Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 39

SUPERVISI PELAKSANAAN PROGRAM

BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas

Mata Kuliah : Manajemen Bimbingan Konseling

Dosen : Prof.Dr.Slameto,M.Pd

Oleh :

Kelompok

1 KISWORO pakkisworo@gmail.com
2 MUHYIDIN muhyidin643@gmail.com
3 SUTRISNO sutrisnosutrisno41@gmail.com

PROGRAM STUDI PASCASARJANA S2 MAGISTER SAINS STIEPARI


SEMARANG

KELAS BERGAS ANGKATAN 21B KABUPATEN SEMARANG

@2017
Abstrak

Abstract: Any formal educational institutions including elementary school (SD) aims to
produce individuals achieve optimal development in accordance with the values, interests
and values into their way of life. Required three activities that form the main activity of
the instructionalcurricular and administrative activities that support and supervision and
guidance activities and other services for the welfare of students. These activities
synergize with each other to jointly achieve the goal. Paradigma Guidance and
Counseling program (BK) is a developmental guidance and counseling services as the
specific services that facilitate the development of each student to be able to achieve the
developmental task in accordance with the period of development or level of education.
There are four components of the program BK BK basic services, responsive services,
individual planning services and support systems. BK program components are
implemented via tail intervention strategies for the provision of services as well as
supporting activities with BK main objectives to students. Implementing programs in SD
BK classroom teacher is in charge of implementing the guidance and counseling services
in the classroom which they are responsible.
Abstrak: Setiap lembaga pendidikan formal termasuk Sekolah Dasar (SD) bertujuan
untuk menghasilkan individu mencapai perkembangan optimal sesuai dengan potensi,
minat dan nilai yang menjadi pandangan hidupnya. Diperlukan tiga aktivitas yang berupa
aktivitas utama yakni instruksional-kurikuler dan aktivitas pendukung yakni administrasi
dan supervisi serta aktivitas bimbingan dan layanan lain bagi kesejahteraan siswa.
Aktivitas-aktivitas tersebut saling bersinergi satu sama lain untuk secara bersama-sama
mencapai tujuan. Paradigma program Bimbingan dan Konseling (BK) perkembangan
merupakan layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan spesifik yang memfasilitasi
perkembangan setiap siswa agar mampu mencapai tugas perkembangan sesuai dengan
periode perkembangannya atau jenjang pendidikannya. Terdapat empat komponen
program BK yakni layanan dasar BK, layanan responsif, layanan perencanaan individual
dan dukungan sistem. Komponen program BK tersebut dilaksanakan melalaui strategi
intervensi berupa pemberian layanan BK serta kegiatan pendukung dengan sasaran pokok
kepada siswa. Pelaksana program BK di SD ialah guru kelas bertugas melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Kata Kunci: bimbingan, konseling, Sekolah Dasar.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pegertian Supervisi, Bimbingan dan Konseling

1.1. Supervisi

Pengertian supervisi menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut ini:

Menurut Ross L. [1980] ~ Supervisi adalah pelayanan kapada guru –


guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran
dan kurikulum. Ross L. memandang supervisi sebagai pelayanan
kapada guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan.

Sedangkan menurut, Mulyasa [2006] ~ supervisi sesungguhnya dapat


dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor,
tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus
yang lebih independent & dapat meningkatkan obyektivitas dalam
pembinaan dan pelaksanaan tugas.

Dan menurut, Purwanto [1987] ~ supervisi ialah suatu aktivitas


pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru & pegawai
sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif.

1.2. Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi
yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan
guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada
juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99),
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam
Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa
bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk
lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendir
1.3. Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk memahami diri
sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-
masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan
suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih
dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-
seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan
dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat
pilihan yang bermakna bagi dirinya.
2. Landasan Hukum
2.1. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa
konselor adalah pendidik, pasal 3 bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan pasal 4
ayat 4 bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan dan pengembangan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran, dan pasal 12 ayat (1.b)
yang menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya.
2.2. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Pasal 5 s.d pasal 18 tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
2.3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur kurikulum difasilitasi dan/ atau dibimbing oleh konselor,
guru atau tenaga kependidikan.
2.4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh
direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2004 untuk memberi
arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar
sekolah.
3. Tujuan Pendidikan Nasional
Pada tahun 2025 Sistem Pendidikan Nasional berhasrat menghasilkan :

INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF


(INSAN KAMIL/INSAN PARIPURNA)

Makna Insan Indonesia


Makna Insan Indonesia cerdas
Kompetitif
CERDAS  Gandrung akan olah hati 1. Berkepribadian
SPRIRITUAL kalbu untuk menumbuhkan unggul dan
keimanan, ketaqwaan dan gandrung akan
akhlak mulia. keunggulan.
K
CERDAS 2. Bersemangat juang
EMOSIONAL  Gandrung akan olah raga O tinggi.
untuk meningkatkan 3. Mandiri.
DAN SOSIAL
M 4. Pantang menyerah.
sensitivitas terhadap 5. Pembangunan dan
kelulusan dan keindahan P Pembina jejaring.
serta meningkatkan E 6. Bersahabat dengan
kemampuan ekspresi estetis. perubahan.
 Aktualisasi insane social T 7. Inovatif dan menjadi

yang mampu membina I agen perubahan.


8. Produkti.
hubungan timbal balik, 9. Sadar mutu.
T
empati, cerdas, percaya diri, 10. Berorientasi global.
11. Pembelajar
menghargai kebhinekaan I
sepanjang hayat.
dalam bermasyarakat dan F
CERDAS
bernegara serta berwawasan
INTELEKTUA
kebangsaan yang sadar akan
L
hak dan kewajiban warga
Negara.
CERDAS  Gandrung akan olah pikir
KINESTETIK untuk memperoleh
kompetensi dan kemandirian
dalam IPTEK
 Aktualisasi insan intelektual
yang kritis,kreatif dan
imajinasi.
 Gandrung akan olah raga
untuk mewujudkan insan
yang sehat,bugar, berdaya
tahan, sigap dan terampil.
 Aktualisasi insan olah raga
4. Visi dan Misi sekolah
4.1. Visi Sekolah.
Berprestasi,trampil,berbudaya,beriman dan bertaqwa.
4.2. Misi Sekolah.
a. Melaksanakan proses belajar mengajar siswa secara kognitif,
efektif dan psikomotor terlatih secara optimal.
b. Menumbuhkan semangat belajar dan berlatih untuk
memperoleh kecakapan hidup.
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang disiplin dan
profesional.
d. Menumbuhkan nilai-nilai keagamaan bagi seluruh warga
sekolah.
e. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman
dan sehat dengan menerapkan pendidikan yang berwawasan
lingkungan.
f. Melengkapi sarana dan prasarana sehingga sekolah menjadi
pusat kegiatan masyarakat.
g. Mengoptimalkan pelaksanaan, pengolahan manajemen sesuai
MBS.
h. Melaksanakan standar penilaian aturan BSNP.

5. Tujuan Layanan Konseling


5.1. Tujuan Umum.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta
didik dengan memperhatikan kondisi sekolah.
5.2. Tujuan Khusus.
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik
dalam mengembangkan:
a. Bakat.
b. Minat.
c. Kreativitas.
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan.
e. Kemampuan kehidupan beragama.
f. Kemampuan social.
g. Kemampuan belajar.
h. Wawasan dan perencanaan karir.
i. Kemampuan pemecahan masalah.
j. Kemandirian.

6. Ruang lingkup pelayanan konseling


Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram.
Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh
peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.
Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh peserta
didik dan tenaga kependidikan di sekolah yang diikuti oleh semua
peserta didik.
Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:
1. Pelayanan konseling meliputi pengembangan :
a. Kehidupan pribadi.
b. Kemampuan sosial.
c. Kemampuan belajar.
d. Wawasan dan perencanaan karir.
2. Ekstrakurikuler meliputi kegiatan :
a. Kepramukaan.
b. Ilmiah remaja.
c. Seni, olah raga,keagamaan.
d. English club.
B. Bentuk-bentuk pelaksanaan pelayanan konseling
1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik secara individu, kelompok dan atau klasikal
melalui penyelenggaraan
2. Layanan dan kegiatan pendukung konseling.
3. Kegiatan ekstrakurikuler.
4. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat
dilaksanakan sebagai berikut :
12.Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti upacara
bendera, shalat duha, kuljam, pemeliharaan kesehatan.
13.Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kegiatan khusus
seperti pembentukan perilaku bersalaman, membuang sampah pada
tempatnya, mengatasi silag pendapat (pertengkaran).
14.Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk prilaku sehari-hari
seperti, berpakaian rapi, berbahasa yang baik, memuji kebaikan dan
atau keberhasilan orang lain, dating tepat waktu.
BAB II

SUPERVISI PELAKSANAAN PROGRAM

BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

A. Prosedur Pengelolaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

Prosedur pengelolaan program bimbingankonseling di sekolah dasar tidak


terlepas dari adanya manajemen di institusi pendidikan (sekolah) itu sendiri
yang melibatkan seluruh personil sekolah untuk menunjang kesuksesan
pelaksanaannya. Personil pelaksana pelayanan bimbingan konseling di
sekolah dasar adalah segenap unsur yang terkait dalam organisasi pelayanan
bimbingan konseling di sekolah dasar. Personil itu adalah kepala sekolah,guru
kelas dan guru mata pelajaran. Uraian tugas dan tanggung jawab masing-
masing personil tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah
Kepala sekolah mempunyai peranan sebagai penanggungjawab seluruh
program pendidikan di sekolah kepada dinas pendidikan yang menjadi
atasannya, termasuk di dalamnya layanan bimbingan konseling.Dalam
hubungannyadengan program bimbingan konseling di sekolah dasar,
fungsi dan peranan kepala sekolah antara lain sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan konseling di
sekolah dasar.
b. Menyediakan tenaga, sarana dan fasilitas yang diperlukan dalam
kegiatan bimbingan konseling di sekolah dasar .
c. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan
konseling di sekolah dasar.
d. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan program bimbingan
konseling di sekolah dasar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjut..
e. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan bimbinga konseling di sekolah dasar.
2. Guru Kelas
Sebagai pelaksana utama dalam program bimbingan konseling di
Sekolah Dasar, guru kelas memiliki peran dan tugassebagai berikut :
a. Merencanakan dan membuat program bimbingan konseling.
b. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata
pelajaran.
c. Melakukan kerja sama dengan orang tua dalam layanan bimbingan
kepada peserta didik.
d. Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan konseling dengan
mengintegrasikan pada mata pelajaran masing-masing.
e. Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
f. Menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan dan konseling.
g. Melaksanakan tindak lanjut dan alih tangan berdasarkan hasil
analisis penilaian.
h. Membantu peserta didik dalam kegiatan ekstrakulikuler.

3. Guru Mata Pelajaran


Guru mata pelajaran adalah personil yang sangat penting dalam aktifitas
bimbingan dan konseling. Tugas-tugasnya adalah:
a. Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan konseling melalui
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang
menjadi tanggungjawabnya.
b. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam hal masalah-masalah yang
berkaitan dengan bimbingan konseling.
c. Bekerja sama dengan guru kelas dalam hal pengembangan program
bimbingan konseling bersama /terpadu.

4. Pengawasan
Pengawasan sangat diperlukan untuk menjamin terlaksananya layanan
secara tepat. Pengawasan dilakukan baik secara teknis maupun
administratif. Fungsi pengawasan adalah memantau, menilai,
memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan
bimbingan konseling di Sekolah Dasar. Pengawasan dilaksanakan oleh
dinas pendidikan secara berjenjang. Tingkat kecamatan dilakukan oleh
pengawas SD UPTD Pendidikan Kecamatan setempat.

Adapun mekanisme kerja dalam pengelolaan bimbingan konseling di


sekolah dasar, antara lain :
a. Guru mata pelajaran
Membantu memberikan informasi tentang data siswa, meliputi: Daftar
nilai siswa, observasi, dan catatan anekdot.
b. Guru Kelas
Disamping sebagai orang tua kedua di sekolah, juga membantu
mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data, meliputi : daftar
nilai, angket siswa, angket orang tua, catatan anekdot, laporan
observasi siswa, catatan home visit, catatan wawancara ,catatan
bimbingan konseling,data psikotes,dan rapor.
c. Kepala sekolah
Melaksanakan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan konseling
yang dilaksanakan oleh guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah
dasar.

B. Perencanaan Program Bimbimgan di Sekolah Dasar

Syamsu Yusuf (2009: 69) perencanaan program adalah seperangkat kegiatan


atau aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan. Aktivitas-aktivitas itu
meliputi identifikasi kebutuhan konseli (need assessment), perumusan tujuan,
pengembangan komponen program (kurikulum bimbingan, layanan responsif,
perencanaan individual dan dukungan sistem), penyusunan deskripsi kerja
para personel pelaksana, penetapan anggaran, persiapan sarana dan prasarana
atau fasilitas yang yang mendukung penyelenggaraan program.

Nana Syaodih Sumadinata (2007 : 134) mengatakan perencanaan (planning)


berkenaan dengan identifikasi kebutuhan dan penyusunan rencana kegiatan.
Sehubungan dengan perencanaan program bimbingan, Edward C. Roeber
(Juntika Nurihsan, 2009 :82) mengemukakan tiga buah pertanyaan yang perlu
di jawab dalam merencanakan suatu program bimbingan, yaitu:

1. What are the guidance needs of the pupils?


2. To what extent are their needs being met under present conditions?
3. How are the school better meet their needs?

Dalam merumuskan program bimbingan konseling di Sekolah Dasar,


stuktur dan isi materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik di sekolah. Berikut ini struktur utuh
pengembangan program di sekolah yang berbasis tugas-tugas perkembangan
peserta didik, diantaranya:

a. Rasional
Berisikan rumusan dasar pemikiran tentang pentingnya bimbigan dan
konseling dalam keseluruhan program sekolah, yang mencakup konsep
dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan
pembelajaran atau implementasi kurikulum, dampak perkembangan ilmu
pengetahuan dan sosial-budaya terhadap kehidupan masyarakat, dan hal-
hal lain yang relevan.
b. Visi dan misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu
dirumuskan ulang ke dalam fokus isi yaitu:
1) Visi : membangun iklim sekolah bagi keberhasilan seluruh peserta
didik.
2) Misi : memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai
kompetensi di bidang akademik , pribadi-sosial dan karir berlandasan
pada tata kehidupan etis normatif dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
c. Deskripsi kebutuhan
Berisikan rumusan hasil penilaian kebutuhan (need asesment) peserta
didik dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku – perilaku yang
diharapkan dan di kuasai oleh peserta didik. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, yaitu
(1) mengkaji kebutuhan atau masalah peserta didik yang nyata di
lapangan, dan (2) mengkaji harapan sekolah dan masyarakat terhadap
peserta didik secara ideal. Kebutuhan atau masalah pesertan didik dapat
diidentifikasi melalui (1) karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek
fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap
dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung atau
mudah tersinggung), karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan dan
tanggung jawab); atau (2) tugas-tugas perkembangannya, sebagai
landasan untuk memberikan layanan bimbingan konseling.
d. Tujuan
Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang
menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta didik yang
diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang
diprogramkan. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi yang meliputi
pemahaman (awareness), sikap (accommodation), dan keterampilan atau
tindakan (action) dari nilai-nilai yang terkandunng di dalam tugas
perkembangan yang harus dikuasainya berdasarkan tingkatan kelasnya.
Dalam perencanaan program bimbingan konseling di sekolah dasar,
harus mencantumkan tujuan program tersebut dibuat yang berisikan
rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan
konseling secara terpadu dalam pembelajaran di kelas. Tujuan yang
dirumuskan hendaknya mencakup tiga tata aturan :

 Penyadaran
Untuk membangun pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus di pelajari dan
dikuasai
 Akomodasi
Untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan
perilaku / kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya
 Tindakan
Mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi
baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari
e. Komponen program
Program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup: (a) Komponen
pelayanan dasar bimbingan; (b) Komponen pelayanan responsive; (c)
Komponen perencanaan individual; (d) Komponen dukungan sistem
( manajemen).
 Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi seluruh
peserta didik (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau luar kelas
yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu peserta didik
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tujuan layanan ini
juga dapat dirumuskan sebagai upaya membantu peserta didik agar (1)
memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, social-budaya, dan agama); (2) mampu
mengembangakn keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab
atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian
dirinya dengan lingkungan; (3) mampu menangani atau memenuhi
kebutuhan dan masalahnya, dan; (4) mampu mengembangkan dirinya
dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
 Layanan Responsif
Layanan responsive merupakan layanan bantuan bagi peserta didik
yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera (immediate needs ami concerns). Layanan ini bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya yang
dirasakan pada saat ini, atau para peserta didik yang dipandang
mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah,
atau malasuai (maladjustment).
 Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan
bantuan kepada semua peserta didik agar mampu membuat dan
melaksanaan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman
akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Tujuan layanan ini ialah untuk
membimbing seluruh peserta didik agar (a) memiliki kemampuan untuk
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan diirnya, baik yang
menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir; (b) dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya, dan (c) dapat
melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau
tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif.
 Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada peserta didik, atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan peserta didik. Tujuan dari adanya dukungan
sistem ini ialah memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program
bimbingan konseling secara menyeluruh melalui pengembangan
professional; memanajemen hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas;
manajemen program; penelitian dan pengembangan.
f. Rencana operasional
Rencana kegiatan diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program
bimbingan konseling berjalan secara efektif dan efesien, meskipun
implementasi di Sekolah Dasar masih terpadu dalam proses pembelajaran
di kelas. Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program bimbingan
konseling yang menggambarkan struktur program, baik kegiatan di
sekolah maupu luar sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai
tugas perkembangan atau kompetensi tertentu. Atas dasar komponen
program di atas maka dilakukan :
1. Identifikasi dan rumusan berbagai kegiatan yang harus / perlu
dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari perilaku / tugas
perkembangan /kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
2. Pertimbangan porsi waktu yang di perlukan untuk melaksanakan
setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu
tertentu atau terus-menerus.
g. Progam bimbingan konseling
Program bimbingan konseling sekolah dasar yang telah di tuangkan ke
dalam rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender
kegiatan. Kalender kegiatan mencakup : kalender tahunan, semesteran,
bulanan, dan mingguan.
h. Program bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan dalam bentuk
(a)Kontak langsung: Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan
secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu
terjadwal 2 jam pelajaran per-kelas per-minggu; (b) Tanpa kontak
langsung dengan peserta didik: Kegiatan bimbingan tanpa kontak
langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (e-mail,
buku-buku, brosur, /majalah dinding), kunjungan rumah (home visit),
konferensi kasus (case conference), dan ahli tangan (referal)
i. Pengembangan tema / topic
Tema / topik merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah
diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan,
dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program
bimbingan konseling.

j. Pengembangan satuan pelayanan


Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema / topik , di buat
tersendiri atau diintegrasikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
k. Evaluasi
Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar
tujuan yang dicapai, sedangkan evaluasi program di fokuskan pada tingkat
keterlaksanaan program.
l. Anggaran
Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan
secara cermat rasional dan realistik.

Berdasakan paparan diatas , contoh program bimbingan konseling di


Sekolah Dasar yang dalam implementasinya terintegrasi dalam proses
pembelajaran yang diselengarakan oleh guru kelas. Dari program umum
bimbingan konseling di Sekolah Dasar dijabarkan kembali menjadi
program khusus adalah:

 Pengumpulan data peserta didik


Data tentang peserta didik merupakan informasi awal yang sangat
diperlukan oleh pihak guru /sekolah berkenanan dengan segala
karakteristik peserta didik , baik informasi tentang keadaan aspek
pisik-jasmaniah maupun psikis-rohanian. Data tersebut di perlukan
mulai saat anak masuk sekolah diawal tahun pelajaran , sehingga
dapat membuat program bimbingan konseling sesuai dengan
kebutuhan dan permasalahan peserta didik.
 Layanan orientasi dan pemberian informasi
Layanan orientasi dan pemberian informasi pada setiap jenjang kelas
sangat di perlukan terutama pada peserta didik kelas 1 yang baru
pertama kali memasuki tingkat sekolah yang seungguhnya. Kesan
tentang sekolah harus baik /positif dan menyenangkan sehingga
peserta didik tidak merasa asing atau takut tentang lingkungan
barunya , seperti tentang guru, fasilitas yang dimiliki sekolah , tata
tertib, cara belajar dsb. Keikutsertaan orangtua dalam kegiatan
orientasi sangat di perlukan untuk membantu putra –putrinya dalam
menyesuaikan diri dengan sekolah.
 Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan ini perlu dikembangkangkan di Sekolah Dasar sejak
memasuki sekolah sampai menyelesesaikan pendidikanya di sekolah,
baik penempatan /penyaluran pada kegiatan intra kurikuler maupun
ekstrakurikuler . melalui layanan ini, diharapkan peserta didik di
Sekolah Dasar terfasilitasi proses perkembangan perilaku dan
pribadinya secara optimal.
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING


DI SEKOLAH DASAR

1. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling Belajar di Sekolah


Dasar Kelas I dan II
a. Layanan Bimbingan dan Konseling
Masing-masing layanan bimbingan. dan konseling menyangkut berbagai
materi yang termuat di dalam keempat bidang bimbingan, yaitu bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karier.
1) Layanan Orientasi dan Informasi
Layanan orientasi dan informasi di Kelas I dan II Sekolah Dasar
terutama diselenggarakan terhadap orang tua siswa agar para orang tua
itu memahami kondisi dan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman
seperti itu orang tua diharapkan akan bekerja sama dan membantu
sekolah demi keberhasilan pendidikan anak-anak mereka.
a) Materi Layanan Orientasi dan Informasi
Materi layanan orientasi dan informasi bidang bimbingan belajar di
kelas-kelas rendah SD terutama adalah :
1. Informasi tentang kurikulum SD, yang meliputi :
a. Tujuan pendidikan SD.
b. Mata pelajaran di SD.
c. Sistem dan pendekatan proses belajar, baik di kelas maupun di
luar kelas (di rumah).
d. Sistem ulangan, penilaian, rapor, dan kenaikan kelas/kelulusan.
e. Pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.
2. Informasi tentang jam belajar di sekolah.
3. Informasi tentang fasilitas belajar yang ada di sekolah, seperti
perpustakaan, sarana olah raga.
4. Informasi tentang kegiatan belajar yang dituntut dari siswa.
5. Informasi tentang perlunya pengembangan kreatifitas anak.
6. Informasi tentang peranan orang tua membantu anak belajar (di
rumah).

b) Layanan Orientasi dan Informasi


Layanan orientasi dan informasi yang diberikan kepada orang tua
diselenggarakan melalui pertemuan langsung antara para orang tua
dengan guru kelas, minimal pada setiap awal semester pertama;
sedangkan yang langsung diberikan kepada siswa dapat dilakukan
melalui berbagai cara dan bentuk kegiatan :
- Dalam kegiatan di luar kelas, seperti dalam upacara, ketika berbaris
hendak memasuki ruang kelas, ketika menyelenggarakan kegiatan
ekstra-kurikuler, dsb.
- Dalam kegiatan di kelas, seperti pengaturan duduk dengan tertib,
berdoa sebelum mulai pelajaran, mengikuti pelajaran, cara yang
baik bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan kawan dan
merespon secara baik jawaban kawan, memakai alat belajar, dsb.
- Dalam penyelenggaraan mata pelajaran tertentu, seperti tata cara
pergaulan dimasukan dalam pelajaran PKn, Bahasa Indonesia;
gambaran tentang perlunya bekerja dimasukan dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, IPS yang menyangkut lingkungan sosial,
Matematika dsb.
- Dalam kesempatan khusus yang sengaja diadakan oleh guru,
seperti penjelasan tentang kegiatan belajar sehari-hari, pekerjaan
rumah, tugas-tugas piket harian, dsb.
- Dalam kesempatan insidentil kepada siswa tertentu tentang sesuatu
hal yang timbul waktu itu, seperti mengucapkan salam, cara
memasuki ruangan, kerapihan dan kebersihan pakaian, memakai
kamar kecil, dsb. (Cara-cara dan bentuk kegiatan tersebut dapat
bervarasi dan dimodifikasi sesuai dengan materi bimbingan
konseling yang diberikan dan kondisi yang ada pada waktu itu).
Cara-cara dan bentuk kegiatan tersebut di atas bervariasi dan
dimodifikasi sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi
serta kelengkapan yang ada pada waktu itu.

2) Layanan Penempatan/Penyaluran

Layanan penempatan/penyaluran diselenggarakan untuk melayani para


siswa sesuai dengan potensi, bakat, minat, serta kondisi pribadinya.
Dalam kelompok belajar misalnya, para siswa dikelompokkan sesuai
dengan kecepatan belajarnya. Di dalam kelas, para siswa ada yang
didudukkan di belakang, di depan, di samping kiri atau kanan,
berdampingan dengan si A, si B, dan seterusnya. Posisi duduk masing-
masing siswa itu setiap kali perlu mendapat perhatian guru kelas, agar
kondisi pribadi dan perkembangan mereka memperoleh pelayanan dan
penyaluran yang tepat.

Demikian juga penempatan/penyaluran para siswa ke dalam kelompok


bermain, kelompok piket harian, kelompok kegiatan ekstrakurikuler
perlu mendapat perhatian sepenuhnya dari guru kelas dalam rangka
pelayanan bimbingan dan konseling.
Materi-materi dalam layanan penempatan/penyaluran untuk bidang
bimbingan konseling belajar bagi para siswa Kelas I dan II SD
meliputi pokok-pokok berikut:
- Penempatan siswa ke dalam kelompok belajar dengan
mempertimbangkan materi program pengayaan dan pengajaran
perbaikan yang diperlukan siswa.
- Penempatan siswa ke dalam kelompok belajar yang secara
bersama-sama mempergunakan alat atau bahan belajar yang sama
(misalnya satu buku dipakai bersama-sama oleh lima orang siswa).
- Penempatan siswa ke dalam kelompok belajar "cepat, sedang, dan
lambat", serta "campuran", sejalan dengan materi bimbingan
konseling belajar.
Layanan penempatan/penyaluran tersebut secara langsung
dilaksanakan oleh guru kelas, baik untuk kegiatan-kegiatan siswa di
dalam kelas, maupun di luar kelas. Penempatan/penyaluran siswa pada
satu posisi,kelompok atau kegiatan tertentu tidak harus berlaku
untuk waktu yang lama (misalnya selama satu semester atau
lebih), melainkan sesuai dengan kepentingan
dilakukannya penempatan/penyaluran tersebut. Sesuai
dengan kepentingannya penempatan/penyaluran itu sewaktu-waktu
dapat diubah/ditukar.

3) Layanan Penguasaan Konten


Layanan penguasaan konten bermaksud mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar siswa serta meningkatkan seoptimal mungkin hasil
belajar mereka. Materi layanan penguasaan konten bidang bimbingan
konseling belajar di Kelas I dan II meliputi pokok-pokok berikut :
- Upaya menyajikan materi pengayaan kepada siswa yang cepat
belajar dalam mata pelajaran tertentu.
- Upaya penyajian pengajaran perbaikan bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar dalam mata pelajaran tertentu.
- Upaya meningkatkan gairah belajar, misalnya dengan mengadakan
lomba sederhana hasil karangan dan gambar anak-anak, dsb.
- Upaya meniadakan faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswa
lambat atau kurang gairah dalam belajar, seperti suasana kelas
kurang nyaman dan tidak menyenangkan, suasana hubungan sosio-
emosional antar teman sekelas yang kurang menyenangkan,
hubungan sosio-emosional di rumah kurang menyenangkan,
kemampuan fisik menurun karena tidak makan pagi atau
kekurangan gizi, dsb.

Berbeda dari layanan orientasi dan informasi yang diberikan


melalui penjelasan atau uraian, maka layanan penguasan konten
lebih berupa tindakan atau upaya langsung dari guruuru kelas
terhadap para siswanya, baik dalam bentuk petunjuk, nasehat,
ajakan, perintah, pemberian contoh ataupun latihan- latihan
tertentu. Para siswa diberi petunjuk, nasehat, perintah, ajakan,
contoh-contoh dan/atau latihan agar mereka benar-benar belajar
sehingga pada diri siswa itu secara perorangan tertanam sikap dan
kebiasaan yang dimaksudkan dan tercapai hasil belajar yang
optimal, tidak hanya dalam kaitannya dengan mata pelajaran di
kelas yang bersangkutan tetapi juga hal-hal lain yang diperlukan
dalam pengembangan diri secara utuh. Pelaksanaan
layanan penguasaan konten tersebut dapat dilakukan di dalam
kelas, baik dalam kaitannya dengan pelajaran tertentu ataupun
terlepas dari sesuatu mata pelajaran, dan dapat pula dilakukan di
luar kelas.

b. Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

1. Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data


Aplikasi instrumentasi (baik tes mau pun non-tes) yang secara langsung
dikenakan kepada para siswa hampir-hampir tidak ada, kecuali untuk
siswa tertentu yang memerlukan pengungkapan data khusus, misalnya
perlu dites inteligensinya. Tes inteligensi itupun tidak diselenggarakan
oleh guru kelas, melainkan oleh ahli lain yang berkewenangan untuk itu.

Instrumen berupa angket ada yang perlu diisi oleh orang tua siswa, yaitu
terutama yang menyangkut :

- identitas pribadi siswa.

- latar belakang rumah dan keluarga.

- sejarah kesehatan siswa.

Hasil pengisian angket itu kemudian disimpan dalam bentuk himpunan


data.Himpunan data ini selanjutnya dipelihara dan dikembangkan
sehingga memuat berbagai keterangan penting tentang siswa yang
bersangkutan. Selanjutnya, himpunan data itu dilengkapi dengan nilai-nilai
hasil belajar dan kegiatan ekstrakurikuler.
2. Konferensi Kasus
Konferensi kasus perlu diselenggarakan untuk membahas permasalahan
siswa yang memerlukan keterangan dan penanganan lebih luas.
Konferensi kasus ini diselenggarakan oleh guru kelas dengan mengundang
orang tua siswa, kepala sekolah, dan jika diperlukan mengikutsertakan
pula guru kelas lain, guru agama, dan guru penjaskes yang mengajar siswa
tersebut. Hasil konferensi kasus ini dipergunakan oleh guru kelas untuk
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut terhadap
siswa yang bersangkutan.
3. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah perlu dilaksanakan oleh guru kelas apabila untuk
permasalahan siswa yang sedang ditangani diperlukan keterangan lebih
jauh dari orang tuanya serta tentang kondisi keluarganya, atau guru kelas
ingin menyampaikan sesuatu kepada orang tua siswa tentang
permasalahan anaknya itu. Hasil kunjungan rumah dapat dipergunakan
oleh guru kelas untuk melanjutkan bimbingan konseling terhadap siswa
yang bersangkutan. Lebih jauh, dengan kunjungan rumah itu orang tua
dapat diajak bekerja sama untuk mengentaskan permasalahan siswa
tersebut.

Kegiatan kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke


sekolah. Namun demikian, kunjungan rumah secara langsung akan lebih
menguntungkan, karena penerimaan orang tua terhadap guru di rumahnya
sendiri akan lebih akrab sehingga lebih memungkinkan dijalinnya kerja
sama. Di samping itu, kunjungan ke rumah lebih memungkinkan guru
kelas melihat secara langsung dan memahami lebih mendalam suasana
rumah dan keluarga siswa yang sedang dibimbingnya itu.

4. Alih Tangan Kasus


Alih Tangan kasus dilaksanakan apabila guru kelas merasa kurang
berkemampuan menangani permasalahan siswanya. Pertama-tama alih
tangan dilakukan kepada kepala sekolah. Apabila penanganan masalah itu
belum tuntas juga alih tangan dapat dilakukan oleh atasan secara
berjenjang. Satu hal yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa alih
tangan itu perlu sepengetahuan dan terlebih dahulu mendapat izin dari
orang tua siswa.
2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling Belajar di Sekolah
Dasar Kelas III Dan IV
a. Layanan Bimbingan Dan Konseling
1) Layanan Orientasi dan Informasi
Materi layanan orientasi dan informasi bidang bimbingan belajar di
Kelas III dan IV Sekolah Dasar pertama-tama merupakan pemantapan
dari materi pelayanan di kelas sebelumnya. Lebih jauh, materi tersebut
ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup pokok-pokok berikut :
- Pemantapan materi di Kelas I dan II.
- Informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang perlu
dikembangkan di Kelas III atau Kelas IV.
- Informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di
sekolah maupun di rumah), kegiatan olah raga, latihan
keterampilan, dan kegiatan ekstrakurikuler, sesuai dengan tingkat
kelasnya (Kelas III atau Kelas IV).
- Informasi tentang fasilitas sumber dan alat bantu belajar termasuk
alat olah raga, yang ada di Kelas III atau Kelas IV dan bagaimana
memanfaatkannya.
- Informasi tentang bagaimana mencatat secara baik materi pelajaran
dari guru.
- Informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri dan mengikuti
pelajaran di dalam kelas, belajar sendiri, belajar kelompok, dan
mengerjakan tugas-tugas.
- Informasi tentang syarat-syarat naik kelas dan apa akibatnya kalau
tidak naik kelas.

Berbeda dari keadaannya di Kelas I dan Kelas II, materi orientasi dan
informasi di Kelas III dan Kelas IV lebih meluas dan mendalam.
Informasi tentang keadaan sekolah bersifat pendalaman mengikuti
pengalaman siswa di kelas-kelas sebelumnya. Seiring dengan hal
tersebut, peranan orang tua tidak lagi sepenting ketika para siswa baru
saja memasuki Sekolah Dasar. Di Kelas III dan IV informasi dapat
langsung diberikan oleh guru kelas kepada siswa dan siswa itu
langsung menerima dan memahami berbagai informasi itu sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka.

Lebih jauh, karena pemahaman siswa sudah bertambah luas dan


kemampuan berbicarapun telah meningkat. maka untuk sesama siswa
sudah dapat dimulai kegiatan saling memberikan informasi. Misalnya
informasi tentang kebersihan lingkungan sekolah, tentang temannya
yang sakit, tentang keadaan keluarga, tentang keadaan lingkungan
rumahnya. dsb. Informasi langsung diberikan oleh siswa untuk siswa
itu dan kemudian dikoreksi (kalau ada yang keliru), diperjelas, di
perluas, dan dipercaya guru kelas.

2) Layanan Penempatan/Penyaluran
Layanan penempatan/penyaluran di Kelas III dan IV mengikuti pula
pola yang sama dengan layanan sejenis di kelas-kelas sebelumnya.
Materinya bidang belajar pun tidak jauh berbeda,
yaitu Penempatan/penyaluran siswa ke:(1) dalam kelompok belajar
pada umumnya, tanpa membedakan kemampuan siswa; (2) dalam
kelompok belajar dan latihan yang didasarkan pada kemampuan
belajar, bakat, dan minat siswa; (3) dalam program pengajaran khusus
sesuai dengan kebutuhan siswa (pengajaran perbaikan atau program
pengayaan), dan (4) kegiatan penyiapan siswa untuk mengikuti
ulangan tengah semester,ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan
kelas.
Penempatan/penyaluran siswa di kelas III dan IV pada dasarnya sama
dengan hal tersebut di kelas-kelas sebelumnya. Sesuai dengan tingkat
perkembangannya, siswa-siswa Kelas III dan IV sudah dapat diajak
berbicara tentang kemungkinan dan rencana penempatan/penyaluran
yang akan dilakukan oleh guru kelas.
3) Layanan Penguasaan Konten
Layanan pengusaankonten di Kelas III dan IV pada umumnya
merupakan peningkatan dari layanan sejenis di kelas-kelas
sebelumnya. Peningkatannya itu mencakup materi-materi yang
berkaitan dengan mata-mata pelajaran yang diikuti di Kelas III dan IV
dan Materi-materi tersebut pada pokoknya adalah (a) pemantapan
materi di Kelas I dan II; (b) bantuan terhadap siswa dalam mengatur
jadwal kegiatan belajar (baik disekolah maupun di rumah), kegiatan
olah raga, dan kegiatan lainnya; (c) bantuan kepada siswa menemukan
dan memanfaatkan sumber dan alat bantu belajar yang diperlukan; (d)
bantuankepada siswa untuk memperbaiki buku catatan pelajarannya;
(e) bantuan kepada siswa dalam kegiatan belajar sendiri, belajar
kelompok, dan mengerjakan tugas-tugas. Materi yang diberikan dalam
bimbingan konseling belajar ini amat erat kaitannya dengan program
pengajaran perbaikan dan pengayaan.

Sesuai dengan perkembangan kemampuan mereka, siswa-siswa


Kelas III dan IV Sekolah Dasar sudah dapat lebih aktif terlibat di
dalam pelayanan bimbingan dan konseling untuk mereka.
Sebagaimana dalam pelayanan informasi, dan penempatan/
penyaluran, dalam layanan pembelajaran para siswa dapat lebih
menghayati dan lebih aktif mengikuti kegiatan serta terlibat secara
aktif dan langsung dalam setiap materi layanan pembelajaran. Dalam
keadaan seperti itu guru kelas akan lebih mudah menggerakkan para
siswa dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya.

b. Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

Di Kelas III dan IV Sekolah Dasar pelaksanaan kegiatan pendukung


bimbingan dan konseling tidak jauh berbeda dari pelaksanaannya di
kelas-kelas sebelumnya.

1) Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data


Sesuai dengan kemampuan membaca dan menulis yang sudah
cukup berkembang, para siswa sudah dapat mengisi daftar isian
sederhana, misalnya tentang mata-mata pelajaran yang disukainya,
hal-hal yang tidak disukainya di sekolah dan di rumah, apa-apa yang
disukai dan tidak disukai tentang kawan-kawannya. Demikian juga,
peta sosiogram berdasarkan jawaban tertulis para siswa tentang
hubungan antar mereka sudah dapat disusun. Hasil karangan dalam
berbagai judul yang menggambarkan keadaan, keinginan dan "cita-
cita" awal mereka dapat direkam secara tertulis.

Data yang diperoleh dari kegiatan di atas dapat dipergunakan oleh


guru kelas sebagai dasar bagi diambilnya langkah- langkah
pelayanan bimbingan dan konseling untuk jenis layanan tertentu
dengan materi yang sesuai dengan pengungkapan para siswa itu.
Selanjutnya berbagai data tersebut disimpan dalam himpunan data
yang merupakan kelanjutan dari himpunan data masing-masing
siswa yang dibawa dari Kelas I ke Kelas II, dan sekarang dipelihara
serta dilengkapi di Kelas III dan IV. Di samping berisi hal-hal
tersebut, di atas himpunan data itu diperkaya lagi dengan berbagai
catatan anekdot yang dapat direkam dan dikumpulkan dari waktu ke
waktu.

2) Konferensi Kasus

Sama dengan kegiatan sejenis di Kelas I dan II.

3) Kunjungan Rumah
Pada dasarnya sama dengan kegiatan kunjungan rumah untuk Kelas
I dan II; perbedaannya ialah bahwa siswa Kelas III dan IV sudah
mulai dapat diajak mempersiapkan kunjungan rumahnya dan diajak
membicarakan hasil kunjungan rumah itu. Dengan demikian siswa
yang bersangkutan dapat dilibatkan secara langsung dilibatkan dalam
proses kunjungan rumah dan pembicaraan hasil-hasilnya untuk
kepentingan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan.
4) Alih Tangan Kasus
Hampir sama dengan proses alih tangan kasus untuk siswa-siswa
Kelas I dan II perbedaaannya terletak pada dimungkinkannya guru
kelas membicarakan terlebih dahulu rencana alih tangan kasus itu
kepada siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut dapat saja menolak
rencana alih tangan itu. Apabila penolakan terjadi maka guru kelas
perlu membicarakan rencana tersebut secara lebih mendalam dengan
siswa, jika perlu dengan mengikutsertakan orang tuanya, sehingga
kunjungan-keuntungan alih tangan itu dapat dipahami dan diterima
oleh siswa dan orang tuanya.

3. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Konseling Belajardi Sekolah Dasar


Kelas V Dan VI
a. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
1) Layanan Orientasi dan Informasi
Materi layanan orientasi dan informasi di Kelas V dan VI lebih
luas dan berkembang daripada di kelas-kelas sebelumnya. Materi
bimbingan konseling belajar meliputi pokok-pokok berikut :
- Pemantapan materi di Kelas III dan IV
- Orientasi belajar di Kelas V (baru) dan Kelas VI (baru)
- Informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang
perlu dikembangkan di Kelas V atau VI.
- Informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di
sekolah. maupun di rumah). kegiatan olah raga, latihan
keterampilan, pelajaran tambahan, dan kegiatan ekstra-
kurikuler. sesuai dengan tingkatan kelasnya (Kelas V atau
Kelas VI).
- Informasi tentang fasilitas sumber dan alat bantu belajar,
termasuk alat-alat olah raga, yang ada di Kelas V atau VI, dan
bagaimana memanfaatkannya.
- Informasi tentang bagaimana mencatat materi pelajaran dari
guru secara efektif dan efisien, serta bagaimana membuat
ringkasan pelajaran.
- Informasi tentang bagaimana belajar di tempat latihan
keterampilan, dan di lapangan olah raga.
- Informasi tentang bagaimana membaca buku secara efektif dan
efisien, meringkas buku, dan belajar di perpustakaan.
- Informasi bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti
ujian, menjawab soal-soal ujian. Informasi tentang syarat-
syarat lulus Sekolah Dasar dan apa akibatnya kalau tidak lulus
Sekolah Dasar.
- Informasi tentang syarat-syarat memasuki dan mendaftarkan
diri untuk masuk SMP atau sekolah yang sederajat.
- Informasi tentang sekolah lanjutan yang dapat dimasuki oleh
lulusan Sekolah Dasar pada umumnya dan orientasi keadaan
sekolah-sekolah tersebut yang terdapat di sekitar Sekolah
Dasar yang bersangkutan.

Butir-butir di atas menggambarkan bahwa layanan orientasi dan


informasi di kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar memang lebih
kompleks. Untuk menyelenggarakan layanan seperti itu seringkali
guru kelas tidak sepenuhnya mampu. guru kelas perlu
mendatangkan nara sumber dari luar sekolah. Peranan Kepala
Sekolah dalam mendatangkan nara sumber itu amat menentukan.
Demikian juga, para siswa (khususnya Kelas VI) dapat dibawa
untuk meninjau (melakukan orientasi) ke SMP tempat mereka akan
melanjutkan pelajaran, dan ke tempat-tempat kerja sederhana
(misalnya industri/ perusahaan kecil).

2) Layanan Penempatan/Penyaluran
Pola dan materi layanan penempatan/penyaluran tetap sama dengan
layanan sejenis yang di lakukan di Kelas III dan IV.
3) Layanan Penguasaan Konten
Layanan pengusaan konten bermaksud menguatkan sikap dan
kebiasaan belajar yang telah terbina sejak kelas I s.d kelas IV Serta
mendorong lebih jauh lagi penguasaan siswa terhadap berbagai hal
yang diperlukan baik yang menyangkut mata pelajaran yang
diikutinya maupun aspek-aspek lain dalam kehidupannya sebagai
pelajar, anggota. keluarga, warga masyarakat, dan warga negara.
Materi layanan penguasaan konten bidang bimbingan konseling
belajar meliputi hal-hal pokok antara lain (1) pemantapan materi di
Kelas III dan IV; (2) bantuan kepada siswa dalam pengaturan jadwal
kegiatan belajar (baik di sekolah maupun di rumah), dan
kegiatan-kegiatan lainnya; (3) bantuan kepada siswa dalam
menemukan dan menggunakan sumber dan alai bantu belajar yang
diperlukan (jika perlu sampai mencari di luar sekolah) demi
keberhasilan belajarnya; (4) bantuan kepada siswa dalam mencatat
materi pelajaran dan membuat ringkasan pelajaran; (5) bantuan
kepada siswa tentang bagaimana belajar di tempat latihan
keterampilan, dan di lapangan olah raga; (6) bantuan kepada siswa
dalam hal membaca buku yang efisien, meringkas buku, dan
belajar di perpustakaan; (6) bantuan kepada siswa dalam
mempersiapkan diri untuk mengikuti ulangan dan ujian-ujian; (7)
kegiatan diskusi tentang kemungkinan tamat dari Sekolah Dasar
dan memasuki sekolah lanjutan.

Untuk menyelenggarakan layanan penguasaan konten di sekolah


guru kelas memerlukan bantuan, baik nara sumber ataupun pihak
lain. Di samping itu, guru kelas dapat mengaktifkan siswa-siswa
yang pandai di kelasnya menjadi "tutor sebaya" untuk membantu
kawannya dalam mencapai berbagai materi kegiatan layanan
pembelajaran itu. Tutor sebaya itu perlu diberi pengarahan terlebih
dahulu oleh guru kelas tentang apa yang harus dilakukannya.

4) Layanan Konseling Perorangan


Layanan konseling perorangan di kelas tinggi Sekolah Dasar
adalah mungkin dilaksanakan mengingat (1) Permasalahan yang
dialami oleh siswa amat kompleks dan perlu diatasi sendiri dan
setuntas mungkin; (2) Siswa sudah mampu mengutarakan diri
sendiri dengan. bahasa yang jelas, dan telah mampu pula
menangkap dengan baik hal-hal yang dikatakan oleh konselor
dalam hubungan konseling.

Masalah-masalah siswa yang mungkin perlu ditangani melalui


layanan konseling perorangan dapat beraneka ragam, baik masalah
yang menyangkut kedirian siswa, hubungan sosial, masalah belajar,
maupun pengembangan karier.

5) Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan kelompok sejumlah siswa berkumpul dan


melakukan interaksi sosial untuk menerima dan/atau membahas
hal-hal yang disampaikan oleh seorang nara sumber. Hal-hal yang
disampaikan dan dibahas adalah sesuatu yang berguna bagi para
siswa, dan melalui pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam
para siswa akhirnya dapat mempergunakan hasil bahasannya itu
bagi pengembangan dirinya.

Para siswa Kelas V dan VI Sekolah Dasar sudah mampu terlibat


langsung di dalam kegiatan kelompok yang membahas berbagai
topik, seperti informasi pekerjaan, upaya mempersiapkan diri
untuk ujian, rencana melanjutkan pelajaran ke SMP, keadaan
kebersihan lingkungan, dan sebagainya. Dalam kegiatan kelompok
itu tugas guru kelas ialah sebagai pemberi bahan dan perangsang
dimunculkannya oleh para siswa topik-topik yang akan dibahas,
serta mengarahkan jalannya pembahasan agar secara
tepat mencapai sasaran pembicaraan.
Guru kelas sebagai pemimpin kelompok mengatur lalu lintas
pembicaraan, menjembatani berbagai pendapat dan argumentasi
yang berbeda, meluruskan isi pembicaraan yang kurang tepat, serta
memperluas, memperkaya dan memantapkan hasil pembicaraan
kelompok sehingga keseluruhannya berguna bagi para anggota
kelompok itu. Pemimpin kelompok juga perlu mendorong semua
anggota kelompok untuk berani mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif secara penuh dalam kegiatan kelompok.
Dengan aktifitas dalam kelompok, seluruh anggota kelompok akan
memperoleh manfaat bagi kemampuan hubungan sosial.

6) Layanan Konseling Kelompok

Berhubung dengan semakin kompleksnya permasalahan yang


mungkin dialami oleh para siswa, konseling kelompok itu tidak
mustahil diperlukan bagi siswa-siswa kelas tinggi Sekolah Dasar.
Apabila guru kelas kurang sepenuhnya mampu menyelenggarakan
layanan konseling kelompok,dapat minta bantuan pihak lain.

b. Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

1) Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data


Siswa-siswa Kelas V dan VI Sekolah Dasar telah mampu mengisi
berbagai angket sederhana dan mengerjakan berbagai alat ungkap,
seperti alat ungkap permasalahan yang dihadapi siswa. Apabila
diperlukan mereka juga dapat mengerjakan berbagai tes (misalnya
tes intelegensi, tes bakat). Penyelenggaraan berbagai instrumen itu
dapat dilaksanakan dengan memakai jasa dari luar sekolah.
Hasilnya dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pelaksanaan
layanan tertentu.

Semua data hasil instrumentasi siswa Kelas VI secara ideal akan


meliputi (1) identitas pribadi siswa; (2) latar belakang rumah dan
orang tua; (3) sejarah arah kesehatan siswa; (4) perkembangan
nilai-nilai hasil belajar; (5) kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan
lain di luar sekolah; (6) mental, bakat dan minat, serta kondisi
kepribadian hasil tes diagnostik; (7) minat dan cita-cita awal
pendidikan dan jabatan; (8) prestasi khusus yang pernah diperoleh,
dan karya khusus serta berbagai catatan anekdot.

2) Konferensi Kasus
Berhubung dengan lebih luasnya permasalahan siswa Kelas V dan
VI Sekolah Dasar, konferensi kasus yang diselenggarakan untuk
mereka mungkin memerlukan keikutsertakan pihak-pihak yang lebih
luas pula, misalnya perangkat desa atau kecamatan, pemuda Karang
Taruna, dan sebagainya, sesuai dengan kandungan masalah yang
dibahas.
3) Kunjungan Rumah
Siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar lebih besar lagi kemampuannya
untuk diaktifkan dalam kunjungan rumah demi teratasinya masalah--
masalah mereka. Sebagian data rumah dan keluarga bahkan
diharapkan dapat diperoleh diri siswa yang bersangkutan secara
langsung.
4) Alih Tangan Kasus
Pembahasan tentang rencana alih tangan kasus telah dapat dilakukan
secara penuh dengan siswa Kelas V dan VI yang bersangkutan.
Kesadaran siswa tentang perlunya alih tangan itu dapat dipahami dan
diterima oleh siswa dan orang tuanya akan merupakan modal utama
bagi keberhasilan alih tangan kasus tersebut.

D. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan


konseling. Tanpa penilaian keberhsilan atau kegagalan pelaksanaan program
bimbingan konseling yang telah direncanakan tidak mungkin diketahui /
diidentifikasi. Dilihat dari penilaian tersebut bebeapa ahli telah
mengemukakan pengertian tentang evaluasi (Evaluating).

Menurut pendapat “Good“ yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya
(1975:154), tentang evaluasi adalah proses menentukan atau
mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melalui penilaian yang
dilakukan dengan seksama. Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones
memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai proses yang
menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan – tujuan program
sekolah dapat dilaksanakan.

Menurut Syamsu Yusuf (2009:69) Evaluasi dapat pula diartikan sebagai


proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas
keterlaksanaan dan ketercapaian kegiatan – kegiatan yang telah an tidak
mungkin diketahui / diidentifikasi .Dilihat dari penilaian tersebut bebeapa ahli
telah mengemukakan pengertian tentang evaluasi (Evaluating).

Menurut pendapat “Good “ yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya
(1975:154), tentang evaluasi adalah proses menentukan atau
mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melalui penilaian yang
dilakukan dengan seksama. Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones
memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai proses yang
menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan –tujuan program sekolah
dapat dilaksanakan.

Menurut Syamsu Yusuf (2009:69) Evaluasi dapat pula diartikan sebagai


proses pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas
keterlaksanaan dan ketercapaian kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan
dalam upaya mengambil keputusan. Penilaian progran
bimbingan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh
mana pelaksanaan program mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Atau
segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas
kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan konseling
di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan konseling yang dilaksanakan.

Menurut W.S. Winkel (2010: 820) evaluasi program bimbingan konseling


adalah mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan
bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan dan
konseling .

Dari berbagai pengertian evaluasi (Evaluating), dapat simpulkan bahwa


evaluasi terhadap kegitan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek
penilaian, yaitu:

a. Penilaian terhadap program bimbingan dan konseling.


b. Penilaian terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c. Penilaian terhadap hasil (Produk) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling.

E. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan


Konseling di Sekolah Dasar

Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan


perbaikan,kebutuhan peserta didik yang belum terlayani,kemampuan personil
dalam melaksanakan program bimbingan konseling, serta dampakterhadap
perubahan prilaku peserta didik dan pencapaian prestasi akademik,peningkatan
mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti dengan menyusun program bimbingan


konseling selanjutnya sebagai kesinambungan,mengembangkan jejaring
pelayanan agar pelayanan bimbingan konseling lebih optimal,melakukan
referral bagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta
mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi
pelayanan bimbingan konseling selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Layanan bimbingan dan konseling di SD merupakan layanan spesifik yang


diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai perkembangan optimal, mampu
mencapai tugas perkembangan seperti yang diharapkan. Tugas perkembangan
yang harus ditampakkan dan dikuasai itu telah dirumuskan dalam standar
kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD). SKKPD yang harus dikuasai
oleh siswa di SD meliputi 10 aspek perkembangan yang setiap aspek
perkembangan terdiri atas tiga tataran tujuan yakni tataran pengenalan,
akomodasi, dan tindakan. Komponen program BK terdiri atas: layanan dasar
bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individu, dan dukungan
sistem. Pelaksanaan program BK melalui strategi intervensi berupa pemberian
layanan dan kegiatan pendukung bagi pelaksanaan pemberian layanan, maupun
kegiatan penunjang yang berhubungan dengan pengelolaan atau manajemen.
Pelaksana program BK di SD ialah guru kelas harus melaksanakan tugas
memberikan layanan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya. Kehadiran tenaga ahli bimbingan diperlukan sebagai konselor
kunjung untuk setiap konselor bagi beberapa SD.
B.
C. Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai berikut.


1. Pengembangan Profesi bagi guru kelas hendaknya diupayakan terus
menerus untuk meningkatkan profesionalitas atau keahlian pelaksana
bimbingan terutama konselor. Peningkatan keahlian dapat dilakukan
melelaui: pelatihan, seminar, loka karya, penataran, maupun pendidikan
lanjut dari standar minimal yang dipersyaratkan.
2. Diperlukan Peningkatan Manajemen Program, yakni melakukan
pembenahan tata kelola program BK. Pembenahan tata kelola ini berupa
kejelasan pembagian tugas, sistem reward and punishment, promosi,
jaminan hari tua, kerjasama dengan unit atau institusi lain.
3. Adanya Riset dan Pengembangan, yakni upaya untuk selalu
melaksanakan inovasi dalam melaksanakan bimbingan. Penggunaan
teknologi mutakir seperti komputer bagi pelaksanaan bimbingan
merupakan suatu keharusan. Demikian pula teknikteknik dalam
memberikan bimbingan harus selalu mengikuti perkembangan dan
berkesesuaian dengan kebutuhan siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, Anak Agung Ngurah. 2013. Bimbingan dan konseling Aplikasi di


Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Graham Ilmu.

Kartadinata, Sunaryo dkk. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan


Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Direktoral Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Nurihsan, Ahmad Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling berbagai Latar


kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek.


Bandung: Maestro.

Yusuf, Syamsu. 2009. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung :


Rizqi Press.

Rosyidah, Ainur. 2013. Buku Bahan Ajar Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dasar.Pringsewu: STKIP Muhammadiyah Pringsewu-Lampung.

You might also like