 dan terima
Shapiro-wilk yaitu > 0,05 sehingga H0 jika sebaliknya. Bedasarkan Tabel
keputusan uji terima H0 dan tolak H1 11, hasil uji perbedaan dua rata-rata
yang berarti sampel penelitian pada nilai n-Gain keterampilan
berasal dari populasi yang distribusi mengkomunikasikan dan penguasaan
normal, sedangkan untuk uji konsep siswa pada kelas eksperimen
homogenitas ditunjukkan pada Tabel dan kelas kontrol menunjukkan
10. bahwa nilai sig. (2-tailed) < 0,05
sehingga keputusan uji terima H0 dan
Tabel 10. Hasil uji homogenitas nilai tolak H1. Hasil uji ini menunjukkan
n-Gain kelas eksperimen hipotesis terima H0 yang berarti
dan kelas kontrol adanya perbedaan yang signifikan
antara kelas eksperimen yang
Nilai Nilai Sig kriteria Uji
menggunakan model pembelajaran
Pretes 0.08 problem solving dengan kelas kontrol
sig. > 0,05
Postes 0.63 yang telah menggunakan model
11

pembelajaran konvensional. Pada


Nilai
kelas eksperimen, penggunaan model Kelas Df thitung effect Kriteria
problem solving dapat menjadikan size
siswa lebih aktif serta lebih mandiri Eksperimen 66 22.83 0,94 Besar
dalam menemukan dan memahami Kontrol 66 8.05 0,70 Sedang
suatu konsep yang dipelajari. Hal ini
sejalan dengan penelitian Iqbal
(2017) yang menyatakan bahwa Berdasarkan perhitungan nilai
penerapan model problem solving effect size pada Tabel 12, diperoleh
dapat meningkatkan penguasaan hasil bahwa terdapat perbedaan
konsep siswa. Terlihat pada siswa pengaruh antara kelas eksperimen
yang mengikuti pembelajaran dengan dan kelas kontrol. Nilai effect size
menggunakan model ini dikarenakan pada kelas eksperimen yang telah
sintak model problem solving dapat menggunakan model pembelajaran
mengembangkan pemahaman konsep problem solving memiliki nilai
siswa. Uji ini menunjukkan bahwa pengaruh yang lebih besar jika
model pembelajaran problem solving dibandingkan dengan kelas kontrol
yang telah diterapkan pada kelas yang telah menggunakan model
eksperimen, dapat meningkatkan pembelajaran konvensional. Nilai
keterampilan mengkomunikasikann effect size pada kelas eksperimen
dan penguasaan konsep siswa pada yaitu 0,94 yang berarti menunjukkan
materi larutan elektrolit dan non kategori “besar”, sedangkan hasil
elektrolit. perhitungan nilai effect size pada
kelas kontrol yaitu 0,70 yang berarti
Ukuran Pengaruh (Effect Size) e iliki katagori “sedang”. Hal ini
Setelah mengetahui seberapa menunjukkan bahwa model problem
besar keefektifan model problem solving mempunyai ukuran pengaruh
solving pada kelas eksperimen, yang besar dalam meningkatkan
selanjutnya dilakukan perhitungan keterampilan mengkomunikasikan
uji ukuran pengaruh (effect size). dan penguasaan konsep siswa.
Sebelum menghitung nilai ukuran Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh, terlebih dahulu mencari yang telah dilakukan, maka secara
nilai thitung dengan melakukan uji keseluruhan menunjukkan bahwa
perbedaan dua rata-rata terhadap pembelajaran yang menggunakan
nilai pretes dan postes antara kelas model problem solving memiliki
eksperimen dan kelas kontrol. Nilai keefektifan dan ukuran pengaruh
thitung yang diperoleh digunakan yang besar dalam meningkatkan
untuk menghitung ukuran pengaruh keterampilan mengkomunikasikan
(effect size) pada keterampilan dan penguasaan konsep siswa pada
mengkomunikasikan dan penguasaan materi larutan elektrolit dan non
konsep siswa pada materi larutan elektrolit.
elektrolit dan non elektrolit. Hasil uji
ukuran pengaruh ditunjukkan pada
Tabel 12. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 12. Hasil Uji Ukuran Pengaruh dan pembahasan, diperoleh simpulan
Kelas Eksperimen dan bahwa rata-rata persentase frekuensi
Kontrol. aktivitas siswa selama pembelajaran
12

berkategori “tinggi”, kemampuan with Gender, High School,


guru dalam mengelola pembelajaran Physics, and Pre Test Scores
berkategori “sangat tinggi” serta in Mathematics and Spatial
hasil peningkatan nilai pretes-postes Visualization. Physics
(n-Gain) pada kelas eksperimen Education Research
memiliki kriteria “tinggi” serta besar Conference. Tersedia pada:
pengaruh sebesar 0,94 yang termasuk http://www.physics.indiana.edu
kategori yang besar sehingga dapat /~hake/PERC2002h-Hake. pdf
dikatakan bahwa model problem .diakses pada tangga 21
solving efektif dalam meningkatkan November 2017.
keterampilan mengkomunikasikan Iqbal, Z. 2017. Penerapan Model
dan penguasaan konsep siswa pada Problem Solving Untuk
materi larutan elektrolit dan non Meningkatkan Penguasaan
elektrolit Konsep Siswa Pada Materi
Asam Basa Arrhenius. Jurnal
DAFTAR RUJUKAN Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia UNILA,(7)50-62.
Arikunto, S. 2012. Prosedur Marfuah, S. 2015. Efektivitas
Penelitian Suatu Pendekatan Problem Solving Untuk
Praktik. Rineka Cipta,Jakarta. Meningkatkan Kemampuan
BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Menyimpulkan Pada Materi
Kurikulum Tingkat Satuan Elektrolit Dan Non-Elektrolit.
Pendidikan Jenjang Skripsi.Universitas Lampun,
Pendidikan Dasar Dan Bandar Lampung.
Menengah. Jakarta. Octavia, F. 2014. Efektivitas
Carolin, Y. 2015. Penerapan Metode Problem Solving Pada Materi
Pembelajaran Problem Solving Larutan Elektrolit-
Dilengkapi LKS Untuk Nonelektrolit Dalam
Meningkatkan Aktivitas dan Meningkatkan Keterampilan
Prestasi Belajar Pada Materi Berpikir Luwes. Skripsi.
Hukum Dasar Kimia Siswa Universitas Lampung. Bandar
Kelas X MIA SMA Bhineka Lampung.
Karya 2 Boyolali Tahun Santika, A.D. 2017 Penerapan Model
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Discovery Learning Dalam
Pendidikan Kimia UNS,(4) 46- Meningkatkan Kemampuan
53. Berpikir Luwes Pada Materi
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Larutanelektrolit dan Non
Assisted Learning on St dents’ Elektrolit. Skripsi. Universitas
Achievement in Turkey: a Lampung, Bandar Lampung.
Meta-Analysis. Journal of Silberberg. 2009. Principal of
Turkish Science Education, General Chemistry Second
12(1):99-118. Edition. International Edition.
Djamarah, S.B., dan A, Zain. 2010. New York : Mc. Graw Hill.
Strategi Belajar Mengajar. Suartini, K. (2007). Pendekatan
Jakarta : Rineka Cipta. Dalam proses pembelajaran
Hake, R. R. 2002. Relationship of Matematika dan Sains Dasar.
individual Student Normalized Jakarta: IAIN Indonesia Social
Learning Gains in Mathematics Equity Project.
13

Suryani, dkk. 2012. Strategi Belajar Menteri Pendidikan dan


Mengajar.Yogyakarta: Kebudayaan Nomor 65 Tahun
Penerbit Ombak. 2013 Tentang Standar Proses
Suyanti, R.D., 2010. Strategi Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran Kimia. Menengah.Jakarta:
Yogyakarta: Graha Ilmu. Kemendikbud.
Tim Penyusun. 2006 Panduan Zuliyanti, Y. 2017. Efektivitas LKS
Penyusunan Kurikulum Berbasis Problem Solving
Tingkat Satuan Pendidikan dalam Meningkatkan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Keterampilan
Menengah Standar Isi Standar Mengkomunikasikan Pada
Kelulusan IPA. Jakarta: Materi Asam Basa. Jurnal
Depdiknas. Pendidikan dan Pembelajaran
Tim Penyusun. 2013. Peraturan Kimia. UNILA,(6) 372-386.

You might also like