EP)
Tih a
PUSAT DATA DAN INFORMAS! KEMENTERIAN KESEHATAN RI
SITUASI PENYAKIT
Wa
iy INDONESIA
Hari Demam Berdarah Dengue (DBD), 22 April 2018Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Dengue adalah
virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di
dunia ini telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis
ryamuk menularkan atau menyebarkan virus dengue. DBD memiliki gejala serupa dengan Demam
Dengue, namun DBD memiliki gejala lain berupa sakit/nyeri pada ulu hati terus-menerus,
pendarahan pada hidung, mulut, gusiatau memar pada kulit.
ae oie
ora
Virus Dengue ditemukan di daerah tropik dan sub tropik kebanyakan di wilayah perkotaan dan
pinggiran kota di dunia ini, Untuk Indonesia dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk
pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan serta baik bagi tempat berkembangnya beragam
penyakit, terutama penyakit yang dibawa oleh vektor, yakni organisme penyebar agen patogen dari
inang keinang, sepertinyamuk yang banyak menularkan penyakit. Demam Berdarah Dengue (DBD)
‘atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus (DBD, 1999) sebagai vektor primer, serta Aedes
polynesiensis, Aedes scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder. Biasanya juga terjadi
penularan trans seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan (WHO, 2009),
sertapenularantrans ovarial dari induk nyamukkeketurunannya (Josidan Sharma, 2001).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas,
penyakit DBD merupakan penyakit menular yang pada umumnya menyerang pada usia anak-anak
‘umurkurang dari 15 tahun dan juga bisa menyerang pada orang dewasa (Widoyono, 2005).
‘Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia antara tahun
2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar
diantara 30 negara wilayah endemis.
Gambar 1 menunjukan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Indonesia dengan
jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2016 sebanyak
204.171 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terja (tiga) provinsi di Pulau Jawa,Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Per Provinsi
di Indonesia Tahun 2017
INDONESIA =493 KematinPada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus
‘meninggal sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 2016
dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85 per 100.000 penduduk terjadi penurunan kasus pada
tahun 2017. Dari grafik di bawah selama kurun waktu 10 tahun terakhir mulai tahun 2008 cenderung
tinggi sampai tahun 2010 kemudian mengalami penurunan drastik di tahun 2011 sebesar 27,67 per
100.000 penduduk yang dilanjutkan dengan tren kecenderungan meningkat sampai tahun 2016
sebesar 78,85 per 100.000 penduduk namun kembali mengalami penurunan drastik pada tahun
2017 dengan angka kesakitan atau Incidence Rate 26,12 per 100.000 penduduk. Berikut tren angka
kesakitan DBD selamakurun waktu 2008-2017.
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber DitjenP2P,Kemenkes), 2018,
Gambar 3. Inciden Rate (IR) DBD per 100.000 Penduduk di indonesia Tahun 2008-2017
‘Tahun 2017 terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per 100.000 penduduk yang
mengalami peningkatan jumlahnya jika dibandingkan tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan
angka kesakitan kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka kesakitan DBD
tertinggi yaitu Bali sebesar 105,95 per 100.000 penduduk selanjutnya Kalimantan Timur sebesar
62,57 per 100.000 penduduk dan angka kesakitan Kalimantan Barat sebesar 52,61 per 100.000
penduduk. Angka kesakitan pada Provinsi Bali menurun hampir lima kali lipat dibandingkan tahun
2016 yaitu 515,90 per 100.000 penduduk menjadi 105,95 per 100.000 penduduk pada tahun 2017.
Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan dari 305,95 per 100.000 penduduk menjadi
62,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2017. Sedangkan Pro limantan Barat mengalami
peningkatan dati 12,09 per 100.000 penduduk pada 2016 menjadi 52,61 per 100.000 penduduk pada
tahun 2017. Sebagian besar provinsi lainnya juga mengalami penurunan angka kesakitan. Hal ini
disebabkan oleh program pencegahan penyakit DBD telah berjalan cukup efektif melalui kegiatan
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Ada 4 provinsi pada tahun 2017 yang tidak memenuhi target IR DBD <
49 per 100.000 penduduk yaitu Aceh, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Bali.is TN 26,12
Malla uie ME 3,06
us Teng Tina mm 3.57
Malla 5,22
Slaves ost "8,08
Poo mm 828
‘un mm 10,93
‘atmanon sien NN 13,20
‘> 14,94
seen Son SN 17,53
ot 1781
Kovnsaaccn 18,38
95%,
80,2 76,2 79,3 80,1
he ee)
Sumber: DitjenP2P,Kemenkes 2018.
‘Gambar 6. Angka Bebas lentikdi Indonesia Tahun 2010-2017
‘ABJ pada tahun 2017 mengalami penurunan, yaitu sebesar 46,7% menurun cukup jauh
dibandingkan tahun 2016 sebesar 67,6% sehingga belum memenuhi target program. AB
merupakan output yang diharapkan dari kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Untuk itu perlu
optimalisasi kegiatan tersebut dari seluruh kabupaten/kota, optimalisasi dana DAK untuk
pemenuhan kebutuhan logistik yang mendukung pengendalian DBD, serta monitoring dan
pembinaan kepada dinas kesehatan provinsi dalam manajemen sistem pelaporan.
‘Angka Kematian atau CFR akibat DBD lebih dari 1% dikategorikan tinggi. Walaupun secara umum
CFR tahun 2017 menurun dibandingkan tahun sebelumnya, terdapat 10 provi
tinggi dimana3 provinsi dengan CFR tertinggi adalah Gorontalo (2,18%), Sulawesi Utara(1,55%) dan
Sulawesi Tenggara (1,479). Pada provinsi-provinsi dengan CFR tinggi masih diperlukan upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera
memeriksakan diri ke sarana kesehatan jika ada gejala DBD sehingga tidak terlambat ditangani dan
bahkan menyebabkankematian.
Gorontaloor TT 0,72
Maluku Utara 0.00
Malis 0,00
SlowesiGact 000
pour Ganga Gestung 0,00
‘kts O03
esa Tengo Sat NN 0.26
one: rt 028
i 0.29
Le 031
‘ie20c0 i VV 0.36
tine si TT 0.37
es 43
Been
‘usa Tenge Tar
ambi
Sues Selstan
Sues Tengah
Kalimantan Ut
nw
fanten
engl
Paps
Katinantan art
epulaun Ru
saa Tengah
Kalimantan Tengah
Salowes Trees
‘otal
ggeee
|
eg
|
gh
=
g
g
100 persen (is) 59 200 250
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)» Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-tempat
tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak;
» Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampungait
2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang burung, setidaknya
dilakukan seminggu sekali.
3. Membersihkan saluran air yang tergenang, baik di atap rumah maupun di selokan jika
tersumbat oleh sampah ataupun dedaunan, karena setiap genangan air bisa dimanfaatkan
‘oleh nyamuk untuk berkembangbiak.
= Pengendalian secara Biologis
Selain upaya pengendalian secara lingkungan ada upaya lainnya juga dilakukan secara biologis
yaitu dengan memanfaatkan hewan atau tumbuhan. Cara yang dianggap paling efektif adalah
dengan memelihara ikan cupang yang dimasukkan ke dalam kolam. Ikan cupang ini bisa
memakan jentik-jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air atau kolam atau
dengan menambahkannya dengan bakteri Bacillus thuringiensis (BtH-14)..
= Pengendalian secaraKi
Cara pengendalian nyamuk yang ketiga yaitu dengan pengendalian secara kimiawi dengan
menaburkan bubuk abate ke tempat penampungan air, ini merupakan salah satu cara
mengendalikan dan memberantas jentik-jentik nyamuk secara kimiawi. Tidak hanya penaburan
bubuk abate, pengendalian secara kimiawi yang biasa dilakukan di masyarakat adalah dengan
melakukan fogging atau pengasapan dengan menggunakan malathion dan fenthion yang
berguna untuk mengurangikemungkinan penularan Aedes aegyptisampaibatastertentu.
PSN DBDdilakukan dengan cara 3M-Plus, Plus yang dimaksud yaitu
1. Memeliharaikan cupang, pemakan jentiknyamuk.
2. Menaburkan bubuk abate pada kolam atau bak tempat penampungan air, setidaknya 2 bulan
sekali. Takaran pemberian bubuk abate yaitu 1 gram abate/ 10 liter air. Tidak hanya abate,
juga bisa menambahkan zat lainnya yaitu altosoid pada tempat penampungan air dengan
takara 2,5 gram/ 100 liter air. Abate dan altosoid bisa didapatkan di puskesmas, apotikatau tok
bahankimia.
3. Menggunakan obat nyamuk, baikobat nyamukbakar, semprotatauelektrik.
4, Menggunakan krim pencegah gigitannyamuk.
5. Melakukan pemasangan kawat kasa di lubang jendela/ver
masuk nyamukkedalamrumah.
6. Tidak membiasakan atau menghindari menggantung pak
dalam rumah yang bias menjadi tempatistirahat nyamuk.
7. Sangatdianjurkan untuk memasang kelambu ditempat tidur.
ia\
untuk mengurangi akses
1 baik pakaian baru atau bekas di
+
TIM REDAKSI
Penanggung lawab — :Didk Budjanto Penyunting: Ning Kuriaih Desainer GrafiyLayouter: Hira Habib
Redaktur dy Kunawan Penulis:Yorjoen A Indayan
Ta Wabyud