Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

ANALISIS PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PEMAHAMAN


TENTANG PPH PASAL 21
KARYAWAN PT KUALA PELABUHAN INDONESIA
DEPT LOGISTIC OPERATION SUPPORT

Yahya Nusa

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambatan Bulan Timika


Email: stie@stiejb.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the Calculation and Withholding of


Income Tax Article 21 Employees of PT Kuala Pelabuhan Indonesia
DePT Logistic Operation Support whether it is in accordance with
applicable tax laws and regulations and to understand understanding of
Employees PT Kuala Pelabuhan Indonesia DePT Logistic Operation
Support on Calculation and Withholding Income Tax Article 21 each
month. From this research, the data obtained is to compare the
calculation of Income Tax Article 21 in accordance with the laws and the
applicable tax laws with the salary slip received by the employees every
month. As well as conducting interviews directly and filling out
questionnaires by employees of PT Kuala Pelabuhan Indonesia DePT
Logistic Operation Support by taking 50 employees as a sample to know
whether the recipient employees whose monthly deductions pph Article
21 understand the mechanism of calculation and cutting pph Article 21 by
the employer. The result of research shows that PT Kuala Pelabuhan
Indonesia DePT Logistic Operation Support has conducted the
calculation and withholding mechanism of Article 21 of the employee in
compliance with applicable tax laws and regulations, but the mechanism
of calculation and withholding of Article 21 tax is not understood by most
employees PT Kuala Pelabuhan Indonesia DePT Logistic Operation
Support.

Keywords: Income Tax article 21

PENDAHULUAN berbelanja, makan direstoran atau


Kata “Pajak” seringkali kita saat parkir di terminal dan atau
dengar dan ucapkan entah saat tempat-tempat umum yang telah
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

14
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

ditetukan. Kita selalu mendengar pajak tak ubahnya seperti alat


sebutan “pajak" saat melakukan penghisapan.
pembayaran terhadap produk yang Perdebatan seputar pajak
kita beli. Sebenarnya apa yang sejatinya tidak pernah usai.
dimaksud dengan pajak? Dinegara maju, pajak menjadi isu
Sebelum masuk kedalam yang menarik untuk kepentingan
belantara perpajakan, maka pemilu. Pertarungan antara tarif
diperlukan piranti pemahaman progresif dan tarif proporsional
yang baik dan utuh tentang pajak menjadi penanda perkabuan
agar kita tidak tersesat, sejarah antara kaum liberal dan sosialis.
pajak memang sedemikian purba, Suka tidak suka, pajak menjadi
awalnya pajak berupa pungutan bagian penting kehidupan sosial
wajib, tepatnya iuran wajib dari dan bernegara. Isu dan
rakyat bagi raja atau penguasa, kepentingan yang diangkat
jadi pajak besifat subnormatif. bukanlah penghapusan pajak.
Selanjutnya uang pajak digunakan Dalam hal ini, penguasa
raja dan keluarganya untuk bukanlah segala-galanya,
membiayai kehidupan sehari- melainkan pengembang mandat
harinya, disamping membayar rakyat. Legitimasi pajak sebagai
tentara yang akan menjaga sumber pembiayaan Negara justru
keamanan Negara. Pada masa itu karena aspek partisipasi sebagai
pajak benar-benar menjadi hak warga Negara. Sejak
peguasa. Pajak merupakan iuran kemerdekaan, Indonesia sudah
rutin yang merupakan tanda bakti berusaha melakukan
rakyat kepada penguasa, sehingga pembaharuan, baik dalam hal
tampak bahwa pajak bersifat aturan hukum maupun system
memaksa. pungutan. Pada tahun 1983
Di Indonesia, pajak dalam momentum untuk melakukan
terminology modern diwarisi dari reformasi perpajakan secara
praktik kolonial dalam menyeluruhpun diperoleh.
persinggungannya dengan Seperti yang kita sadari
kerajaan dan system feodal. Tidak bahwa pembangunan ekonomi
ada istilah keadilan karena corak tidak terlepas dengan kebijakan
pungutan adalah untuk dibidang perpajakan baik pajak
kepentingan penguasa. Akibatnya pusat maupun pajak daerah.
Karena pajak tidak terlepas

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

2
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

dengan masyarakat baik Badan undang (yang dapat


Usaha maupun Orang Pribadi dipaksakan) dengan tidak
termasuk karyawan swasta mendapat jasa timbal balik
maupun PNS, maka pajak (kontraprestasi) yang
merupakan faktor penting dalam langsung dan dapat ditunjuk
pengambilan keputusan strategis dan digunakan untuk
baik dari segi manajemen membayar pengeluaran-
perusahaan maupun para investor. pengeluaran umum.
Berdasarkan hal diatas maka 3. Menurut UU KUP bahwa pajak
Pajak memiliki berbagai definisi, adalah Kontribusi Wajib
yang pada hakekatnya mempunyai kepada negara yang terutang
pengertian yang sama. Beberapa oleh orang pribadi (OP) atau
pengertian pajak yang Badan yang bersifat memaksa
dikemukakan para ahi adalah berdasarkan Undang-Undang,
sebagai berikut : dengan tidak mendapatkan
1. Prof. DR P. Andriani dalam R. imbalan secara langsung dan
Santoso Brotodiharjo , SH digunakan untuk keperluan
(1991:2) menyatakan : Pajak negara bagi sebesar-besarnya
adalah iuran kepada Negara kemakmuran rakyat.
(yang dapat dipaksakan) yang Dari tiga pengertian pajak
terutang oleh yang wajib tersebut diatas dapat ditarik
membayarnya menurut kesimpulan bahwa terdapat enam
peraturan-peraturan, dengan unsur dalam pajak yaitu :
tidak mendapatkan prestasi 1. Kontribusi/Iuran Wajib : tidak
kembali yang langsung dapat ada pengecualian dan harus
ditunjuk, dan yang gunanya dipenuhi
untuk membiayai 2. Bersifat memaksa : Jika tidak
pengeluaran-pengeluaran dipenuhi dapat ditagih secara
umum berhubung dengan paksa
tugas Negara 3. Berdasarkan undang-undang:
menyelanggarakan Tiap pungutan harus ada
pemerintahan. aturan yang mendukung
2. Prof. DR. Rochmat Sumitro, 4. Tidak mendapatkan
SH (1990:5) menyatakan : imbalan/Kontraprestasi secara
Pajak adalah iuran kepada kas langsung : dibedakan dari
Negara berdasarkan undang-

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

3
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

retribusi dan atau pungutan semakin besarnya pajak, maka


lain kemampuan Negara untuk
5. Pungutan pajak dilakukan oleh menyediakan barang-barang
Negara baik oleh Pemerintah public juga semakin besar,
Pusat maupun Pemerintah sehingga pada akhirnya akan
Daerah. meningkatkan kesejahteraan
6. Pajak digunakan untuk masyarakat luar. Dengan kata lain
membiayai pengeluaran- pajak merupakan pemindahan
pengeluaran pemerintah baik sumber daya dari sektor pusat ke
pembangunan maupun sektor publik. Akibatnya dari
pengeluaran rutin. pemindahan sumber daya tersebut
Dengan demikian, bagi akan mempengaruhi arus dana,
Negara pajak merupakan daya beli dan kemampuan belanja
penerimaan yang strategi untuk sektor privat. Oleh karena pajak
membiayai pengeluaran- dipungut dari rakyat dan
pengeluaran Negara dan sekaligus membebankan rakyat, maka harus
sebagai kebersamaan sosial (asas mendapat persetujuan dari rakyat
gotong royong) untuk bersama- melalui Dewan Perwakilan Rakyat
sama memikul pembiayaan (DPR) seperti yang dinyatakan
Negara. Hal ini terlihat secara pada psal 23 ayat 2 Undang-
nyata bahwa konstribusi pajak Undang Dasar 1945 yang
didalam anggaran pendapatan dan menyatakan bahwa segala
belanja Negara terlihat naik dari pungutan pajak harus berdasarkan
tahun ketahun. Bagi wajib pajak undang-undang.
berbentuk badan atau perusahaan,
pajak dapat dikategorikan sebagai Sistem perpajakan di
beban yang akan mengurangi laba Indonesia menganut sistem self
bersih. Begitu juga dengan wajib assesment. Dengan sistem
pajak Orang Pribadi pajak akan tersebut Wajib Pajak diberikan
mengurangi tingkat kesejahteraan , kepercayaan untuk menghitung
karena semakin tinggi pajak maka sendiri besarnya pajak yang
semakin kecil kemampuan terutang dalam suatu tahun pajak.
masyarakat untuk memenuhi Perhitungan Pajak Penghasilan
kebutuhannya yang bersifat privat. (PPh) terutang dilakukan oleh
Sedangkan kalau dilihat dalam Wajib Pajak sendiri dalam SPT
perspektif yang lebih luas , dengan Tahunan Pajak Penghasilan.

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

4
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Pajak Penghasilan Pasal 21 apakah penghasilan berupa gaji,


atau biasa disebut dengan PPh upah, honorarium, tunjangan, dan
Pasal 21 adalah pajak atas pembayaran lain dengan nama
penghasilan berupa gaji, upah, dan dalam bentuk apapun
honorarium, tunjangan, dan sehubungan dengan pekerjaan
pembayaran lain dengan nama atau jabatan, jasa, dan kegiatan
dan dalam bentuk apapun yang dilakukan oleh Orang Pribadi
sehubungan dengan pekerjaan sebagai Subjek Pajak dalam
atau jabatan, jasa, dan kegiatan negeri yang dipotong oleh
yang dilakukan oleh orang pribadi perusahaan atau pemberi kerja
subjek pajak dalam negeri sudah sesuai peraturan
sebagaimana dimaksud pada perpajakan, dipahami atau tidak
pasal 21 undang-undang pajak dipahami oleh karyawan sehingga
penghasilan. Saat ini PPh pasal 21 penulis melakukan penelitian
harus menjadi perhatian bagi wajib berjudul “Analisis Perhitungan,
pajak yang dikenakan PPh pasal Pemotongan dan Pemahaman
21, namun untuk pemotongan pph Tentang PPh Pasal 21 Karyawan
pasal 21 pada pegawai/karyawan PT Kuala Pelabuhan Indonesia
yang berlaku adalah witholding Departemen Logistic Operation
system dimana system Support”.
pemungutan oleh pihak ketiga
(bukan fiskus dan WP) untuk
menentukan, memotong atau TINJAUAN PUSTAKA
memungut pajak yang terutang Pajak penghasilan
oleh WP dengan demikian yang Penghasilan yang telah
melakukan pemotongan pajak diperoleh oleh setiap wajib pajak
karyawan adalah Perusahaan dan yang memiliki NPWP (nomor
atau pemberi kerja dan fiskus pokok wajib pajak) wajib dikenakan
hanya sebagai pengawas apakah pajak yaitu pajak penghasilan.
potongan atau pungutan tersebut Pajak penghasilan adalah pajak
sudah sesuai dengan peraturan yang dikenakan pada subjek pajak
perundang-undangan pajak yang atas penghasilan yang
berlaku atau tidak. diperolehnya pada tahun pajak,
Berdasarkan latar belakang dapat pula dikenakan pajak untuk
tersebut diatas penulis terdorong penghasilan dalam bagian tahun
untuk melakukan penelitian pajak, dapat pula dikenakan pajak

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

5
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

untuk penghasilan dalam bagian berdasarkan peraturan


tahun pajak bila kewajiban pajak perpajakan dan pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dikenakan atas penghasilan
tahun pajak. Berikut definisi dari kena pajak perusahaan.
beberapa ahli mengenai Pajak
Penghasilan : Pengertian Pajak Penghasilan
a. Menurut Resmi (2003:74), PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut : Pajak Pajak merupakan kontribusi
penghasilan adalah pajak wajib kepada negara yang terutang
yang dikenakan terhadap oleh Orang Pribadi atau Badan
subjek pajak atas penghasilan Usaha yang bersifat memaksa
yang diterima atau berdasarkan undang-undang
diperolehnya dalam suatu dengan tidak mendapatkan
tahun pajak. imbalan secara langsung dan
b. Menurut Kesit (2001:1), digunakan untuk keperluan negara
adalah sebagai berikut : Pajak bagi sebesar-besarnya
penghasilan adalah pajak kemakmuran rakyat. Adapun
yang dikenakan terhadap pengertian dari Pajak Penghasilan
penghasilan yang diperoleh menurut Undang-Undang Pajak
oleh wajib pajak (badan Penghasilan adalah “ pajak yang
usaha) atas kegiatan yang dikenakan terhadap orang pribadi
dilakukan di Indonesia. atau perseorangan dan badan
c. Menurut Hartanto (2003: 136), berkenaan dengan penghasilan
adalah sebagai berikut : Pajak yang diterima atau diperolehnya
penghasilan adalah pajak selama satu tahun pajak”. Yang
yang dikenakan atau dipungut dimaksud penghasilan menurut
hanya atas penghasilan (yang pasal 4 ayat (1) Undang- Undang
berasal dari harta atau modal), Nomor 36 Tahun 2008 : Pajak
dan bukan pajak yang Penghasilan, adalah “ setiap
dipungut atau dikenakan atas tambahan kemampuan ekonomis
harta dan modal. yang diterima atau diperoleh Wajib
d. Sementara itu, Standar Pajak, baik yang berasal dari
Akuntansi Keuangan (2002) Indonesia maupun dari luar
memberikan definisi sebagai Indonesia, yang dapat dipakai
berikut : Pajak penghasilan untuk konsumsi atau untuk
adalah pajak yang dihitung menambah kekayaan Wajib Pajak

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

6
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

yang bersangkutan, dengan nama telah diubah terakhir dengan


dan dalam bentuk apapun”. Undang-Undang Nomor 36
Sedangkan yang dimaksud Tahun 2008.
dengan Pajak Penghasilan Pasal 3. Keputusan Menteri Keuangan
21 adalah pajak atas penghasilan Republik Indonesia Nomor
berupa gaji, upah, honorarium, 541/KMK.04/2000
tunjangan, dan pembayaran lain sebagaimana telah beberapa
dengan nama dan dalam bentuk kali diubah terakhir dengan
apapun sehubungan dengan Peraturan Menteri Keuangan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan Republik Indonesia Nomor
kegiatan yang dilakukan oleh 184/PMK.03/2007 tentang
orang pribadi Subjek Pajak dalam Penentuan Tanggal Jatuh
negeri. Tempo Pembayaran dan
Penyetoran Pajak, Penentuan
Atau lebih disederhanakan Tempat Pembayaran Pajak,
lagi bahwa pajak pph pasal 21 dan Tata Cara Pembayaran,
adalah pajak yang dikenakan Penyetoran dan Pelaporan
kepada orang pribadi atas imbalan Pajak, serta Tata Cara
yang diterima dari pemberi kerja Pengangsuran dan
dalam hubungan pekerjaan, jasa Penundaan Pembayaran
atau kegiatan. Pajak.
4. Peraturan Menteri Keuangan
Kebijakan Pajak Penghasilan Nomor PMK-
PPh Pasal 21 254/PMK.03/2008 tentang
Dasar hukum Pajak Penetapan Bagian
Penghasilan PPh pasal 21 yaitu : Penghasilan Sehubungan
1. Undang-Undang Nomor 6 Dengan Pekerjaan dari
Tahun 1983 tentang Pegawai Harian dan Mingguan
Ketentuan Umum dan Tata serta Pegawai Tidak Tetap
Cara Perpajakan Lainnya yang Tidak Dikenakan
sebagaimana telah diubah Pemotongan Pajak
terakhir dengan Undang- Penghasilan.
undang No. 28 Tahun 2007. 5. Peraturan Direktur Jenderal
2. Undang-Undang Nomor 7 Pajak Nomor PER-31/PJ/2009
Tahun 1983 tentang Pajak sebagaimana telah diubah
Penghasilan sebagaimana dengan Peraturan Direktur

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

7
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Jenderal Pajak Nomor PER- 2. Penghasilan yang diterima


57/PJ/2009 tentang Pedoman atau diperoleh Penerima
Teknis Tata Cara Pensiun secara teratur berupa
Pemotongan, Penyetoran, dan uang pensiun atau
Pelaporan Pajak Penghasilan penghasilan lainnya.
Pasal 21/26. 3. Penghasilan sehubungan
6. Peraturan Menteri Keuangan dengan pemutusan hubungan
Republik Indonesia No. kerja dan penghasilan
101/PMK.010/2016 Tgl. 22 sehubungan dengan pensiun
Juni 2016 tentang yang diterima secara
Penyesuaian Besarnya sekaligus berupa uang
Penghasilan Tidak Kena pesangon, uang manfaat
Pajak. pensiun, tunjangan hari tua
7. Peraturan Direktur Jenderal atau jaminan hari tua dan
Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 pembayaran lain sejenis.
tentang Pedoman Teknis Tata 4. Penghasilan pegawai tidak
Cara Pemotongan, tetap atau tenaga kerja lepas,
Penyetoran dan Pelaporan berupa upah harian, upah
Pajak Penghasilan Pasal 21 mingguan, upah satuan, upah
dan/atau Pajak Penghasilan borongan atau upah yang
Pasal 26 Sehubungan dengan dibayarkan secara bulanan.
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan 5. Imbalan kepada bukan
Orang Pribadi. pegawai, antar lain
honorarium, komisi, fee, dan
Objek Pemotongan PPh Pasal 21 imbalan sejenis dengan nama
Penghasilan sehubungan dan dalam bentuk apapun
dengan pekerjaan, jasa atau sebagai imbalan sehubungan
kegiatan dengan nama dan dalam dengan pekerjaan, jasa dan
bentuk apapun yang diterima oleh kegiatan yang dilakukan
wajib pajak orang pribadi dalam 6. Imbalan kepada peserta
negeri: kegiatan, antara lain berupa
1. Pengahasilan yang diterima uang saku, uang
atau diperoleh Pegawai Tetap representative, uang rapat,
baik berupa penghasilan yang honorarium, hadiah atau
besifat teratur maupun tidak penghargaan dengan nama
teratur. dan bentuk apapun, dan

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

8
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

imbalan sejenis dengan nama Berdasarkan pasal 4 ayat (3)


apapun. huruf e UU PPh
7. Penerimaan dalam bentuk 5. Natura dan kenikmatan
natura dan atau kenikmatan (Benefit in Kind : BIK) lainnya
lainnya dengan nama dan yang diterima dari WP
dalam bentuk apapun yang (pemberi kerja) yang tidak
diberikan oleh bukan wajib dikenakan PPh yang bersifat
pajak, wajib pajak yang final dan yang dikenakan PPh
dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma
yang besifat final, wajib pajak penghitungan khusus
yang dikenakan pajak (deemed profit).
penghasilan berdasarkan
norma penghitungan khusus Pemotong PPh Pasal 21
(deemed profit) 1. Pemberi kerja yang terdiri dari
Orang Pribadi dan Badan, baik
Bukan Objek Pemotong PPh merupakan pusat maupun
pasal 21. cabang, perwakilan atau unit,
1. Iuran pensiun yang dibayarkan bentuk usaha tetap, yang
kepada dana pensiun yang membayar gaji, upah,
pendiriannya disahkan oleh honorarium, tunjangan, dan
Menteri Keuangan dan iuran pembayaran lain dengan nama
JHT yang dibayarkan kepada apapun, sebagai imbalan
penyelenggara BPJS TK yang sehubungan dengan pekerjaan
dibayar oleh pemberi kerja atau jasa yang dilakukan oleh
2. Zakat yang diterima oleh yang pegawai atau bukan pegawai.
berhak dari badan atau amil 2. Bendaharawan Pemerintah
zakat yang dibentuk atau 3. Dana pensiun, badan
disahkan Pemerintah penyelenggara
3. Beasiswa Jamsostek/BPJS, dan badan-
4. Klaim asuransi, atau asuransi badan lain yang membayar
yang diterima dari perusahaan uang pensiun dan Tabungan
asuransi kesehatan, asuransi Hari Tua atau Jaminan Hari Tua
kecelakaan, asuransi jiwa, 4. Orang Pibadi yang melakukan
asuransi beasiswa, dan kegiatan usaha atau pekerjaan
asuransi dwiguna. bebas yang melakukan
pembayaran honorarium

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

9
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

5. Penyelenggara kegiatan memberikan pinjaman


(termasuk badan pemerintah, kepada pemerintah yang
organisasi termasuk organisasi dananya berasal dari
internasional, perkumpulan, iuran para anggota.
orang pribadi serta lembaga 3. Unit tertentu dari badan
lainnya yang pemerintah yang memenuhi
menyelenggarakan kegiatan) Kriteria :
yang membayar honorarium, - Pembentukannya
hadiah atau penghargaan berdasarkan ketentuan
dalam bentuk apapun kepada peraturan perundang-
Wajib Pajak orang pribadi undangan.
dalam negeri berkenaan - Pembiayaannya
dengan suatu kegiatan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Yang dikeculikan dari Pemotong Negara atau Anggaran
Pajak Pendapatan dan Belanja
1. Badan Perwakilan Negara Daerah.
Asing - Penerimaannya
Sesuai dengan dimasukkan dalam
kelaziman internasional, anggaran Pemerintah
kantor perwakilan negara Pusat atau Pemerintah
asing beserta pejabat-pejabat Daerah.
perwakilan diplomatik, - Pembukuannya diperiksa
konsulat dan pejabat-pejabat oleh aparat pengawasan
lainnya, dikecualikan sebagai fungsional negara.
subjek pajak di tempat mereka Contoh Unit tertentu dari
mewakili negaranya badan pemerintah yang tidak
2. Organisasi Internasional termasuk subjek pajak
dengan syarat : penghasilan badan adalah :
- Indonesia menjadi - Bendahara Pemerintah
anggota organisasi Pusat
tersebut. - Bendahara Pemerintah
- Tidak menjalankan usaha Daerah
atau kegiatan lain untuk Bendahara bukan subjek
memperoleh penghasilan pajak badan tetapi hanya
dari Indonesia selain sebagai wajib pajak pemungut

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

10
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

dan pemotong pajak. Dalam tersebut sesuai dengan


pengertian Bendahara ketentuan yang berlaku.
Pemerintah adalah termasuk 4. Penyelenggara kegiatan
BLU (Badan Layanan Umum) (termasuk badan pemerintah,
dan BLUD (Badan Layanan organisasi termasuk
Umum Daerah). organisasi internasional,
4. Orang Pribadi yang tidak perkumpulan, orang pribadi
melakukan usaha atau serta lembaga lainnya yang
pekerjaan bebas dan semata- menyelenggarakan kegiatan)
mata mempekerjakan orang yang membayar honorarium,
pribadi untuk pekerjaan rumah hadiah atau penghargaan
tangga atau pekerjaan bukan dalam bentuk apapun kepada
dalam lingkup usaha. Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri berkenaan
Kewajiban Pemotong Pajak dengan suatu kegiatan
1. Mendaftarkan diri ke Kantor 5. Kewajiban untuk melaporkan
Pelayanan Pajak sesuai pemotongan PPh Pasal 21
dengan ketentuan yang dan/atau PPh Pasal 26 untuk
berlaku. setiap bulan kalender
2. Menghitung, memotong, sebagaimana dimaksud pada
menyetorkan dan melaporkan ayat (4) tetap berlaku, dalam
PPh Pasal 21 dan/atau PPh hal jumlah pajak yang
Pasal 26 yang terutang untuk dipotong pada bulan yang
setiap bulan kalender bersangkutan nihil.
3. Membuat catatan atau kertas 6. Membuat bukti pemotongan
kerja perhitungan PPh Pasal PPh Pasal 21 dan/atau PPh
21 dan/atau PPh Pasal 26 Pasal 26 dan memberikan
untuk masing-masing bukti pemotongan tersebut
penerima penghasilan, yang kepada penerima penghasilan
menjadi dasar pelaporan PPh yang dipotong pajak.
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26 yang terutang untuk setiap Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak
masa pajak dan wajib Hak Wajib Pajak
menyimpan catatan atau 1. Meminta bukti pemotongan
kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 kepada
Pemotong Pajak

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

11
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

2. Mengajukan Surat Keberatan 1. Biaya jabatan


kepada Dirjen Pajak bila PPh Sebesar 5% x Penghasilan
21 yang dipotong tidak sesuai Bruto dengan batasan
dengan peraturan yang maksimum sebesar Rp
berlaku 6.000.000/setahun atau Rp
3. Mengajukan permohonan 500.000/sebulan (ses. PMK
banding kepada Badan No. 250/PMK.03/2008)
Peradilan Pajak 2. Iuran dana pensiun, Iuran
Kewajiban Wajib Pajak THT, Jaminan Hari Tua
1. Menyerahkan surat (BJPJS/Jamsostek) yang
pernyataan kepada pemotong dibayar karyawan
pajak yang menyatakan 3. Penghasilan Tidak Kena Pajak
jumlah tanggungan keluarga (PTKP)
2. Menyerahkan bukti
pemotongan PPh 21 kepada : Penghasilan Tidak Kena Pajak
a. Kantor cabang baru, dalam (Sesuai PMK 101/PMK.010/2016)
hal pindah tugas 1. Untuk diri pegawai Rp
b. Tempat kerja baru, dalam 54.000.000
hal pindah kerja 2. Tambahan untuk pegawai
c. Dana pensiun, dalam hal yang kawin Rp 4.500.000
pensiun 3. Untuk istri yang
3. Menyerahkan SPT Tahunan penghasilannya digabung
PPh 21 jika bekerja pada lebih dengan penghasilan suami
dari satu Pemberi Kerja Rp. 54.000.000
4. Tambahan untuk setiap
Perhitungan PPh Pasal 21 anggota keluarga sedarah dan
Perhitungan PPh Pasal yaitu semenda dalam garis
dengan menerapkan tarif pasal 17 keturunan lurus, serta anak
UU Nomor 38 Tahun 2008 angkat yang menjadi
dikalikan PENGHASILAN BRUTO tanggungan sepenuhnya,
yang telah dikurangi dengan :

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

12
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Tabel 1
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Ses. PMK. 101/PMK.010/2016 Tgl. 22 Juni 2016

Sumber : PMK. 101/PMK.010/2016 Tgl. 22 Juni 2016

Ketentuan PTKP sejumlah Rp 4.500.000 setahun


1. Dalam hal karyawati kawin, dan ditambah PTKP untuk
PTKP yang dikurangkan adalah keluarganya
hanya untuk dirinya sendiri, dan 3. PTKP ditentukan berdasarkan
dalam hal tidak kawin keadaan pada awal tahun
pengurangan PTKP selain takwim.
untuk dirinya sendiri ditambah 4. Bagi pegawai yang baru datang
dengan PTKP untuk keluarga dan menetap di Indonesia
sedarah dan keluarga semenda dalam bagian tahun takwim,
dalam keturunan garis lurus besarnya PTKP tersebut
yang menjadi tanggungan dihitung berdasarkan keadaan
sepenuhnya paling banyak 3 pada awal bulan dari bagian
(tiga) orang untuk setiap tahun takwim yang
keluarga. bersangkutan.
2. Bagi karyawati yang
menunjukkan keterangan Tarif PPh Pasal 21
tertulis dari Pemerintah Daerah Berdasarkan UU No. 36/2008
setempat (serendah-rendahnya tentang pajak penghasilan dalam
kecamatan) bahwa suaminya pasal 17 besarnya tarif pajak atas
tidak menerima atau Penghasilan Kena Pajak adalah
memperoleh penghasilan, sebagai berikut:
diberikan tambahan PTKP

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

13
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Tabel 2
Tarif untuk menghitung PPh Pasal 21
(Sesuai pasal 17 UU PPh No. 38 Tahun 2008)

NO URAIAN TARIF
1 Sampai dengan Rp 50 juta 5%
2 Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%
3 Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta 25%
3 Di atas Rp 500 juta 30%
Sumber : UU PPh No. 38/2008

Bagi Penerima Penghasilan yang diperoleh salama 1 (satu)


Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak tahun adalah sebesar
memiliki Nomor Pokok Wajib jumlah (pada huruf a)
Pajak, dikenakan pemotongan ditambah dengan jumlah
PPh Pasal 21 dengan tarif lebih penghasilan yang bersifat
tinggi 20% (dua puluh persen) dari tidak teratur
pada tarif yang diterapkan 2. Jumlah PPh Pasal 21 yang
terhadap Wajib Pajak yang harus dipotong untuk setiap
memiliki Nomor Pokok Wajib masa pajak sebagaimana
Pajak. dimaksud pada ayat adalah:
- Atas penghasilan yang
Penghitungan PPh 21 bersifat teratur adalah
1. Untuk perhitungan PPh Pasal sebesar Pajak Penghasilan
21 yang harus dipotong setiap terutang atas jumlah
masa pajak, kecuali masa penghasilan dibagi 12 (dua
pajak terakhir, tarif diterapkan belas)
atas perkiraan penghasilan - Atas penghasilan yang
yang akan diperoleh selama 1 bersifat tidak teratur adalah
(satu) tahun, dengan sebesar selisih antara
ketentuan sebagai berikut: Pajak Penghasilan yang
a. Perkiraan atas penghasilan terutang, atas jumlah
yang bersifat teratur adalah penghasilan dengan Pajak
jumlah penghasilan teratur Penghasilan yang terutang
dalam 1 (satu) bulan atas jumlah penghasilan.
dikalikan 12 (dua belas);
b. Dalam hal terdapat
tambahan penghasilan
yang bersifat tidak teratur,
maka perkiraan
penghasilan yang akan
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

14
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Penghitungan PPh 21 Karyawan lebih dari Rp 4.500.000


yang Bekerja Pada Sebagian sebulan
Tahun Pajak 4. Tarif 5% dikalikan Upah
1. Dalam hal pegawai tetap Terutang Pajak (Upah sehari
kewajiban pajak subjektifnya dikurangi Rp 300.000)
hanya meliputi bagian tahun
pajak, perhitungan PPh Pasal Ketentuan Penghasilan :
21 yang terutang untuk bagian 1. Bila penghasilan merupakan
tahun pajak tersebut dihitung upah mingguan, upah sehari
berdasarkan penghasilan adalah upah seminggu dibagi
kena pajak yang 6
disetahunkan, sebanding 2. Bila penghasilan merupakan
dengan jumlah bulan dalam upah satuan, upah sehari
bagian tahun pajak yang adalah banyaknya satuan
bersangkutan. produk dihasilkan dalam
2. Dalam hal pegawai tetap sehari dikali upah satuan
berhenti bekerja sebelum produk
bulan desember dan jumlah 3. Bila penghasilan merupakan
PPh Pasal 21 yang telah upah borongan, upah satu hari
dipotong dalam tahun adalah jumlah upah borongan
kalender yang bersangkutan dibagi banyaknya hari untuk
lebih besar dari PPh pasal 21 menyelesaikan pekerjaan
yang terhutang untuk 1 (satu) yang dimaksud
tahun pajak, maka kelebihan 4. Tarif Pasal 17 dikalikan
PPh Pasal 21 yang telah Penghasilan Kena Pajak
dipotong tersebut 5. PTKP ditentukan sebagai
dikembalikan kepada pegawai berikut :
tetap yang bersangkutan a. Bila penerimanya adalah
bersamaan dengan pemberian pegawai tetap atau tenaga
bukti pemotongan PPh Pasal lepas yang dibayarkan
21, paling lambat akhir bulan bulanan adalah PTKP
berikutnya setelah berhenti setahun
bekerja. b. Bila penghasilan melebihi
Rp 4.500.000/bulan atau
PPh 21 Upah Harian, Upah Rp 54.000.000/tahun ,
Satuan, Upah Mingguan, Upah PTKP setahun dibagi 360
Orongan hari
Ketentuan : 6. Honorarium anggota dewan
1. Penerimanya bukan pegawai komisaris atau dewan
tetap pengawas yang tidak
2. Tidak dibayarkan secara merangkap pegawai tetap
bulanan pada perusahaan yang sama
3. Jumlahnya melebihi Rp 7. Jasa produksi, tantiem,
300.000 sehari, tetapi tidak gratifikasi, bonus yang
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

15
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

diterima atau diperoleh hasil oleh rumah sakit


mantan pegawai dan/atau klinik.
8. Penarikan dana pada dana
pensiun yang pendiriannya
telah disahkan menteri
RANCANGAN PENELITIAN
keuangan
9. Honorarium, uang saku, Daerah dan Objek Penelitian
hadiah atau penghargaan, Penelitian dilakukan di PT
komisi, bea siswa, dan Kuala Pelabuhan Indonesia
pembayaran lain dengan khususnya DePT Logistic
nama apapun sebagai Opertaion Support yang berlokasi
imbalan atas jasa atau di dataran rendah dan dataran
kegiatan yang jumlahnya tinggi. Objek dalam penelitian ini
dihitung tidak atas banyaknya yaitu analisis perhitungan,
hari yang diperlukan untuk pemotongan dan pemahaman
menyelesaikan jasa atau tentang PPh pasal 21 karyawan
kegiatan tersebut PT Kuala Pelabuhan Indonesia
dePT logistic operation support.
PPh 21 Jasa Tenaga Ahli
1. Penghasilan netto yang Teknik Pengumpulan Data
diterima oleh Tenaga Ahli Teknik pengumpulan data
misalnya: ysng digunakan peneliti antara
a. Pengacara lain:
b. Akuntan 1. Observasi (pengamatan) yaitu
c. Arsitek melakukan pengamatan
d. Dokter secara laangsung terhadap
e. Konsultan objek penelitian.
f. Notaris 2. Pembagian koesioner yaitu
g. Penilai menghimpun data dari
h. Aktuaris responden dengan
2. Tarif Pasal 17 atas jumlah menyebarkan angket tertulis
kumulatif jumlah kumulatif untuk selanjutnya diisi oleh
50% (lima puluh persen) dari responden.
jumlah penghasilan bruto yang 3. Wawancara yaitu
dibayarkan atau terutang menghimpun data dengan
dalam 1 (satu) tahun kalender. melakukan wawancara
3. Besarnya penghasilan bruto langsung terhadap karyawan
yang menjadi dasar penerima penghasilan yang
perhitungan adalah sebesar menjadi subjek penelitian.
jasa dokter yang dibayarkan 4. Dokumentasi dengan cara
pasien melalui rumah sakit pencarian data melalui buku-
dan/atau klinik sebelum buku referensi, internet,
dipotong biaya-biaya atau bagi blog/situs pajak resmi, artikel
jurnal dan informasi yang
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

16
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

berhubungan dengan yang ada. Penulis, melakukan


penelitain ini yaitu Pajak teknik analisis data dengan :
Penghasilan Pasal 21 (PPh 1. Mengumpulkan dan
pasal 21) yang dijadikan oleh mempelajari dokumen-
peneliti sebagai sumber dokumen yang digunakan
referensi dalam penelitian ini. dalam penghitungan Pajak
Pengahasilan Pasal 21.
Model dan Metode Analisis Data 2. Mempelajari prosedur-
Metode analisis data yang prosedur yang dilakukan
digunakan untuk membahas dalam penghitungan atas
penelitian ini adalah metode pemotongan Pajak
analisis deskriptif, yaitu suatu Penghasilan Pasal 21.
metode pembahasan 3. Menganalisa dan
permasalahan yang sifatnya membandingkan perhitungan
menguraikan, menggambarkan Pajak Penghasilan Pasal 21
suatu keadaan atau data serta karyawan PT Kuala
melukiskan dan menerapkan suatu Pelabuhan Indonesia sesuai
keadaan sedemikian rupa atau tidak dengan ketetapan
sehingga dapat ditarik kesimpulan Undang-Undang Perpajakan
untuk menjawab permasalahan yang berlaku.

Cara Menghitung pajak penghasilan pasal 21 bulanan.


Gaji Pokok Rp xxx
Upah lembur Rp xxx
Tunjangan Jabatan Rp xxx
Tunjangan lain-lain Rp xxx
Penghasilan Bruto………. Rp
xxx
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Pengh. Bruto Rp xxx
(Maks Rp. 6.000.000/tahun)
Iuran Pensiun/BPJS ditanggung Kary. Rp xxx
Jumlah Pengurangan ……….. Rp xxx
Penghasilan Netto sebulan Rp
xxx
Penghasilan Netto setahun/disetahunkan
Rp xxx
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Rp
xxx
Penghasilan Kenak Pajak
Rp xxx
Pajak Penghasilan Pasal 21 terhutang (PKP x tariff pasal 17)

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

17
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Cara menghitung PPh pasal 21 2) Dihitung PPh Pasal 21 atas


atas THR sebagaimana diatur
penghasilan teratur yang
dalam lampiran PER-31/PJ/2012
adalah sebagai berikut: disetahunkan tanpa THR
1) Dihitung PPh Pasal 21 atas
3) Selisih antara perhitungan
penghasilan teratur yang
nomor 1) dan 2) adalah PPh
disetahunkan ditambah
Pasal 21 atas TH
penghasilan tidak teratur
berupa THR

PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR (penghasilan setahun)


Gaji setahun (12 x GP) Rp xxx
THR Rp xxx
Penghasilan Bruto Setahun ……….. Rp xxx
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Penh. Bruto Rp xxx
(Maks Rp. 6.000.000/tahun)
Iuran Pensiun Setahun Rp xxx
Jumlah Pengurangan ……….. Rp xxx
Penghasilan neto setahun Rp xxx
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Rp xxx
Penghasilan Kenak Pajak Rp xxx
PKP Rp xxx
Pajak Penghasilan Pasal 21 terhutang (PKP x tariff pasal 17)
PPh Pasal 21 atas Gaji Setahun
Gaji setahun (12 x GP) Rp xxx
Penghasilan Bruto Setahun…… Rp xxx
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Penh. Bruto Rp xxx
(Maks Rp. 6.000.000/tahun)
Iuran Pensiun Setahun Rp xxx
Jumlah Pengurangan Rp xxx
Penghasilan neto setahun Rp xxx
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Rp xxx
Penghasilan Kenak Pajak Rp xxx
PKP Rp xxx
Pajak Penghasilan Pasal 21 terhutang (PKP x tariff pasal 17)
PPh Pasal 21 atas THR
PPh psl 21 terhutang termasuk THR – PPh psl 21 terhutang TIDAK
termasuk THR = Rp xxx

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

18
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Tunjangan Lokasi Kerja


Menurut Mardiasmo Tunjangan Lokasi Kerja
(2009:169) Gaji merupakan suatu diberikan oleh perusahaan
penghasilan yang diterima oleh kepada karyawan yang
pegawai yang bekerja dalam suatu disesuaikan dengan lokasi
instansi tertentu, sebagai tanda kerja dan atau medan kerja
balas jasa atas tenaga yang telah msing-masing karyawan.
diberikan. PT Kuala Pelabuhan 4. Tunjangan BPJS JHT/BPJS
Indonesia DePT Logistic Operation Jaminan Pensiun dan BPJS
Support dalam pemberian gaji Kesehatan
pokok didasarkan pada grade Tunjangan BPJS JHT/BPJS
masing-masing karyawan atas nilai Jaminan Pensiun dan BPJS
kompetensi karyawan yang Kesehatan diberikan oleh
bersangkutan dan diterimakan perusahaan sesuai ketentuan
setiap bulannya melalui rekening peraturan perudang-undangan
masing-masing pada setiap yang berlaku yaitu Undang-
tanggal 28 bulan berjalan. Undang Sistem Jaminan
PT Kuala Pelabuhan Sosial Nasional No. 40 Tahun
Indonesia DePT Logistic Operation 2004.
Support selain memberikan Gaji
Pokok juga memberikan Analisis Perhitungan dan
tunjangan-tunjangan lain sebagai Pemotongan Pajak Penghasilan
berikut: Karyawan.
1. Upah Lembur Penghasilan atas gaji
Upah lembur diberikan karyawan merupakan salah satu
sebagai kompensasi atas objek pajak penghasilan pasal 21,
kelebihan jam kerja sesuai dimana pajak yang dikenakan
peraturan perudang-udangan terhadap penghasilan karyawan
ketenagakerjaan yaitu adalah sebagai beban karyawan
Undang-Undang itu sendiri, akan tetapi
Ketenagakerjaan No. 13 tahun pungutannya menggunakan
2003 pada pasal 78 ayat 2. system withholding system dimana
2. Tunjangan Transportasi. pungutannya dilakukan oleh
Karyawan yang tidak tinggal di pemberi kerja sebagai pemberi
barak yang disediakan oleh penghasilan. Penghitung pajak
perusahaan diberikan penghasilan pasal 21 di PT Kuala
tunjngan transportasi. Dimana Pelabuhan Indonesia Dept Logistic
tunjangan tersebut diberikan Operation Support dilakukan sama
sebagai pengganti setiap bulannya. Sementara
transportasi dari rumah ke perhitungan Tunjangan Hari Raya
terminal bus yang telah (THR) dan bonus bonus lainnya
disediakan dan sebaliknya. dihitung tersendiri sesuai waktu
penerimaannya, namun mengacu
pada peraturan perundang-
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

19
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

undangan perpajakan yang BPJS sebesar 2% dari perhitungan


berlaku. PT Kuala Pelabuhan gaji, yakni sebesar Rp 160.000,-
Indonesia memberlakukan per bulan. Disamping itu
penerapan Penghasilan Tidak perusahaan membayarkan iuran
Kenak Pajak (PTKP) atas Jaminan Hari Tua (JHT)
karyawan berdasarkan pada karyawannya setiap bulan sebesar
keadaan karyawan dimaksud. 3,7% dari gaji, sedangkan
Contoh perhitungan PPh pasal Ramadhan membayar iuran
21 terhadap penghasilan jaminan hari tua setiap bulan
pegawai tetap. sebesar 2,00% dari gaji. Premi
Ramadhan adalah karyawan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
pada perusahaan PT Eka Prima dan Jaminan Kematian (JK)
Putra dengan status belum dibayar oleh pemberi kerja dengan
menikah dan menerima gaji Rp jumlah masing-masing sebesar
8.000.000,- per bulan. 0,24% dan 0,30% dari gaji.
PTEka Prima Putra Disamping menerima
mengikuti program pensiun dan pembayaran gaji, Ramadhan juga
BPJS kesehatan, perusahaan menerima uang lembur sebesar
membayarkan iuran pensiun dari Rp 2.500.000,-

Penyelesaiannya:
Gaji pokok Rp. 8.000.000,-
Tunjangan lainnya (Lembur) Rp. 2.500.000,-
JHT (3,7%) Rp. 296.000,-
Iuran Pensiun (2%) Rp. 160.000,-
JKK (0,24%) Rp. 19.200,-
Jaminan kematian ) 0,3% Rp. 24.000,- (+)
Gaji bruto…………………………….. Rp. 10.999.200,-
Pengurangan:
Biaya jabatan 5% x 10.999.200 Rp. 500.000,-
Iuran jaminan Hari Tua (JHT)
2% x 8.000.000 Rp. 160.000,- (+)
Jumlah pengurang……….. Rp 660.000,-
Gaji netto……………. Rp 10.339.200,-
Penghasilan netto setahun
12 x 10.339.200,- Rp 124.070.400,-

Penghasilan Tidak kena Pajak


(PTKP/TK0) Rp 54.000.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 70.070.400,-
Pembulatan kebawah Rp 70.070.000,-
PPh terutang
5% x 50.000.000,- Rp 2.500.000,-
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

20
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

15% x 20.070.000,- Rp. 3.010.560,-


Total pajak terutang Rp. 5.510.560,-

PPh pasal 21 perbulan Rp. 5.510.560 : 12 Rp 459.213,-


Jadi Gaji bersihnya = Rp. 10.999.200 – 459.213
= Rp. 10.539.987,-

Penjelasan : Pensiun yaitu sebesar 3%,


Diasumsikan gaji pokok sebesar yang terdiri atas 2% iuran
Rp 8.000.000,- ditanggung oleh pemberi kerja
a. Tunjangan lainnya seperti dan 1% iuran ditanggung
tunjamgan transportasi, uang Karyawan
lembur, akomodasi, e. Penghasilan Netto jika
komunikasi, dan tunjangan pegawai merupakan pegawai
tidak tetap lainnya. Umumnya lama (lebih dari atau sama
tunjangan tersebut dapat dengan satu tahun) atau
diberikan oleh perusahaan pegawai baru yang mulai
atau tidak, tergantung dari bekerja pada bulan januari
kebijakan perusahaan itu tahun itu, maka penghasilan
sendiri. dikalikan 12 untuk
b. Iuran Jaminan Kecelakaan memperoleh nilai penghasilan
Kerja (JKK) berkisar antara netto setahun, namun jika
0,24% - 1,74% sesuai pegawai merupakan pegawai
kelompok jenis usaha seperti pegawai baru yang misaknya
yang diatur dalam Peraturan mulai bekerja pada bulan Juli,
Pemerintah No. 76 tahun 2007 maka penghasilan netto
yang telah diubah dengan PP setahun dikalikan 6 (diperoleh
No. 44 Tahun 2015 Tentang dari penghitungan bulan
Penyelenggaraan Program dalam setahun misalnya Juli-
Jaminan Kecelakaan Kerja Desember = 6 bulan). Pada
dan Jaminan Kematian. contoh ini diasumsikan
c. Biaya Jabatan sebesar 5% pegawai merupakan pegawai
dari gaji bruto, setinggi- baru yang mulai bekerja pada
tingginya Rp 500.000,- bulan Januari.
sebulan, atau Rp 6.000.000,- f. Penghasilan Tidak Kena Pajak
setahun. (PTKP) berfungsi untuk
d. Jaminan Pensiun yaitu yang mengurangi penghasilan
diselenggarakan oleh BPJS bruto, agar diperoleh nilai
Ketenagakerjaan sesuai penghasilan kena pajak yang
peraturan pemerintah No. 45 akan dihitung sebagi objek
Tahun 2015 Tentang pajak penghasilan milik wajib
Penyelenggaraan Jaminan pajak.

Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

21
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Contoh Perhitungan PPh pasal 21 karyawan PT Kuala Pelabuhan


Indonesia DePT Logistic Operation Support
Disini peneliti akan menyajikan contoh perhitungan PPh pasal 21
yang diterapkan oleh PT Kuala Pelabuhan Indonesia DePT Logistic
Operation Support.

Penghasilan :
Gaji Pokok Rp 10.153.000
Potongan Absen Rp (381.472)
Upah Lembur Rp 15.728.384
Tunjangan Transportasi Rp 500.000
Tunj. Lokasi Kerja Rp 572.000
Tunj. BPJS TK Rp 217.321
Tunjangan BPJS Kesehatan Rp 320.000 (+)
Penghasilan Bruto………… Rp 27.109.233
Potongan :
Biaya Jabatan Rp 500.000
BPJS JHT TK Rp 213.060
BPJS Jaminan Pensiun TK Rp 73.353 (+)
Total Potongan…………….. Rp 786.413
Penghasilan Netto sebulan…… Rp 26.322.820
Penghasilan Netto
setahun/disetahunkan Rp 315.873.840
Penghasilan Tidak Kenak
Pajak/K3 Rp 72.000.000 (-)
Penghasilan Kenak Pajak
(PKP)……… Rp 243.873.840
PKP Pembulatan……… Rp 243.873.000
Perhitungan PPh pasal 21
50.000.000 x 5% Rp 2.500.000
193.873.000 x 15 % Rp 29.080.950 (+)
PPh pasal 21 setahun Rp 31.580.950
PPh pasal 21 sebulan
(31.581.076/12) Rp 2.631.746
Gaji diterima Bersih
(27.109.233-2.631.746) Rp 24.477.487
Prosentase selisihnya... 9,71%

Setelah melakukan Pasal 21 atas gaji karyawan PT


penelitian di PT Kuala Pelabuhan Kuala Pelabuhan Indonesia DePT
Indonesia DePT Logistic Operation Logistic Operation Support telah
Support, peneliti melihat bahwa dilakukan sesuai dengan UU
Perhitungan dan Pemotongan PPh No.36 Tahun 2008 karena tidak
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

22
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

didapati adanya mekanisme 2008, ternyata hal ini belum


perhitungan selain sesuai undag- dipahami oleh sebagian besar
undang dan peraturan perpajakan. karyawan PT Kuala Pelabuhan
Sistem Pemotongan Pajak yang Indonesia DePT Logistic Operation
diterapkan oleh PT Kuala Support sebagai penerima
Pelabuhan Indonesia DePT penghasilan. Hal ini berdasarkan
Logistic Operation Support untuk hasil kuisioner yang peneliti
Pajak Penghasilan Pasal 21 sebarkan dengan dengan
dengan menggunakan Withholding beberapa dimensi hasil pertanyaan
system. Withholding system sbb :
adalah suatu sistem pemotongan 1. Bahwa 50 orang karyawan
pajak dimana wewenang untuk sebagai responden adalah
menentukan besarnya pajak kesemuanya PT Kuala
terutang seseorang berada pada Pelabuhan Indonesia DePT
pihak ketiga dan bukan oleh fiskus Logistic Operation Support ini
maupun oleh Wajib Pajak itu menunjukan bahwa semua
sendiri. karyawan paham bahwa
Pihak yang melakukan mereka adalah bagian dari PT
pemotongan Pajak Penghasilan Kuala Pelabuhan Indonesia.
Pasal 21 adalah PT Kuala 2. Bahwa dari 50 orang
Pelabuhan Indonesia DePT karyawan sebagai responden
Logistic Operation Support, selaku hanya 35 orang karyawan
pemberi kerja. Dimana besarnya atau 70% yang mengetahui
potongan tergantung pada berapa bahwa PT Kuala Pelabuhan
besarnya penghasilan yang Indonesia memotong pajak
diterima dari setiap karyawan. PPh Pasal 21 dari
Pemotongan Pajak Penghasilan gaji/penghasilan yang terima
Pasal 21 dilakukan setiap bulan setiap bulannya. Ini
bersamaan dengan pembayaran menunjukan bahwa sebagian
gaji bulanan pegawai. Pada PT besar karyawan tidak
Kuala Pelabuhan Indonesia DePT memahami bahwa gaji yang
Logistic Operation Support, diterima dipotong pajaknya.
Penyetoran Pajak Penghasilan 3. Bahwa dari 50 orang
Pasal 21 yang telah dipotong karyawan sebagai responden
dilaksanakan setiap bulan paling hanya 5 orang karyawan atau
lambat tanggal 10 bulan gaji 10% yang mengetahui atau
berikutnya ke Kantor Pelayanan memahami mekanisme
Pajak dengan disertai Surat perhitungan PPh pasal 21
Setoran Pajak (SSP). yang dilakukan oleh PT Kuala
Dari hasil penelitian yang Pelabuhan Indonesia DePT
dilakukan peneliti, walaupun Logistic Operation Support. Ini
perhitungan dan pemotongan PPh menunjukan bahwa sebagian
pasal 21 sudah sesuai dengan UU besar karyawan Tidak
Pajak Penghaslan No. 36 Tahun
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

23
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

memahami meknisme Pajak setempat. Dengan


perhitungan PPh pasal 21. kurangnya sosialisai tentang
4. Bahwa dari 50 orang PPh pasal 21 membuat
karyawan sebagai responden, sebagian besar karyawan
40 orang karyawan atau 80% tidak memahami apa itu
megatakan bahwaPT Kuala sebenarnya PPh pasal 21.
Pelabuhan Indonesia saat 7. Bahwa dari 50 orang
melakukan pemotongan pajak karyawan sebagai responden,
PPh Pasal 21 dari 43 orang karyawan
gaji/penghasilan setiap bulan mengatakan bahwa PT Kuala
memberikan bukti Pelabuhan Indonesia
pemotongan PPh Pasal 21. Ini memberikan bukti
menunjukan bahwa sebagian pemotongan PPh Pasal 21
besar karyawan tidak setiap tahunnya. Ini
memahami bahwa menunjukan bahwa sebagian
sebenarnya bukti potongan besar karyawan sudah
pph pasal 21 tersebut akan memahami bahwa bukti
diterima setiap tahunnya. potongan PPh pasal 21
5. Bahwa dari 50 orang diberikan oleh pemberi kerja
karyawan sebagai responden setiap tahunnya.
hanya 15 orang karyawan 8. Bahwa dari 50 orang
atau 30% yang mengetahui karyawan sebagai responden,
dan memahami pengkreditkan 40 orang karyawan tidak
dan atau pengurangan PPh mengetahui bahwa
Pasal 21 yang telah dipotong dilingkungan kerjanya saat ini
oleh PT Kuala Pelabuhan ada yang paham tentang
Indonesia sebagaimana mekanisme perhitungan dan
dimaksud diatas dengan PPh pemotonganpajak PPh pasal
yang terutang melalui 21 atas gaji/penghasilan yang
mekanisme SPT Tahunan diterima setiap bulannya. Ini
PPh Orang Pribadi. Ini menunjukan bahwa karena
menunjukan bahwa sebagian kurangnya orang/karyawan
besar karyawan Tidak yang memahami tentang
memahami mekanisme mekanisme perhitungan dan
pengkreditkan dan atau pemotongan pajak PPh pasal
pengurangan PPh pasal 21. 21 atas gaji/penghasilan maka
6. Bahwa dari 50 orang membuat sebagian besar
karyawan sebagai responden karywan kurang mendapatkan
hanya 6 orang karyawan atau edukasi tentang PPh pasal 21.
12% yang pernah mengikuti 9. Bahwa dari 50 orang
sosialisasi tentang Pajak PPh karyawan sebagai responden
pasal 21 baik dari Manajemen ada 40 orang karyawan yang
PT Kuala Pelabuhan menjawab bahwa potongan
Indonesia atau dari Kantor pajak PPh pasal 21 yang
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

24
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

dipotong oleh PT Kuala pemotongan pajak


Pelabuhan Indonesia dari penghasilan pasal 21 yang
gaji/penghasilan setiap dilakukan oleh PT Kuala
bulannya sebesar < 25%, Pelabuhan Indonesia DePT
sedangkan 10 orang Logistic Operation Support
karyawan lainnya menjawab sudah sesuai mekanismen
bahwa potongan pajak PPh yang berlaku yaitu UU No. 36
pasal 21 yang dipotong oleh tahun 2008 dan peraturan
PT Kuala Pelabuhan perundang-undangan pajak
Indonesia dari yang berlaku.
gaji/penghasilan setiap 2. Hasil penelitian menunjukan
bulannya sebesar 25%-50%. bahwa karyawan PT Kuala
Ini menunjukan bahwa Pelabuhan Indonesia DePT
sebagian besar karywan tidak Logistic Operation Support
mengetahui tentang tarif belum memahami mekanisme
progresif/lapisan pajak sesuai perhitungan dan pemotongan
UU Perpajakan No 36/2008 pajak penghasilan pasal 21,
pasal 17. dimana sebagian besar
10. Bahwa dari 50 orang karyawan belum pernah
karyawan sebagai responden, mengikuti sosialisasi pajak
40 orang karyawan penghasilan pasal 21, tidak
mengatakan menerima bukti memahami tentang
pemotongan pajak PPh pasal pengkreditan pajak, serta
21 yang dipotong oleh PT masih berasumsi bahwa
Kuala Pelabuhan Indonesia potongan pajak lebih dari 25%
dari gaji/penghasilan setiap sampai 50%.
tahunnya adalah lebih dari
25%. Ini menunjukan bahwa
sebagian besar karywan tidak SARAN
mengetahui tentang tarif Berdasarkan kesimpulan
progresif/lapisan pajak sesuai diatas, maka peneliti memberikan
UU Perpajakan No 36/2008 saran sebagai berikut :
pasal 17. 1. Yang walaupun perhitungan
dan pemotongan pajak
penghasilan pasal 21 yang
KESIMPULAN dilakukan oleh PT Kuala
Berdasarkan rumusan Pelabuhan Indonesia DePT
masalah, hipotesis, hasil penelitian Logistic Operation Support
dan pembahasan terhadap hasil sudah sesuai dengan UU No.
penelitian, maka dapat diberikan 36 Tahun 2008 serta
beberapa kesimpulan sebagai peraturan perpajakan yang
berikut: berlaku, maka perlunya selalu
1. Hasil penelitian menunjukan menyesuaikan atas
bahwa perhitungan dan perubahan-perubahan
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

25
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

peraturan perpajakan lebih besarnya biaya jabatan atau


khusus pajak penghasilan biaya pensiun yang dapat
pasal 21. dikurangkan dari
2. Oleh karena sebagian besar penghasilan bruto pegawai
karyawan PT Kuala tetap ataupensiunan.
Pelabuhan Indonesia DePT Sukrisno Agus dan Estralita
Logistic Operation Support Trisnawati. 2010. Akuntansi
belum memahami mekanisme Perpajakan
perhitungan, pemotongan dan Thomas Suamarsan, 2010.
pengkreditan pajak Perpajakan Indonesia
penghasilan pasal 21, maka Undang Undang RI No. 16 tahun
perlunya soialisasi yang 2000 sebagai hasil
kontinyu setiap tahun dan atau penyempurnaan Undang-
setiap kali ada perubahan Undang No. 6 tahun 1983
peraturan perpajakan khusus tentang Ketentuan Umum
pajak penghasilan pasal 21. dan Tata Cara Perpajakan.
Undang Undang RI No. 17 tahun
2000 sebagai hasil
DAFTAR PUSTAKA penyempurnaan Undang-
Djoko Muljono. Pemotonmgan Undang No. 7 tahun 1983
Pemungutan PPH & PPh tentang Pajak Penghasilan.
pasal 25/29 2009 Tax Planing Undang-Undang RI No. 16 Tahun
2010. Penerbit Andi Publisher 2009 tentang perubahan
Pardiat , 2008. Pemeriksaan Pajak keempat atas UU No 6
Irwansyah Lubis, Gustian Juanda. Tahun 1983 tentang
2010. Review Pajak. Salemba Ketentuan Umum dan Tata
Empat. Cara Perpajakan
Irwansyah Lubis. 2009. Akutansi Undang-Undang RI No. 36 Tahun
dan pelaporan Pajak. Salemba 2008 tentang perubahan
Empat. keempat atas UU No. 7
Mardiasmo. 2008. Perpajakan Tahun 1983 Tentang Pajak
Revisi 2008 penghasilan
Muda Markus dan Lalu Hendri Undang-Undang RI No. 42 Tahun
Yujana, Petunjuk Umum 2009 tentang perubahan
Pemajakan Bulanan dan ketiga atas UU No. 8
tahunan Berdasarkan UU Tahun 1983 Tentang PPN
terbaru dan PPn-BM
Mirwan ED Radianto, 2010. Waluyo, 2009. Perpajakan
Memahami Pajak Indonesia
Penghasilan dalam Sehari _______ 2010. Perpajakan
Pardiat Ak. 2008. Akuntansi Indonesia
Pajak Lanjutan Yustinus Prastowo, 2009.
Peraturan Menteri Keuangan. PMK Panduan Lengkap Pajak
/ 250 / PMK.03/2008 tentang
Analisis Perhitungan, Pemotongan dan Pemahaman………………………………….……..Yahya Nusa

26
JURNAL ULET VOLUME I NOMOR 2 EDISI OKTOBER 2017 ISSN 2579 - 7336

Analisis Laporan Keuangan dalam Menilai Kinerja Keuangan…………………………….……..Marfuah

27

You might also like