Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

GAMBARAN KETERPAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP TINDAKAN

SEKS PRA NIKAH PADA MAHASISWA INDEKOST KAMPUNG SUSUK


KELURAHAN PADANG BULANSELAYANG 1
KECAMATAN MEDAN SELAYANG
KOTA MEDAN TAHUN 2014

Myke Rumapea1,Lita Sri Andayani2, Eddy Syahrial3


1. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
2. Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Abstract
Information technology is evolving in bulk, has changed the shape of society, from the
local people of the world into a global world community. Social changes as a result of the
fast-paced process of modernization and globalization has resulted in changes in the pattern
of life, ethics and moral values in particular the relationship of sexual behavior. Students as
part of the community is a great consumer of media information, whether in print, and
electronic media.
This study aims to describe the information media exposure to premarital sexual acts
boarding student at Kampung Susuk, Medan 2014.
This is a descriptive study with a qualitative approach, with the aim to determine the
effect of media exposure information on premarital sexual acts boarding student at Kampung
Susuk Medan Year 2013. The method used was to interview the informant chosen in
Kampung Implant. The number of informants in this study 5 people.
Boarding students at Kampung Susuk understand what media information and feel
increased knowledge of sexual information through the media. This gives the effect on the
sexual attitudes of students boarding that arouse sexual desire in themselves and to give
effect to their sexual actions, evident from their sexual activity with a partner.
Therefore, the necessary existence of clear rules about visiting hours, and a ban on
bringing a friend of the opposite sex to stay at the boarding house with clear sanctions
against the perpetrators as well as the commitment of the residents who live for obey it. It
also need a serious attention from the local community, both from the head of the
environment and security forces against the sexual behavior of children in boarding house,
for example by sharing a circular letter to the owners and occupants of the boarding house.

Key Words: Media Information, Boarding Students, Sexual Behavior

PENDAHULUAN pernah berakhir. Fokus dan lokusnya pun


berganti-ganti mulai dari mempersoalkan
Perdebatan masalah seksualitas, selaput dara, iklan sabun yang seronok,
sensualitas erotika dan porno menjadi video klip artis yang terlalu menantang,
wacana yang sangat menarik akhir-akhir VCD porno mahasiswa, hidden camera,
ini. Kendati bukan masalah baru karena dan sebagainya (Burhan Bungin, 2003).
sejak beberapa waktu lalu, masalah
tersebut sudah mencuat dan kemudian Mahasiswa sebagai bagian dari
menghilang lagi, seakan tema ini tak masyarakat merupakan konsumen besar

1
dari media informasi, baik media cetak, 10-30% adalah para remaja.Artinya, ada
maupun media elektronik. Menyandang 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri
gelar mahasiswa merupakan suatu yang diperkirakan melakukan aborsi
kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa setiap tahunnya.Sumber lain juga
tidak, ekspektasi dan tanggung jawab menyebutkankan, tiap hari 100 remaja
yang diemban oleh mahasiswa begitu melakukan aborsi dan jumlah kehamilan
besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja
diartikan kata per kata. Mahasiswa juga meningkat antara 150.000 hingga 200.000
bukanlah hanya sekedar orang yang kasus setiap tahun.
belajar di perguruan tinggi. Tapi
pengertian mahasiswa lebih dari itu Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
mahasiswa adalah seorang “agent of Asfriyati (2005), tentang masalah
change”. Menjadi seorang yang dapat kehamilan pranikah pada remaja di Kota
memberikan solusi bagi permasalahan Medan ditinjau dari kesehatan reproduksi
yang dihadapi oleh bangsa ini. diketahui sekitar 5,5 – 11% remaja
Masyarakat awam melihat mahasiswa melakukan hubungan seksual sebelum
sebagai tempat dimana harapan akan usia 19 tahun. Menurut Tukiran dkk
suatu perubahan mereka gantungkan (2010) Faktor teman menjadi salah satu
(Wisnu, 2010). indicator yang mendorong remaja
melakukan hubungan seksual sebelum
Dari survey kesehatan reproduksi remaja menikah, dan mengakui mereka
(usia 14-19 tahun) tahun 2009 tentang mempunyai teman yang sudah melakukan
perilaku seksual remaja terhadap hubungan seksual sebelum menikah
kesehatan reproduksi menunjukan: dari sebanyak 53,7%.
19.173 responden, 92 % sudah
berpacaran, dan pada saat berpacaran Kehidupan mahasiswa indekost sebagai
melakukan pegang-pegang tangan, 82 % bagian dari proses perkembangan remaja
berciuman, 62% melakukan petting, dan menjadi manusia dewasa tidak pernah
10,2 % sudah melakukan hubungan seks lepas dari permasalahan kesehatan
bebas. Data tersebut diperkuat oleh survey reproduksi dan seksual. Mahasiswa
BKKBN (2010) yang menyebutkan; dari indekost yang hidup terpisah dari orang
100 responden di Jabotabek 51% remaja tua, mengharuskan mereka untuk
telah melakukan hubungan seks pranikah. bertanggung jawab penuh terhadap segala
Di Surabaya 54 %, Bandung 47 %, Medan perilaku yang dilakukannya termasuk
52% Yogja 37 %. perilaku dalam berpacaran.

Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak Perilaku mahasiswa indekost sangat


dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung kompleks, dari perilaku mahasiswa yang
antara tahun 2000-2002, remaja yang selalu mendapatkan pantauan dari orang-
melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, tua sampai pada perilaku mahasiswa
dan 91,5% di antaranya mengaku telah indekost yang jauh dari pengawasan
melakukan aborsi lebih dari satu kali. orang-tua dan induk semangnya. Indekost
Data ini didukung beberapa hasil yang dihuni oleh para remaja atau
penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi mahasiswa sering dipakai untuk kegiatan
Yogyakarta yang melakukan seks pra apa saja, selain sebagai tempat tinggal
nikah mengaku pernah melakukan aborsi. mereka sementara juga dipakai untuk
Secara kumulatif, aborsi di Indonesia bertamu sesama teman-temannya.
diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per Kadang-kadang aturan yang diberlakukan
tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh pemilik indekost diabaikan oleh
oleh wanita yang belum menikah, sekitar penghuninya karena kurangnya

2
pegawasan.Begitu banyak fenomena Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
masalah-masalah sosial yang mereka gambaran keterpaparan media informasi
hadapi, mulai dari interaksi antar sesama terhadap tindakan seksual pranikah
penghuni indekost maupun lingkungan mahasiswa indekost di Kampung Susuk,
masyarakat sekitarnya.Penyimpangan- Medan Tahun 2014. Dengan tujuan
penyimpangan di kalangan mahasiswa khusus:
dapat terjadi dari lingkungan indekost 1. Untuk mengetahui pengaruh
yang kurang mendukung, misalnya keterpaparan media terhadap
lingkungan pergaulan yang tidak baik. pengetahuan seksual mahasiswa
indekost di Kampung Susuk,
Medan Tahun 2014.
Silaban (2002) melakukan penelitian pada 2. Untuk mengetahui pengaruh
100 orang mahasiswa indekos di Padang keterpaparan media terhadap
Bulan, dan dari hasil penelitiannya sikap seksual mahasiswa indekost
didapatkan bahwa sebanyak 72% di Kampung Susuk, Medan Tahun
mahasiswa pernah membawa pacar ke 2014.
tempat indekos dan tempat yang paling 3. Untuk mengetahui pengaruh
sering digunakan untuk pacaran adalah keterpaparan media terhadap
tempat indekos, yaitu sebanyak 65,32% tindakan seksual mahasiswa
dari total responden. Dari hasil penelitian indekost di Kampung Susuk,
tersebut juga didapatkan bahwa sebanyak Medan Tahun 2014.
19% responden melakukan hubungan
badan saat berpacaran dan sebanyak
36,8% diantaranya tidak menggunakan METODE PENELITIAN
alat kontrasepsi.
Penelitian ini merupakan
Berdasarkan hasil penelitian oleh penelitian kualitatif yang menggunakan
kelompok SAHIVA (sadar HIV/AIDS) metode wawancara mendalam (indepth
yang dikutip oleh Arliza tentang perilaku interview) untuk mengetahui gambaran
kesehatan reproduksi anak indekost pada keterpaparan media informasi terhadap
tahun 2005 di jalan Dr. Mansyur dan tindakan seks pranikah di kalangan
Jamin Ginting Medan di kawasan kampus mahasiswa di Kampung Susuk, Medan.
USU, bahwa rata-rata anak indekost
pernah melakukan aktifitas seksual di Penelitian dilaksanakan di kost-kostan
tempat indekost, baik berupa ciuman, mahasiswa di KampungSusuk dengan
berpelukan, oral seks, vaginal seks, anal asumsi informan merasa nyaman dan
seks bahkan ada yang melakukan pesta tidak terganggu oleh orang lain.
seks. Sebanyak 52,0% anak indekost palin Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada
banyak melakukan aktifitas seksual bulan Maret-April 2014.
dengan pacarnya sendiri, 14,4% dengan
kawan lawan jenis, 10,4% dengan sesama Informan dalam penelitian ini adalah
jenisnya bahkan ada yang berhubungan mahasiswa kost-kostan yang tinggal di
dengan Pekerja Seks Komersil sebanyak kampung susuk.Informan adalah
4,0%. mahasiswa yang tinggal di kost-kostan
dengan kategori bebas, yaitu tidak
Berdasarkan uraian dan latar belakang di mempunyai pemilik (hanya ditempati
atas, dirumuskan masalah penelitian yakni penyewa), ditempati bersama oleh laki-
bagaimana media informasi memengaruhi laki dan perempuan.
perilaku seksual mahasiswa indekost di
Kampung Susuk, Medan Tahun 2014.

3
Metode yang digunakan untuk Berdasarkan penelitian yang dilakukan
mengumpulkan data dari informan adalah oleh Sitti Hajar dkk (2012) sebagian
wawancara mendalam (depth interview) responden memilih rumah kost atas dasar
dan observasi pada saat wawancara pilihan sendiri, ada yang memilih bersama
dilakukan. Wawancara mendalam sebagai teman, dan ada juga yang mengajak dia
metode primer. tinggal di kost tersebut. Banyak hal yang
menjadi pertimbangan dalam memilih
Pengolahan data dilakukan dengan kost misalnya ada yang memilih kost
menggunakan EZ Text.Penganalisaan dengan lokasi yang strategis seperti dekat
data dilakukan berdasarkan data-data dengan kampus, tempat makan, warnet,
yang diperoleh melalui wawancara fotocopy, shoping center, ataupun tempat-
mendalam (indepth interview) terhadap tempat hiburan lainnya. Ada yang
informan kemudian dibandingkan dengan memilih kost dengan lingkungan yang
teori kepustakaan maupun asumsi yang mendukung dan kondusif untuk belajar
ada. atau ada juga yang lebih suka
keramaian.Selain itu harga sewa dan
HASIL DAN PEMBAHASAN fasilitas kost juga menjadi pertimbangan
Gambaran Karakteristik Informan mahasiswa dalam memilih rumah kost.
NAMA JENIS UMUR ALAMAT
KELAMIN
Sofian Laki-laki 20 tahun Susuk 5 No.
Simanullang 32 Pengetahuan Informan Tentang Media
Panca arti Laki-Laki 20 tahun Susuk 2
Batubara Ujung Informasi
Gandi Ibrahim Laki-laki 21 tahun Susuk 6
Nini Mediana Perempuan 19 tahun Susuk 3 No.
18 Dari hasil wawancara dengan informan
Sarmian Perempuan 21 tahun Susuk 2 No. dapat dilihat bahwa semua informan
Sitompul 16
sudah memiliki pengetahuan yang baik
tentang media informasi, merekaa
Berdasarkan hasil penelitian, usia menganggap bahwa media informasi
informan berada pada rentang 19-21
adalah segala hal yang dapat dijadikan
tahun. Usia ini masuk pada kategori yang sebagai sumber-sumber informasi, kelima
menurut Hurlock (2004) disebut sebagai
informan juga dapat memberikan contoh-
remaja akhir. contoh apa-apa saja itu media informasi.

Pengetahuan informan tentang apa itu


Kondisi Rumah Kostan Informan media informasi, contoh-contohnya, dapat
Dari hasil wawancara diketahui bahwa 2
mempengaruhi informan dalam
orang informan tinggal di rumah kost
pemanfaatan media informasi tersebut.
yang heterogen, sedangkan 3 diantaranya
Sesuai teori Benyamin Bloom bahwa
tinggal di rumah kost yang homogen.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
Semua informan tinggal di rumah kost
dan ini terjadi setelah orang melakukan
yang tidak ada pemiliknya, namun
pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
sesekali pemiliknya datang untuk
mengumpulkan uang air dan listrik serta
Frekuensi Informan Dalam
memantau kondisi kost-kostan. Semua
Pemanfaatan Media Informasi
rumah kost tidak memiliki peraturan yang
mengikat seperti peraturan bertamu, jam
Dari hasil wawancara dengan informan
malam, membebaskan penghuninya
berkaitan dengan frekuensi informan
membawa lawan jenis ke dalam kamar
dalam memanfaatkan media informasi
bahkan untuk menginap sekalipun.
dapat dilihat bahwa semua informan
memanfaatkan media online sebagai

4
sumber informasi yang paling sering walaupun singkat dapat membangkitkan
digunakan, selain karena informan gairah seksual pada pria maupun wanita.
memiliki akses untuk mendapatkannya, Selain itu juga dapat menimbulkan reaksi
hal tersebut juga dikarenakan informan emosional lain seperti resah, impulsif,
malas mencari informasi dari media lain. agresif dan gelisah.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pengaruh Informasi Seksual Pada
oleh Wahid (2007) bahwa kemudahan Media Terhadap Pengetahuan Seksual
seseorang untuk memperoleh informasi Informan
dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang Dari hasil wawancara dengan informan,
baru. Yang artinya, kemudahan untuk mengetahui distribusi pengaruh
mahasiswa untuk memperoleh ataupun informasi seksual pada media terhadap
mengakses informasi akan mempercepat pengetahuan seksual informan, didapatlah
mahasiswa untuk memperoleh hasil wawancara bahwa empat informan
pengetahuan yang baru. merasa memperoleh tambahan
pengetahuan seksual dari media yang
Pengetahuan Informan Tentang digunakan, sekalipun tidak dalam
Informasi Seksual Pada Media jumlahyang besar. Hal ini merupakan efek
kognitif yang diakibatkan oleh media
Dari hasil wawancara yang dilakukan massa, dimana efek ini masih hanya
dengan informan mengenai pengetahuan mempengaruhi tingkat pengetahuan
informan tentang informasi seksual pada seksual informan.
media semua informan mengaku paling
banyak memperoleh informasi seksual Hasil penelitian Syamsulhuda (2010)
dari media online, baik yang muncul Pornografi dapat mempengaruhi remaja
sebagai iklan pop up, maupun yang untuk melakukan satu bentuk perilaku,
muncul dalam bentuk link berita. baik secara sadar maupun tidak disadari,
telah mengubah persepsi bahkan perilaku
Menurut Notoatmojo (2003) salah satu hidup remaja sehari-hari terutama dalam
faktor yang mempengaruhi perilaku hal seksualitas.
adalah media informasi, dimana informasi
yang diperoleh dapat memberikan Menurut Sarwono (2004) Remaja yang
pengaruh sehingga menghasilkan sedang dalam periode ingin tahu dan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. mencoba, akan meniru apa yang dilihat
Majunya teknologi akan tersedia atau didengarnya dari media pornografi
bermacam-macam media massa yang tersebut. Media massa dan segala hal yang
dapat mempengaruhi pengetahuan bersifat pornografis akan menguasai
masyarakat tentang inovasi baru. Semakin pikiran remaja yang kurang kuat dalam
sering seseorang memperoleh menahan pikiran emosinya, karena
keterpaparan informasi seksual, maka mereka belum boleh melakukan hubungan
akan semakin besar kemungkinan seks yang sebenarnya yang disebabkan
pengaruhnya bagi informan. Hal ini adanya norma-norma, adat, hukum dan
disebabkan terjadinya pengulangan juga agama. Semakin sering seseorang
informasi yang diterima yang tersebut berinteraksi atau berhubungan
mengakibatkan perubahan perilaku dengan pornografi maka akan semakin
informan. beranggapan positif terhadap hubungan
seks secara bebas.
Sejalan oleh penelitian Rakhmat (2003)
menyimpulkan bahwa terpaan erotika

5
Pengaruh Informasi Seksual Pada media informasi yang mampu untuk
Media Terhadap Sikap Seksual menyebarkan nilai-nilai baru yang muncul
Informan di masyarakat.

Dari hasil wawancara untuk Aktifitas Informan Yang Biasa


mengetahuipengaruh informasi seksual Dikerjakan Ketika Bersama
pada media terhadap sikap seksual Pasangannya
informan, 5 orang informan mengaku
kalau informasi seksual yang Dari hasil wawancara dengan informan,
diperolehnya pada media mempengaruhi untuk mengetahui distribusi aktifitas
sikap seksual informan walaupun berbeda informan yang biasa dikerjakan ketika
beda kadarnya. Efek paparan pornografi bersama pasangannya, didapatlah bahwa
tidak hanya berupapengetahuan tentang dua orang informan hanya melakukan
pornografi saja, tetapiyang terjadi juga aktifitas seksual sebatas berpegangan
sampai pada aspek afektifbahkan tangan, berciuman, dan berpelukan.
kecenderungan untuk
berperilaku.Pornografi dapat Dua orang informan menyatakan kalau
mempengaruhi remajauntuk melakukan mereka tidak hanya sebatas ciuman atau
satu bentuk perilaku, baiksecara sadar berpelukan, tapi sudah meraba bagian
maupun tidak disadari, telahmengubah tertentu dari pasangannya, namun belum
persepsi bahkan perilaku hidupremaja berani melakukan hubungan seksual.
sehari-hari terutama dalam halseksualitas. Sedangkan informan yang terakhir,
menyatakan bahwa mereka suda sampai
Pengaruh Informasi Seksual Pada pada tahap petting.
Media Terhadap Tindakan Seksual
Informan Semua aktifitas seksual yang dialami dan
dilakukan informan tersebut terjadi di
Dari hasil wawancara dengan informan, tempat kost mereka, hal ini sesuai dengan
untuk mengetahui distribusi pengaruh hasil penelitian penelitian Mocthar (2011)
informasi seksual pada media terhadap dari LSM Shara Indonesia dari tahun
tindakan seksual informan, 3 orang 2000 sampai dengan 2002, diketahui
informan menyatakan bahwa informasi bahwa tempat yang paling sering untuk
seksual tersebut berpengaruh terhadap melakukan hubungan seks yaitu rumah
tindakan seksualnya, informasi yang dia kos sebesar 51,5%, rumah pribadi 30%,
peroleh menimbulkan hasrat seksual di hotel atau wisma 11,2%, taman luas 2,5%,
dalam diri informan tersebut. tempat rekreasi 2,4%, di ruang kelas di
kampus Bandung 1,3%, dalam mobil
Apa yang dialami informan sebagai goyang 0,4%, dan lain-lain tidak diketahui
dampak dari media informasi yang 0,7%.
mengandung informasi seksual sesuai
dengan hasi penelitian Sekarrini (2011) KESIMPULAN DAN SARAN
yang menyatakan bahwaperkembangan 1. Kesimpulan
hormonal pada remaja dipacu oleh Pengaruh keterpaparan media terhadap
paparan media masa yang mengundang pengetahuan seksual mahasiswa indekost
rasa ingin tahu dan keinginan untuk di Kampung Susuk, Medan Tahun 2014
bereksperimen dalam aktifitas seksual. yaitu sebagian besar informan merasa
Sebagaimana dijelaskan oleh Bungin pengetahuannya bertambah melalui
(2001) dalam Sekarrini (2011) sifat media media, walaupun hanya sedikit, namun
informasi mengandung nilai manfaat, salah seorang informan menganggap
tetapi selain itu tidak sengaja menjadi pengetahuannya tidak bertambah, karena

6
menurutnya yang ada di media hanya Hurlock, E.B. 2001. Psikologi
berbau pornografi. Perkembangan, Suatu
Pendekatan Sepanjang
Pengaruh keterpaparan media terhadap Rentang Kehidupan, Erlangga,
sikap seksual mahasiswa indekost di Jakarta.
Kampung Susuk, Medan Tahun 2014
yaitu sebagian besar informan merasakan Irsyad, M. 2012. Tanggapan Mahasiswa
ada sedikit pengaruh informasi yang dia Terhadap Perilaku Hubungan
dapatkan terhadap sikap seksual mereka, Seks Pranikah. Skripsi,
salah satu informan beranggapan bahwa Akademi Kebidanan Sandi Karsa
itu memang sudah menjadi naluri dasar Makassar.
manusia, dan informan yang ke 4 Notoadmojo, Soekidjo, 2003. Pendidikan
menganggap sedikit tabu untuk dan Perilaku Kesehatan.
memperhatikan informasi seksual yang Rineka Cipta, Jakarta.
ada.
Safitri, Arliza, 2010. Gambaran
Keseluruhan informan merasakan adanya Perilaku Seksual Mahasiswa
pengaruh informasi seksual yang yang Tinggal di Rumah Kost di
diterimanya terhadap tindakan seksual Kelurahan Padang Bulan,
informan tersebut. Kecamatan Medan baru Kota
Medan tahun 2010, Skripsi.
Saran Universitas Sumatera Utara.

Adanya peraturan yang jelas tentang jam


bertamu, dan larangan membawa teman
lawan jenis untuk menginap di kost
disertai sanksi yang jelas terhadap
pelakunya serta komitmen dari penghuni
yang tinggal untuk menaatinya.

Perlunya perhatian yang serius dari


masyarakat sekitar, baik dari kepala
lingkungan maupun aparat keamanan
terhadap perilaku seksual anak anak kost,
misalnya dengan pembagian surat edaran
kepada pemilik maupun penghuni kost.

Daftar Pustaka
Bungin, Burhan, 2001, Erotika Media
Massa. Muhammadiyah
University Press, Surakarta.
Bungin, Burhan, 2003. Pornomedia.
Prenadia Media, Jakarta.
Gunawan, A, 2011. Remaja dan
Permasalahannya. Hanggar,
Yogyakarta.

You might also like