Pemahaman Guru Terhadap Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Inklusif Wilayah Kepulauan Seribu

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Parameter Volume 29 No.

2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN


KHUSUS DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF WILAYAH KEPULAUAN
SERIBU

Siti Nurul Komariyah1, Riana Bagaskorowati2, Leliana Lianty 3


Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
Email: snurulkomariyah@gmail.com, riana_gunadi@yahoo.com, lelianalianty@gmail.com

Abstract

This study aims to empirical related understanding to update the data they think of students with special
needs in primary schools inclusive kepulauan seribu. Sample of the research is teachers SDN 01
panggang island, teachers of SDN 02 panggang island and teachers sdn 03 panggang island Kepulauan
Seribu some 50 people. This approach in this study used a quantitative approach with the descriptive.
Data collection in this research using survey by the questionnaire as an instrument used to collect data
from respondents.Study was conducted in SDN inclusive in Kepulauan Seribu. The research results show
that they think of understanding students with special needs in sdn inclusive kepulauan seribu has not
been spread evenly .This can be seen from the acquisition a score respondents a whole that a lot of
teachers who are already proficient in ideal and have a score above the limit those teachers ( 72 % ) .
But there is some of the teachers did not understand school tuition berkebutuhan special and have a
score under the ideal the 14 teachers ( 28 % ).Based on the results of that research shows that
understanding teachers for participants students special berkebutuhan in primary schools inclusive
kepulauan seribu has not been spread evenly, so this might impact on the implementation of the teaching
and learning done that school tuition berkebutuhan special not fully served well

Keyword : Understanding Teachers , an Inclusive School , Students with special needs.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik terkait pemahaman guru terhadap peserta didik
berkebutuhan khusus di SD Inklusif wilayah Kepulauan Seribu. Sampel dalam penelitian ini adalah guru
SDN 01 Pulau Panggang, guru SDN 02 Pulau Panggang dan guru SDN 03 Pulau Panggang Kepulauan
Seribu sebanyak 50 orang. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan survei dengan kuesioner
sebagai alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden. Penelitian ini dilaksanakan di
SDN Inklusif di Kepulauan Seribu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap
peserta didik berkebutuhan khusus di SDN Inklusif wilayah Kepulauan Seribu belum merata. Hal ini
dapat dilihat dari pemerolehan skor responden keseluruhan bahwa banyak guru yang sudah memahami
dan memiliki skor diatas batas ideal yaitu sebanyak 36 orang guru (72%). Namun ada beberapa guru
yang belum memahami peserta didik berkebutuhan khusus dan memiliki skor dibawah batas ideal
sebanyak 14 orang guru (28%). Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemahaman guru
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus di SD Inklusif wilayah Kepulauan Seribu belum merata,
maka hal ini berdampak pada pelaksanaan belajar mengajar yang dilakukan bahwa peserta didik
berkebutuhan khusus belum sepenuhnya terlayani dengan baik.

Kata kunci: Pemahaman Guru, Sekolah Inklusif, Peserta Didik Berkebutuhan Khusus.

1. PENDAHULUAN semua yang berada dalam sekolah tersebut


Sekolah inklusif adalah sekolah harus sudah siap dengan kedatangan
reguler yang dapat menerima peserta didik peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam
berkebutuhan khusus. Ketika sekolah pengaplikasiannya sekolah inklusif harus
reguler menjadi sekolah inklusif, maka memiliki persiapan matang, baik dari
216
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

kepala sekolah, guru, sarana prasarana, dan menunjukkan bahwa pendidikan inklusi
kurikulum. Peranan guru adalah salah satu yang berlangsung di sekolah tersebut
hal penting dalam sekolah inklusif, karena belum sepenuhnya berjalan baik, karena
guru akan melayani, mengajar dan belum sepenuhnya guru memberikan
mendidik peserta didik berkebutuhan layanan pendidikan yang baik terhadap
khusus yang datang ke sekolah inklusif. peserta didik berkebutuhan khusus dimana
Maka dari itu guru di sekolah inklusif perlu hal ini berkaitan dengan pemahaman yang
mendapatkan pengetahuan tentang peserta dimiliki oleh guru terhadap peserta didik
didik berkebutuhan khusus agar berkebutuhan khusus. Maka dari itu
memahami kebutuhan dan karakteristik peneliti berkeinginan untuk meneliti lebih
dari peserta didik berkebutuhan khusus lanjut tentang pemahaman guru terhadap
sehingga anak berkebutuhan khusus peserta didik berkebutuhan khusus di SDN
mendapatkan layanan pendidikan yang penyelenggara pendidikan inklusi lainnya
sesuai dengan kebutuhannya. di Kepulauan Seribu guna mengetahui
Pemahaman guru terhadap peserta bagaimana pemahaman guru terhadap
didik berkebutuhan khusus dalam sekolah peserta didik berkebutuhan khusus di
penyelenggara pendidikan inklusi dapat sekolah penyelenggara pendidikan inklusi
mencerminkan kualitas dari sekolah lainnya di daerah tersebut.
inklusif. Pemahaman guru yang kurang Dari latar belakang masalah, maka
terhadap layanan pendidikan yang cocok dapat dirumuskan masalahnya adalah
untuk peserta didik berkebutuhan khusus “Bagaimana pemahaman guru terhadap
akan membuat guru kesulitan untuk peserta didik berkebutuhan khusus di SDN
memberikan pembelajaran kepada peserta inklusif di wilayah Kepulauan Seribu?”.
didik berkebutuhan khusus. Guru yang Setelah penelitian selesai diharapkan
memiliki pemahaman kurang terhadap dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait
peserta didik berkebutuhan khusus yaitu: (1) Sekolah, Sebagai informasi dan
mengakibatkan peserta didik berkebutuhan masukan bagi sekolah tentang gambaran
khusus tidak mendapat layanan pendidikan pemahaman guru terhadap peserta didik
sesuai kebutuhannya. Maka dari itu guru berkebutuhan khusus. (2) Guru, sebagai
harus memiliki pemahaman yang baik informasi bagi guru untuk meningkatkan
terhadap anak berkebutuhan khusus agar pelayanan pendidikan peserta didik
mereka dapat terlayani dengan baik. berkebutuhan khusus. Sehingga
Di salah satu SD penyelenggara pemahaman guru terhadap peserta didik
inklusif wilayah Kepulauan Seribu yang berkebutuhan khusus di Kepulauan Seribu
peneliti observasi, terdapat lima anak akan lebih baik dan penyelenggaraan
berkebutuhan khusus dengan hambatan pendidikan inklusif lebih ideal. (3)
berbeda yang terbagi di beberapa kelas. Mahasiswa PLB, menginformasikan
Ketika peneliti melihat proses kepada mahasiswa didik PLB yang
pembelajaran di dalam kelas, guru di nantinya akan bekerja di sekolah inklusif
sekolah tersebut ada yang memberikan dalam berkolabolasi dan memposisikan
layanan pendidikan yang belum baik diri sebagai orang yang paham
terhadap peserta didik berkebutuhan dibandingkan dengan guru yang bukan
khusus. Namun, di sekolah yang sama ada lulusan PLB. (4) Pemerintah, memberikan
guru yang sudah memberikan layanan informasi tentang gambaran pemahaman
pendidikan dengan baik terhadap peserta guru, sehingga pemerintah dapat melihat
didik berkebutuhan khusus. Hal tersebut sejauh mana pemahaman guru terhadap

217
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

peserta didik berkebutuhan khusus. (5) mengenal lalu mengingatnya. Menurut


Peneliti selanjutnya, memberikan acuan Ngalim Purwanto (2001:44), pemahaman
bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan sebagai kemampuan untuk memahami arti
penelitian lanjutan. atau konsep, situasi, serta fakta yang
Pemahaman merupakan satu dari diketahuinya.
enam aspek dalam ranah kognitif. Menurut beberapa pendapat ahli, maka
Pemahaman seseorang didapat setelah dapat disimpulkan bahwa pemahaman
seseorang tersebut sebelumnya mendapat adalah tingkatan pola pikir seseorang, yang
pengetahuan. Menurut Peter W. Airasian berada diatas pengetahuan. Dimana
dkk yang merevisi buku Benjamin Samuel pemahaman adalah kemampuan dalam
Bloom M.D tentang taksonomi (2014:106) mengerti serta menjelaskan sesuatu yang
menyatakan bahwa proses-proses kognitif diperoleh berdasarkan pengetahuan serta
dalam memahami meliputi menafsirkan, ingatan yang telah dimiliki, bahkan mampu
mencontohkan, mengklasifikasikan, menerapkan dalam situasi tertentu.
merangkum, menyimpulkan, Salah satu komponen yang paling
membandingkan dan menjelaskan. penting dalam sekolah inklusif adalah
Sedangkan menurut Chaplin yang dikutip guru. Guru adalah semua orang yang
Muhibbinsyah dalam buku Psikologi berwenang dan bertanggung jawab
Belajar (2004:22), pemahaman termasuk terhadap pendidikan semua peserta
ke ranah kognitif, dimana ranah kognitif didiknya juga membimbing dan membina
merupakan salah satu domain wilayah atau semua peserta didik. Seorang guru adalah
ranah psikologis manusia yang meliputi orang yang memiliki ilmu, yang mampu
setiap perilaku mental yang berhubungan menangkap hakikat sesuatu, orang yang
dengan pemahaman, pertimbangan, mampu menjelaskan hakikat dalam
pengolahan informasi, pemacahan masalah pengetahuan yang diajarkannya. Guru
dan keyakinan. Seseorang untuk harus memiliki ilmu yang cukup untuk
mendapatkan pemahaman harus mampu mengajarkan kepada peserta didiknya.
melewati beberapa aspek dari pemahaman Profesi sebagai guru menuntut seseorang
dan hal tersebut berpengaruh dengan untuk kreatif sehingga peserta didik yang
sikapnya dalam kehidupan. diajarkannya akan lebih mudah memahami
Pendapat lain mengenai pengertian pelajaran.
pemahaman juga dikemukakan oleh Guru membantu peserta didik yang
Benjamin Bloom yang dikutip oleh Nana sedang berkembang untuk mempelajari
Sudjana dalam buku Penilaian Hasil sesuatu yang belum diketahuinya,
Belajar Mengajar (1990:24), menurutnya membentuk kompetensi, dan memahami
pemahaman merupakan ranah kognitif materi standar yang dipelajari. Jadi dapat
dimana pemahaman merupakan tingkat disimpulkan bahwa guru adalah seorang
yang lebih tinggi dari pengetahuan. yang mempunyai ilmu terhadap pendidikan
Sehingga menurut taksonomi Bloom, dan berwenang serta bertanggung jawab
pemahaman mencakup kemampuan untuk terhadap semua yang dilakukan peserta
menangkap makna dan arti. Selain itu didik. Guru juga dituntut kreatif dan
kesanggupan memahami setingkat lebih memiliki peran penting terhadap
tinggi dari pada pengetahuan. Namun tidak keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan
berarti bahwa pengetahuan tidak perlu di Indonesia.
ditanyakan, sebab untuk dapat memahami Sebagai seorang guru yang akan
terlebuh dahulu perlu mengetahui atau mengajar peserta didik berkebutuhan

218
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

khusus, maka artian guru disini juga adalah pendidikan. Pendidikan inklusi diharapkan
seorang guru yang memberikan layanan dapat menjadi jawaban dari keresahan
pendidikan kepada peserta didik berbagai pihak terhadap potret pendidikan
berkebutuhan khusus dengan baik. Indonesia, dimana pendidikan menjadi hal
Menurut Peraturan Menteri Negara yang sulit dijangkau oleh beberapa
Pemberdayaan Perempuan dan kalangan. Persepsi orang mengenai konsep
Perlindungan Anak RI, peserta didik pendidikan inklusi bermacam-macam.
berkebutuhan khusus adalah anak yang Konsep pendidikan inklusi merupakan
mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan antitesis dari penyelenggaraan pendidikan
baik fisik, mental-intelektual, sosial, luar biasa yang segregatif dan eksklusif,
maupun emosional yang berpengaruh yang memisahkan antara anak luar biasa
secara signifikan dalam proses dengan anak lain pada umumnya.
pertumbuhan dan perkembangannya Istilah pendidikan inklusif digunakan
dibandingkan dengan anak-anak lain untuk mendeskripsikan penyatuan anak-
seusianya. anak berkelainan (penyandang
Dalam proses pembelajaran kebutuhan hambatan/cacat) ke dalam program
peserta didik berkebutuhan khusus juga sekolah. Konsep inklusi memberikan
berbeda-beda, ada yang lamban dan ada pemahaman mengenai pentingnya
yang terlalu cepat dalam memahami penerimaan anak-anak yang memiliki
pelajaran. Hal ini mengakibatkan peserta hambatan ke dalam kurikulum,
didik berkebutuhan khusus memerlukan lingkungan, dan interaksi sosial yang ada
layanan yang spesial dibanding anak pada di sekolah.
umumnya. Ada beberapa jenis peserta Pendidikan inklusif adalah proses
didik berkebutuhan khusus yang biasanya pembelajaran yang ditujukan untuk
bersekolah di sekolah inklusif yaitu mengatasi permasalahan pendidikan bagi
diantaranya, anak dengan gangguan anak yang berkebutuhan khusus dalam
penglihatan, anak dengan gangguan sekolah umum (reguler), dengan
pendengaran, anak dengan gangguan menggunakan sumber daya yang ada untuk
intelektual, anak dengan hambatan fisik menciptakan kesempatan bagi persiapan
dan motorik, anak dengan gangguan emosi mereka hidup didalam masyarakat.
dan tingkah laku, anak autis, anak Penekanan dari pendidikan inklusif adalah
kesulitan belajar, dan anak berbakat. Dari pengkajian ulang dan perubahan sistem
setiap jenis anak berkebutuhan khusus pendidikan agar dapat menyesuaikan diri
yang telah disebutkan, mereka mempunyai pada peserta didik bukan lagi peserta didik
karakteristik yang berbeda dan yang selalu dituntut untuk mengikuti
membutuhkan layanan yang berbeda. sistem yang ada.
Mereka juga membutuhkan strategi dan
metode pembelajaran yang berbeda saat
belajar. Setiap dari peserta didik 2. METODE PENELITIAN
berkebutuhan khusus juga harus selalu di Penelitian menggunakan metode
asesmen secara berkala, agar memudahkan survei dengan teknik deskriptif. Metode ini
guru dalam melayani mereka sesuai memberikan deskripsi atau memberi
dengan kebutuhannya. gambaran terhadap objek yang diteliti
Peserta didik berkebutuhan khusus melalui data sampel atau populasi
dapat bersekolah di sekolah inklusif, agar sebagaimana adanya. Variabel yang akan
memudahkan mereka dalam mengenyam diteliti yaitu pemahaman guru di sekolah

219
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

dasar inklusif terhadap peserta didik Untuk teknik analisis data dilakukan
berkebutuhan khusus. Tempat penelitian dengan analisis statistika deskriptif. Data
dilakukan Sekolah Dasar Negeri yang sudah didapatkan diolah sesuai
Penyelenggara Pendidikan Inklusif di pendekatan penelitian survei kuantitatif
wilayah Kepulauan Seribu. Penelitian berupa data statistik dasar, yaitu: rata-rata
dilakukan pada bulan Januari-Juni 2017. (mean), nilai tengah (median), modus,
Dengan melalui tahapan: (a) stadar deviasi, skor maksimal, dan skor
mengumpulkan data dan fakta, (b) minimal, kemudian dianalisis
mengajukan Proposal Penelitian, (c) menggunakan batas lulus ideal pada skor
mempersentasikan proposal dalam seminar keseluruhan responden.
usulan penelitian, (d) menyusun instrument Batas lulus ideal digunakan sebagai
penelitian, (e) mengurus izin penelitian, (f) batas penerimaan dalam pemberian status
pelaksanaan penelitian, (g) pengolahan atau label sesuai dan tidak sesuai dengan
data, (h) laporan hasil penelitian. kriteria pemahaman yang baik mengenai
Populasi dalam penelitian ini adalah pemahaman guru terhadap peserta didik
15 SDN Inklusif wilayah Kepulauan berkebutuhan khusus. Kriteria penerimaan
Seribu. Penentuan sampel dilakukan pemahaman guru terhadap peserta didik
dengan teknik multistage. Pada teknik ini, berkebutuhan khusus sudah sesuai kriteria
peneliti mengambil sampel sekolah secara artinya guru paham terhadap karakteristik
purposive, dikarenakan peneliti peserta didik berkebutuhan khusus atau
menimbang sekolah-sekolah di kepulauan belum sesuai kriteria artinya guru belum
seribu yang menjadi sekolah percontohan paham terhadap karakteristik peserta didik
dan kemudian mengambil sampel guru berkebutuhan khusus. Apabila responden
secara seadanya, artinya peneliti memperoleh skor melebihi dari batas skor
melakukan penelitian kepada semua guru ideal, maka sudah sesuai kriteria artinya
sekolah dasar inklusif. Sampel yang guru paham terhadap karakteristik peserta
digunakan dalam penelitian ini adalah guru didik berkebutuhan khusus. Begitu juga
SDN penyelenggara pendidikan inklusif, sebaliknya apabila skor yang diperoleh
yaitu SDN 01 Pulau Panggang, SDN 02 responden kurang dari batas skor ideal,
Pulau Panggang, SDN 03 Pulau Panggang, maka belum sesuai dengan kriteria artinya
Kepulauan Seribu Utara yang di guru belum paham terhadap karakteristik
sekolahnya terdapat anak berkebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus.
khusus, dimana jumlah respondennya
sebanyak 50 orang guru. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan kisi-kisi intrumen dibuat
dalam bentuk angket tertutup dengan Setelah dilakukan penelitian dan telah
menggunakan Skala Guttman sebagai tipe dianalisis maka didapatkan hasil dari 50
skala untuk mengungkapkan pemahaman orang responden, sebanyak 36 orang guru
guru terhadap peserta didik berkebutuhan sudah memahami peserta didik
khusus. Tipe skala ini nantinya akan berkebutuhan khusus dan sebanyak 14
mendapatkan jawaban yang jelas dan tegas orang guru belum memahami peserta didik
terhadap pemahaman guru terhadap peserta berkebutuhan khusus. Sedangkan hasil
didik berkebutuhan khusus. Skor yang berdasarkan sekolah, dari SDN 01 Pulau
diberikan untuk jawaban benar diberi skor Panggang yang jumlah respondennya
1 dan skor yang diberikan untuk jawaban sebanyak 22 orang, sebanyak 16 orang
salah diberi skor 0. guru sudah memahami peserta didik
berkebutuhan khusus dan sebanyak 6 orang

220
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

guru belum mehamami peserta didik 4. PENUTUP


berkebutuhan khusus. Untuk SDN 02 Dari hasil dan pembahasan yang telah
Pulau Panggang yang jumlah dijabarkan maka dapat disimpulkan bahwa
respondennya sebanyak 17 orang, pemahaman guru terhadap peserta didik
sebanyak 16 orang guru sudah memahami berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar
pesera didik berkebutuhan khusus dan 1 Inklusif wilayah Kepulauan Seribu belum
orang guru belum memahami peserta didik merata. Guru SDN 01 Pulau Panggang dan
berkebutuhan khusus. Untuk SDN 03 SDN 02 Pulau Panggang sudah memiliki
Pulau Panggang yang jumlah pemahaman yang baik, namun guru di
respondennya sebanyak 11 orang, SDN 03 Pulau Panggang belum memiliki
sebanyak 4 orang guru sudah memahami pemahaman yang baik terhadap peserta
peserta didik berkebutuhan khusus dan didik berkebutuhan khusus. Hal ini berarti
sebanyak 6 orang guru belum memahami ada ketidak meratanya layanan pendidikan
peserta didik berkebutuhan khusus. Selain yang diterima oleh peserta didik
melihat hasil dari keseluruhan sekolah dan berkebutuhan khusus di wilayah
masing-masing sekolah, peneliti juga Kepulauan Seribu. Maka dari itu peneliti
melihat hasil dan menganalisis data dari menyarankan kepada: 1) Bagi jurusan
perdimensi, dimana dimensi yang pendidikan luar biasa agar menjalin kerja
digunakan yaitu dimensi ingatan guru sama dengan sekolah dasar inklusif di
terhadap peserta didik berkebutuhan wilayah Kepulauan Seribu, 2) Bagi sekolah
khusus dan dimensi pengetahuan guru baiknya menjalin kerja sama dengan
terhadap peserta didik berkebutuhan beberapa ahli dibidang pendidikan luar
khusus. Dari analisis data didapatkan biasa dan dinas pendidikan, 3) Bagi guru
bahwa guru lebih menguasai didimensi sebaiknya mengikuti pelatihan mengenai
pengetahuan guru terhadap peserta didik layanan pendidikan untuk peserta didik
berkebutuhan khusus, sedangkan untuk berkebutuhan khusus.
dimensi ingatan guru terhadap peserta
didik berkebutuhan khusus guru masih
belum banyak yang menguasainya. 5. DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil dan pembahasan maka
implikasi dari penelitian ini berdampak
kepada pelayanan guru terhadap peserta Anas Sudijono. 1995. Pengantar Evaluasi
didik berkebutuhan khusus di sekolah Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
inklusif. Selain itu, kepada stakeholder Grafindo Persada.
(pemerintah) dimana stakeholder bertugas
untuk meratakan pemahaman guru
terhadap peserta didik berkebutuhan Dedy Kustawan. 2012. Pendidikan Inklusi
khusus di Sekolah dasar Inklusif wilayah dan Implementasinya. Jakarta:
Kepulauan Seribu agar terciptanya Sekolah Luxima.
Inklusif yang baik, terutama pada dimensi
ingatan guru yang didalamnya terdapat Direktorat PSLB. 2007. Pedoman Umum
definisi, faktor penyebab, dan karakteristik Penyelenggaraan Pendidikan
peserta didik berkebutuhan khusus. Inklusi. Jakarta: Dirjendikdasmen.

221
Jurnal Parameter Volume 29 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.09
P-ISSN : 0216-26IX

Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo.


2016. Tugas Guru dalam
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Sharve. (n.d.). Special Education
Aksara. Inclusion. Retrieved from
Mudjito dkk. 2012. Pendidikan Inklusif. www.dairycounsilofca.org
Jakarta: Baduose Media.

Supriyadi dkk. 2012. Modul Pendidikan


Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. dan Latihan Profesi Guru. Jakarta:
Bandung: Remaja Rosdakarya. UNJ.

Ngalim Purwanto. 2001. Prinsip-Prinsip T. Sutjihati Somantri. 2012. Psikologi


dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Anak Luar Biasa. Bandung: PT
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Refika Aditama.

Peter W. Airasian dkk. 2014. Kerangka Wahyu Sri Ambar Arum. 2005. Perspektif
Landasan untuk Pembelajaran, Pendidikan Luar Biasa dan
Pengajaran, dan Asesmen. Implikasinya bagi Penyiapan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Raflis Kosasi dan Soetjipto. 2009. Profesi
Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

222

You might also like