Professional Documents
Culture Documents
Program BK
Program BK
Dosen : Prof.Dr.Slameto,M.Pd
Oleh :
Kelompok
1 KISWORO pakkisworo@gmail.com
2 MUHYIDIN muhyidin643@gmail.com
3 SUTRISNO sutrisnosutrisno41@gmail.com
@2017
Abstrak
Abstract: Any formal educational institutions including elementary school (SD) aims to
produce individuals achieve optimal development in accordance with the values, interests
and values into their way of life. Required three activities that form the main activity of
the instructionalcurricular and administrative activities that support and supervision and
guidance activities and other services for the welfare of students. These activities
synergize with each other to jointly achieve the goal. Paradigma Guidance and
Counseling program (BK) is a developmental guidance and counseling services as the
specific services that facilitate the development of each student to be able to achieve the
developmental task in accordance with the period of development or level of education.
There are four components of the program BK BK basic services, responsive services,
individual planning services and support systems. BK program components are
implemented via tail intervention strategies for the provision of services as well as
supporting activities with BK main objectives to students. Implementing programs in SD
BK classroom teacher is in charge of implementing the guidance and counseling services
in the classroom which they are responsible.
Abstrak: Setiap lembaga pendidikan formal termasuk Sekolah Dasar (SD) bertujuan
untuk menghasilkan individu mencapai perkembangan optimal sesuai dengan potensi,
minat dan nilai yang menjadi pandangan hidupnya. Diperlukan tiga aktivitas yang berupa
aktivitas utama yakni instruksional-kurikuler dan aktivitas pendukung yakni administrasi
dan supervisi serta aktivitas bimbingan dan layanan lain bagi kesejahteraan siswa.
Aktivitas-aktivitas tersebut saling bersinergi satu sama lain untuk secara bersama-sama
mencapai tujuan. Paradigma program Bimbingan dan Konseling (BK) perkembangan
merupakan layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan spesifik yang memfasilitasi
perkembangan setiap siswa agar mampu mencapai tugas perkembangan sesuai dengan
periode perkembangannya atau jenjang pendidikannya. Terdapat empat komponen
program BK yakni layanan dasar BK, layanan responsif, layanan perencanaan individual
dan dukungan sistem. Komponen program BK tersebut dilaksanakan melalaui strategi
intervensi berupa pemberian layanan BK serta kegiatan pendukung dengan sasaran pokok
kepada siswa. Pelaksana program BK di SD ialah guru kelas bertugas melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pegertian Supervisi, Bimbingan dan Konseling
1.1. Supervisi
1.2. Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi
yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan
guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada
juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99),
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam
Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa
bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk
lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendir
1.3. Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan
suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-
seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan
dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat
pilihan yang bermakna bagi dirinya.
2. Landasan Hukum
2.1. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa
konselor adalah pendidik, pasal 3 bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan pasal 4
ayat 4 bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan dan pengembangan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran, dan pasal 12 ayat (1.b)
yang menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya.
2.2. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Pasal 5 s.d pasal 18 tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
2.3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur kurikulum difasilitasi dan/ atau dibimbing oleh konselor,
guru atau tenaga kependidikan.
2.4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh
direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2004 untuk memberi
arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar
sekolah.
3. Tujuan Pendidikan Nasional
Pada tahun 2025 Sistem Pendidikan Nasional berhasrat menghasilkan :
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah mempunyai peranan sebagai penanggungjawab seluruh
program pendidikan di sekolah kepada dinas pendidikan yang menjadi
atasannya, termasuk di dalamnya layanan bimbingan konseling.Dalam
hubungannyadengan program bimbingan konseling di sekolah dasar,
fungsi dan peranan kepala sekolah antara lain sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan konseling di
sekolah dasar.
b. Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan konseling di sekolah dasar .
c. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan
konseling di sekolah dasar.
d. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan program bimbingan
konseling di sekolah dasar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjut..
e. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan bimbinga konseling di sekolah dasar.
2. Guru Kelas
Sebagai pelaksana utama dalam program bimbingan konseling di
Sekolah Dasar, guru kelas memiliki peran dan tugassebagai berikut :
a. Merencanakan dan membuat program bimbingan konseling.
b. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata
pelajaran.
c. Melakukan kerja sama dengan orang tua dalam layanan bimbingan
kepada peserta didik.
d. Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan konseling dengan
mengintegrasikan pada mata pelajaran masing-masing.
e. Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
f. Menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan dan konseling.
g. Melaksanakan tindak lanjut dan alih tangan berdasarkan hasil
analisis penilaian.
h. Membantu peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler.
4. Pengawasan
Pengawasan sangat diperlukan untuk menjamin terlaksananya layanan
secara tepat. Pengawasan dilakukan baik secara teknis maupun
administratif. Fungsi pengawasan adalah memantau, menilai,
memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan
bimbingan konseling di Sekolah Dasar. Pengawasan dilaksanakan oleh
dinas pendidikan secara berjenjang. Tingkat kecamatan dilakukan oleh
pengawas SD UPTD Pendidikan Kecamatan setempat.
a. Rasional
Berisikan rumusan dasar pemikiran tentang pentingnya bimbigan dan
konseling dalam keseluruhan program sekolah, yang mencakup konsep
dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan
pembelajaran atau implementasi kurikulum, dampak perkembangan ilmu
pengetahuan dan sosial-budaya terhadap kehidupan masyarakat, dan hal-
hal lain yang relevan.
b. Visi dan misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu
dirumuskan ulang ke dalam fokus isi yaitu:
1) Visi : membangun iklim sekolah bagi keberhasilan seluruh peserta
didik.
2) Misi : memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai
kompetensi di bidang akademik , pribadi-sosial dan karir berlandasan
pada tata kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
c. Deskripsi kebutuhan
Berisikan rumusan hasil penilaian kebutuhan (need asesment) peserta
didik dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku – perilaku yang
diharapkan dan di kuasai oleh peserta didik. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, yaitu
(1) mengkaji kebutuhan atau masalah peserta didik yang nyata di
lapangan, dan (2) mengkaji harapan sekolah dan masyarakat terhadap
peserta didik secara ideal. Kebutuhan atau masalah pesertan didik dapat
diidentifikasi melalui (1) karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek
fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap
dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung atau
mudah tersinggung), karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan dan
tanggung jawab); atau (2) tugas-tugas perkembangannya, sebagai
landasan untuk memberikan layanan bimbingan konseling.
d. Tujuan
Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang
menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta didik yang
diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang
diprogramkan. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi yang meliputi
pemahaman (awareness), sikap (accommodation), dan keterampilan atau
tindakan (action) dari nilai-nilai yang terkandunng di dalam tugas
perkembangan yang harus dikuasainya berdasarkan tingkatan kelasnya.
Dalam perencanaan program bimbingan konseling di sekolah dasar,
harus mencantumkan tujuan program tersebut dibuat yang berisikan
rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan
konseling secara terpadu dalam pembelajaran di kelas. Tujuan yang
dirumuskan hendaknya mencakup tiga tata aturan :
Penyadaran
Untuk membangun pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus di pelajari dan
dikuasai
Akomodasi
Untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan
perilaku / kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya
Tindakan
Mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi
baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari
e. Komponen program
Program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup: (a) Komponen
pelayanan dasar bimbingan; (b) Komponen pelayanan responsive; (c)
Komponen perencanaan individual; (d) Komponen dukungan sistem
( manajemen).
Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi seluruh
peserta didik (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau luar kelas
yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu peserta didik
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tujuan layanan ini
juga dapat dirumuskan sebagai upaya membantu peserta didik agar (1)
memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, social-budaya, dan agama); (2) mampu
mengembangakn keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab
atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian
dirinya dengan lingkungan; (3) mampu menangani atau memenuhi
kebutuhan dan masalahnya, dan; (4) mampu mengembangkan dirinya
dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Layanan Responsif
Layanan responsive merupakan layanan bantuan bagi peserta didik
yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera (immediate needs ami concerns). Layanan ini bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya yang
dirasakan pada saat ini, atau para peserta didik yang dipandang
mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah,
atau malasuai (maladjustment).
Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan
bantuan kepada semua peserta didik agar mampu membuat dan
melaksanaan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman
akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Tujuan layanan ini ialah untuk
membimbing seluruh peserta didik agar (a) memiliki kemampuan untuk
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan diirnya, baik yang
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir; (b) dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya, dan (c) dapat
melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau
tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif.
Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada peserta didik, atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan peserta didik. Tujuan dari adanya dukungan
sistem ini ialah memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program
bimbingan konseling secara menyeluruh melalui pengembangan
professional; memanajemen hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas;
manajemen program; penelitian dan pengembangan.
f. Rencana operasional
Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program
bimbingan konseling berjalan secara efektif dan efesien, meskipun
implementasi di Sekolah Dasar masih terpadu dalam proses pembelajaran
di kelas. Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program bimbingan
konseling yang menggambarkan struktur program, baik kegiatan di
sekolah maupu luar sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
tugas perkembangan atau kompetensi tertentu. Atas dasar komponen
program di atas maka dilakukan :
1. Identifikasi dan rumusan berbagai kegiatan yang harus / perlu
dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku / tugas
perkembangan /kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
2. Pertimbangan porsi waktu yang di perlukan untuk melaksanakan
setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu
tertentu atau terus-menerus.
g. Progam bimbingan konseling
Program bimbingan konseling sekolah dasar yang telah di tuangkan ke
dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender
kegiatan. Kalender kegiatan mencakup : kalender tahunan, semesteran,
bulanan, dan mingguan.
h. Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk
(a)Kontak langsung: Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan
secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu
terjadwal 2 jam pelajaran per-kelas per-minggu; (b) Tanpa kontak
langsung dengan peserta didik: Kegiatan bimbingan tanpa kontak
langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (e-mail,
buku-buku, brosur, /majalah dinding), kunjungan rumah (home visit),
konferensi kasus (case conference), dan ahli tangan (referal)
i. Pengembangan tema / topic
Tema / topik merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah
diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan,
dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program
bimbingan konseling.
2) Layanan Penempatan/Penyaluran
Instrumen berupa angket ada yang perlu diisi oleh orang tua siswa, yaitu
terutama yang menyangkut :
Berbeda dari keadaannya di Kelas I dan Kelas II, materi orientasi dan
informasi di Kelas III dan Kelas IV lebih meluas dan mendalam.
Informasi tentang keadaan sekolah bersifat pendalaman mengikuti
pengalaman siswa di kelas-kelas sebelumnya. Seiring dengan hal
tersebut, peranan orang tua tidak lagi sepenting ketika para siswa baru
saja memasuki Sekolah Dasar. Di Kelas III dan IV informasi dapat
langsung diberikan oleh guru kelas kepada siswa dan siswa itu
langsung menerima dan memahami berbagai informasi itu sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka.
2) Layanan Penempatan/Penyaluran
Layanan penempatan/penyaluran di Kelas III dan IV mengikuti pula
pola yang sama dengan layanan sejenis di kelas-kelas sebelumnya.
Materinya bidang belajar pun tidak jauh berbeda,
yaitu Penempatan/penyaluran siswa ke:(1) dalam kelompok belajar
pada umumnya, tanpa membedakan kemampuan siswa; (2) dalam
kelompok belajar dan latihan yang didasarkan pada kemampuan
belajar, bakat, dan minat siswa; (3) dalam program pengajaran khusus
sesuai dengan kebutuhan siswa (pengajaran perbaikan atau program
pengayaan), dan (4) kegiatan penyiapan siswa untuk mengikuti
ulangan tengah semester,ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan
kelas.
Penempatan/penyaluran siswa di kelas III dan IV pada dasarnya sama
dengan hal tersebut di kelas-kelas sebelumnya. Sesuai dengan tingkat
perkembangannya, siswa-siswa Kelas III dan IV sudah dapat diajak
berbicara tentang kemungkinan dan rencana penempatan/penyaluran
yang akan dilakukan oleh guru kelas.
3) Layanan Penguasaan Konten
Layanan pengusaankonten di Kelas III dan IV pada umumnya
merupakan peningkatan dari layanan sejenis di kelas-kelas
sebelumnya. Peningkatannya itu mencakup materi-materi yang
berkaitan dengan mata-mata pelajaran yang diikuti di Kelas III dan IV
dan Materi-materi tersebut pada pokoknya adalah (a) pemantapan
materi di Kelas I dan II; (b) bantuan terhadap siswa dalam mengatur
jadwal kegiatan belajar (baik disekolah maupun di rumah), kegiatan
olah raga, dan kegiatan lainnya; (c) bantuan kepada siswa menemukan
dan memanfaatkan sumber dan alat bantu belajar yang diperlukan; (d)
bantuankepada siswa untuk memperbaiki buku catatan pelajarannya;
(e) bantuan kepada siswa dalam kegiatan belajar sendiri, belajar
kelompok, dan mengerjakan tugas-tugas. Materi yang diberikan dalam
bimbingan konseling belajar ini amat erat kaitannya dengan program
pengajaran perbaikan dan pengayaan.
2) Konferensi Kasus
3) Kunjungan Rumah
Pada dasarnya sama dengan kegiatan kunjungan rumah untuk Kelas
I dan II; perbedaannya ialah bahwa siswa Kelas III dan IV sudah
mulai dapat diajak mempersiapkan kunjungan rumahnya dan diajak
membicarakan hasil kunjungan rumah itu. Dengan demikian siswa
yang bersangkutan dapat dilibatkan secara langsung dilibatkan dalam
proses kunjungan rumah dan pembicaraan hasil-hasilnya untuk
kepentingan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan.
4) Alih Tangan Kasus
Hampir sama dengan proses alih tangan kasus untuk siswa-siswa
Kelas I dan II perbedaaannya terletak pada dimungkinkannya guru
kelas membicarakan terlebih dahulu rencana alih tangan kasus itu
kepada siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut dapat saja menolak
rencana alih tangan itu. Apabila penolakan terjadi maka guru kelas
perlu membicarakan rencana tersebut secara lebih mendalam dengan
siswa, jika perlu dengan mengikutsertakan orang tuanya, sehingga
kunjungan-keuntungan alih tangan itu dapat dipahami dan diterima
oleh siswa dan orang tuanya.
2) Layanan Penempatan/Penyaluran
Pola dan materi layanan penempatan/penyaluran tetap sama dengan
layanan sejenis yang di lakukan di Kelas III dan IV.
3) Layanan Penguasaan Konten
Layanan pengusaan konten bermaksud menguatkan sikap dan
kebiasaan belajar yang telah terbina sejak kelas I s.d kelas IV Serta
mendorong lebih jauh lagi penguasaan siswa terhadap berbagai hal
yang diperlukan baik yang menyangkut mata pelajaran yang
diikutinya maupun aspek-aspek lain dalam kehidupannya sebagai
pelajar, anggota. keluarga, warga masyarakat, dan warga negara.
Materi layanan penguasaan konten bidang bimbingan konseling
belajar meliputi hal-hal pokok antara lain (1) pemantapan materi di
Kelas III dan IV; (2) bantuan kepada siswa dalam pengaturan jadwal
kegiatan belajar (baik di sekolah maupun di rumah), dan
kegiatan-kegiatan lainnya; (3) bantuan kepada siswa dalam
menemukan dan menggunakan sumber dan alai bantu belajar yang
diperlukan (jika perlu sampai mencari di luar sekolah) demi
keberhasilan belajarnya; (4) bantuan kepada siswa dalam mencatat
materi pelajaran dan membuat ringkasan pelajaran; (5) bantuan
kepada siswa tentang bagaimana belajar di tempat latihan
keterampilan, dan di lapangan olah raga; (6) bantuan kepada siswa
dalam hal membaca buku yang efisien, meringkas buku, dan
belajar di perpustakaan; (6) bantuan kepada siswa dalam
mempersiapkan diri untuk mengikuti ulangan dan ujian-ujian; (7)
kegiatan diskusi tentang kemungkinan tamat dari Sekolah Dasar
dan memasuki sekolah lanjutan.
2) Konferensi Kasus
Berhubung dengan lebih luasnya permasalahan siswa Kelas V dan
VI Sekolah Dasar, konferensi kasus yang diselenggarakan untuk
mereka mungkin memerlukan keikutsertakan pihak-pihak yang lebih
luas pula, misalnya perangkat desa atau kecamatan, pemuda Karang
Taruna, dan sebagainya, sesuai dengan kandungan masalah yang
dibahas.
3) Kunjungan Rumah
Siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar lebih besar lagi kemampuannya
untuk diaktifkan dalam kunjungan rumah demi teratasinya masalah--
masalah mereka. Sebagian data rumah dan keluarga bahkan
diharapkan dapat diperoleh diri siswa yang bersangkutan secara
langsung.
4) Alih Tangan Kasus
Pembahasan tentang rencana alih tangan kasus telah dapat dilakukan
secara penuh dengan siswa Kelas V dan VI yang bersangkutan.
Kesadaran siswa tentang perlunya alih tangan itu dapat dipahami dan
diterima oleh siswa dan orang tuanya akan merupakan modal utama
bagi keberhasilan alih tangan kasus tersebut.
Menurut pendapat “Good“ yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya
(1975:154), tentang evaluasi adalah proses menentukan atau
mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melalui penilaian yang
dilakukan dengan seksama. Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones
memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai proses yang
menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan – tujuan program
sekolah dapat dilaksanakan.
Menurut pendapat “Good “ yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya
(1975:154), tentang evaluasi adalah proses menentukan atau
mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melalui penilaian yang
dilakukan dengan seksama. Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones
memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai proses yang
menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan –tujuan program sekolah
dapat dilaksanakan.
A. Simpulan
Rosyidah, Ainur. 2013. Buku Bahan Ajar Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar.Pringsewu: STKIP Muhammadiyah Pringsewu-Lampung.