Professional Documents
Culture Documents
Satuan Biaya Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit Pada 84 Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2016
Satuan Biaya Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit Pada 84 Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2016
1070
Unit Cost Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit ... (Mugi Wahidin, Noor Edi Widya Sukoco, dan Maria Hotnida)
Abstract
Payment methods in Indonesian hospitals use INA CBGs tarrifs which are based on unit cost of disease
treatments. This study aimed to determine inpatient unit costs based on 20 highest disease groups and
comparation of the unit cost between class of hospitals from the secondary data of Health Financing
Research which consisted of 84 government hospitals, including 9 class A hospitals, 37 class B hospitals,
and 38 class C hospitals. Data analysis using statistics software and a test for comparation of unit costs
was conducted using Kruskal Wallis test with significancy of 0.05. Results of the analysis showed that
the highest unit cost was for all types of malaria (IDR 40,865,715) and the lowest one was for diare and
gastroenteritis (IDR 530,548). Generally, unit cost in class A hospitals were higher than that of class
B and class C. Whereas, the unit cost in class C hospitals was higher than that of class B. There were
significant differences in unit costs among classes of hospitals for 18 disease groups. However, there were
no differences of unit costs among classes of hospitals only for malaria and intracranial injuries.
Abstrak
Metode pembayaran di rumah sakit (RS) Indonesia saat ini menggunakan tarif INA CBGs yang
didasarkan pada perhitungan unit cost. Tujuan analisis lanjut dari Riset Pembiayaan Kesehatan (RPK)
ini untuk mengetahui besar unit cost rawat inap berdasarkan 20 golongan sebab penyakit terbesar serta
perbedaan satuan biaya antar kelas yang berasal dari 84 RS BLU/BLUD di Indonesia, yaitu 9 RS kelas
A, 37 RS kelas B, dan 38 RS kelas C. Pengolahan dan analisis data menggunakan software pengolah data
statistik dan uji perbedaan satuan biaya menggunakan Uji Kruskal Wallis dengan derajat kemaknaan (α)
0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa satuan biaya tertinggi adalah semua jenis malaria sebesar Rp
40.865.715, dan terendah adalah diare dan gastroenteritis (Rp 530.548). Unit cost di RS kelas A secara
umum lebih tinggi dari kelas B dan RS kelas C. Satuan biaya di RS kelas C secara umum lebih tinggi dari
RS kelas B. Terdapat perbedaan satuan biaya antara kelas RS pada 18 golongan sebab penyakit. Namun
tidak terdapat perbedaan satuan biaya antara kelas RS (A, B, dan C) untuk 2 golongan sebab penyakit
yaitu Malaria dan Cedera intrakranial.
215
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 4, Desember 2018: 215 - 224
216
Unit Cost Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit ... (Mugi Wahidin, Noor Edi Widya Sukoco, dan Maria Hotnida)
terdiri dari 2 RS dari regional 1, 2 RS regional 2, 2 Selanjutnya dilakukan uji perbedaan unit
RS regional 3, 1 RS regional 4, dan 1 RS regional cost yang dilakukan dengan uji Kruskal Wallis,
5. RS kelas B terdiri dari 18 RS regional 1, 4 RS mengingat distribusi data tidak normal dan uji
regional 2, 9 RS regional 3, 2 RS regional 4,, dan ini dilakukan untuk data independen (kelas RS)
2 RS regional 5. Sedangkan RS kelas C terdiri dari ordinal dan dependen (unit cost) rasio, dengan
13 RS regional 1, 10 RS regional 2, 7 RS regional derajat kemaknaan (α) 0,05 (10)(11). Jika nilai p
3, 2 RS regional 4, dan 4 RS regional 5. Konfirmasi < α (0,05) maka disimpulkan ada perbedaan unit
data dilakukan untuk melalukan cross check ke 2 cost antara kelas RS (A, B, C). Jika nilai p ≥ α
RS terpilih yaitu RSUP Fatmawati Jakarta (RS maka disimpulkan tidak ada perbedaan unit cost
kelas A) dan RS Margono Soekarjo Purwokerto, penyakit antara kelas RS (A, B, C).
Jawa Tengah (RS kelas B).
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, HASIL
November – Desember 2017. Pengolahan dan
analisis data menggunakan software pengolah data Hasil analisis menunjukkan bahwa besar
statistik. Untuk melakukan uji perbedaan unit cost, unit cost (median) rawat inap (dari full cost)
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi berdasarkan golongan sebab penyakit tertinggi
data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai untuk golongan malaria (semua jenis) sebesar Rp
p < α (0,05) maka distribusi data disimpulkan 40.865.715, kemudian neoplasma ganas payudara
tidak normal. Jika nilai p ≥ α (0,05) maka sebesar Rp 20.658.900, dan neoplasma ganas
disimpulkan distribusi data normal. Berdasarkan serviks uterus sebesar Rp 19.679.620. Sedangkan
uji Kolomogorv-Smirnov didapatkan nilai p > unit cost terendah adalah diare dan gastroenteritis
0,05 yang berarti distribusi data golongan sebab oleh penyebab infeksi tertentu sebesar Rp 530.548,
penyakit tidak normal. Dengan demikian nilai Penyulit kehamilan dan persalinan sebesar Rp
tengah yang digunakan adalah nilai median. 1.401.907, dan Demam berdarah dengue sebesar
Rp 1.378.344 (tabel 1).
217
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 4, Desember 2018: 215 - 224
Tabel 3. Analisis Perbedaan Unit cost Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Penyakit berdasar Kelas RS
Mean Rank
No Golongan Sebab Penyakit Kelas RS N Nilai p
Unit cost
1 Demam tifoid dan paratifoid Kelas A 9 72,89 0,000
Kelas B 37 37,08
Kelas C 38 40,58
2 Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu Kelas A 9 75,78 0,000
Kelas B 37 38,32
Kelas C 38 38,68
3 Tuberkulosis Paru Kelas A 8 72,50 0,000
Kelas B 37 31,95
Kelas C 37 44,35
4 Demam berdarah dengue Kelas A 9 62,79 0,013
Kelas B 37 36,49
Kelas C 37 42,46
5 Malaria (semua jenis) Kelas A 8 38,12 0,408
Kelas B 24 28,83
Kelas C 28 29,75
6 Neoplasma ganas payudara Kelas A 9 23,00 0,011
Kelas B 34 35,82
Kelas C 34 46,41
7 Neoplasma ganas serviks uterus Kelas A 9 28,89 0,007
Kelas B 33 30,27
218
Unit Cost Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit ... (Mugi Wahidin, Noor Edi Widya Sukoco, dan Maria Hotnida)
Kelas C 30 45,63
8 Anemia Kelas A 9 60,44 0,031
Kelas B 36 37,11
Kelas C 37 41,16
9 Diabetes melitus YTT Kelas A 8 61,12 0,015
Kelas B 36 35,06
Kelas C 35 40,26
10 Hipertensi esensial (primer) Kelas A 9 72,00 0,000
Kelas B 27 42,89
Kelas C 36 32,44
11 Penyakit Jantung Iskemik Kelas A 9 42,78 0,004
Kelas B 37 31,81
Kelas C 35 50,26
12 Strok tak menyebut perdarahan atau infark Kelas A 8 67,88 0,000
Kelas B 35 31,26
Kelas C 37 43,32
13 Pneumonia Kelas A 9 68,44 0,001
Kelas B 36 35,36
Kelas C 36 39,37
14 Bronkitis emfisema dan peny. paru obstruktif kronik Kelas A 9 72,44 0,000
Kelas B 37 35,78
Kelas C 37 40,81
15 Gastritis dan duodenitis Kelas A 9 64,56 0,004
Kelas B 35 37,31
Kelas C 36 37,58
16 Gagal ginjal Kelas A 9 54,11 0,016
Kelas B 37 32,97
Kelas C 34 45,09
17 Penyakit sistem Kemih Kelas A 9 60,78 0,004
Kelas B 36 33,03
Kelas C 34 41,88
18 Penyulit kehamilan dan persalinan Kelas A 9 71,78 0,000
Kelas B 36 36,94
Kelas C 36 37,36
19 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel Kelas A 8 59,00 0,011
Kelas B 37 42,27
Kelas C 34 33,06
20 Cedera intrakranial Kelas A 9 51,44 0,122
Kelas B 35 34,74
Kelas C 31 37,77
Hasil analisis unit cost rawat inap (median) C lebih tinggi dari RS kelas B. Hanya ada 5 unit
menurut golongan sebab sakit berdasarkan kelas cost di RS kelas B yang lebih tinggi dari RS kelas
RS terlihat berbeda. Secara umum, unit cost di RS C, yaitu demam berdarah dengue, malaria (semua
kelas A lebih tinggi dari kelas B dan RS kelas C. jenis), hipertensi esensial (primer), pneumonia,
Tidak semua unit cost di RS kelas A lebih tinggi dan cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan
daripada RS kelas B atau C. Ada 1 unit cost di RS multipel. Selengkapnya pada Tabel 2.
kelas A lebih rendah dari RS kelas B dan RS kelas Hasil analisis uji perbedaan unit cost rawat
C yaitu unit cost neoplasma ganas payudara. inap (uji Kruskal Wallis menurut golongan sebab
Unit cost di RS kelas C secara umum lebih sakit menunjukkan ada perbedaan signifikan unit
tinggi dari RS kelas B. Lima belas dari dua puluh cost antar kelas RS (A, B, dan C), dengan nilai
unit cost menurut golongan sebab sakit di RS kelas p < 0,05, hampir pada semua (18 dari 20) jenis
219
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 4, Desember 2018: 215 - 224
golongan sebab sakit. Hanya 2 golongan sebab dibebankan dalam melaksanakan kegiatan
penyakit yang tidak terdapat perbedaan signifikan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan
unit cost antar kelas RS yaitu malaria dan cedera tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau
intrakranial (tabel 3). jasa yang dihasilkan.4 Pendapat lain mengatakan
bahwa unit cost didefinisikan sebagai hasil
PEMBAHASAN pembagian antara total cost yang dibutuhkan
dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan,
Hasil analisis menunjukkan bahwa baik maupun jasa.5
besar unit cost (median) rawat inap (dari full Beberapa hasil lain menunjukkan unit cost
cost) berdasarkan golongan sebab sakit tertinggi yang bervariasi. Unit cost penyakit jantung lebih
untuk golongan malaria (semua jenis) sebesar Rp rendah dibanding hipertensi esensial, dan unit cost
40.865.715. Malaria merupakan penyakit endemik RS C lebih besar dari RS kelas A, unit cost jantung
yang memerlukan pembiayaan cukup besar, untuk iskemik di RS kela A hampir sama dengan unit
pemeriksaan klinis, laboratorium, bahkan ICU cost anemia. Unit cost stroke (Rp 4,5 juta) hampir
jika diperlukan. Jika kasus sedikit maka pembagi sama dengan gagal ginjal (Rp 3,9 juta) dan anemia
unit cost menjadi lebih sedikit yang menyebabkan (Rp 2,7 juta). Hal ini terkait normalitas data dan
unit cost menjadi besar. perbedaan jumlah pasien yang dilayani sebagai
Hasil analisis juga menunjukkan unit dasar pembagi jumlah unit cost serta komponen
cost terendah adalah Diare & gastroenteritis oleh biaya yang bervariasi (direct dan indirect).
penyebab infeksi tertentu sebesar Rp 530.548. Hasil analisis unit cost rawat inap menurut
Hal ini diduga karena diare dan gastroenteritis golongan sebab sakit berdasarkan kelas RS
merupakan penyakit yang mudah dideteksi dan terlihat berbeda. Secara umum, unit cost di RS
juga mudah disembuhkan dengan obat-obatan kelas A lebih tinggi dari kelas B dan RS kelas C.
yang tersedia. Dengan kasus yang cukup banyak Tidak semua unit cost di RS kelas A lebih tinggi
maka unit cost menjadi rendah. daripada RS kelas B atau C. Ada 1 unit cost di RS
Unit cost malaria di RS kelas A sangat kelas A lebih rendah dari RS kelas B dan RS kelas
besar (Rp 207.565.413) dibanding RS kelas B dan C yaitu unit cost neoplasma ganas payudara. Hal
RS kelas C. Hal ini berhungan dengan distribusi ini kemungkinan karena kasus kanker payudara
data yang tidak normal, dengan perbedaan jumlah di RS kelas C (25 kasus) dan RS kelas B (116
pasien yang dilayani pada waktu studi sangat kasus) lebih sedikit dibanding kasus di RS kelas
berbeda yaitu pasien RS kelas A total 194, RS A (805 kasus). Kanker merupakan penyakit yang
kelas B 215, dan RS kelas C 2.568. dideteksi di rumah sakit dengan fasilitas yang
Unit cost golongan sebab penyakit tidak cukup.
dapat dibandingkan secara langsung dengan tarif Unit cost di RS kelas C secara umum lebih
INA CBGs, karena perbedaan pengelompokkan tinggi dari RS kelas B. Lima belas dari dua puluh
penyakit. Akan tetapi unit cost dapat dibandingkan unit cost menurut golongan sebab sakit di RS kelas
dengan tarif yang mendekati kelompok sebab C lebih tinggi dari RS kelas B. Hanya ada 5 unit
penyakit tersebut. unit cost malaria jauh lebih cost di RS kelas B yang lebih tinggi dari RS kelas
tinggi daripada tarif INA CBGs untuk penyakit C, yaitu Demam berdarah dengue, Malaria (semua
infeksi bakteri dan parasit lain-lain (berat) sebesar jenis), Hipertensi esensial (primer), Pneumonia,
Rp 6.632.500. Akan tetapi perhitungan unit cost dan Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan
dilakukan untuk seluruh jenis cost baik direct Multipel. Hal ini menjadi pertanyaan mengapa
maupun indirect sehingga perbedaan tampak unit cost di RS kelas C justru lebih tinggi dari RS
besar. kelas A. Metode perhitungan Step Down dalam
Unit cost hipertensi sebesar Rp 44.226.954 menghitung unit cost memiliki beberapa kriteria
di RS kelas A lebih tinggi daripada tarif INA CBGs terkait rincian kegiatan yang harus ditentukan.
(hipertensi berat) Rp 6.216.500. tetapi rata-rata Perhitungan dengan metode ini ini dilakukan
uint cost seluruh kelas RS (Rp 1.763.497) masih distribusi biaya unit penunjang kepada unit
lebih rendah dari tarif INA CBGs. penunjang lain dan unit produksi. Distribusi biaya
Unit cost adalah seluruh biaya yang dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan
220
Unit Cost Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit ... (Mugi Wahidin, Noor Edi Widya Sukoco, dan Maria Hotnida)
unit penunjang yang biasanya terbesar. Biaya Di beberapa negara Eropa seperti Austria,
unit penunjang tersebut di distribusikan ke unit- Inggris, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman,
unit lain (penunjang dan produksi yang relevan). Irlandia, Beland, Polandia, Spanyol, and Swedia,
Proses ini terus dilakukan sampai semua biaya tarif ditetapkan dengan Diagnostic Related
dari unit penunjang habis didistribusikan ke unit Groups (DRGs). Hasil penelitian Kreinsen et al
produksi.12 Hal ini kemungkinan menyebabkan menunjukkan bahwa biaya pembedahan kanker
perhitungan di RS kelas C menjadi kurang detail payudara termasuk mastektomy antara 577 Euro
sehingga dibuat sama untuk semua tindakan, yang sampai 5780 Euro.13
tentu menyebabkan biaya menjadi lebih besar. Pengobatan penyakit hendaknya dilakukan
Perhitungan unit cost dalam Riset secara cost-efective sehingga memberikan
Pembiayaan Kesehatan tahun 2016 meliputi manfaat yang besar dengan biaya yang rasional.
meliputi akomodasi, visite dokter, tindakan Pembiayaan penyakit jantung di Belanda
keperawatan, obat dan BHP, laboratorium, menunjukkan biaya lebih cost efective untuk
radiologi, UGD, konsultasi, operasi dan lainnya pasien laki-laki usia >50 tahun dan memerlukan
dengan katagori overhead, intermediate, dan monitoring dan edukasi terus-menerus.14
final.6 Perhitungan ini sesuai dengan Peraturan Beberapa penelitian menujukkan tarif
Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2016 yang INA CBGs ada yang lebih rendah maupun lebih
menyebutkan bahwa tarif FKRTL meliputi tinggi dari perhitungan di RS. Penelitian di sebuah
pelayanan: a. administrasi pelayanan; b. RS di Palembang menunjukkan tarif pengobatan
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis Coronary Artery Disease pada tingkat keparahan
dasar di unit gawat darurat; c. pemeriksaan, rendah lebih tinggi dari tarif INA CBGs. Akan
pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh tetapi, tarif penyakit tersebut keparahan lebih
dokter spesialis dan subspesialis; d. tindakan tinggi mempunyai tarif lebih rendah dari INA
medis spesialistik, baik bedah maupun non- CBGs.15
bedah sesuai dengan indikasi medis; e. pelayanan Penelitian di RS di Sukoharjo oleh
obat dan bahan medis habis pakai; f. pelayanan Wijayanti dan Sugiarsi menunjukkan bahwa
penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan terdapat perbedaan signifikan biaya riil dengan
indikasi medis; g. rehabilitasi medis termasuk tarif INA CBGs. Perbedaan tersebut terkait
rehabilitasi psikososial; h. pelayanan darah; i. dengan variasi standar tarif, leng of stay,
pelayanan kedokteran forensik klinik; j. pelayanan pemanfaat software, akurasi diagnosis, koding,
jenazah (pemulasaran jenazah) pada pasien yang dan kekurangan clinical pathway di RS.16
meninggal di fasilitas kesehatan (tidak termasuk Demikian juga dengan penelitian di RS
peti jenazah); k. pelayanan keluarga berencana Sardjito Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan
termasuk tubektomi interval, sepanjang tidak bahwa terdapat perbedaan cost riil dengan tarif
termasuk dibiayai oleh pemerintah; l. perawatan INA CBGs untuk pasien Diabetes Mellitus.
inap non-intensif; dan m. perawatan inap di ruang Faktor yang mempengaruhi adalah pemeriksaan
intensif.1-3 patologis, darah, dan obat-obatan.17
Tarif INA-CBG merupakan tarif paket Penelitian cost leukemia oleh Indriani et al
yang meliputi seluruh komponen sumber daya tahun 2013 di RS SardjitoYogyakarta menunjukkan
rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik bahwa pemeriksaan kimia klinik meliputi
medis maupun nonmedis. Tarif INA-CBG terdiri mikrobiologi darah, ureum, magnesium, creatine
atas tarif rawat jalan dan tarif rawat inap, dengan 6 kinase MB (blood) menyebabkan kesenjangan
(enam) kelompok tarif yaitu untuk RSUP Nasional tarif semakin meningkat. Ketidakefisienan
dan khusus, RS pemerintah dan swasta kelas A, penggunaan sumber daya laboratorium pada
RS pemerintah dan swasta kelas B, RS pemerintah pemeriksaan kimia klinik terdapat pada kelompok
dan swasta kelas C, dan RS pemerintah dan swasta pasien tingkat keparahan ringan.18
kelas D. Adapun tarif rawat inap terdiri dari tarif Penelitian Budiarto dan Sugiharto pada 10
rawat inap kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Tarif RS, biaya pengobatan rawat inap berdasarkan tarif
rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit yang rumah sakit kelas A jauh lebih besar dibandingkan
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.1-3 kelas B dan RS Khusus, biaya klaim berdasarkan
221
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 4, Desember 2018: 215 - 224
INA-CBGs jauh lebih besar di rumah sakit kelas lebih tinggi dari tarif INA CBGs. Metode Activity
A dibanding kelas B dan RS Khusus. Biaya Based Costing ini dilakukan secara rinci untuk
pengobatan rawat inap berdasarkan tarif rumah menilai total biaya di setiap kegiatan, sehingga
sakit kelas A jauh lebih besar dibandingkan kelas lebih menggambarakan real cost di RS, baik untuk
B dan RS Khusus, biaya klaim berdasarkan INA- pelayanan langsung maupun tidak langsung.
CBGs jauh lebih besar di rumah sakit kelas A Saran yang diberikan adalah agar penetapan tarif
dibanding kelas B dan RS Khusus. Komponen INA CBGs disesuaikan dengan metode yang
biaya yang banyak peruntukannya adalah biaya dikembangkan di RS sesuai dengan kelas RS dan
akomodasi, tindakan ruangan, pemeriksaan regionalnya.
laboratorium, tindakan intervensi non bedah untuk Beberapa penelitian juga menujukkan
jantung, tindakan operasi untuk kanker serta biaya bahwa metode ABC lebih tinggi hasilnya
obat-obatan. Biaya penggantian klaim penyakit dibanding metode double distribution. Penelitian
katastropik berdasarkan INA CBGs lebih besar di sebuah RS paru menujukkan perhitungan
dibandingkan dengan biaya riil berdasarkan tarif dengan metode ABC lebih tinggi dibanding
rumah sakit.19 metode double distribution.22 Akan tetapi, metode
Adapun penelitian Rahayuningrum, et ABC juga masih perlu disempurnakan.23
al tahun 2016 di beberapa RS di Jawa Tengah Hasil analisis uji perbedaan pada penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata cost rawat inap ini menunjukkan ada pebedaan unit cost rawat inap
lebih rendah dari tarif INA-CBGs. Jenis RS, (uji median) menurut golongan sebab sakit antar
penggunaan ICU, length of stay merupakan faktor kelas RS (A, B, dan C) pada 15 jenis golongan
determinan penting dalam cost rawat inap.20 sebab sakit. Terdapat lima jenis golongan sebab
Kelengkapan data berhubungan dengan sakit yang tidak tedapat perbedaan unit cost antar
klaim INA CBGs. Penelitian Hasanah, et al di RS kelas RS, yaitu Malaria (semua jenis malaria),
di Wonosobo menunjukkan bahwa kelengkapan Neoplasma ganas payudara, Anemia, Diabetes
data rekam medis berhubungan dan klaim INA melitus YTT, dan Penyakit sistem Kemih.
CBGs (jumlah klaim dan keparahan) Faktor yang Kelima golongan sebab penyakit yang tidak ada
berhubungan adalah ketelitian koder, kelengkapan perbedaan unit cost antar kelas RS kemungkinan
diagnosis sekunder.21 karena penyakit tersebut ditangani secara merata
Berdasarkan informasi yang diperoleh di RS kelas A, RS kelas B, dan RS kelas B.
dari 2 rumah sakit yang dikunjungi, metode
penghitungan unit cost berbeda-beda. Rumah KESIMPULAN
sakit tipe B yang dikunjungi menggunakan metode
double distribution dan hasilnya unit cost lebih 1. Besar unit cost rawat inap RS BLU/BLUD
tinggi dari tarif INA CBGs (perhitungan 2017). tertinggi adalah malaria (semua jenis) sebesar
Metode double distribution dilakukan karena lebih Rp 40.865.715, dan terendah adalah Diare &
mudah untuk penghitungan mengingat kesulitan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu
dalam menghitung secara rinci setiap kegiatan (Rp 530.548).
pelayanan tidak langsung (non direct). Namum 2. Besar unit cost rawat inap di RS kelas A secara
demikian, metode ini mempunyai kelemahanan umum lebih tinggi dari kelas B dan RS kelas
yaitu biaya diambil berdasarkan ratio unit bukan C. Unit cost di RS kelas C secara umum lebih
pengeluaran Riil, penghitungan unit cost bukan tinggi dari RS kelas B.
berdasarkan penyakit tapi berdasarkan biaya unit. 3. Terdapat perbedaan unit cost antara kelas
Saran yang diberikan adalah penghitungan unit RS (A, B, dan C) untuk 18 golongan sebab
cost berdasarkan Real Cost masing-masing unit penyakit, yaitu: demam tifoid dan paratifoid,
dan Menggunakan Activity Based Costing (ABC) diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi
untuk masing-masing penyakit untuk Tarif INA tertentu, tuberkulosis paru, demam berdarah
CBGs. dengue, neoplasma ganas serviks uterus,
Adapun di salah satu RS tipe A diperoleh hipertensi esensial (primer), penyakit jantung
informasi bahwa unit cost dihitung menggunakan iskemik, strok tak menyebut perdarahan atau
metode Activity Based Costing dan hasilnya juga infark, pneumonia, bronkitis emfisema dan
222
Unit Cost Rawat Inap Berdasarkan Golongan Sebab Penyakit ... (Mugi Wahidin, Noor Edi Widya Sukoco, dan Maria Hotnida)
penyakit paru obstruktif kronik, gastritis dan 8. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
duodenitis, gagal ginjal, penyulit kehamilan Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
dan persalinan, cedera YDT lainnya YTT, Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
neoplasma ganas payudara, anemia, diabetes Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
melitus YTT, dan penyakit sistem kemih. 9. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
4. Tidak terdapat perbedaan unit cost antara R.I. Nomor 82 tahun 2013 tentang Sistem
kelas RS (A, B, dan C) Malaria (semua jenis Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta:
malaria) dan cedera intrakranial. Kementerian Kesehatan RI; 2013.
10. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH Bandung: CV Alfabeta; 2003.
11. Santoso S. Statistik non Parametrik Konsep
Terima kasih kepada Kepala Puslitbang dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex
Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Direktur Media Komputindo; 2010.
Pelayanan Medis RSUP Fatmawati, Direktur 12. Conteh L, Walker D. Cost and unit cost
Pelayanan Medis RSUD Margono Soekarjo calculations using step-down accounting.
Puswokerto, yang telah memberikan izin dan Health Policy Plan. 2004;19(2):127–35.
mendukung pelaksanaan penelitian ini. 13. Scheller-kreinsen D, Quentin W, Geissler A,
Busse R. Breast cancer surgery and diagnosis-
DAFTAR RUJUKAN related groups ( DRGs ): Patient classi fi cation
and hospital reimbursement in 11 European
1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan countries. 2013;22.
R.I. Nomor 52 tahun 2016 tentang Standar Tarif 14. Issa V, Ayub-ferreira SM, Wijk SS. Cost-
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Effectiveness Benefits of a Disease
Program Jaminan Kesehatan. Jakarta: Management Program : Short Title : Benefits
Kementerian Kesehatan RI; 2016. of a Disease Management Program Authors :
2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Institutions : J Card Fail [Internet]. 2018;
R.I. Nomor No 64 Tahun 2016 Tentang Available from: https://doi.org/10.1016/j.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan cardfail.2018.04.008.
Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Standar Tarif 15. Mardiah, Rivany R. Cost Recovery Rate
Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-CBG ’ s
Program Jaminan Kesehatan. Jakarta: Berdasarkan Clinical Pathway pada Penyakit
Kementerian Kesehatan RI; 2016. Arteri Koroner di RS Pemerintah A di
3. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Palembang Tahun 2015. 2015;175–84.
R.I. Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan 16. Wijayanti AI, Sugiarsi S. Analisis Perbedaan
Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Tarif Riil dengan tarif Paket INA-CBG pada
Nomor 52 tahun 2016 tentang Standar Tarif Pembayaran Klaim Jamkesmas Pasien Rawat
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo. J Manaj
Program Jaminan Kesehatan. Jakarta: Inf Kesehat. 2013;1–10.
Kementerian Kesehatan RI; 2017. 17. Sari RP. Perbandingan Biaya Riil dengan
4. Supriyono RA. Akuntansi Biaya.Buku 1 Edisi Tarif INA-CBGs dan Analisis Faktor yang
2. Yogyakarta: Penerbit BPFE; 2011. Mempengaruhi Biaya Riil pada Pasien
5. Hansen DR and MMM. Manajemen Diabetes Mellitus Rawat Inap Jamkesmas di
Accounting Fourth Edition. Cincinnati, Ohio: RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. J SPREAD.
South Western College Publishing; 2009. 2014;4(April):61–70.
6. Kemenkes RI. Laporan Riset Pembiayaan 18. Indriani D, Kusnanto H, Ghufron A, Kuntoro
Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Rujukan M, Kesehatan F, Universitas M, et al. Tarif INA-
Tingkat Lanjut (FKRTL) tahun 2016. Jakarta: CBGs dan Biaya Riil Diagnosis Leukemia
Kementerian Kesehatan RI; 2017. The Effect of Laboratory Cost to Gap Price
7. RI P. Peraturan Presiden R.I. Nomor 12 tahun Between INA-CBGs Reimbursement and
2013 tentang Jaminan Kesehatan. 2013. Itemized Bill in Leukemia Diagnosis. J
223
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 46, No. 4, Desember 2018: 215 - 224
224